Peranan The Western and Central Pacific Fisheries Commission WCPFC

3.2 Peranan The Western and Central Pacific Fisheries Commission WCPFC

sebagai Organisasi Internasional dalam Pengelolaan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Beruaya Jauh The Western and Central Pacific Fisheries Commission WCPFC atau Konvensi tentang Konservasi dan Pengelolaan Sediaan Ikan Beruaya Jauh di Samudera Pasifik Barat dan Tengah adalah konvensi yang lahir dari hasil Commission for the Conservation and Management of Highly Migratory Fish Stock in the Western and Central Pacific Ocean merupakan organisasi internasional antar pemerintah Negara-negara yang memiliki pantai di Pasifik Barat dan Pasifik Tengah dan negara-negara yang menangkap ikan di wilayah tersebut. Sebagai organisasi internasional, maka WCPFC dapat kita lihat dari segi hukum organisasi internasional merupakan subjek hukum internasional. Bila dilihat dari ciri-ciri organisasi internasional, seperti yang dikemukakan oleh Leroy Bennet, 93 1. A permanent organization to carry on a continuing set of functions; organisasi internasional mempunyai ciri sebagai berikut; 2. Voluntary membership of eligible parties; 3. Basic instrument stating goals, structure and methods of operation; 4. A broadly representative consultative conference organ; 93 A. Leroy Bennet, International Organization, Pretince-Hall, Inc, New Jersey, 1979, hal.3, sebagaimana dikutip oleh Sri Setianingsih Suwardi, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2004, hal. 5. 5. Permanent secretariat to carry on continuous administrative, research and informations functions. Sebagai subjek hukum internasional, maka organisasi internasional mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum internasional sebagaimana wewenang tersebut tercantum di anggaran dasar organisasi internasional tersebut. Mc Nair dalam bukunya The Law of Treaties menyebutkan “If Fully sovereign states posseses a treaty power when acting alone, it is not surprising to find the same power attribute to an international organizations which they have created from the members of which usually sovereign states. Dalam pendapat Mc Nair ini jelas organisasi internasional mempunyai wewenang membuat perjanjian internasional. 94 Sejarah terbentuknya WCPFC berbeda dari CCSBT yang dimana WCPFC berdiri setelah adanya UNFSA 1995. Dasar hukum berdirinya WCPFC ialah UNCLOS 1982 95 dan prinsip pererapan pendekatan kehati-hatiannya berdasarkan UNFSA 1995. Konvensi WCPFC sendiri adalah salah satu perjanjian perikanan regional pertama yang diadopsi setelah adanya kesimpulan dari UNFSA 1995 United Nation Fish Stocks Agreement 1995. 96 Di didalam mukadimah WCPFC 2000 dijelaskan bahwa Konvensi ini dibentuk karena adanya kesadaran perlunya menghindari dampak buruk terhadap lingkungan laut, melesatarikan kenaekaragaman hayati, menjaga integritas 94 Ibid. hal. 8. 95 Pasal 4 WCPFC 2000 96 http:www.wcpfc.intconvention-text diakses 12 September 2015 ekosistem laut, meminilakan resiko jangka panjang atau dampak yang tidak dapat diperbaiki dari operasi penangkapan ikan dan kondisi kerentanan ekologis dan geografis negara-negara pulau kecil yang sedang berkembang, wilayah dan kawasan, ketergantungan ekonomi dan sosialnya terhadap sediaan ikan yang beruaya jauh dan kebutuhan mereka akan bantuan khusus, termasuk bantuan finansial, ilmu pengetahuan dan teknologi, agar negara-negara berkembang tersebut dapat berperan-serta secara aktif di dalam konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan secara berkelanjutan sediaan ikan yang beruaya jauh. 97 Status WCPFC sebagai organisasi internasional juga membantu pembentukan hukum iternasional. J.G.Starke menyatakan: “determinations of the organs of international institutions, or of international conference, may lead to the formation of rules of international law in a number of different ways.” Sedangkan Prof. Mochtar Kusumaatmadja menyatakan: “ … keputusan-keputusan dari badan-badan legislative, eksekutif maupun yudikatif dari lembaga-lembaga atau organisasi internasional itu tidak dapat diabaikan dalam suatu pembahasan tentang sumber-sumber hukum internasional, walaupun mungkin keputusan-keputusan demikian belum dapat dikatakan sumber hukum internasional dalam arti sesungguhnya.” 