yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu Muhammad dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa, dan Isa, yaitu tegakkanlah agama keimanan dan ketakwaan dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang
musyrik untuk mengikuti agama yang kamu serukan kepada mereka.Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk
kepada agama-Nya bagi orang yang kembali kepada-Nya.”
8. Surah Al-Fath ayat 28
huwa alla żī arsala rasūlahu bilhudā wa dīni al-haqqi liyuẓhirahu ‘alā ad-dīni
kullihi wa kafā billāhi syahīdān “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunuk dan agama yang benar, agar dimenangkan-Nya terhadap
semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.”
B. Kata yang bermakna IbadahKetaatan
1. Surah Al-Baqarah ayat 193 :
waq ātilūhum ḥattā lā takūna fitnatun wayakūna ad-dīnu lillāhi fainnintahau
falā ‘udwāna illā ‘alā aẓẓālimīna “Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan ketaatan itu hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka
tidak ada lagi permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim. “
Al-Maragi 1993: 168 menjelaskan bahwa pada permulaan Islam kaum Muslimin tidak dapat berbuat banyak untuk urusan agam mereka.Pada waktu itu
kekuasaan ada di tangan kaum musyrikin dan Mekkah dijadikan pust kemusykrikan. Namun Allah tidak menghendaki ituterus berlangsung oleh karena
itu ia menetapkan dan memperkuat barisan kaum muslimin sehingga mampu
26
membuka kota Mekkah dan menghancurkan semua berhala.Sehingga segala bentuk ketaatan dan peribadatan hanya ditujukan kepada Allah semata.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam
kalimat.Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah kata
ﻥﻮﻜﻳ
yakūnu ‘jadi, menjadiadalah’ dan kata
ﻟ
lillāhi ‘bagi untuk Allah’.Makna ayat ini juga berhubungan dengan konteks ayat yang menceritakan keadaan umat Islam pada suatu waktu di Mekkah
yang mengalami kesulitan dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah karena fitnah-fitnah yang dilancarkan kaum kafir berupa penganiayaan dan
penyiksaan.Oleh karena itu makna kontekstual Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.
2. Surah Yunus ayat 22 :
huwalla żī yusayyirukum fī al-birri wa al-baḥri hattā iżā kuntum fī al-fulki
wajarayna bihim birīhin ṭayyibatin wafarihū bihā jāathā rīḥun ‘āṣfun wajāahumu al-mauju min kulli makānin waẓannū annahum uḥīṭabihim da‘a‘ū
all āha mukhliṣīnalahu ad-dīna lain anjaynā minhāżihī lanak ūnannā mina asy-
syākirīna “Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, dan berlayar di lautan. Sehingga ketika kamu berada dalam kapal, dan meluncurlah
kapal itu membawa mereka orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan
27
gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung bahaya, maka mereka berdoa dengan tulus mengikhlaskan ketaatan
kepada Allah semata. seraya berkata, “sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.”
Menurut Al-Maragi 1993: 166, 170 mengatakan bahwa pada ayat ini Allah menjelaskan perihal tabiat kaum musyrik yang meskipun telah ditampakkan
tanda-tanda selain Al-Qur’an mereka pun takkan puas dengan tanda-tanda tersebut.Maka, tatkala tanda-tanda siksa telah turun kepada mereka dan segala
usaha tak bisa dilakukan, maka berdoalah mereka dengan memurnikan ketaatan semata kepada Allah, supaya Dia berkenan menghilangkan dari semua bencana
yang sedang menimpa mereka.Namun setelah dikabulkan, mereka kembali berpaling.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam
kalimat.Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah kata
ﺍﻮﻋﺩ
da ‘a‘ū ‘mereka menyeru,
berdoa’ dan kata
ﻦﻴﺼﻠﺨﻣ
mukhli ṣīna ‘secara dalam hal ikhlas, murni’.Konteks
ayat juga mengandung makna keadaan kaum musyrik ketika dihadapkan kepada bahaya yang mengancam, oleh karena itu ditinjau dari segi situasi lingkungan
pengguna bahasa maka bisa dipahami makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.
3. Surah Al-Ankabut ayat 65 :
fai żā rakibū fī al-fulki da‘awu allāha mukhliṣīna lahu ad-dīna falamā najjāhum
il ā al-birri iżā hum yusyrikūna “maka apabila mereka naik kapal, mereka
berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka samapi ke darat, malah mereka kembali
mempersekutukan Allah.”
28
Al-Maragi 1993: 36 mengemukakan bahwa di dalam ayat ini Allah mengisahkan keadaan orang-orang musyrik apabila mereka diuji dengan hal-hal
yang penuh kegentingan dan bahaya, lalu mereka hanya menyeru kepada Allah semata, supaya Dia menyelematkan mereka dari keadaan bahaya. Selanjutnya
Allah menjelaskan sikap mereka sesudah terlepas dari bahaya, yaitu dengan cepat dan segera, mereka kembali kepada kebiasaan mereka semula.Yaitu menyeru
kepada tuhan-tuhan sesembahan mereka. Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam
kalimat.Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah kata
ﺍﻮﻋﺩ
da ‘a‘ū ‘mereka menyeru,
berdoa’ dan kata
ﻦﻴﺼﻠﺨﻣ
mukhli ṣīna ‘secara dalam hal ikhlas, murni’.Konteks
ayat juga mengandung makna keadaan kaum musyrik ketika dihadapkan kepada bahaya yang mengancam, oleh karena itu ditinjau dari segi situasi lingkungan
pengguna bahasa maka bisa dipahami makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.
