STRUKTUR KERAMIK ALUMINA Al

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 STRUKTUR KERAMIK ALUMINA Al

2 O 3 Senyawa alumina Al 2 O 3 bersifat polimorfi yaitu diantaranya memiliki struktur alpa g–Al 2 O 3 dan gamma –Al 2 O 3 . Bentuk struktur yang lain misalnya beta - Al 2 O 3 adalah alumina tidak murni yang merupakan paduan antara Al 2 O 3 -Na 2 O dengan formula Na 2 O.11 Al 2 O 3 Walter 1970. Alpa g–Al 2 O 3 merupakan bentuk struktur yang paling stabil sampai suhu tinggi dan memiliki nama lain yaitu korundum. Struktur dasar kristal korudum adalah tumpukan padat heksagonal Hexagonal Closed Packed – HCP Walter 1970; Worral 1986. Kationnya Al 3+ menempati 23 bagian dari sisipan oktohedral, sedangkan anionnya O 2- menepati posisi HCP. Bilangan koordinasi dari struktur korudum adalah 6, maka tiap ion Al 3+ dikelilingi oleh 6 ion O 2- , dan tiap ion O 2- dikelilingi oleh 4 ion Al 3+ untuk mencapai muatan yang netral Walter 1970. Bentuk struktur kristal korudum ditunjukan pada Gambar II.1. Struktur gamma –Al 2 O 3 menyerupai struktur dasar spinel yaitu A 3 B 6 C 12 atau AB 2 O 4 , dengan A dan B masing- masing adalah kation valensi dua dan tiga. Struktur gamma –Al 2 O 3 jika dinyatakan dalam bentuk formula spinel adalah Al 8 O 12 , dan bila dibandingkan dengan formulasi spinel A 3 B 8 O 12, maka gamma –Al 2 O 3 hanya memiliki 8 kation sedangkan pada spinel total kationya harus 9. jadi pada struktur kristal gamma –Al 2 O 3 kekurangan satu kation dan hal ini merupakan bentuk cacat struktur vacancy defect pada kristal tersebut Worral 1986. Struktur gamma –Al 2 O 3 merupakan senyawa alumina yang stabil dibawa 1000 C dan umumnya lebih reaktif dibangdingkan dengan struktur alpha g–Al 2 O 3. Ahamad Faisal : Pengaruh Penambahan Al2TiO5 Pada Pembuatan Keramik Al2O3 Terhadap Sifat Fisis Dan Mikrostrukturnya, 2007 USU e-Repository © 2008 Gambar II.1. Struktur kristal korundum g–Al 2 O 3 Walter 1970 II.2. PREPARASI DAN TRANSISI TERMAL DARI ALUMINA Senyawa alumina secara komersial dihasilkan melalui proses ekstraksi bayer process dari bahan alam yaitu mineral bauxit. Mineral tersebut mengandung Al 2 O 3 bervariasi pada kisaran 40-60 berat dan sisanya berupa bahan ikutan misalnya : SiO 2 , Fe 2 O 3 , dan TiO 2 . Proses ekstraksi mineral bauxit dilakukan pada suhu 160-170 C dan tekanan 0,4 MPa dengan menggunakan larutan NaOH. Dari hasil proses tersebut diperoleh senyawa AlOH 3 yang sudah bebas dari bahan ikutannya. Selanjutnya melalui proses perlakuan panas kalsinasi akan diperoleh Al 2 O 3 dengan struktur korundum atau gamma –Al 2 O 3 tergantung suhu kalsinasi Walter 1970;Worral 1986. Alumina yang terdapat pada mineral bauxit dapat berbentuk : bayerit - Al 2 O 3 .3H 2 O atau gibbsit - Al 2 O 3 .3H 2 O, atau diaspore - Al 2 O 3 .3H 2 O tergantung lokasisumber mineral tersebut. Transisi termal dari alumina tergantung pada bentuk asal alumina hidartnya. Pada Gambar II.2 ditunjukkan kurva Diffrential Thermal Analysis DTA dari beberapa bentuk alumina hidrat. Ahamad Faisal : Pengaruh Penambahan Al2TiO5 Pada Pembuatan Keramik Al2O3 Terhadap Sifat Fisis Dan Mikrostrukturnya, 2007 USU e-Repository © 2008 Gambar II.2. Kurva DTA dari beberapa Alumina Hydrat Worral 1986. Kurva tersebut menunjukkan bahwa alumina tergantung jenis alumina hidrat dan suhu. Fasa - Al 2 O 3 menunjukkan fasa yang paling stabil sampai diatas suhu 1000 C, sedangkan fasa antaranya : , , , , dan - Al 2 O 3 muncul dibawah suhu 1000 C. Transformasi fasa yang terjadi pada alumina bersifat searah irreversible.

II.3. SIFAT-SIFAT DAN APLIKASI KERAMIK ALUMINA