BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman modern seperti saat sekarang ini, nilai-nilai agama, khususnya nilai ajaran agama Islam mulai memudar seiring berkembangnya
zaman dan teknologi yang semakin maju. Hal ini juga tidak lepas dari sifat individualistis masyarakat karena telah disibukan dengan kesibukan masing-
masing. Tidak dipungkiri segala macam bentuk kejahatan dan kezaliman telah sering kita temukan dimanapun kita berada, baik pencurian,
pemerkosaan, perjudian, atau bentuk kejahatan lainnya. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan, ketidakpahaman, serta ketidakpedulian sebagian orang tentang
ajaran agama. Kesadaran beragama yang mengkristal dan penjiwaan nilai-nilai
keagamaan yang tertanam dalam pribadi yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia adalah wujud dari kepatuhan terhadap Allah SWT.
Kepatuhan ini dilandasi oleh keyakinan dalam diri pribadi mengenai pentingnya seperangkat nilai religius yang dianut. Karena kepatuhan, niat,
ucap, pikir, tindakan, perilaku dan tujuan senantiasa diupayakan berada dalam lingkup nilai-nilai islam yang biasa disebut dengan nuansa islami. Nuansa
islami di lingkungan masyarakat dapat terlihat dari keseluruhan aktifitas semua warga masyarakat. Menciptakan nuansa islami berarti menciptakan
suatu suasana atau iklim kehidupan keagamaan. Pada dasarnya suasana atau nuansa islami dapat terbentuk jika
masyarakatnya sadar dan paham tentang ajaran agama yang dianutnya.
1
Namun, hal ini tidak terlepas pula dari peran serta pemerintah, khususnya pemerintah daerah atau kota untuk memperkokoh serta memberikan tauladan
yang baik kepada masyarakatnya untuk senantiasa hidup berlandaskan ajaran agama yang dianut. Agar tercipta suasana atau nuansa yang religi.
Kegiatan atau program pemerintah sangat membantu terciptanya suasana religi, misalnya lomba Musabaqoh Tilawatil Qur’an MTQ,
mengadakan Tabligh Akbar, pengajian bulanan, atau kegiatan lainnya. Selain itu, ketauladanan dari seorang pemimpin sangat berpengaruh besar. Seorang
pemimpin yang amanah, berakhlak mulia, bijaksana, adil, serta bersih dari tindak korupsi merupakan cerminan dari nilai-nilai ajaran agama.
Maka dari itu, ketauladanan juga tidak hanya ada pada diri seorang pemimpin, namun staf atau jajaran yang di bawahnya, khususnya pegawai
pemerintahan yang seharusnya pula memberikan ketauladanan yang baik kepada masyarakatnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengharuskan pegawainya untuk senantiasa berakhlak mulia, sopan serta
mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan atau di lingkungan
masyarakat umum. Agar tercipta ketauladanan yang baik serta terciptanya nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan maupun di wilayah kota
Tangerang Selatan. Pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah salah satu daerah otonom
di wilayah provinsi Banten, dan merupakan wilayah pemekaran dari
Kabupaten Tangerang. Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan sekitar 1.241.441 jiwa, dan mayoritas penduduknya beragama Islam yakni 90,98.
1
Agama Islam agama yang rohmatan lil ‘alamiin, yang menyeru kepada kebaikan dan menunjukan kejalan yang lurus. Agama yang menuntun
umatnya untuk senantiasa berbuat baik, berakhlak mulia, mematuhi ajaran agama, dan lain sebagainya.
Dalam konteks agama, gambaran nuansa islami dapat terlihat dari aktifitas dan kegiatan keagamaan yang bersifat vertikal dan horizontal. Yang
bersifat vertikal dapat tergambar melalui pola hubungan manusia atau para pegawai pemerintahan dengan Allah SWT habl min Allah. Misalnya shalat,
berdoa, puasa dan ibadah lainnya. Sedangkan yang bersifat horizontal dapat berupa pola hubungan antarmanusia atau antarpegawai habl min naas.