4. Surah Al-Luqman ayat 32 :
wa iżā gasyiyahum maujun kā al-ẓulali da‘awullāha mukhliṣīna lahu ad-dīna
falammā najjāhum ilā al-birri faminhum muqtaṣidun wamā yajḥadu biāyātinā illa kullu khattārin kafūrin “dan apabila mereka digulung ombak yang besar
29
seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas taat kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian
mereka tetap menempuh jalan yang lurus.Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih.”
Al-Maragi 1993: 185 mengatakan bahwa pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang-orang musyrik selalu melupakan Allah di waktu
mereka mendapat kesenangan dan mereka baru ingat kepada Allahh di waktu ditimpa kesengsaraan.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam
kalimat.Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah kata
ﺍﻮﻋﺩ
da ‘a‘ū ‘mereka menyeru,
berdoa’ dan kata
ﻦﻴﺼﻠﺨﻣ
mukhli ṣīna ‘secara dalam hal ikhlas, murni’.Konteks
ayat juga mengandung makna keadaan kaum musyrik ketika dihadapkan kepada bahaya yang mengancam, oleh karena itu ditinjau dari segi situasi lingkungan
pengguna bahasa maka bisa dipahami makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.
5. Surah Az-Zumar ayat 2 :
innā anzalnā ilayka al-kitā bilḥaqqi fa‘budillāha mukhliṣān lahu ad-dīna “sesungguhnya Kami menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu Muhammad
dengan membawa kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya”
Menurut Al-Maragi 1993: 244 Jilid Allah telah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW dengan menyuruh melaksanakan kebenaran dan keadilan
yang wajib ditempuh dan dilaksanakan. Kemudian Allah menyuruh Rasul-Nya supaya menyembah Allah dengan memurnikan ibadah semata-mata untuknya
bersih dari unsur-unsur syirik dan riya sesuai dengan apa yang telah diturunkan dalam lembaran-lembaran kitabNya lewat lidah para NabiNya, yakni dengan
30
mengkhususkan peribadatan untukNya semata-mata, dan bahwa tiada sekutu dan tandingan bagiNya.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam
kalimat.Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah kata
ﺪﺒﻋﺍ
`u’bud ‘sembahlah’ dan kata
ﺺﻠﺨﻣ ﺍ
mukhli ṣan ‘secara dalam hal ikhlas, murni’. Konteks ayat juga
mengandung makna perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk menyembah Allah dengan ikhlas memurnikan ketaatan hanya kepadaNya perwujudan telah
diturunkannya Al-Qur’an kepada Rasulullah sebagai petunjuk yang benar, oleh karena itu ditinjau dari segi situasi lingkungan pengguna bahasa maka bisa
dipahami makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan. 6.
Surah Az-Zumar ayat 3 :
alā lillāhi ad-dīnu al-khāliṣu wallażī at-takhażū min dūnihi auliyāa mā na‘buduhum illā liyuqarribūnā illa liyuqarribūnā ilā allāhi zulf ā inna allha
ya ḥkumu baynahum fī mā hum fīhi yakhtalifūna inna allāha lā yahdī man huwa
kāżibun kaffārun “ingatlah Hanya milik Allah ketaatanyang murni dari syirik Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia berkata, “Kami tidak
menyembah mereka melainkan berharap agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah kan member putusan di antara
mereka tentang apa yang mereka pereselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.”
Menurut Al-Maragi 1993: 245 Jilid Allah mempertegas perintah untuk memurnikan ketaatan kepadaNya seperti yang tercantum pada ayat kedua di atas
31
dengan mengingatkan bahwa hanya kepunyaan Allah-lah peribadatan dan ketaatan semata-mata, tak ada persekutuan bagi seorangpun bersama Allah dalam
peribadatan dan ketaatan itu. Karena, apapun selain Allah adalah milikNya.Kewajiban sesuatu yang dimiliki adalah taat kepada pemiliknya.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.Makna ini muncul ditinjau dari konteks intrakalimat berdasarkan hubungan antar kata dalam kalimat.
Kata
ﻥﻳﺩ
dīnun terletak setelah frase
ﻟ
lillāhi ‘kepada milik Allah’ dan kata
ﺺﻟﺎﺨﻟﺍ
al- khāliṣ ‘secara dalam hal ikhlas, murni’. Konteks ayat juga
mengandung makna bahwa Allah mempertegas bahwa ketaatan kepadaNya harus bebas dari unsur syirik, oleh karena itu ditinjau dari segi situasi lingkungan
pengguna bahasa maka bisa dipahami makna kata
ﻥﻳﺩ
dīnun pada ayat ini bermakna ketaatan.
C. Kata yang bermakna BalasanPembalasan