Dengan demikian, strategi komunikasi baik secara makro planed multimedia strategy maupun secara mikro single communication medium
strategy yang mempunyai fungsi pada: a.
Menyebarkan pesan komunikasi yang bersifat informatif persuasif dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil
yang optimal. b.
Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan
akan marusak nilai-nilai budaya.
36
B. Nuansa Islami
1. Pengertian Nuansa Islami
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia 2001 dijelaskan bahwa kata “nuansa” berarti variasi atau perbedaan yang sangat halus atau kecil sekali,
atau kepekaan terhadap, kewaspadaan atas, atau kemampuan menyatakan adanya pergeseran yang kecil sekali tentang makna atau nilai.
37
Sedangkan kata islami yaitu bersifat keislaman.
38
Jadi yang dimaksud dengan nuansa islami mempunyai arti suatu keadaan yang mempunyai corak keislaman atau
sarat dengan nilai-nilai ajaran Islam. Kata islami sepadan dengan kata religius yang dalam Kamus Besar
Indonesia dinyatakan bahwa religius berarti bersifat religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi keagamaan. Dalam konteks
36
Onong Uchjana Efendy, Dinamika Komunikasi, h. 28
37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, edisi-III, h. 788
38
Tim Prima Pena, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Gita Media Press, h.308
pendidikan yang dimaksud nuansa islami adalah suasana atau iklim kehidupan keagamaan yang dampaknya ialah berkembangnya suatu
pandangan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama, yang diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup oleh
para warga dalam kehidupan mereka sehari-hari.
39
Sedangkan secara profesional nuansa atau suasana agamis dapat diartikan sebagai suasana dari hubungan harmonis yang saling dan
melaksanakan kewajiban masing-masing berdasarkan norma-norma yang diajarkan oleh al-Quran dan hadist Rasulullah SAW. Operasionalnya
biasanya dituangkan dalam tata tertib yang harus ditaati oleh semua pihak baik seorang pemimpin, kepala bagian dan para pegawai dilingkungannya.
40
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa nuansa islami adalah suatu budaya dan iklim lingkungan yang sarat dengan niali-nilai ajaran agama
islam yang dapat tercipta melalui hubungan antar warganya yang saling melaksanakan kewajibannya masing-masing berdasarkan ajaran al-Qur’an
dan sunnah.
2. Model-mod
sa Islami
Penciptaan
el Penciptaan Nuan
nuansa islami merupakan salah satu sarana dalam menana
mkan nilai-nilai ajaran agama islam. Dalam upaya penanaman nilai- nilai tersebut membutuhkan model dan pendekatan agar prosesnya berjalan
39
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai benang Kusut Dunia Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, h. 106
40
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi, Misi dan Aksi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet. I, h. 262-263.
secara efektif. Ada beberapa macam model yang dapat dikembangkan dalam upaya penanaman nilai-nilai ajaran agama islam, yaitu sebagai berikut:
a. Model pewarisan melalui pengajaran atau semacam indoktrinasi yaitu
penanaman dan penyampaian nilai-nilai agama. b.
Model pengembangan kesadaran nilai, ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran akan nilai-nilai tidak bisa diajarkan langsung secara
indoktrinatif. Nilai bisa dikatakan nilai bila ditemukan sendiri dan dialami sendiri.
c. Model pengembangan nilai etika mandiri yaitu, model pengembangan
kesadaran nilai melalui perubahan idenya tentang apa yang baik dan apa yang dapat digolongkan dalam beberapa tahap.
41
Sedangkan menurut Drs. Muhaimin, M.A, dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam menyebutkan bahwa “Model adalah sesuatu yang dianggap
benar, tetapi bersifat kondisional. Karena itu, model penciptaan suasana religius sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tempat model itu akan
diterapkan beserta penerapan nilai-nilai yang mendasarinya.
42
Model-model penciptaan suasana religius yang dimaksud antara lain:
a. Model struktural
penciptaan suasana religius dengan model structural yaitu penciptaan suasana religius yang disemangati oleh adanya peraturan-peraturan,
pembangunan kesan, baik dari luar atas kepemimpinan atau suatu
41
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi, Misi dan Aksi, h. 260.
42
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, cet. III, h. 305
kebijakan lembaga atau instansi tertentu. Model ini biasanya bersifat “top- down” yakni kegiatan keagamaan yang dibuat atas prakarsa atau instruksi
dari pejabatpimpinan. b.
Model mekanik Model mekanik dalam penciptaan suasana religius adalah penciptaan
suasana yang didasari oleh pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas berbagai aspek. Model ini berimplikasi terhadap pengembangan agama
yang lebih menonjolkan fungsi moral dan spiritual atau dimensi afektif dari pada kognitif dan psikomotorik.
c. Model organik
Penciptaan suasana religius dengan model organik yaitu penciptaan suasana yang disemangati oleh adanya pandangan bahwa agama adalah
kesatuan atau sebagai sistem yang berusaha mengembangkan pandangan atau semangat hidup agamis, yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan
keterampilan hidup yang religius. Model penciptaan ini berimplikasi terhadap pengembangan agama yang dibangun dari fundamental doktrinis
dan fundamental values yang tertuang dan terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber pokok. Kemudian bersedia dan mau menerima
kontribusi pemikiran dari para ahli serta mempertimbangkan konteks historisnya.
43
Dalam penciptaan nuansa islami atau suasana religius di kantor pemerintahan tidak hanya dapat dilakukan melalui model-model, tetapi juga
43
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, h. 306-307
harus melalui beberapa pendekatan diantaranya: pendekatan pembiasaan, keteladanan, dan pendekatan persuasif atau mengajak dengan cara halus. Bisa
pula dengan proaksi, yakni dengan membuat aksi atas inisiatif sendiri, jenis dan arah ditentukan sendiri, tetapi membaca munculnya aksi-aksi agar dapat
ikut memberi warna dan arah pada perkembangan. Bisa pula berupa antisipasi, yakni dengan tindakan aktif menciptakan situasi dan kondisi ideal
agar tercapai tujuan ideal.
44
3. Macam-