Sumber data Langkah-Langkah Penelitian

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Karakteristik apotek dapat dilihat pada tabel 5.1, data tersebut diperoleh dari lembar kuisioner yang diisi oleh responden. Pada tabel tersebut terlihat bahwa 48,33 apoteker hadir setiap hari, 50 apoteker hadir 1 bulan 1 kali, dan hanya 1,67 apoteker yang hadir 2 minggu 1 kali. Kewajiban kehadiran apoteker di apotek telah dijelaskan pada PP 25 tahun 1980 yang menyatakan bahwa salah satu tugasfungsi apotek adalah tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, oleh karena itu apoteker yang tidak hadir pada jam buka apotek telah melanggar peraturan tersebut. Sanksi terhadap APA yang tidak hadir di apotek telah diatur dalam PP nomor 1332MENKESSKX2002 1332MENKESSKX2002 dan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922MENKESPERX1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Dalam pasal 19 ayat 2 dinyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotik, berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 dua tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apotik atas nama Apoteker bersangkutan dicabut. Dalam pasal 26 dari PP tersebut dijelaskan mengenai pelaksanaan pencabutan izin apotek. Kwando Rendy R 2014 juga menyatakan bahwa upah apoteker yang rendah merupakan kendalaalasan paling utama yang menyebabkan sebagian apoteker tidak hadir di apotek sedangkan kendala lain yang menjadi pendukungnya adalah sebagai berikut, 1 beban kerja yang banyak, 2 kurangnya tenaga farmasi yang melayani, 3 tidak ada petunjuk pasti tentang bagaimana melakukan kegiatan ini, 4 komunikasi dengan doktertenaga kesehatan lainnya yang kurang, 5 persediaan obat yang tidak memadai, 6 akibat pasien yang selalu bergonta-ganti apotek, 7 pasien yang tidak datang sendiri sehingga sulit melakukan konseling Berdasarkan karakteristik jumlah apoteker pendamping secara umum apotek tidak memiliki apoteker pendamping, persentase apotek yang tidak memiliki apoteker pendamping adalah sebesar 61,67, sementara apotek yang memiliki 1 apoteker pendamping dan lebih dari dua apoteker pendamping memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 18,33, dan hanya 1 apotek yang memiliki 2 apoteker pendamping. Kepmenkes No. 1332 tahun 2002 mengatur bahwa apabila APA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berhalangan melaksanakan tugasnya pada jam buka apotek, harus menunjuk apoteker pendamping. Dari table 5.1 juga diketahui bahwa 51,67 apotek di kota Medan tidak memiliki Asisten Apoteker AA, 30 memiliki lebih dari 2 AA, 11,67 memiliki 2 AA, dan 6,67 memiliki 1 AA. Permenkes no. 922 tahun 1993 menyatakan bahwa dalama melaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh AA. Dari jumlah resep yang masuk di apotek di kota Medan, kebanyakan resep yang masuk perhari adalah di bawah 20 lembar dengan persentase 85 dan hanya 15 apotek yang melayanai resep sebanyak 21-69 lembar. Dari data status kepemilikan apotek sebagian besar apotek dimiliki oleh PSA dengan persentase sebesar 60, diikuti milik lain-lain BUMN sebesar 28,33, milik APA-PSA 10, dan hanya 1,67 milik APA.

5.2 Gambaran Pelayanan Konseling di Apotek Kota Medan

Konseling adalah salah satu pelayanan klinik yang harus dilakukan oleh apoteker terutama di apotek. Pelayanan ini diselenggarakan untuk membantu penderita dalam memahami terapi yang diberikan, sehingga penderita patuh terhadap tiap tahapan terapi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data yang menggambarkan persentase pelayanan konseling di apotek kota Medan. Data tersebut diperoleh dari apoteker yang bersedia melakukan konseling setelah peneliti meminta pelayanan konseling. Ada beberapa apoteker yang melakukan konseling tanpa peneliti melakukan intervensi, tetapi peneliti tidak memiliki data tersebut. Berikut grafik yang menggambarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.