10 Variabel X adalah simpangan baku dari masing-masing rata-ratanya, sehingga kovarian
matrik  X adalah nilai harapan dari XX’. Kovarian matrik X ditulis sebagai fungsi dan merepresentasikannya sebagai [
�]. [
�]= EXX’ kovarian matrik X untuk general faktor analisis, dimana kovarian matrik faktor laten adalah kovarian matrik untuk error.
[ �]= EXX’
= E[ ᴧ
�
� + ��
′ᴧ
�
+ �
′
] =
ᴧ
�
���
′
ᴧ
�
+ �
�
= ᴧ
�
�ᴧ
�
′ + �
�
Kovarian matrik X untuk general faktor analisis,dimana : �  = adalah kovarian matrik faktor laten
�
�
= adalah kovarian matriks untuk error
2.2.2Second Order Confirmatory Factor Analysis
Suatu permasalahan memungkinkan untuk variabel laten tidak dapat langsung diukur langsung melalui variabel-variabel indikatornya. Variabel laten tersebut memiliki
beberapa indikator-indikator dimana indikator-indikator tersebut tidak dapat diukur secara langsung, dan memerlukan beberapa indikator lagi. Dalam kasus ini First Order
Confirmatory Factor Analysis tidak dapat digunakan, sehingga digunakan higher order Second Order Confirmatory Factor Analysis.
Model persamaann menurut Hair et. al., 1998 sebagai berikut :
η = Ґ ξ + ς
dengan,
Ґ
= matrik second order loading. ξ
= random vektor variabel laten.
ς
=vektor variabel tunggal unique untuk
η ξ
2.2.1  Asumsi dalam Analisis Faktor Konfirmatori
11 Estimasi parameter dalam Confirmatory Factor AnalysisCFA  umumnya
berdasarkan   pada   metode   maximum  likelihoodML. Metode ML menghendaki adanya asumsi Distribusi Normal Multivariat.
Hipotesis yang digunakan sebagai berikut.
H : data mengikuti distribusi multinormal.
H
1
: data tidak mengikuti distribusi multinormal.
Data mengikuti distribusi multinormal jika gagal tolak H . artinya daerah dibawah kurva
�
0.05,p 2
multivariat lebih dari 50.
2.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitas dilakukan dengan menguji signifikansiparameter-parameter   model pengukuran. Lambda
λ merupakan  parameter  yang  berkaitan  dengan  pengukuran variabel  laten  oleh  vaiabel  indikator.  Statistik  uji  yang digunakan adalah t-test
dengan kriteria tolak H apabila  t-test  lebih besar dari t-tabel atau p-value
α  dan hipotesa yang  diuji adalah:
H : λ = 0 ≈ variabel indikator tidak valid sebagai indikator  variabel laten
H
1
: λ ≠ 0 ≈ variabel indikator valid sebagai indikator variabel laten
Reliabilitas tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai   konsistensi tinggi   dalam   mengukur   peubah latennya. Untuk mengukur reliabilitas dapat
digunakan rumus costruct reliability CR sebagai berikut :
�� = [
∑ ��]
� �=1
2
[ ∑
��]
� �=1
2
+ [ ∑
��]
� �=1
Dengan  λ
i
adalah  faktor  loading  untuk  setiap  variabel  laten  dan    δ
i
merupakan kesalahan pengukuran error  variance untuk  setiap  konstruklaten.  Nilai  batas
minimum  yang  digunakan  untuk   menilai   CR   atau   dikatakan   memiliki reliabilitas baik untuk suatu peubah laten adalah sebesar 0,70Hair et al., 1998.
2.4 Memilih Matriks dan Teknik  Estimasi
12 Setelah model dispesifikasikan secara lengkap, langkah berikutnya adalah memilih
jenis input kovarians dan korelasi. Matriks input yang dipilih dalam penelitian   ini adalah   matrix   kovarians.   Alasan  memilih   input  data  matrix covarians  adalah
karena  matriks  covarians  memiliki  keunggulan  dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel yang berbeda. Selain itu matriks
covarians lebih sesuai untuk memvalidasi hubungan kausal.Selanjutnya untuk memilih teknik analisis dengan mempertimbangkan ukuran sampel.  Setelah memilih matriks
input, maka AMOS  akan  melakukan  estimasi  koefisien  path.  Melakukan  estimasi model, ukuran sampel memegang peranan yang cukup penting. Dalam program AMOS
21 teknik-teknik  estimasi yang tersedia adalah: a Maximum Likelihood Estimation ML, b Generalized  Least  Square  Estimation GLS, c Unweighted Least Square
Estimation ULS, d  Scale  Free Least Square Estimation SLS, dan e Symtotically Distribution-free Estimation  ADF. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Maximum Likelihood ML.
2.5 Menilai Masalah Identifikasi
Masalah identifikasi merupakan  ketidakmampuan dari  model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. Masalah identifikasi dapat muncul melalui
gejala sebagai berikut: 1.  Standard error untuk satu sampai beberapa koefisien sangat besar.
2.Program tidak mampu menghasilkan matriks  informasi  yang  seharusnya disajikan. 3.  Munculnya angka-angka aneh, seperti varians error yang bernilai negative.
4. Munculnya angka korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang diperoleh misalnya lebih dari 0,9.
5. Heywood case atau offending estimates, dimana adanya negative error variances pada konstruk-konstruk model.
2.6 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
Dalam langkah ini yang pertama harus dilakukan adalah memenuhi asumsi-asumsi CFA
Confirmatory Factor Analysis . Adapun asumsi-asumsi  CFA  yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut: