peraturan yang berlaku. Adapun alasan-alasan yang membenarkan merubah benda wakaf adalah :
a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh di
pewakaf. b.Karena kepentingan umum.
Hasil penggantian hartabenda wakaf harus dimanfaatkan untuk tujuan wakaf seperti yang diikrarkan oleh yang berwakaf.
23
Dalam hasil penelitian di lapangan banyak sekali benda wakaf yang tidak didaftarkan, maka berpontensi melahirkan konflik. Upaya yang dapat
ditempuh adalah mempermudah pendaftaran benda wakaf dan sekaligus meringankan beban administrasi pertanahan. Diserahkan kepada yang
berwakaf dan nadzir wakaf supaya mendaftarkan benda wakaf kepada PPAIW, hal yang mana juga berlaku bagi organisasi Islam yang bertindak
menjadi nadzir wakaf. Selanjutnya saran juga disampaikan kepada Kantor Departemen Agama supaya memberikan penyuluhan hukum yang berkaitan
dengan wakaf kepada masyarakat muslim agar harta wakaf yang telah milik Allah dijaga dengan baik agar memberi manfaat bagi orang banyak.
24
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori A. Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Menurut Al-Qur’an
Pembicaraan mengenai hal wakaf di dalam Al-Qur’an tidak di jumpai secara jelas , namun secara implisit ada beberapa ayat yang memerintahkan manusia untuk
berinfaq sebagai sebuah perintah yang terkategori sebagai perintah untuk berwakaf secara implisit, firman Allah tersebut sebagai berikut, pada Al-Qur’an Surat Al-Hajj
ayat 77 : Artinya : “Hai orang – orang yang beriman , ruku’ dan sujud dan sembahlah Tuhan
kamu dan berbuatlah kebaikan supaya kamu dapat kejayaan.”
25
23
Ibid
24
Yulia Damayanti, Op. Cit. , pada intisari hal.iv
25
R. Abdul Djamali, Hukum Islam Berdasarkan Ketentuan Kurikulum Konsorsium Ilmu Hukum , CV.Mandar Maju, Bandung, 2001, hal.184
Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007.
USU e-Repository © 2008
Beberapa ayat yang telah di sebutkan diatas bukan semata – mata menjelaskan dalam masalah wakaf , tetapi sekaligus dapat berbuat dengan sebaik –
baiknya, dan pendapat para ulama , ayat dan hadis tersebut termasuk dalil wakaf. Pengaturan mengenai perubahan peruntukan tanah wakaf tidak diatur secara
terperinci dalam Al-Qur’an. Di dalam ajaran agama Islam mewakafkan harta benda bersifat kekal artinya untuk selama-lamanya tidak dapat ditarik kembali dengan
jangka waktu yang tidak terbatas.
B. Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Menurut Hadis
Mengenai sejarah munculnya istilah wakaf, memang sulit menetapkan kapan munculnya istilah tersebut. Karena dalam buku-buku fikih tidak ditemui sumber yang
menyebutkan secara tegas. Tetapi secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa sebelum Islam lahir, belum dikenal istilah wakaf. Begitu juga halnya bahwa orang-
orang Jahiliyah belum pernah mengenal dan mengetahui tentang wakaf.
26
Wakaf telah dikenal dalam Islam sejak masih ada Rasullullah, yaitu sejak beliau hijrah ke Madinah, disyari’atkannya pada tahun kedua Hijriyah.
Para Ulama berpendapat bahwa peristiwa atau pelaksanaan wakaf yang pertama terjadi ialah wakaf yang dilaksanakan oleh sahabat Umar bin Khattab
terhadap tanahnya di Khaibar. Menurut keterangannya, kemudian sahabat Umar menyedekahkannya kepada fakir miskin, kaum sahabat, hamba sahaya, sabilillah,
Ibnu Sabil dan kepada para tamu.
27
26
Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia , Ciputat Press, Ciputat, 2005, hal.12
27
Suparman Usman, Op. Cit., hal26-27
Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007.
USU e-Repository © 2008
Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa mula pertama wakaf dalam Islam ialah tanah yang diwakafkan oleh Rasulullah untuk mesjid.