Misalnya bertutur kata dengan baik dan sopan, saling menghormati dan menghargai, bersifat jujur, amanah, berakhlak mulia, dan berpakaian sopan.
Nuansa islami juga dapat dilihat secara kasat mata dengan perilaku setiap individu, kebiasaan, dan aktifitas setiap individu. Misalnya dalam
berpakaian, di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan menganjurkan pegawai wanita yang muslimah untuk berpakaian muslimah, seperti memakai
jilbab dan berpakaian seragam yang sopan untuk pegawai wanita yang non- muslim, guna menutupi aurat. Sedangkan dalam aktifitas sehari-hari di
kantor, seluruh pegawai diharuskan untuk saling menghormati dan menghargai antara pegawai. Misalnya jika dalam bulan Ramadhan, pegawai
1
Sumber: Data Sub. Bagian Keagamaan Tangerang Selatan
yang non muslim harus menghargai pegawai yang muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Sedangkan dalam kegiatan sehari-hari, setiap
pegawai diharapkan selalu bertutur kata baik dan sopan dalam berkomunikasi, saling menghormati antara atasan dan bawahan, dan seorang
pemimpin memberikan tauladan yang baik kepada bawahan atau para pegawai. Serta bertoleransi antar umat beragama, guna menjaga kerukunan
antar umat beragama. Penanaman kesadaran beragama dan penjiwaan nilai-nilai islami pada
pribadi para pegawai pemerintahan membutuhkan proses. Untuk mempermudah proses tersebut, maka pemerintah Kota Tangerang Selatan
berupaya menciptakan suatu nuansa yang sarat dengan nilai-nilai islami yang biasa disebut dengan nuansa islami.
Manusia adalah makhuk sosial yang membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk saling berinteraksi, maka manusia memerlukan sarana yaitu
komunikasi agar hubungannya dapat berjalan sesuai dengan keinginannya. Oleh karena itu kegiatan komunikasi sangat penting dilakukan oleh setiap
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya karena komunikasi adalah kebutuhan setiap individu dan juga merupakan medium penting bagi
pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Dengan komunikasi pula manusia melaksanakan kewajibannya. Artinya manusia
memang tidak bisa hidup tanpa berkomunikasi. Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam menciptakan nuansa
islami khususnya di lingkungan pemerintahan kantor Walikota Tangerang
Selatan, Sub. Bagian Keagamaan sebagai staf pemerintahan yang berwenang dalam bidang keagamaan harus memiliki strategi komunikasi yang bijak dan
metode yang strategis dalam upaya menyadarkan para pegawainya untuk senantiasa bersikap baik, sopan dan menjaga tata krama dalam berkomunikasi
seperti yang diajarkan oleh agama. Adapun untuk mewujudkan terciptanya nuansa islami dikantor
Walikota Tangerang Selatan dapat dilakukan melalui pendekatan keteladanan, pembiasaan, serta menyusun program-program keagamaan
untuk lingkup kantor Walikota Tangerang Selatan maupun untuk masyarakat Tangerang Selatan.
Oleh karena itu, dari beberapa upaya yang harus dilakukan demi terciptanya nuansa islami dikantor Walikota Tangerang Selatan terdapat poin
penting yang tidak dapat terpisahkan yaitu peran Sub. Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan untuk terciptanya nuansa islami di kantor
Walikota Tangerang Selatan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
memilih judul skripsi “Strategi Komunikasi Sub. Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan dalam Menciptakan Nuansa Islami
di Kantor Walikota Tangerang Selatan.” B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Agar lebih terarah antara masalah yang dikemukakan dengan pembahasan, maka perlu pembatasan masalah yang akan diteliti. Subjek
penelitiannya adalah Kantor Walikota Tangerang Selatan. Objek
penelitiannya adalah strategi komunikasi Sub. Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan.
2. Perumusan masalah
Secara sederhana, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan Sub. Bagian
Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa islami di Kantor Walikota Tangerang Selatan.
b. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
menciptakan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian