Zat Pewarna Sintetis yang Ditemukan pada Minuman Jajanan
47
Umumnya makanan dan minuman jajanan yang ada di SDN I-X Kelurahan Ciputat merupakan makanan dan minuman yang dibuat sendiri oleh
penjaja makanan dan minuman. Karena kenyataannya, di Indonesia makanan dan minuman yang dijajakan di banyak sekolah tidak meminta izin ke BPOM
sehingga di makanan dan minuman itu sendiri tidak ada informasi konten dan komposisi yang di cantumkan. Dalam penelitian ini, beberapa makanan maupun
minuman yang telah terdaftar di BPOM tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Pewarna buatansintetis untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang
mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi Cahyadi, 2005. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu:
Warna kuning : tartrazin, sunset yellow Warna merah : allura, eritrosin, amaranth.
Warna biru : biru berlian
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang
digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan
pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna
48
tersebut akan segera pudar ketika mengalami proses penggorengan Cahyadi, 2005.
Menurut Winarno 2004, penggunaan zat pewarna pada makanan dan
minuman adalah untuk mempertajam atau menyeragamkan warna bahan makanan yang mengalami perubahan pada saat atau proses pengolahan, memberi warna
pada makanan yang tidak berwarna agar keliatan lebih menarik. Menurut Permenkes RI No.722MenkesPerIX1988 tentang bahan
tambahan makanan BTM bahwa tidak semua zat pewarna yang digunakan merupakan zat pewarna yang diizinkan.
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPOM tahun 2008 pada 195 Sekolah Dasar di 18 Provinsi, diantaranya Surabaya, Semarang, Bandar
Lampung, dan Denpasar sebanyak 861 sampel yaitu minuman ringan, es sirop, saus, kerupuk dan makanan gorengan. Hasil uji analisis menunjukkan bahwa 46
sampel minuman sirop mengandung Amaranth, dan 8 sampel minuman sirop dan minuman ringan mengandung Methanil yellow.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh YLKI Yayasan Layanan Konsumen Indonesia pada tahun 1990 di Semarang terhadap minuman jajanan,
dari 22 sampel yang diuji terdapat 54,55 sampel mengandung Rhodamin B Cahyadi, 2006.
Sejalan dengan penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini diperoleh bahwa dari 40 sampel yang terdiri dari 20 sampel makanan dan 20 sampel
49
minuman yang diperiksa, semua sampel makanan dan minuman mengandung pewarna sinteis yang dilarang.
Hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan dibandingkan dengan Permenkes RI No.722MenkesPerIX1988. Hasil penelitian menunjukkan dari
20 sampel makanan yang diperiksa, 9 sampel positif mengandung zat pewarna sintetis yang dilarang. Sedangkan dari 20 sampel minuman yang diperiksa, 17
sampel positif mengandung zat pewarna sintetis yang dilarang. Namun dari 26 sampel makanan dan minuman yang positif mengandung zat pewarna sintetis
yang dilarang, ternyata Sunset yellow, Amaranth dan Eritrosin merupakan jenis zat pewarna sintetis yang dilarang yang mendominasi makanan dan minuman
tersebut. Kemudian hasil pemeriksaan jenis zat pewarna sintetis yang berjumlah 21, bahwa 15 jenis zat pewarna sintetis tersebut adalah zat pewarna sintetis yang
dilarang menurut Peraturan Menkes RI, Nomor 722MenkesPerIX88. Sedangkan 6 jenis pewarna sintetis lainnya tidak masuk dalam Peraturan Menkes
RI, Nomor 722MenkesPerIX88. Maka dari itu, tugas BPOM adalah perlu memantau dan mengawasi peredaran jajanan khususnya jajanan anak sekolah, dan
memberikan bimbingan dan pembinaan kepada pedagang jajanan di sekolah- sekolah agar mengetahui tentang pewarna sintetis dan bahayanya terhadap
kesehatan. Dampak negatif makanan jajanan yaitu apabila dikonsumsi berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya kelebihan asupan energi. Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak mengonsumsi lebih dari sepertiga kebutuhan
kalori sehari yang berasal dari makanan jajanan jenis fast food dan soft drink