Para ulama menilai bahwa wakaf itu termasuk kategori sedekah jariah yang nilai pahalanya senantiasa mengalir selagi manfaatnya bisa di petik. Dalam konteks
inilah maka para fuqaha mengemukakan hadis Nabi SAW yang berbicara terhadap keutamaan sedekah jariah sebagai salah satu landasan wakaf yang di riwayatkan dari
Abu Hurairah: Artinya : “Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, Apabila
manusia mati maka putuslah pahala segala amalnya kecuali tiga, yaitu sedekah jariah atau ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh yang
selalu mendoakannya.”
28
Pada dasarnya terhadap harta benda yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan perubahan atau penggunaan lainnya.
C. Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Menurut UU
Keberadaan wakaf, khususnya wakaf tanah, di Nusantara ini sudah di lakukan semenjak lahirnya komunitas-komunitas muslim. Lembaga wakaf muncul bersamaan
dengan lahirnya komunitas muslim, sebagai sebuah komunitas pada umumnya memerlukan fasilitas-fasilitas peribadatan dan pendidikan untuk menjamin
kelangsungannya, dimana dapat dipenuhi dengan cara wakaf.
29
28
Al-Masyhad Husaini, Sahih Muslim Juz II ,Al-Qahariah, t.t, hal.14
29
Marpuji Ali, Wakaf dan Pemberdayaan Ekonomi Umat , Pada International Seminar On Islamics As a Solution, di Medan pada tanggal 18-19 September 2005, hal.259
Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007.
USU e-Repository © 2008
Dalam perkembangan pembinaan Hukum Nasional di Negara kita, dimana Hukum Islam telah banyak memberikan pengaruh yang positif dalam berbagai
macam peraturan perundang – undangan di Indonesia, hal ini di karenakan hukum Nasional kita banyak sekali yang konsep dasarnya di transformasi dari hukum
Islam. Setelah di transformasi dari Hukum Islam kedalam hukum nasional juga
telah di transformasikan kedalam Hukum Nasional peraturan perundang – undangan tentang pertahanan, yakni tanah wakaf dan perwakafan tanah. Mengenai
perwakafan ini juga asalnya semata – mata dari Hukum Islam , tidak dari hukum lain. Ia semata – mata khasanah Hukum Islam yang erat kaitannya dengan Hukum
Islam. Keharusan transformasi mengenai lembaga wakaf yang ada di dalam Hukum
Islam ke dalam Hukum Nasional , mengingat dalam hal seseorang beramal saleh melalui Shodaqoh jariyah yang berupa wakaf, maka ia telah
mewujudkan secara konkrit ajaran Islam yang sangat esensial yakni “Hablun minallah wa habun minannas” artinya dalam lembaga wakaf selain ia
mengandung nilai ibadat untuk pelakunya orang yang berwakaf dalam rangka taqarrub kepada Allah juga terkandung di dalamnya nilai mu’alamat , yakni
hubungan antara sesama manusia antara sesama anggota komunitas masyarakat dengan benda yang berupa tanah yang guna pelaksanaan
kesempurnaan pelaksanaannya memerlukan adanya bantuan penyelenggaraan Negara.
30
Di satu segi masalah sangat erat sekali kaitannya dengan masalah keagrariaan, yaitu masalah bumi , air dan ruang angkasa yang merupakan karunia
Allah SWT. Di segi lain ia lembaga wakaf merupakan kekayaan umat Islam
30
Taufiq Hamami, Perwakafan Tanah Dalam Politik Hukum Agraria Nasional , PT. Tatanusa, Jakarta, 2003, hal.36
Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007.
USU e-Repository © 2008
sebagai sumber dana yang sangat besar dalam mensukseskan pembangunan sosial , ekonomi, kebudayaan dan keagamaan.
31
Mengingat betapa pentingnya masalah tersebut dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang mayoritas pemeluknya agama Islam, maka lembaga wakaf, tanah
harus di transformasikan ke dalam Hukum Nasional guna melindungi eksistensi dan keberadaannya di tengah – tengah masyarakat.
32
Menurut Pasal 49 UU No. 51960 tentang UUPA yang terdiri atas tiga ayat menyatakan hak-hak atas tanah untuk keperluan suci dan sosial yaitu pada ayat :
1. Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan
untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial, diakui dan dilindungi. Badan-badan tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk
bangunan dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial.
2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagai dimaksud
dalam Pasal 14 dapat diberikan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dengan hak pakai.
3. Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah
PP.
33
“Pengaturannya yang sebelumnya d dasarkan kepada doktrin – doktrin fiqh yang banyak mengandung ikhtilaf, berakibat satu sama lain menimbulkan ketidak
pastian.”
34
Dengan ditransformasikannya Hukum Islam tentang perwakafan kedalam hukum Nasional mengakibatkan ketentuan – ketentuannya menjadi hukum
positif yang bersifat Univied frame work dan Univied legal Opinion sehingga peraturannya tidak lagi berserah kepada berbagai doktrin kitab – kitab fiqh
madzahab yang sering mengandung ikhtial dan membawa ketidak pastian di sebabkan tata cara dan pengatministrasiannya secara publik tidak diatur.
Dengan demikain langkah kearah terwujudnya landasan kesamaan kerangka hukum dan pandangan hukum yang berwawasan Nasional telah tercipta
31
Ibid
32
Ibid
33
Ali Ahmad Chomzah, Op. Cit ,hal.58
34
Ibid,
Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007.
USU e-Repository © 2008
dengan dituangkannya perwakafan tanah tersebut kedalam peraturan perundang – undangan yaitu UU No 5 1960 tentang Undang – Undang Pokok Agraria
UUPA pada pasal 5 yang tidak mengesampingkan hukum Agama.
35
Di dalam UU No. 51960 tentang UUPA tidak ada pengaturan mengenai perubahan peruntukan tanah wakaf hak milik. Pada Pasal 23 diatur mengenai
peralihan tanah milik saja dan pada Pasal 49 mengatur mengenai hak-hak tanah untuk keperluan suci dan sosial dimana perwakafan termasuk di dalamnya.
Di dalam UU Wakaf No. 412004 ada pengaturan mengenai perubahan status harta benda wakaf yakni pada Pasal 40 dan Pasal 41.
D. Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Menurut PP
Menurut Pasal 11 ayat 1 PP No. 281977 bahwa pada dasarnya terhadap tanah milik yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan perubahan peruntukkan atau
penggunaan lain daripada yang dimaksud dalam ikrar wakaf.
36
Menurut Pasal 11 ayat 2 PP No. 281977 bahwa penyimpangan hanya dapat dilakukan terhadap hal-hal tertentu setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan
tertulis dari Menteri Agama, yakni : a.
Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti diikrarkan oleh wakif. b.
Karena kepentingan umum.
37
Menurut Pasal 11 ayat 3 PP No. 281977 bahwa perubahan status tanah milik yang telah diwakafkan dan perubahan penggunaanya sebagai akibat ketentuan Pasal
35
Ibid, hal.36-37
36
Suparman Usman, Op. Cit. , hal.218
37
Ibid
Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007.
USU e-Repository © 2008
11 ayat 2 tersebut harus dilaporkan oleh nadzir kepada Bupati Walikota Kepala Derah cq. Kepala Sub Direktorat Agraria setempat untuk penyelesaian lebih lanjut.
38
Menurut Pasal 49 ayat 1 PP No. 422006 bahwa perubahan status benda wakaf dalam bentuk penukaran dilarang kecuali dengan izin tertulis dari Menteri
berdasarkan pertimbangan Badan Wakaf Indonesia BWI.
39
Menurut Pasal 49 ayat 2 PP No. 422006 bahwa izin tertulis dari Menteri hanya dapat diberikan dengan pertimbangan sebagai berikut ;
a. Perubahan harta benda wakaf tersebut dugunakan untuk kepentingan umum
sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang RUTR berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. b.
Harta benda wakaf tidak dapat dipergunakan sesuai dengan ikrar wakaf. c.
Pertukaran dilakukan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan mendesak.
40
Menurut Pasal 49 ayat 3 PP No. 422006 bahwa selain izin tertulis, izin penukaran harta benda wakaf hanya dapat diberkan izin ;
a. Harta benda penukar memiliki sertifikat atau bukti kepemilikan sah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. b.
Nilai dan manfaat harta benda penukar sekurang-kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula
41
.
38
Ibid
39
PP No 412006 tentang Pelaksanaan UU Wakaf No. 412004 , hal.26
40
PP No. 422006 tentang Pelaksanaan UU Wakaf No. 412004, hal.26
41
Ibid, hal.27
Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007.
USU e-Repository © 2008
Menurut Pasal 49 ayat 4 PP No. 422006 bahwa nilai dan manfaat harta benda wakaf ditetapkan oleh Bupati Walikota berdasarkan rekomendasi tim penilai yang
anggotanya terdiri dari unsur ; a.