97 Mukadimah WCPFC 2000 Penjelasan ini menyebutkan bahwa keputusan sebagai alat organisasi internasional untuk pembentukan hukum internasional yang mengikat para anggotanya. 98 Selain sebagai subjek hukum internasional dan membentuk hukum internasional, organisasi internasional juga sebagai forum untuk membicarakan, mencari jalan keluar persoalan yang dihadapi anggotanya, juga sebagai alat agar hukum internasional dapat ditaati. 99 Dari status sebagai organisasi internasional maka dapat kita lihat tujuan WCPFC adalah untuk menjamin melalui pengelolaan yang efektif, konservasi jangka panjang dan pemanfaatan berkelanjutan ikan beruaya jauh di Pasifik Barat dan Tengah berdasarkan kesepakan UNCLOS 1982 dan UNFSA 1995. Untuk itu WCPFC memiliki fungsi-fungsi dan tanggung jawab sebagai berikut 100 1 Menetapkan konservasi dan langkah-langkah pengelolaan dan mengeluarkan rekomendasi, seperti jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB dan tingkat upaya penangkapan untuk ikan spesifik, untuk menjamin kelestarian sumberdaya ikan jangka panjang. : 2 Menentukan jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB atau tingkat upaya penangkapan antara negara anggota, dan mengembangakan kriteria untuk beberapa keputusan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam konvensi 98 Sri Setianingsih Suwardi, op.cit., hal. 15. 99 Ibid. hal. 7. 100 Pasal 10 Konvensi WCPFC 2000 3 Menetapkan standar-standar minimum internasional dari aktivitas penangkapan ikan yang betanggungjawab. 4 Menetapkan mekanisme-mekanisme pemantauan, pengendalian, pengawasan dan pelaksanaan, termasuk di dalamnya vessel monitoring system VMS. 5 Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara anggota untuk menjamin upaya konservasi dan pengelolaan untuk ikan beruaya jauh di bawah wilayah hukum nasional dan laut lepas adalah sejalan. 6 Menetapkan standar pengumpulan, verifikasi, penyusunan dan distribusi data. Konvensi ini berlaku bagi seluruh sediaan ikan yang beruaya jauh di dalam wilayah konvensi kecuali ikan-ikan sauri. Langkah-langkah konservasi dan pengelolaan berdasarkan konvensi wajib di berlakukan untuk seluruh sediaan, atau terhadap wilayah-wilayah tertentu di dalam wilayah konvensi, sebagaimana ditetapkan oleh Komisi. Status organisasi internasional juga sebagai forum untuk membicarakan, mencari jalan yang dihadapi oleh anggotanya maka dalam hal ini WCPFC memliki kewenangan yang berdasarkan kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh para anggotanya yang mana anggotanya didasarkan pada negara yang telah menyetujui konvensi ini. Dalam konvensi ini diatur batas wilayah berlakunya konvensi yaitu terdiri dari dari seluruh perairan Samudera Pasifik yang dihubungkan ke Selatan dan ke Timur. Dari pantai Selatan Australia ke arah selatan sepanjang 141° Bujur Timur sampai perpotongannya dengan 55° Lintang Selatan, kemudian ke arah Timur sejajar dengan 55° Lintang Selatan sampai perpotongannya dengan 150° Bujur Timur; kemudian sepanjang 150° Bujur Timur sampai perpotongannya dengan 60° sejajar Lintang Selatan, kemudian ke arah Timur 60° sejajar dengan Lintang Selatan sampai perpotongannya dengan 130° Bujur Barat; kemudian ke Utara sejajar 130° Bujur Barat sampai perpotongannya dengan 4° sejajar Lintang Selatan; kemudian ke barat 4° sejajar Lintang selatan sampai perpotongannya dengan 150° Bujur Barat; kemudian sepanjang Utara 150° Bujur Barat. 101 Keanggotaan WCPFC terbuka bagi setiap negara di Samudera Pasifik dan negara atau organisasi ekonomi regional yang merupakan anggota PBB atau badan-badan PBB yang berhubungan dengan penangkapan ikan beruaya jauh. Sampai dengan tahun 2012, 25 negara telah menjadi member yakni Australia, China, Canada, Cook Islands, European Union, Federated States of Micronesia, Fiji, France, Japan, Kiribati, Republic of Korea, Republic of Marshall Islands, Nauru, New Zealand, Niue, Palau, Papua New Guinea, Philippines, Samoa, Solomon Islands, Chinese Taipei, Tonga, Tuvalu, United States of America, Vanuatu. Negara berstatus participating territories 7 negara yakni American Konvensi ini berlaku bagi seluruh sediaan ikan yang beruaya jauh di dalam wilayah konvensi kecuali ikan-ikan sauri. Langkah- langkah konservasi dan pengelolaan berdasarkan konvensi wajib di berlakukan untuk seluruh sediaan, atau terhadap wilayah-wilayah tertentu di dalam wilayah konvensi, sebagaimana ditetapkan oleh Komisi. 101 Pasal 3 Konvensi WCPFC 2000 Samoa, Commonwealth of the Northern Mariana Islands, French Polynesia, Guam, New Caledonia, Tokelau, Wallis and Futuna. Sedangkan cooperating non- member 11 negara yakni Belize, Democratic Peoples Republic of Korea, Ecuador, El Salvador, Mexico, Senegal, St Kitts and Nevis, Panama, Thailand, Vietnam. November 2013 seperti yang kita ketahui, negara Indonesia yang duluna berstatus cooperating non-member telah meratifikasi konvensi ini dan resmi menjadi anggota WCPFC. Spesies yang diatur adalah seluruh sediaan ikan yang beruaya jauh di dalam wilayah Konvensi kecuali ikan-ikan sauri. Jenis ikan beruaya jauh mengacu kepada Lampiran 1 UNCLOS 1982 dan spesies ikan lain yang ditetapkan oleh Komisi. Jenis ikan yang masuk pada lampiran 1 ULNCLOS 1982 adalah 1 Albacore tuna Thunnus alalunga, 2 Bluefin tuna thunnus thynnus, 3 Bigeye tuna Thunnus obesus, 4 Skipjack tuna Katsuwo pelamis, 5 Yellowfin tuna Thunnus albacores, 6 Blackfin tuna Thunnus atlanticus, 7 Litle tuna Euthynnus alleteratus dan E.affinis , 8 Southern bluefin tuna Thunnus maccoyii, 9 Frigate mackerels Auxis thazard dan A.rochei. Sedangkan kelompok tuna lainnya, terdiri dari ; 1 marlin terdiri dari 8 spesies Teprapturus angustirostris, T. belone, T. pfluegeri, T.albidus, T.audax, T.georgei, Makaira indica, M.nigricans, 2 Sailfish, terdiri dari 2 spesies Istiophorus platyphorus dan I. albicans, dan 3 Swordfish Xiphias gladicus. Berdasarkan pelaporan statistik WCPFC dari jumlah tersebut diatas hanya terdapat delapan spesies yang menjadi spesies target utama di wilayah Konvensi WCPFC. Jenis spesies tersebut adalah: 1 Thunnus alalunga Albakora yang berhabitat di Perairan tropis, termasuk Mediteranian, jenis yang bersifat epi- dan mesopelagis, biasanya berada di bawah lapisan termoklin dan melimpah pada temperatur 17º – 21º C dengan makanan utama adalah ikan, cumi, dan crustacea. 2 Thunnus obesus Tuna mata biasa yang berhabitat di seluruh dunia pada perairan tropis dan subtropis, tidak ada di Mediteranian, bersifat epipelagis dan mesopelagis pada perairan oseanis, terdapat pada lapisan air dari permukaan sampai kira-kira 250 meter, utamanya pada lapisan termoklin. 3 Skipjack tuna atau Katsuwo pelamis Tongkol Krai Cakalang yang berhabitat di Pelagis dan oceanic, cenderung berkelompok di lapisan permukaan air dengan makanan utama adalah ikan, cephalopoda, dan crustacean. 4 Yellowfin tuna Thunnus albacores Madidihang yang berhabitat di epipelagis, oseanic, di atas termoklin ikan-ikan yang masih muda berada pada lapisan permukaan, bergerombol, dan makin besar makin dalam. 5 Black MarlinMakaira indica Setuhuk Hitam berhabitat di peraiaran tropikal dan subtropikal terutama dekat pantai dan dekat kepulauan. Makanan utama dari beberapa jenis ikan, udang-udangan, dan crustacean. 6 Blue marlin Makaira nigricans Setuhuk Biru berhabitat di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dan sering berada pada perairan ekuator, bersifat epipelagis dan oseanis. 7 Striped marlinTetrapturus audax Setuhuk Loreng dapat ditemukan di peraiaran tropik dan sub-tropik di Samudera Pasifik dan Hindia. 8 Swordfish Xiphias gladius Ikan Pedang termasuk ikan buas, hidup diperairan lepas pantai, oseanis. 102 102 Diolah dari http:www.dpi.nsw.gov.au Untuk itu WCPFC juga merilis dokumen Tindakan Pengelolaan dan Konservasi Conservation and Management Measure – CMM yang juga menetapkan tangkapan sampingan di tetapkan melalui CMM untuk dua jenis yakni penyu dan hiu. Jenis penyu yang diatur ditetapkan melalui CMM 2008-03 tentang Tindakan Pengelolaan dan Konservasi Penyu Conservation And Management of Sea Turtles yang mengatur spesies Green turtle, Loggerhead, Leatherback, Hawksbill dan Olive ridley. Sedangkan untuk Hiu ditetapkan melalui CMM 2010-07 tentang Tindakan Pengelolaan dan Konservasi Hiu Conservation and Management Measure for Sharks yang mengatur delapan spesies hiu yakni Blue shark , Silky shark , Oceanic whitetip shark, Longfin Mako, Shortfin Mako, Bigeye Thresher , Pelagic Thresher dan Thresher Shark. 103 Selain itu WCPFC juga mengatur sumber keuangan dimana keuangan WCPFC berasal dari kontribusi anggota 104 a. 10 persen dibagi sama rata antara seluruh negara anggota. , yakni : b. 20 persen dari kemampuan nasional, dihitung rata-rata dalam 3 tahun. c. 70 persen dari total produksi ikan yang ditentukan dalam konvensi terutama yellowfin tuna, bigeye tuna dan skipjack didalam area ZEE hingga laut lepas dihitung rata-rata dalam 3 tahun. Berdasarkan Pasal 11 Konvensi WCPFC, Komisi menetapkan badan di bawah WCPFC yang terdiri dari perwakilan dari Member, Cooperating Non- Member dan Particapating Territories yang diadakan setiap tahun dan diikuti 103 https:edwinson.wordpress.comtagwcpfc diakses pada 12 September 2015 104 berdasarkan pada Pasal 18 Konvensi WCPFC 2000 perwakilan daris setiap anggota. Badan di WCPFC terdiri dari 1 Scientific Committe SC; 2 Technical and Compliance Committee TCC 105 ; 3 Northen Commitee NC 106 Peranan WCPFC sebagai organisasi internasional yaitu menetapkan p embatasan hasil dan upaya tangkapan merupakan amanat Pasal 6 ayat 1 tentang pendekatan kehati-hatian yang selanjutnya diatur melalui CMM : 2008-01 tentang Conservation and Management Measure for Big-eye and Yellow-fin Tuna in the WCPFC. Dalam pelaksanaan Konvensi dan CMM tersebut jenis spesies yang telah ditetapkan catch limit adalah bigeye tuna tahun 2012. ; 4 Finance and Administration Committee. 105 Fungsi Technical and Compliance Committee berdasarkan Pasal 14 Konvensi adalah sebagai berikut : a memberikan Komisi informasi, saran teknis dan rekomendasi yang berkaitan dengan pelaksanaan dari, dan kepatuhan dengan, langkah-langkah konservasi dan pengelolaan; b memantau dan meninjau ulang kepatuhan dengan langkah-langkah konservasi dan pengelolaan yang telah diterima oleh Komisi dan membuat rekomendasi kepada Komisi yang mungkin diperlukan; dan c meninjau ulang pelaksanaan langkah-langkah kerjasama untuk pemantauan, pengendalian, pengawasan dan penegakan aturan yang telah di terima oleh Komisi dan membuat rekomendasi yang demikian itu kepada Komisi yang mungkin diperlukan; 106 Pembentukan Northen Commitee adalah amanat Pasal 11 ayat 7 Konvensi WCPFC. BAB IV PERAN INDONESIA DALAM PENGELOLAAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN BERUAYA JAUH SETELAH RATIFIKASI KONVENSI THE WESTERN AND CENTRAL PASIFIC FISHERIES COMMISSION WCPFC OLEH INDONESIA

4.1 Hak dan Kewajiban Negara-Negara anggota The Western and Central