Strategi komunikasi sub bagian keagamaan kantor Walikota Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa islami di kantor walikota Tangerang Selatan
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
DAFIK NURUL FITRON NIM. 106051001791
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
(2)
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 4 Agustus 2010
(3)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
DAFIK NURUL FITRON NIM. 106051001791
Pembimbing:
PROF. DR. H. M. YUNAN YUSUF NIP. 19490119 198003 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010 M
(4)
Kita menyadari tak ada kegiatan yang dilakukan manusia tanpa komunikasi. Begitu pula dalam menyampaikan ajaran agama dibutuhkan sebuah komunikasi agar tujuan ajaran agama itu dapat disampaikan kepada khalayak dengan baik. Agama adalah pondasi hidup manusia, tanpa agama manusia akan kehilangan tujuan hidupnya dan tanpa agama pula manusia akan hidup seperti hewan. Agama mengajarkan manusia kepada kebaikan dan dapat mengantarkan manusia menuju khaiyr ‘ummah. Menciptakan iklim atau suasana agamis merupakan sebuah ajaran agama agar dalam hidup keseharian selalu dinaungi rasa aman, nyaman dan tentram. Itu sebabnya dalam menyampaikan ajaran agama dibutuhkan sebuah strategi komunikasi.
Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut ini. Pertama, bagaimana strategi komunikasi yang digunakan Sub Bagian Keagamaan dalam menciptakan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan? Kedua, Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat strategi komunikasi dalam menciptakan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan?
Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara melalui pengamatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi di kantor Walikota Tangerang Selatan secara langsung.
Sedangkan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori dari Harold D. Lasswell yang menyatakan bahwa proses komunikasi yang terbaik adalah dengan menjawab pertanyaan “Who says what in which channel to whom with what effect?”(Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa?) Komunikasi akan sampai pada tujuan yang diinginkan bila dipertautkan pada komponen-komponen yang di rumuskan oleh Lasswell. Dalam hal ini juga sub bagian keagamaan Kota Tangerang Selatan dalam mengkomunikasikan tujuannya, yakni menciptakan nuansa islami menggunakan strategi komunikasi, baik dengan menggunakan media atau komunikasi langsung.
Strategi komunikasi dalam menciptakan nuasa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan sudah tercipta dengan cukup baik, hal ini terbukti dengan banyaknya pegawai yang menerapkan nilai-nilai syari’at dan akhlak, misalnya shalat berjama’ah, mengenakan jilbab, berkomunikasi dengan baik dan sopan, dan melayani masyarakat dengan santun, ramah dan senyum sehingga masyarakat merasa puas.
(5)
manusia yang taat kepada-Nya, yang masih memberikan kesempatan kepada penulis untuk beribadah kepada-Nya dan untuk bersholawat kepada kekasih-Nya, serta dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung, yang baik ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak pernah lelah untuk mengajak umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di dunia dan di akhirat beliau adalah Sayyidina Muhammad ibn Abdillah.
Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi, baik itu berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam diri penulis. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta motivasi kepada penulis.
Penulis persembahkan segalanya kepada ayahanda (H. Miharja) dan kepada ibunda tersayang (Hj. Roswati) yang telah melahirkan ananda, membesarkan dan mendidik hingga ananda besar. Dan semoga gelar sarjana ini dapat membahagiakan ayahanda dan ibunda tercinta. Adikku (Eva Fauziah) yang selalu mendoakan penulis agar penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada:
(6)
Rizal LK, M.A selaku Pudek III.
2. Kepada Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi bapak Drs. Jumroni. M.Si dan Sekertaris Jurusan Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA.
3. Kepada bapak Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf sebagai pembimbing skripsi yang selalu setia dan sabar membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Kepada para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam masa perkuliahan.
5. Kepada bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan-bahan dalam mengerjakan skripsi ini.
6. Kepada Walikota Tangerang Selatan, khususnya kepada Kepala Sub Bagian Keagamaan kantor Walikota Tangerang Selatan bapak M. Syafe’i, S.Ag beserta staf-stafnya, kepala Sub Bagian Dokumentasi Humas Protokol Tangerang Selatan bapak Hadiana dan Staf Bendahara Pengeluaran Belanja Langsung bapak Rizki Maulana. serta semua pihak yang telah membantu memberikan data-data demi terselesainya skripsi ini.
(7)
Asyrof Hulaimi (UNJ), Muh. Iqbal (As-Syafi’iah), Gesit Hardiansyah (UMJ) yang selalu mewarnai hari-hari penulis dengan canda dan tawa.
8. Teruntuk sahabat terkasih, St Mahmudah (Fak. Ekonomi ‘07) yang banyak memberikan motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih penulis sampaikan untuk sahabat Mabes 12, Mukhtar Fauzi, ka’ Ranita, ka’ Uut Muthiah, abang Lukmanul Hakim, abang Rahmat SB, abang Kiki Maulana, abang Dasuki, abang Ahmad Fadli, Dedi Kurniasyah Putra, dan Said Muchsin.
9. Keluarga Besar KPI angkatan 2006, Badru Tamam, Deni Sofiansyah, Hari Haryanto, Fikri Rivai, Hamiludin Ismail, Fachmi Ali, Dian Putra, Didi Rustandi, Eko Maulana, Asep Faiz Muiz, Hambali, Azra, Denhas, Nurhasanah, Nisfi R, Dian Komalasari, Fathonah, Besse Hermawati, Dini Utami, Devi Rahayu, Erza Handayani, Gita, Fitriyani, Fitri Susilawati, Desti Eka Putri, Halimah, Eki Susanti, khususnya KPI B angkatan 2006 yang sudah memberi keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi keluarga serta inspirasi bagi penulis.
10.Keluarga Besar KKS Puraseda-Leuwiliang-Bogor tahun 2009. Afaf Solihin, Khaerunnisa, Nubzah, Yuli, Yuyun, Ade Ernawati, Kholid, Nurhasanah, Alfi dan masyarakat Kampung Kaum Desa Puraseda.
(8)
Alamin.
Jakarta, 4 Agustus 2010
(9)
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 6
D. Tinjauan Pustaka ... 7
E. Metodologi Penelitian ... 8
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi ... 12
2. Pengertian Komunikasi ... 17
3. Macam-macam Komunikasi ... 20
a. Komunikasi Pribadi ... 20
b. Komunikasi Kelompok ... 21
c. Komunikasi Massa ... 22
4. Pengertian Strategi Komunikasi ... 23
5. Fungsi Strategi Komunikasi ... 24
B. Nuansa Islami 1. Pengertian Nuansa Islami ... 25
(10)
b. Akhlak ... 32
BAB III AN UMUM WALIKOTA TANGERANG
A.
ngerang Selatan ... 42 Program Walikota Tangerang Selatan ...
Tugas, Fungsi, dan Peran Sub.Bagian Keagamaa
46 Susunan Struktur Sub. Bagian Keagamaan ...
BAB IV
n lam Menciptakan Nuansa Islami ...
nsa mi ...
BAB V
simpulan ...
69
DAFT
GAMBAR SELATAN
Walikota Tangerang Selatan
1. Sejarah Kota Tangerang Selatan ... 37 2. Visi dan Misi Walikota Ta
3. ... 44
B. Sub. Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan
1. n ... 45
2. Program Kerja Sub. Bagian Keagamaan ...
3. ... 47
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
A. Strategi Komunikasi Yang Diterapkan Sub. Bagian Keagamaa
Da ... 48
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Menciptakan Nua
Isla ... 66
PENUTUP
A. Ke ... 68
B. Saran-saran ...
(11)
Tabel 3: Kesadaran pegawai tentang ketauladanan yang diberikan pim
W 54
Tabel 4: Mengucapkan salam saat bertemu dengan pegawai lain ...
Tabel 5: K 60
abel 6: Pengajian coffee morning mengajak pegawai untuk membiasakan diri
lat dhuha... 61 abel 7: Kesadaran dan perasaan masyarakat tentang nuansa islami di kantor
Walikota Tangerang Selatan ... 63 Tabel 8: Kepuasan masyarakat te g diberikan pemerintah
. 65
pinan alikota Tangerang Selatan ...
... 55 ehadiran pegawai dalam pengajian bulanan ... T
melakukan sha
T
ntang pelayanan yan
Kota Tangerang Selatan ... 64 Tabel 9: Mengajurkan pegawai perempuan untuk menggunakan Jilbab atau
(12)
Di zaman modern seperti saat sekarang ini, nilai-nilai agama, khususnya nilai ajaran agama Islam mulai memudar seiring berkembangnya zaman dan teknologi yang semakin maju. Hal ini juga tidak lepas dari sifat individualistis masyarakat karena telah disibukan dengan kesibukan masing-masing. Tidak dipungkiri segala macam bentuk kejahatan dan kezaliman telah sering kita temukan dimanapun kita berada, baik pencurian, pemerkosaan, perjudian, atau bentuk kejahatan lainnya. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan, ketidakpahaman, serta ketidakpedulian sebagian orang tentang ajaran agama.
Kesadaran beragama yang mengkristal dan penjiwaan nilai-nilai keagamaan yang tertanam dalam pribadi yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia adalah wujud dari kepatuhan terhadap Allah SWT. Kepatuhan ini dilandasi oleh keyakinan dalam diri pribadi mengenai pentingnya seperangkat nilai religius yang dianut. Karena kepatuhan, niat, ucap, pikir, tindakan, perilaku dan tujuan senantiasa diupayakan berada dalam lingkup nilai-nilai islam yang biasa disebut dengan nuansa islami. Nuansa islami di lingkungan masyarakat dapat terlihat dari keseluruhan aktifitas semua warga masyarakat. Menciptakan nuansa islami berarti menciptakan suatu suasana atau iklim kehidupan keagamaan.
Pada dasarnya suasana atau nuansa islami dapat terbentuk jika masyarakatnya sadar dan paham tentang ajaran agama yang dianutnya.
(13)
Namun, hal ini tidak terlepas pula dari peran serta pemerintah, khususnya pemerintah daerah atau kota untuk memperkokoh serta memberikan tauladan yang baik kepada masyarakatnya untuk senantiasa hidup berlandaskan ajaran agama yang dianut. Agar tercipta suasana atau nuansa yang religi.
Kegiatan atau program pemerintah sangat membantu terciptanya suasana religi, misalnya lomba Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ), mengadakan Tabligh Akbar, pengajian bulanan, atau kegiatan lainnya. Selain itu, ketauladanan dari seorang pemimpin sangat berpengaruh besar. Seorang pemimpin yang amanah, berakhlak mulia, bijaksana, adil, serta bersih dari tindak korupsi merupakan cerminan dari nilai-nilai ajaran agama.
Maka dari itu, ketauladanan juga tidak hanya ada pada diri seorang pemimpin, namun staf atau jajaran yang di bawahnya, khususnya pegawai pemerintahan yang seharusnya pula memberikan ketauladanan yang baik kepada masyarakatnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengharuskan pegawainya untuk senantiasa berakhlak mulia, sopan serta mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan atau di lingkungan masyarakat umum. Agar tercipta ketauladanan yang baik serta terciptanya nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan maupun di wilayah kota Tangerang Selatan.
Pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah salah satu daerah otonom di wilayah provinsi Banten, dan merupakan wilayah pemekaran dari
(14)
Kabupaten Tangerang. Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan sekitar 1.241.441 jiwa, dan mayoritas penduduknya beragama Islam yakni 90,98%.1
Agama Islam agama yang rohmatan lil ‘alamiin, yang menyeru kepada kebaikan dan menunjukan kejalan yang lurus. Agama yang menuntun umatnya untuk senantiasa berbuat baik, berakhlak mulia, mematuhi ajaran agama, dan lain sebagainya.
Dalam konteks agama, gambaran nuansa islami dapat terlihat dari aktifitas dan kegiatan keagamaan yang bersifat vertikal dan horizontal. Yang bersifat vertikal dapat tergambar melalui pola hubungan manusia atau para pegawai pemerintahan dengan Allah SWT (habl min Allah). Misalnya shalat, berdoa, puasa dan ibadah lainnya. Sedangkan yang bersifat horizontal dapat berupa pola hubungan antarmanusia atau antarpegawai (habl min naas). Misalnya bertutur kata dengan baik dan sopan, saling menghormati dan menghargai, bersifat jujur, amanah, berakhlak mulia, dan berpakaian sopan.
Nuansa islami juga dapat dilihat secara kasat mata dengan perilaku setiap individu, kebiasaan, dan aktifitas setiap individu. Misalnya dalam berpakaian, di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan menganjurkan pegawai wanita yang muslimah untuk berpakaian muslimah, seperti memakai jilbab dan berpakaian seragam yang sopan untuk pegawai wanita yang non-muslim, guna menutupi aurat. Sedangkan dalam aktifitas sehari-hari di kantor, seluruh pegawai diharuskan untuk saling menghormati dan menghargai antara pegawai. Misalnya jika dalam bulan Ramadhan, pegawai
1
(15)
yang non muslim harus menghargai pegawai yang muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa. Sedangkan dalam kegiatan sehari-hari, setiap pegawai diharapkan selalu bertutur kata baik dan sopan dalam berkomunikasi, saling menghormati antara atasan dan bawahan, dan seorang pemimpin memberikan tauladan yang baik kepada bawahan atau para pegawai. Serta bertoleransi antar umat beragama, guna menjaga kerukunan antar umat beragama.
Penanaman kesadaran beragama dan penjiwaan nilai-nilai islami pada pribadi para pegawai pemerintahan membutuhkan proses. Untuk mempermudah proses tersebut, maka pemerintah Kota Tangerang Selatan berupaya menciptakan suatu nuansa yang sarat dengan nilai-nilai islami yang biasa disebut dengan nuansa islami.
Manusia adalah makhuk sosial yang membutuhkan antara satu dengan yang lain. Untuk saling berinteraksi, maka manusia memerlukan sarana yaitu komunikasi agar hubungannya dapat berjalan sesuai dengan keinginannya. Oleh karena itu kegiatan komunikasi sangat penting dilakukan oleh setiap manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya karena komunikasi adalah kebutuhan setiap individu dan juga merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Dengan komunikasi pula manusia melaksanakan kewajibannya. Artinya manusia memang tidak bisa hidup tanpa berkomunikasi.
Dalam upaya mencapai keberhasilan dalam menciptakan nuansa islami khususnya di lingkungan pemerintahan kantor Walikota Tangerang
(16)
Selatan, Sub. Bagian Keagamaan sebagai staf pemerintahan yang berwenang dalam bidang keagamaan harus memiliki strategi komunikasi yang bijak dan metode yang strategis dalam upaya menyadarkan para pegawainya untuk senantiasa bersikap baik, sopan dan menjaga tata krama dalam berkomunikasi seperti yang diajarkan oleh agama.
Adapun untuk mewujudkan terciptanya nuansa islami dikantor Walikota Tangerang Selatan dapat dilakukan melalui pendekatan keteladanan, pembiasaan, serta menyusun program-program keagamaan untuk lingkup kantor Walikota Tangerang Selatan maupun untuk masyarakat Tangerang Selatan.
Oleh karena itu, dari beberapa upaya yang harus dilakukan demi terciptanya nuansa islami dikantor Walikota Tangerang Selatan terdapat poin penting yang tidak dapat terpisahkan yaitu peran Sub. Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan untuk terciptanya nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul skripsi “Strategi Komunikasi Sub. Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan dalam Menciptakan Nuansa Islami di Kantor Walikota Tangerang Selatan.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Agar lebih terarah antara masalah yang dikemukakan dengan pembahasan, maka perlu pembatasan masalah yang akan diteliti. Subjek penelitiannya adalah Kantor Walikota Tangerang Selatan. Objek
(17)
penelitiannya adalah strategi komunikasi Sub. Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan.
2. Perumusan masalah
Secara sederhana, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan Sub. Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa islami di Kantor Walikota Tangerang Selatan. b. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
menciptakan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui strategi komunikasi yang diterapkan sub. bagian keagamaan kantor Walikota Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis
Dalam konteks akademis penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lembaga pemerintahan khususnya kantor Walikota Tangerang Selatan, sosial dan dakwah, terutama bagi peneliti sendiri dalam bidang dakwah dan komunikasi.
(18)
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai strategi komunikasi dan ilmu komunikasi. Kemudian untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
D. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai strategi komunikasi terutama pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi diantaranya:
Skripsi yang berjudul Strategi Departemen Luar Negeri (deplu) Dalam Membangun Citra Islam Indonesia oleh Geary Fariq Muhammad; skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Dompet Dhuafa Republika Dalam Sosialisasi Zakat oleh M. Dzikril Amin; skripsi yang berjudul Strategi Komunikasi Dinas Kebersihan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Dalam Mensosialisasikan Kesadaran Bersih Lingkungan oleh Ratna Dwi Guna. Namun, penelitian tentang Strategi Komunikasi Sub Bagian Keagamaan Kantor Walikota Tangerang Selatan Dalam Menciptakan Nuansa Islami di kantor Walikota Tangerang Selatan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi penulis belum menemukan ada yang menelitinya.
Penulis dalam penelitian tentang strategi komunikasi Sub Bagian Keagamaan Walikota Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa islami menggunakan referesi buku, artikel dan lain sebagainya selain itu strategi
(19)
komunikasi yang diterapkan Sub Bagian Keagamaan Walikota Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa islami dapat membangun citra Pemerintah Walikota Tangerang Selatan di masyarakat luas dan dapat meningkatkan kinerja pegawai.
E. Metodologi penelitian
1. Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di lapangan dan kemudian dilakukan analisa untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara.2
Penelitian kualitatif umumnya mengacu penelitian naturalistik dan etnografi, mencakup beberapa pendekatan yang juga menggunakan nama-nama lain seperti: study kasus, penelitian tindakan (action researce), riset kolaborasi, riset fenomonologi, study lapangan, dan intraksionisme interpretasi. Semua penelitian ini bersifat kualitatif berdasarkan ciri-ciri berikut: memiliki minat teoritis pada proses interpretasi manusia, memfokuskan perhatian pada studi tindakan manusia dan artefak yang
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 1998) cet. II, h.10
(20)
bersituasi secara sosial, menggunakan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Menulis teks untuk disajikan pada khalayak.3
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi dan waktu penelitian bertempat di Kantor Walikota Tangerang Selatan yakni yang beralamat di Jl. Siliwangi No. 1 Pamulang, dan waktu penelitiannya dilaksanakan pada bulan Maret s/d Mei 2010. 3. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah:
a. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.4 Peneliti mengawasi dengan
cermat setiap perkembangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap strategi komunikasi Sub. Bagian Keagamaan kantor Walikota Tangerang Selatan dalam menciptakan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan.
b. Wawancara (interview), yaitu peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan orang-orang yang terlibat seperti Kepala Sub Bagian Keagamaan, Kepala Sub Bagian Dokumentasi Humas dan Protokol pemerintah Kota Tangerang Selatan dan Staf pegawai Bendahara Pengeluaran Belanja Langsung, Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Dengan tujuan
3
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung Rosdakarya 2004), cet ke-4, h. 158
4
(21)
untuk mendapatkan keterangan secara jelas tentang strategi komunikasi dalam menciptakan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan. Sedangkan teknik wawancara yang digunakan adalah yakni campuran antara wawancara struktur dan tidak berstruktur.5 Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan
kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat.
c. Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan dan pengambilan data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, arsip atau dokumen-dokumen milik Sub Bagian Keagamaan, Bagian Pemerintahan Tangerang Selatan, dan Humas dan Protokol Tangerang Selatan mengenai penelitian ini.
d. Angket/kuesioner, yaitu penyebaran angket yang berupa pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan data obyektif, respondennya adalah masyarakat yang datang ke kantor Walikota Tangerang Selatan dan pegawai kantor Walikota Tangerang Selatan dengan menyebarkan angket sebanyak 60 angket. 30 angket khusus untuk pegawai kantor Walikota Tangerang Selatan dan 30 angket khusus untuk masyarakat.
5
(22)
F. Sistematika Penulisan
Dalam membahas suatu penelitian diperlukan sistematika penulisan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teoritis yang mencakup pengertian strategi, pengertian komunikasi, macam-macam komunikasi, pengertian strategi komunikasi, fungsi strategi komunikasi, pengertian nuansa islami, model-model penciptaan nuansa islami, dan macam-macam nilai keislaman.
BAB III Gambaran umum Walikota Tangerang Selatan, memuat tentang sejarah Kota Tangerang Selatan, visi, misi, motto Kota Tangerang Selatan, program Walikota Tangerang Selatan, Tugas, Fungsi, dan Peran Sub. Bagian Keagamaan, Program Kerja Sub. Bagian Keagamaan, dan Susunan Struktur Sub. Bagian Keagamaan.
BAB IV Strategi komunikasi yang diterapkan Sub. Bagian Keagamaan dan faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan nuansa islami. BAB V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
(23)
1. Pengertian Strategi
Kata strategi komunikasi berasal dari bahasa yunani, yaitu strategos, yang berarti komandan militer pada zaman demokrasi Athena. Pada awalnya, strategi digunakan dalam dunia militer, yaitu untuk memenangkan suatu peperangan.1
Strategi juga dapat diartikan sebagai seni atau ilmu untuk menjadi seorang Jendral, konsep ini relevan pada saat itu, karena memang kondisinya sedang berkecamuk perang. Strategi juga diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.2
Pengertian di atas dikuatkan oleh Hari Murti Kridalaksana, dalam bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang menggungkapkan bahwa strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaan dan akal atau budi daya.3
Sehingga tidak mengherankan jika konsep strategi kerap melekat pada lingkungan militer dan usaha untuk memenangkan perang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
1
Komarudin, Ensiklopedia Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) cet. Ke 1, h. 539
2
Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21, terjemahan A,E. Priyono dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1996), h.ii
3
Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1981),
(24)
kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan damai atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.4
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian stategi, penulis mengedepankan beberapa pengertian strategi yang dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain:
1. Menurut W.J.S Poerwadarmintha, strategi memiliki beberapa pengertian, yaitu: siasat perang dan akal (daya upaya) untuk mencapai suatu maksud.5
2. Menurut William F. Glueck bahwa strategi adalah rencana yang dipersatukan, komprehensif terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk meyakinkan bahwa sasaran dasar perusahaan akan dicapai dengan pelaksanaan tepat oleh organisasi itu.6
3. Syarif usman mengatakan, dalam pembangunan saya mendefinisikan strategi sebagai kebijaksanaan menggerakan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya, dan kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.7
4. Onong uchjana effendi mengatakan, strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.
4
Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2004), edisi III, h.1092
5
Ahad Abu, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.11
6
William F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 1987) edisi ke-2, h. 24
7
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam,
(25)
Akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.8
5. Stainer dan Mineer mengatakan, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengikat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai.9
6. Menurut Fuad Amsyari mengatakan bahwa pada pengertian dasarnya, strategi dan taktik adalah suatu metode atau taktik untuk memenangkan suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk suatu pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dalam bidang non-militer, strategi dan taktik adalah suatu cara atau teknik untuk memenangkan suatu persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.10
7. Menurut Asmuni Syukir, bahwa strategi dalam ilmu dakwah berarti sebagai metode, siasat, taktik yang digunakan dalam proses kegiatan dakwah.11 Namun Asmuni Syukir juga menjelaskan bahwa Strategi
8
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet ke-4, h. 32
9
George Steiner dan John Mineer, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga), h.20
10
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Penerbit Mizan, 1990), Cet ke-I, h. 10
11
(26)
dakwah dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa asas dakwah yaitu:
a. Asas fisiologis, asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktifitas dakwah.
b. Asas keahlian dan kemampuan da’i.
c. Asas sosiologis, asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.
d. Asas pshykologis, asas ini erat hubungannya dengan kejiwaan manusia.
e. Asas efektifitas dan efisiensi, asas ini maksudnya dalam aktifitas dakwah harus berusaha menyeimbangkan antara biaya, waktu dan tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya. Artinya antara ketiga hal tersebut harus sesuai dengan hasil dakwah yang akan dicapai.12
Dalam suatu organisasi, kesuksesan sangat ditentukan oleh strategi yang digunakan oleh organisasi atau lembaga tersebut. Jika strategi atau cara yang dipakai efektif di lapangan maka kesuksesan organisasi mudah tercapai, juga sebaliknya jika strategi yang digunakan salah atau kurang efektif maka kemungkinan besar tujuan organisasi atau lembaga tidak akan tercapai. Sebab menurut Hadari Nawawi, kata strategi dalam manajemen suatu organisasi diartikan sebagai kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang secara
12
(27)
sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah kepada strategi organisasi.13
Pendekatan strategi memiliki beberapa ciri berikut:
a. Memusatkan perhatian pada kekuatan. Kekuatan adalah bagaikan fokus dalam pokok pendekatan strategi.
b. Memusatkan kepada analisa dinamika, analisa gerak, dan analisa aksi. c. Strategi memusatkan pada perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai
serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Strategi memperhatikan faktor-faktor waktu (sejarah: masa lampau, masa kini, dan trauma masa depan) dan faktor lingkungan.
e. Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisa kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka bergerak menuju kepada tujuan itu.14
Dari beberapa pengertian dan perjelasan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi adalah suatu rumusan dan perencanaan terhadap suatu hal untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada. Strategi umumnya dilakukan oleh suatu organisasi dalam menjalankan kegiatannya.
13
Hadari Nawawi, Manjemen Strategik Organisasi Non-Provit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 2000), Cet ke-I, h. 147
14
Ali martopolo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Eisiter For Strategic And International Study 1978), cet ke-I, h. 8
(28)
Namun, strategi juga dapat dilakukan oleh individu-individu dalam mencapai maksud yang diinginkan.
2. Pengertian Komunikasi
Sedangkan kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicate
yang berarti berbicara, menyampaikan pesan, informasi, pikiran, gagasan dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan atau arus balik (feedback).15
Dalam kamus besar bahasa Indonesia komunikasi secara etimologi diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita.16
Ada banyak pendapat tentang pengertian komunikasi dari para ahli komunikasi, diantaranya:
1) Menurut Onong Uchjana Effendy, yang mengatakan bahwa istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa inggris communication yang bersumber dari bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Maka arti hakiki dari communicatio ini adalah
communis yang berarti sama atau kesamaan arti.17
2) Menurut James, Komunikasi adalah perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain.18
3) Menurut Arni Muhammad, Komunikasi adalah suatu proses dimana individu dalam hubungannya dengan individu lainnya, dalam
15
A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) h. 35
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 454
17
Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bina Cipta, 1998), Cet. Ke-3, h.1
18
James G. Robbins, Komunikasi yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-4, h. 1
(29)
kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat guna memberikan suatu informasi.19
4) Wilbur Schramm mengatakan bahwa komunikasi di dasarkan atas hubungan (intune) antara satu dengan yang lain yang fokus pada informasi yang sama, sangkut paut tersebut berada dalam komunikasi tatap muka (face to face communication).20
5) Menurut Astrid. S. Susanto, kata komunikasi dalam bahasa Inggris yaitu communication, secara etimologi komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang berarti “partisipasi atau memberitahukan.” Kata communis berarti “milik bersama” atau “berlaku dimana-mana”.21
6) Menurut Dedy Mulyana, Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal.22
7) Menurut Harold Laswell yang dikutip oleh Deddy Mulyana, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?23
19
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-4, h. 3
20
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1998), hal. 59
21
Astrid. S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina cipta, 1947), h. 67.
22
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 3.
23
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005 ), h. 62.
(30)
Menurut Onong Uchjana Efendy, ada beberapa sebab mengapa manusia melakukan komunikasi, yakni untuk:
a. Mengubah sikap (to change attitude)
b. Mengubah opini, pendapat, dan pandangan (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behaviour)
d. Mengubah masyarakat (to change the society).24
Selain pengertian dan penjelasan diatas, para ahli komunikasi juga mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian komunikasi, menurut Breslon dan Steiner, mendefinisikan:
“Komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, gambar, grafik dan lain-lain. Kemudian Shannon dan Weaver mengartikan komunikasi sebagai mencakup produsen melalui nama pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain.”25
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang diberikan komunikator dan mendapat respon dari komunikan dengan atau tanpa menggunakan media sebagai alatnya. Agar komunikasi berjalan efektif, maka kita juga memerlukan strategi dalam menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh orang lain.
24
Onong uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.55
25
(31)
3. Macam-macam Komunikasi
a. Komunikasi Pribadi
Komunikasi pribadi (personal communication) adalah komunikasi seputar diri seseorang. Baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Komunikasi pribadi terdiri dari dua jenis, yakni:
1. Komunikasi intrapribadi
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang yang berperan baik sebagai komunikator atau sebagai komunikan.
“Menurut Wilbur Schramm, yang dikutip oleh Phil. Astrid S. Susanto, bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk mengambil keputusan menerima ataupun menolaknya, akan mengadakan terlebih dahulu suatu “komunikasi dengan dirinya” (proses berfikir). “Komunikasi dengan diri” ataupun proses berfikir, khususnya menimbang untung rugi usul yang diajukan oleh komunikator, hal inilah yang oleh Schramm diberi nama komunikasi intrapersonal”.26
2. Komunikasi antarpribadi
“Menurut Joseph A. Devito, yang dikutip oleh Efendy, komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang. Atau di antara sekelompok kecil orang-orang. Dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.”27
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face).28
26
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, h. 7.
27
Onong Uchjana Efendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: Citra Aditya Bakti,2003) cet ke-3, h.60.
28
(32)
Menurut Barnlund ada beberapa ciri khas dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a) Selalu terjadi secara spontan;
b) Tidak mempunyai struktur yang teratur dan diatur; c) Terjadi secara kebetulan;
d) Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu; e) Dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaan yang
kadang-kadang kurang jelas; dan f) Bisa terjadi sambil lalu.29
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi pribadi yaitu komunikasi yang terjadi pada diri seseorang maupun pada diri orang lain yang terjadi dengan tidak direncanakan.
b. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.30
Sesuatu dikatakan komunikasi kelompok karena:
1). Proses komunikasi dimana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka.
2). Komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Hal ini menyebabkan komunikasi sangat
29
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), cet.ke-2, h. 12-13.
30
(33)
terbatas sehingga umpan baliknya juga tidak leluasa karena waktu terbatas dan khalayak relatif besar.
3). Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni tradisional di desa, pengarahan dan ceramah dengan khalayak besar. Dengan kata lain komunikasi sosial antara tempat, situasi dan sasarannya jelas.31
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi pada saat jumlah komunikannya lebih banyak daripada komunikasi pribadi, dan komunikasi tidak terjadi begitu saja, semua telah terencana sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi terarah.
c. Komunikasi Massa
Pengertian dari komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern, baik dalam surat kabar, siaran televisi, siaran radio, dan film.32 Komunikasi massa memberikan informasi, gagasan dan sikap
kepada komunikan yang beragam jumlahnya, dan yang banyak dengan menggunakan media.
“Menurut Zulkarnaen Nasution dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Komunikasi Massa mengatakan bahwa komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan atau informasi yang ditujukan kepada khalayak massa dengan karakteristik tertentu. Sedangkan madia massa hanya sebagai salah
31
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke2, h. 33-34.
32
(34)
satu komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses yang dimaksud.”33
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people).34
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang terjadi pada orang yang jumlahnya sangat banyak dengan menggunakan media sebagai alat untuk mendukung proses komunikasinya.
4. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi adalah paduan antara perencanaan komunikasi (comunication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi.35 Jadi dengan
demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
33
Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka).
34
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-23, h. 188.
35
Onong Uchjana Efendy, Dinamika komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002) Cet ke-6, h. 28
(35)
Dalam strategi komunikasi, peran komunikator sangatlah penting. Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi dapat datang sewaktu-waktu, terlebih jika komunikasi langsung melalui media massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tercapai.
Seorang komunikan akan mempunyai kemampuan dan strategi untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga dengan demikian komunikan taat pada pesan yang disampaikan atau dikomunikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan, ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.
5. Fungsi Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Lebih-lebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa strategi yang semakin modern yang kini banyak dipergunakan di negara-negara yang sedang berkembang karena mudahnya diperoleh dan relatif mudahnya dioperasionalkan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif.
(36)
Dengan demikian, strategi komunikasi baik secara makro (planed multimedia strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) yang mempunyai fungsi pada:
a. Menyebarkan pesan komunikasi yang bersifat informatif persuasif dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan marusak nilai-nilai budaya.36
B. Nuansa Islami
1. Pengertian Nuansa Islami
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) dijelaskan bahwa kata “nuansa” berarti variasi atau perbedaan yang sangat halus atau kecil sekali, atau kepekaan terhadap, kewaspadaan atas, atau kemampuan menyatakan adanya pergeseran yang kecil sekali tentang makna atau nilai.37 Sedangkan
kata islami yaitu bersifat keislaman.38 Jadi yang dimaksud dengan nuansa
islami mempunyai arti suatu keadaan yang mempunyai corak keislaman atau sarat dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Kata islami sepadan dengan kata religius yang dalam Kamus Besar Indonesia dinyatakan bahwa religius berarti bersifat religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan). Dalam konteks
36
Onong Uchjana Efendy, Dinamika Komunikasi, h. 28
37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi-III, h. 788
38
(37)
pendidikan yang dimaksud nuansa islami adalah suasana atau iklim kehidupan keagamaan yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai agama, yang diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup oleh para warga dalam kehidupan mereka sehari-hari.39
Sedangkan secara profesional nuansa atau suasana agamis dapat diartikan sebagai suasana dari hubungan harmonis yang saling dan melaksanakan kewajiban masing-masing berdasarkan norma-norma yang diajarkan oleh al-Quran dan hadist Rasulullah SAW. Operasionalnya biasanya dituangkan dalam tata tertib yang harus ditaati oleh semua pihak baik seorang pemimpin, kepala bagian dan para pegawai dilingkungannya.40
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa nuansa islami adalah suatu budaya dan iklim lingkungan yang sarat dengan niali-nilai ajaran agama islam yang dapat tercipta melalui hubungan antar warganya yang saling melaksanakan kewajibannya masing-masing berdasarkan ajaran al-Qur’an dan sunnah.
2. Model-mod sa Islami
Penciptaan
el Penciptaan Nuan
nuansa islami merupakan salah satu sarana dalam menana
mkan nilai ajaran agama islam. Dalam upaya penanaman nilai-nilai tersebut membutuhkan model dan pendekatan agar prosesnya berjalan
39
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 106
40
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi, Misi dan Aksi,
(38)
secara efektif. Ada beberapa macam model yang dapat dikembangkan dalam upaya penanaman nilai-nilai ajaran agama islam, yaitu sebagai berikut:
a. Model pewarisan melalui pengajaran atau semacam indoktrinasi yaitu penanaman dan penyampaian nilai-nilai agama.
b. Model pengembangan kesadaran nilai, ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran akan nilai-nilai tidak bisa diajarkan langsung secara indoktrinatif. Nilai bisa dikatakan nilai bila ditemukan sendiri dan dialami sendiri.
c. Model pengembangan nilai etika mandiri yaitu, model pengembangan kesadaran nilai melalui perubahan idenya tentang apa yang baik dan apa yang dapat digolongkan dalam beberapa tahap.41
Sedangkan menurut Drs. Muhaimin, M.A, dalam bukunya Paradigma Pendidikan Islam menyebutkan bahwa “Model adalah sesuatu yang dianggap benar, tetapi bersifat kondisional. Karena itu, model penciptaan suasana religius sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tempat model itu akan diterapkan beserta penerapan nilai-nilai yang mendasarinya.42 Model-model
penciptaan suasana religius yang dimaksud antara lain: a. Model struktural
penciptaan suasana religius dengan model structural yaitu penciptaan suasana religius yang disemangati oleh adanya peraturan-peraturan, pembangunan kesan, baik dari luar atas kepemimpinan atau suatu
41
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi, Misi dan Aksi,
h. 260.
42
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. III, h. 305
(39)
kebijakan lembaga atau instansi tertentu. Model ini biasanya bersifat “top-down” yakni kegiatan keagamaan yang dibuat atas prakarsa atau instruksi dari pejabat/pimpinan.
b. Model mekanik
Model mekanik dalam penciptaan suasana religius adalah penciptaan suasana yang didasari oleh pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas berbagai aspek. Model ini berimplikasi terhadap pengembangan agama yang lebih menonjolkan fungsi moral dan spiritual atau dimensi afektif dari pada kognitif dan psikomotorik.
c. Model organik
Penciptaan suasana religius dengan model organik yaitu penciptaan suasana yang disemangati oleh adanya pandangan bahwa agama adalah kesatuan atau sebagai sistem yang berusaha mengembangkan pandangan atau semangat hidup agamis, yang dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidup yang religius. Model penciptaan ini berimplikasi terhadap pengembangan agama yang dibangun dari fundamental doktrinis dan fundamental values yang tertuang dan terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber pokok. Kemudian bersedia dan mau menerima kontribusi pemikiran dari para ahli serta mempertimbangkan konteks historisnya.43
Dalam penciptaan nuansa islami atau suasana religius di kantor pemerintahan tidak hanya dapat dilakukan melalui model-model, tetapi juga
43
(40)
harus melalui beberapa pendekatan diantaranya: pendekatan pembiasaan, keteladanan, dan pendekatan persuasif atau mengajak dengan cara halus. Bisa pula dengan proaksi, yakni dengan membuat aksi atas inisiatif sendiri, jenis dan arah ditentukan sendiri, tetapi membaca munculnya aksi-aksi agar dapat ikut memberi warna dan arah pada perkembangan. Bisa pula berupa antisipasi, yakni dengan tindakan aktif menciptakan situasi dan kondisi ideal agar tercapai tujuan ideal.44
3.
Macam-a. Syari’at
macam Nilai Keislaman
timologi syari’at berarti peraturan atau ketetapan yang Allah p
“Kemudi suatu syari’at (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syari’at itu
A
diantara Bani Isra’il, itu kami menjadikan berada di atas suatu syari’at
Secara e
erintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan.45
Allah SWT berfirman:
☺
an Kami jadikan kamu berada di atas
dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Qs. Al-Jatsiyah [45]: 18)
yat di atas menyatakan: Kemudian setelah terjadi perselisihan
44
Muahimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, h. 110
45
Yusuf Qardhawi, Membumikan Syari’at Islam, Keluwesan Aturan Ilahi untuk Manusia, Terj. Ade Nurdin dan Riswan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003), Cet. Ke-1, h. 13.
(41)
yakni j
atnya.47
ah yang disyari
’atkan bagi
hamba-ikarenakan hubungan antara keduanya sangat erat. Fiqih adalah pemahaman tentang syari’at, syari’at merupakan landasan fiqih.
alan yang sangat jelas, luas dan mudah yang berupa bimbingan dan peraturan menyangkut urusan agama, maka ikutilah serta teruslah bersungguh-sungguh melaksanakan dan mengikuti syari’at yang kami berikan kepadamu itu, dan janganlah engkau mengikuti mereka yang berselisih karena mereka pada hakikatnya adalah orang-orang yang mengikuti hawa nafsu yakni apa yang mereka sukai padahal hal tersebut bertentangan dengan tuntutan agama juga mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui kebenaran.46
Menurut Fauzan Al-Anshari, Syari’at berarti ketentuan hukum Allah yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul untuk um
Menurut Muhammad Syaltut, sebagaimana dikutip M. Hasbi Ash-Shiddiqie syari’at adalah hukum-hukum dan aturan All
’atkan bagi hamba-hamba-Nya untuk diikuti.48
Sementara Manna al-Qathan dalam kitabnya menyebutkan bahwa syari’at adalah segala ketentuan Allah yang disyari
Nya baik yang menyangkut akidah, ibadah, akhlak, maupun
mu’amallah.49
Apabila berbicara tentang Syari’at, maka tidak bisa dipisahkan dari fiqih, hal ini d
46
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, h. 407.
47
Fauzan Al-Anshari dkk, Garis-garis Besar Syari’at Islam, (Jakarta: Khairul Bayan Press, 2005), Cet. Ke-3, h.1.
48
Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqie, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 31.
49
(42)
Adapun
lebih sedikit, tetapi
urg h untuk
yang tidak ada nashnya, misalnya
h tercantum di dalam ayat al-qur’an dan hadits.
fiqih dalam bahasa arab disebut fiqh yang artinya faham atau pengertian. Adapun secara istilah fiqih disebut ketentuan-ketentuan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli hukun Islam.50
Menurut Yusuf al-Qardhawi syari’at Islam itu terdiri atas:
1) Hukum-hukum yang telah ditetapkan langsung oleh nash al-Qur’an dan Sunnah secara jelas. Porsi bagian ini
ensinya sangat besar. Ia merupakan dasar yang koko bangunan syari’at seluruhnya.
2) Hukum yang telah ditetapkan melalui jalan ijtihad oleh para ulama ahli fikih (fuqoha) dengan merujuk pada ketentuan al-Qur’an, Sunnah, atau merujuk pada hukum-hukum
melalui qiyas, istihsan, istishab, maslahatul mursalah, dan lain-lain. Porsi pembagian yang kedua inilah yang paling banyak pembahasan hukum Islamnya. Ia merupakan kawasan kajian ilmu fikih dan bidang garapan para fuqoha.51
3) Syari’at berarti hukum dan ketentuan Allah yang telah diakui kebenarannya untuk mengatur kehidupan manusia, dan tidak bisa dirubah lagi karena tela
50
M. Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke- 12, h. 46.
51
Yusuf al-Qardhawi, Membumikan Syari’at Islam, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), Cet. Ke-1, h. 1.
(43)
b. Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari khulk, khulk di dalam kamus Al-Munjid
pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.52
ngan cara spontan dan mu
yataan hidup k
berarti budi
Pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan de
dah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.53
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang memunculkan perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan dengan mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.54
Akhlak adalah kekuatan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam ken
eseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat didalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.55
52
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. Ke-3, h. 1.
54
Asma’ Umar Hasan Fad’aq, Menangkap Makna dan Hikmah Sabar, (Jakarta: Lentera Basritam
53
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, h. 3. a, 1999), h. 17.
55
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. Ke-2, h. 10.
(44)
Menurut Imam Gazali seperti yang dikutip oleh Mahyuddin mengatakan sebagai berikut: “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam
gan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih mengatakan akhlak adalah
an orang-orang Shiddiq, sedangkan akhlak yang buruk merupa
anusia dan makhluk lainnya. jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama), maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jaha, dinamakan akhlak yang buruk.56
Selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu, den
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.57
Ulama akhlak menyatakan bahwa akhlak yang baik merupakan sifat para Nabi d
kan sifat syaitan dan orang-orang tercela. Maka pada dasarnya akhlak itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Akhlak yang baik atau terpuji (Al-Akhlaqul Mahmudah) yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama m
56
Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), Cet. Ke-5, h. 4.
57
(45)
2) Akhlak yang buruk atau tercela (Al-Akhlakul Madzmumah) yaitu perbuatan buruk terhadap Tuhan, sesama manusia dan makhluk lainnya.58
Orang yang berakhlakul karimah juga akan memelihara perangai dan tata cara pergaulan sesuai dengan tuntutan agama. Ucapan, perbuatan, perangai dan tingkah laku yang baik merupakan amal shaleh, orang yang berakhlak baik akan selalu melakukan amal-amal shaleh. Orang seperti ini akan selalu mendapat kasih sayang dari Allah SWT.59
Allah SWT berfirman:
☺
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh kelak Allah Yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang”. (Qs. Maryam: 96)
Ayat ini mengurai keadaan orang-orang beriman yang taat, keadaan mereka bertolak belakang dengan keadaan kaum musyrikin. Mereka berada dalam posisi terhormat lagi dicintai. Ar-Rahman akan menyiapkan bagi mereka malaikat-malaikat yang rumah serta menjalin antar mereka rasa kasih sayang ini.60
Dalam pembahasan ini penulis membatasi hanya akhlak baik dan buruk terhadap sesama manusia, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
58
Mahyudddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet. Ke-4, h. 3.
59
Thoyib Sah Saputra, Aqidah Akhlak, h. 22.
60
(46)
1) Akhlak Baik (Al-Akhlaqul Mahmudah)
a) Belas kasihan atau sayang (As-Syafaqah) yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain.
b) Rasa persaudaraan (Al-Ikhaa’) yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain, karena ada keterkaitan batin dengannya.
c) Memberi nasihat (An-Nashiihah) yaitu suatu upaya untuk memberi petunjuk-petunjuk yang baik kepada orang lain dengan menggunakan perkataan baik ketika orang yang dinasihati telah melakukan hal-hal yang buruk maupun belum.
d) Memberi pertolongan (An-Nashru) yaitu suatu upaya untuk membantu orang lain, agar tidak mengalami kesulitan.
e) Menahan amarah (Kazhmul Ghaizi) yaitu upaya menahan emosi agar tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain.
f) Sopan santun (Al-Hilmu) yaitu sikap jiwa yang lemah lembut terhadap orang lain sehingga dalam perkataan dan perbuatannya selalu mengandung adab dan kesopanan yang mulia.
g) Suka memaafkan (Al-Afwu) yaitu sikap dan perilaku seseorang yang suka memaafkan kesalahan orang lain yang pernah diperbuat terhadapnya.61
2) Akhlak Buruk (Al-Akhlaqul Madzmumah)
61
(47)
a) Mudah marah (Al-Ghadab) yaitu kondisi emosi seseorang yang tidak dapat ditahan oleh kesadarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
b) Iri hati atau dengki (Al-Hasanah) yaitu sikap kejiwaan seseorang yang selalu menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan orang lain bisa hilang sama sekali.
c) Mengadu-adu (An-Namimah) yaitu suatu perilaku yang suka memindahkan perkataan seseorang kepada orang lain dengan maksud agar hubungan sosial keduanya rusak.
d) Mengumpat (Al-Ghibah) yaitu suatu perilaku yang suka membicarakan seseorang kepada orang lain.
e) Bersikap congkak (Al-Ash’aru) yaitu sikap dan perilaku yang menampilkan kesombongan, baik dilihat dari tingkah lakunya maupun perkataannya.
f) Sikap kikir (Al-Bikhlu) yaitu suatu sikap tidak mau memberikan nilai materi atau jasa kepada orang lain.
g) Berbuat aniaya (Azh-Zhulmu) yaitu suatu perbuatan yang merugikan orang lain baik kerugian materil maupun non materil dan ada juga yang mengatakan bahwa seseorang yang mengambil hak-hak orang lain termasuk perbuatan aniaya.62
Dengan demikian menurut hemat penulis, bahwa akhlak adalah sifat manusia yang merupakan bawaan dan tertanam dalam jiwa sehingga
62
(48)
dapat menimbulkan sifat terpuji maupun sifat tercela tanpa memikirkan terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu.
(49)
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN A. Kota Tangerang Selatan
1. Sejarah berdirinya Kota Tangerang Selatan
Pada masa penjajahan Belanda, Tangerang adalah wilayah yang masuk ke dalam Batavia (sekarang Jakarta). Wilayah yang mempertahankan karakteristik tiga etnis, yaitu Suku Sunda, Suku Betawi, dan Suku Tionghoa. Awal mula nama Tangerang adalah Tangeran yang berasal dari bahasa sunda yang berarti “tanda”. Karena dahulu didirikan sebuah tugu dibagian barat sungai Cisadane. Tugu yang didirikan untuk mempertahankan wilayah timur Cisadane dan menjaga tanah kaum Parahyang. Tugu tersebut didirikan oleh Pangeran Soegri salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa, dari kesultanan Banten.
Seiring waktu berjalan Tangerang pun berdiri mandiri dan menjadi wilayah industri yang modern. Selain itu, pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan dan berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah diterbitkannya Inpres Nomor.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), di mana Kabupaten Tangerang menjadi wilayah penyanggah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.1
Pada tahun 1993 terbit Undang-undang Nomor. 2 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Berdasarkan undang-undang ini wilayah Kota Administratif Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah Nomor. 14
1
(50)
Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa.
Pada tahun 2000 beberapa tokoh masyarakat dari kecamatan Ciputat, Serpong, Pamulang, dan Pondok Aren berkumpul untuk membentuk kota baru, yang disebut Cipasera (Ciputat, Cisauk, Pamulang, Serpong, dan Pondok Aren). Hal ini dilakukan untuk memisahkan diri dari kabupaten Tangerang. Rencana ini muncul karena warga di wilayah selatan Kabupaten Tangerang merasa kurang diperhatikan, baik dari pusat pemerintahan yang begitu jauh, maupun banyaknya fasilitas yang terabaikan. Oleh karena itu, warga berkeinginan membentuk wilayah otonomi, yang pusat pemerintahannya tak begitu jauh dan diperhatikan oleh pemerintah.
Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Kota ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Pada 27 Desember 2006, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang menyetujui terbentuknya Kota Tangerang Selatan.
Batas wilayah Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang Selatan, yakni dibatasi dengan sungai Cisadane. Demikian pula dengan pusat pemerintahan kota yang baru terbentuk. Pengambilan keputusan mengenai kecamatan mana saja yang masuk Tangerang Selatan juga ditetapkan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang menggelar rapat di masing-masing fraksi yang diadakan sebelum rapat paripurna digelar. Ada dua pilihan yang dihasilkan dalam rapat tersebut yakni, alternatif pertama sebagai calon
(51)
kecamatan-kecamatan yang masuk kedalam Kota Tangerang Selatan, lima kecamatan, yakni Ciputat, Cisauk, Pondok Aren, Serpong dan Pamulang. yang disetujui fraksi besar seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar. Sedangkan fraksi Partai Kebangkitan Bangsa memilih alternatif kedua, yakni enam kecamatan yakni Ciputat, Cisauk, Pondok Aren, Pamulang, Serpong, dan Pagedangan. Berdasarkan hasil voting, 21 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memilih alternatif pertama sedang 14 orang memilih alternatif kedua. Hasil rapat paripurna kemudian dibawa ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Banten dan Menteri Dalam Negeri sebelum dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia serta ditetapkan dalam undang-undang.
Selain itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang menetapkan Kecamatan Ciputat sebagai pusat pemerintahan Tangerang Selatan. Pelaksana Tugas Ketua Panitia Khusus Kajian Rencana Pemekaran Wilayah, R Dahyat Tunggara menjelaskan bahwa daerah Ciputat memiliki nilai strategis dan memenuhi syarat menjadi ibukota. Presidium Pembentukan Tangerang Selatan dan pemerintah induk Kabupaten Tangerang sudah sepakat dengan keputusan ini. Lokasi persis Ibukota itu adalah Kelurahan Maruga yang merupakan bekas Kantor Kawedanan Ciputat dan saat ini dipakai sebagai kantor Kecataman Ciputat.2
Pada rapat paripurna lanjutan, seluruh fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah juga menyetujui pemekaran tiga kecamatan baru di wilayah Tangerang bagian selatan. Kecamatan baru itu adalah Kecamatan Ciputat Timur (pemekaran dari Kecamatan Ciputat), Kecamatan Setu (pemekaran dari Kecamatan Cisauk),
2
(52)
dan Kecamatan Serpong Utara (pemekaran dari Kecamatan Serpong). Sedang Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Pamulang tidak ada pemekaran wilayah.
Dengan demikian, jumlah kecamatan di Kota Tangerang Selatan bertambah dari lima menjadi tujuh kecamatan. Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 yang membahas soal pemekaran daerah menyebutkan keputusan akhir rencana itu ada di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Usulan berdirinya kota Tangerang Selatan disampaikan melalui Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri, kemudian dikaji oleh Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. Setelah disetujui, Menteri Dalam Negeri mengajukan kepada Presiden. Kemudian, diajukan dalam bentuk rancangan undang-undang ke Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk diputuskan.
Jumlah penduduk di wilayah ini lebih dari satu juta jiwa. Pamulang dihuni 236.000 jiwa, sedang Ciputat dihuni 260.187 jiwa. Dari dua kecamatan ini, jumlah penduduk 500.000 jiwa. Jika ditambah dengan penduduk Serpong, Pondok Aren, dan Cisauk akan berjumlah lebih dari satu juta jiwa. Sehingga, memenuhi syarat untuk suatu daerah otonom. Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banten mulai membahas berkas usulan pembentukan Kota Tangerang Selatan mulai 23 Maret 2007. Pembahasan dilakukan setelah berkas usulan dan persyaratan pembentukan kota diserahkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ke Dewan pada 22 Maret 2007.
Pada tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Tangerang menyiapkan dana Rp 20 miliar untuk proses awal berdirinya Kota Tangerang Selatan. Dana itu dianggarkan untuk biaya operasional kota baru selama satu tahun pertama dan
(53)
merupakan modal awal dari daerah induk untuk wilayah hasil pemekaran. Selanjutnya, Pemerintah Kabupetan Tangerang akan menyediakan dana bergulir sampai kota hasil pemekaran mandiri. Kota Tangerang Selatan terbentuk setelah Dewan Perwakilan Rakyat bersama pemerintah menyetujuinya dalam rapat paripurna DPR. Tangerang Selatan disetujui bersamaan dengan persetujuan pembentukan 11 daerah otonom baru lainnya.3
Terbentuknya kota baru itu disambut gembira warga yang tinggal di wilayah Tangerang bagian selatan. Warga Tangerang Selatan memperjuangkan berdirinya kota baru tersebut sejak tahun 2000. Berbagai cara mereka tempuh agar pemerintah mengabulkan keinginan mereka memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008, Kota Tangerang Selatan terdiri atas 7 (tujuh) kecamatan:
Tabel 1
Kecamatan-kecamatan yang masuk dalam wilayah Kota Tangerang Selatan
No Kecamatan Luas Wilayah
1 Ciputat 1.838 Ha
2 Ciputat Timur 1.543 Ha
3 Pamulang 2.682 Ha
4 Pondok Aren 2.988 Ha
5 Serpong 2.404 Ha
6 Serpong Utara 1.784 Ha
7 Setu 1.480 Ha
Sumber: Dokumen Kantor Walikota Tangerang Selatan
3
(54)
2. Visi, Misi dan Motto Kota Tangerang Selatan
Pada dasarnya visi dan misi Kota Tangerang Selatan masih berhaluan atau berinduk ke Kabupaten Tangerang. Kepala pemerintahan Kota Tangerang Selatan saat ini pun masih dibawah penjabat sementara, yakni bapak M. Sholeh.4 Karena
Kota Tangerang Selatan adalah kota baru, wilayah pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Maka dari itu visi dan misi dari Kota Tangerang Selatan sama dengan visi dan misi Kabupaten Tangerang yakni: ”Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan.”
Yang dimaksud dengan:
a. Masyarakat Kabupaten Tangerang: adalah kelompok orang dengan segala aspek kehidupannya, yang meliputi sikap perilaku dan pola pikir dalam sosial budaya, agama, politik, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan teknologi yang memanfaatkan sumbar daya alam dan sumber daya buatan yang ada di Kabupaten Tangerang;
b. Beriman: adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta hidup rukun antar umat manusia. Terpenuhinya kebutuhan manusia dari segi meteri memerlukan penyeimbang dari sisi rohani, sehingga terjamin keseimbangan mental dan spiritual;
4
Wawancara pribadi dengan Bpk Hadiana, kepala Sub. Bagian Dokumentasi Humas Dan Protokol Tangerang Selatan, Senin 17 Mei 2010.
(55)
c. Maju: berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup yang lebih baik, proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan fungsi, peran dan kedudukan masing-masing anggota masyarakat;
d. Mandiri: berarti mampu mengatasi permasalahan dan hidup bertanggung jawab dengan tidak ada ketergantungan pada pihak lain atau dikendalikan oleh pihak lain. Visi kemandirian adalah tetap berada dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
e. Berorientasi Industri: berarti perilaku yang mengarah pada pertimbangan ekonomis dengan memperhitungkan tenaga, waktu, biaya, dan sumber daya teknologi yang terus berkembang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi beriorentasi pasar;
f. Berwawasan Lingkungan: berarti orientasi pembangunan mempertimbangkan kondisi lingkungan yang harus dipatuhi oleh setiap pelaku pembangunan karena pembangunan berwawasan lingkungan akan memberi manfaat bagi kelangsungan hidup dan pembangunan.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka ditetapkan misi Pemerintah Kabupaten Tangerang sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan pengamalannya dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Membangun sumberdaya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan derajat
(56)
kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta peningkatan kesejehteraan sosial.
c. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi melalui fasilitasi pengembangan usaha di bidang industri, agribisnis, agro industri, dan jasa, serta memberikan akses lebih besar pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, dan sektor informal.
d. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata ruang yang terstruktur.
e. Menciptakan tata kepemerintahan yang bersih, transparan, dan bertanggung jawab (good governance).
f. Meningkatkan pembangunan infrastruktur bagi percepatan aspek-aspek pembangunan.
g. Memenuhi hak-hak politik dan sosial warga untuk melakukan partisipasi kritis dalam proses pembangunan.
h. Memberdayakan perempuan dan kesetaraan gender dalam pembangunan.5
Sedangkan Motto dari Kota Tangerang Selatan adalah: “Kota pendidikan yang modern dan religi.”
3. Program Kerja Walikota Tangerang Selatan
a. Pembentukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), b. Penyelenggaraan pendidikan,
5
(57)
c. Penyelenggaraan kesehatan, d. Membangun infrastruktur,
e. Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tangerang Selatan, dan
f. Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah Tangerang Selatan.
B. Sub. Bagian Keagamaan Tangerang Selatan
1. Tugas, fungsi dan tata kerja Sub. Bagian keagamaan.
Berdasarkan peraturan Walikota Tangerang Selatan nomor 4 tahun 2010 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja sekretariat daerah Kota Tangerang Selatan, tugas dan fungsi sub bagian keagamaan diatur pada pasal 19, yakni:
(1) punyai Tugas merencanakan,
melaksanakan, mengarahkan, mengawasi dan mengendalikan pembinaan keagamaan.
Sub Bagian Bina Keagamaan mem
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana di
engumpulan data pengolahan,
penyusunan pedoman dan program kerja dalam rangka
p kebijakan Pemerintah Daerah yang berkenaan
(2) maksud pada ayat (1) Sub
Bagian Bina Keagamaan mempunyai fungsi : a. Perencanaan kegiatan p
penganalisisan, bahan perumusan kebijakan dibidang bina keagamaan;
b. Pelaksanaan bina keagamaan; c. Penyusunan konse
(58)
d. Pelaksanaan pengendalian dan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berkenaan dengan bina keagamaan;
e. Pelaksanaan penyusunan konsep kebijakan yang diperlukan dalam rangka pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Daerah yang berkenaan dengan bina keagamaan;
f. Pelaksanaan pembinaan dalam rangka kerukunan hidup beragama; g. Pelaksanaan pembinaan dalam rangka mewujudkan tertib
administrasi dalam pelaksanaan kegiatan kedinasan di bidang bina keagamaan;
h. Pengawasan dan pembinaan terhadap para pegawai yang membantunya.6
2. Program kerja sub bagaian keagamaan
a. Pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial. b. Mengadakan pengajian bulanan.
c. Pelaksanaan buka puasa bersama. d. Pelaksanaan perayaan hari besar islam. e. Pembinaan lembaga-lembaga Islam.
f. Pelaksanaan Tarawih keliling setiap bulan Ramadhan.7
6
Sumber: Dokumen Sub. Bagian Keagamaan Tangerang Selatan.
7
Wawancara pribadi dengan Bpk M. Syafe’i, kepala Sub. Bagian Bina Keagamaan Tangerang Selatan, Senin 24 Mei 2010.
(59)
3. Susunan struktur sub bagian keagamaan
Tabel 2
Nama-nama Struktur Sub Bagian Keagamaan
No Nama Jabatan
1 Drs. Durrahman, M.Pd Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial 2 M. Syafe’i, S.Ag Kepala sub.bagian keagamaan
3 Risdianto, Amd Staf
4 Taufik Hidayatullah, S.Kom Staf
(60)
Menciptakan Nuansa Islami.
Sebuah organisasi, lembaga atau perusahaan agar bisa mencapai segala tujuan yang telah ditetapkan maka sangat membutuhkan cara atau metode. Cara atau metode itulah yang disebut dengan strategi.1 Sebab strategi adalah cara-cara di mana suatu perusahaan atau kegiatan akan berjalan ke arah tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu.
Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangat penting. Komunikator adalah sebagai pelaksana dalam strategi komunikasi. Seorang komunikator akan berhasil untuk melakukan perubahan tingkah laku, sikap dan pendapat melalui mekanisme daya tarik, hal ini terjadi jika komunikan merasa nyaman dengan komunikator dan pesan yang disampaikan juga menarik komunikan. Bila dicermati, pada dasarnya strategi komunikasi itu akan berjalan sesuai rencana bila ada keterkaitan antara komunikator dan komunikan juga pesan yang disampaikan.
Menurut Harold D Lasswell, dalam proses komunikasi sebenarnya
menjawab pertanyaan: Who says what in which channel to whom with what effect
(siapa mengatakan apa kepada siapa melalui saluran apa dan dengan efek apa). Berikut ini adalah pejelasan penulis:
1. Who (siapa komunikatornya)
1
Wawancara pribadi dengan Bpk M. Syafe’i, kepala Sub. Bagian Bina Keagamaan Tangerang Selatan, Senin 24 Mei 2010.
(61)
Pada dasarnya komunikator harus menyesuaikan ucapannya dan bersifat bijaksana. Seorang komunikator harus berpikir secara konsepsional dan bertindak secara sistemik dan sistematik. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan sebuah komunikasi. Sebenarnya peranan sub bagian keagamaan adalah sebagai komunikator. Sub Bagian Keagamaan menjadi komunikator yang menyampaikan pesan yang dikomunikasikannya dalam menciptakan nuansa islami di lingkungan kantor walikota Tangerang Selatan.
2. Says what (pesan apa yang dinyatakan)
Saat berkomunikasi pesan adalah komponen penting dalam komunikasi, sebuah komunikasi tidak berjalan dengan baik bila salah satu komponen didalamnya kurang. Dalam hal ini pesan adalah sesuatu yang penting disamping komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi, pesan yang disampaikan Sub Bagian Keagamaan Tangerang Selatan adalah tentang nuansa islami.
3. In which channel (saluran apa yang digunakan)
Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Association for Education and Communication Technology (AECT) mengartikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk proses transmisi informasi. Sedangkan
Education Association mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan apapun dan
(62)
dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.2 Media adalah salah satu faktor pendukung terjadinya komunikasi. Sebuah komunikasi akan berjalan efektif bila antara komunikator dan komunikan juga pesan yang disampaikan tidak terjadi gangguan.
Dalam strategi komunikasi Sub Bagian Keagamaan Kota Tangerang Selatan, media yang dimanfaatkan untuk menciptakan nuansa islami saat ini masih kurang memadai dan kurang efektif. Pemerintah Kota Tangerang Selatan baru menggunakan media pengeras suara sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dan pesan atau anjuran lain dalam menciptakan nuansa islami di kantor Walikota Tangerang Selatan. Selain itu untuk mengingatkan seluruh pegawai untuk senantiasa hidup berlandaskan ajaran agama Islam dan bergaul di kehidupan sehari-hari berdasarkan nilai-nilai ajaran agama Islam.
4. To whom (siapa komunikannya)
Dalam strategi komunikasi, komunikan merupakan komponen yang paling banyak meminta perhatian. Disebabkan karena jumlah komunikan
biasanya banyak dan bersifat heterogen, sedangkan mereka harus dapat
dicapai dalam menerima setiap pesan secara inderawi dan rohani. Maksud dari inderawi adalah diterimannya suatu pesan jelas bagi indera mata dan terang untuk indera telinga. Lalu maksud dari rohani adalah diterimanya suatu pesan sesuai dengan kerangka referensinya, paduan dari usia, agama,
2
Asnawir, M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002), cet ke-1, h. 11.
(63)
pendidikan, kebudayaan, dan nilai-nilai kehidupan lainnya dan kerangka referensi menimbulkan kepentingan dan minat tertentu.
Pada strategi komunikasi, apabila sudah mengetahui sifat-sifat komunikan, ada dua tatanan komunikasi yang efektif.
a. Komunikasi tatap muka (face to face communication)
Komunikasi tatap muka dipergunakan apabila komunikator mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari komunikan. Sub Bagian Keagamaan Kota Tangerang Selatan pada proses komunikasi tatap muka biasanya dilakukan setiap jam istirahat atau saat waktu senggang. Selain itu saat apel pagi pun pada dasarnya merupakan komunikasi tatap muka dan dari sinilah mengharapkan adanya perubahan tingkah laku.
b. Komunikasi bermedia (mediated communication)
Komunikasi bermedia pada umumnya dipergunakan untuk menyampaikan informasi, biasa disebut komunikasi informatif. Komunikasi bermedia tidak begitu ampuh dalam merubah tingkah laku. Komunikasi bermedia tidak persuasif namun dapat menjangkau komunikan dalam jumlah banyak.
Komunikan pada strategi komunikasi dalam menciptakan nuansa islami di Walikota Tangerang Selatan adalah seluruh pegawai atau warga di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan.
(64)
Efek dari pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator akan timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Efek yang diharapkan oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan adalah terciptannya nuansa islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan pada khususnya dan umumnya agar tercipta nuansa islami di lingkungan masyarakat umum Kota Tangerang Selatan.
Pada dasarnya pemerintah Walikota Tangerang Selatan berkeinginan untuk menciptakan Kota Tangerang Selatan sebagai kota yang berpendidikan modern dan religi, sesuai dengan motto Kota Tangerang Selatan. Namun sebagai kota yang baru terbentuk, pemerintah Kota Tangerang Selatan masih memfokuskan pembangunan infrastuktur dan kesejahteraan untuk masyarakat Tangerang Selatan. Dilain hal, pemerintah Kota Tangerang Selatan saat ini hanya memfokuskan penciptaan nuansa islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan. Sub Bagian Keagamaan Kota Tangerang Selatan mendapatkan tugas untuk menciptakan nuansa islami di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan juga melakukan pembinaan dan pengawasan dan terhadap pegawai pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam hal keagamaan. Saat ini, Sub Bagian Keagamaan Kota Tangerang Selatan memfokuskan program menciptakan nuansa islami hanya di lingkungan kantor Walikota Tangerang Selatan sebagai cerminan untuk masyarakat Kota Tangerang Selatan.
Dalam kiprahnya yang bergerak dibidang kesejahteraan rakyat, Sub Bagian Keagamaan Kota Tangerang Selatan sebagai lembaga yang berwenang
(1)
laku dan sikap dalam memberikan pelayanan harus bernuansa religius sehingga masyarakat yang dilayani dapat tersentuh, mengadakan pengajian bulanan untuk seluruh staf setda kota tangsel dan semua SKPD tangsel.
pada dasarnya, dalam menciptakan nuansa islami dikantor ini masih kurang efektif. Kami hanya mengingatkan atau mengabarkannya saat apel pagi, melalui pengajian bulanan dimasjid al-Mujahidin, atau acara-acara besar keagamaan. Kami tidak menggunakan pamflet, selebaran atau tulisan di dinding. Karena kantor kami saat ini masih sementara. Tapi kalau untuk dimasyarakat, alhamdulillah sebagai contoh seperti di kecamatan pondok aren, di sepanjang jalan depan kantor kecamatan sudah banyak slogan-slogan atau tulisan yang mencirikan nuansa islami. Seperti tulisan asmaul husna di sepanjang jalan kecamatan pondok aren.
9. Memberikan tauldan yang baik itu seperti apa saja?
Jawab: seperti saat berpapasan dijalan kami saling mengucapkan salam dan berjabat tangan. Seperti yang dilakukan pa walikota, saat pa walikota bertemu dengan pegawai yaa pa walikota mengucapkan salam dan hal itu kami biasakan dilingkungan kantor ini. Karena hadist pun menganjurkan kita seperti itu, hak-hak muslim terhadap muslim lainnya ada enam: jika berjumpa mengucapkan salam, jika diundang maka datangilah, jika meminta nasihat maka nasihatilah, jika bersin doakanlah dengan yaarhamukalloh, jika sakit maka jenguklah, jika wafat maka iringilah jenazahnya. Itulah yang dijelaskan dalam hadist dan dianjurkan oleh agama.
10.Hal-hal apa saja yang dijelaskan dalam pengajian bulanan?
Jawab: seperti yang dijelaskan dalam pengajian-pengajian biasanya. Karena fungsi dari pengajian bulanan ini kan untuk lebih mengikat tali silaturahim antar pegawai, pada dasarnya pengajian juga untuk meningkatkan kualitas agama para pegawai, seperti pisau jika tidak diasah maka akan tumpul, begitu juga agama jika tidak didalami dan tidak ada pencerahan maka akhlak dan imam seseorang akan bablas bahkan bisa jatuh kedalam jurang kebodohan. Dalam al-quran juga telah dijelaskan hidup itu harus seimbang antara dunia dan akhirat. Di dunia kita mencari nafkah untuk kehidupan dunia, dan selain itu kita juga diwajibkan untuk selalu beribadah untuk kehidupan kita diakhirat nanti. Agama juga menjelaskan, ilmu tanpa agama ga akan bermanfaat, maka dari itu harus diseimbangkan antara ilmu dan agama agar hidup lebih manfaat. Begitu juga dengan kinerja pegawai, kinerja bagus tapi tidak dibarengi dengan akhlak yang bagus bisa-bisa dia selalu berlaku tidak jujur dan bisa jadi korupsi. Agama itu penting untuk kita dan kehidupan kita, pemerintah Kota
(2)
modern dan selalu berkelakukan religi seperti berakhlak, jujur, dan hidup berlandaskan ajaran agama.
11.Apa saja faktor pendukungnya?
Jawab: adanya masjid di lingkungan kantor Walikota, ini sebabnya kami mengadakan pengajian bulanan. Selain itu, banyak pegawai yang ingin lebih mendalami agama, khususnya agama islam. Pada saat acara besar seperti tabligh akbar, jika penceramah yang datang dan mengisi acara itu menarik maka banyak yang datang dan para pegawai pun berdatangan. Terakhir, datang dari diri masing-masing pegawai, yakni adanya kemauan dan merasa sudah menjadi kewajiban mentaati ajaran agama.
12. Apa saja faktor penghambatnya?
Jawab: yang paling pertama adalah perbedaan agama, tapi dikantor ini minoritas, karena 90% masyarakat Tangerang Selatan beragama islam, lalu banyaknya kesibukan masing-masing individu misalnya dalam menghadiri pengajian bulanan, adanya dinas luar, yang terakhir belum adanya kesadaran.
Mahasiswa Responden
(3)
Foto bersama dengan: bapak. Rizki Maulana staf Bendahara Pengeluaran Belanja Langsung
Pengajian Coffee Morning yang diadakan hari selasa pagi di Masjid Baiturrahman, komplek perkantoran Witana Harja
(4)
Pegawai Perempuan Pemerintah Kota Tangerang Selatan di Pengajian Coffee Morning
(5)
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Perayaan Nuzulul Qur’an
(6)
Tarawih Keliling Walikota Tangerang Selatan