Pemerintah daerah kabupaten kota. b.
Kantor pertanahan kabupaten kota. c.
Majelis Ulama Indonesia kabupaten kota. d.
Kantor Departemen Agama kabupaten kota. e.
Nadzir tanah wakaf yang bersangkutan.
42
E. Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Menurut Pendapat Para Ulama
Di lingkungan masyarakat Islam khususnya Indonesia sering memahami secara kurang proporsional tentang ajaran wakaf itu sendiri. Pemahaman masyarakat
tersebut memang lebih karena dipengaruhi oleh beberapa pandangan Imam Mazhab, seperti Imam Malik dan Syafi’i yang menekankan pentingnya keabadian benda
wakaf, walaupun telah rusak sekalipun.
43
Pendapat-pendapat tersebut seperti : Golongan Malikiyah berpendapat “tidak boleh” menukar harta wakaf yang terdiri dari benda tak bergerak, walaupun benda itu
akan rusak atau tidak menghasilkan sesuatu. Tapi sebagian ada yang berpendapat
42
Ibid
43
Depertemen Agama RI, Paradigma Baru Wakaf Di Indonesia , Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Jakarta,
2005, hal.67
Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007.
USU e-Repository © 2008
lagi. Sedangkan untuk benda bergerak, golongan Malikiyah “membolehkan”, sebab dengan adanya penukaran maka benda wakaf itu tidak sia-sia.
44
Imam Syafi’i sendiri dalam masalah tukar menukar harta wakaf hampir sama dengan pendapatnya Imam Malik, yaitu sangat mencegah adanya tukar
menukar harta wakaf.Imam Syafi’i berpendapat “tidak boleh” menjual mesjid secara mutlak, sekalipun mesjid itu roboh. Tapi golongan Syafi’iyyah berbeda
pendapat tentang benda wakaf tak bergerak yang tidak memberi manfaat sama sekali. Sebagian menyatakan “boleh” ditukar agar harta wakaf itu ada
manfaatnya, sebagian ada yang menolaknya.
45
Pendapat kedua Imam tersebut nampaknya kurang fleksibelnya pandangan masyarakat Indonesia yang sampai saat ini banyak yang bersikukuh
memeganginya. Akibatnya, banyak benda wakaf yang hanya dijaga eksistensinya tanpa pengelolaan yang baik, meskipun telah usang dimakan
usia atau karena tidak strategis dan tidan memberi manfaat apa-apa kepada masyarakat. Bahkan tidak kalah banyaknya benda-benda wakaf justru
membebani masyarakat sekitar.
46
Menurut Imam Abu Hanifah dan Ahmad bin Hambal, yang membolehkan menukar atau menjual harta wakaf yang sudah tidak memiliki manfaat.
Pendapat kedua Imam cukup luwes tersebut memberikan peluang terhadap pemahaman baru, bahwa wakaf itu harusnya lebih tepat disandarkan pada
aspek kemanfaatannya untuk kebajikan umum dibandingkan hanya menjaga benda-benda tersebut tanpa memiliki kemanfaatan lebih nyata.
47
Pendapat yang mengatakan bahwa benda-benda wakaf tidak boleh “diutak-
atik” tanpa sentuhan pengelolaan dan pengembangan yang lebih manfaat semakin kurang relevan dengan kondisi saat ini. Yaitu sebuah kondisi dimana segala sesuatu
akan bisa memberikan nilai manfaat ekonomi apabila dikelola secara baik.
48
Dari berbagai penjabaran perubahan peruntukan tanah wakaf diatas diatas penulis sependapat dengan pendapat dari Imam Malik dan Ahmad bin Hambal Hal
44
Ibid
45
Ibid, hal.68
46
Ibid
47
Ibid
48
Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.69
Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007.
USU e-Repository © 2008
ini dikarenakan apa yang telah diwakafkan boleh dijual atau ditukar statusnya yang sudah tidak memiliki manfaat hal ini lebih relevan sesuai perkembangan yang ada
saat ini dari pada apa yang telah diwakafkan tidak boleh dijual atau dirubah peruntukannya padahal sudah tidak memberi manfaat lagi, hal ini menjadi suatu
yang sia-sia dan tidak lagi ditujukan bagi kemaslahatan masyarakat umum.
2. Konsepsi