PERUBAHAN PERUNTUKAN TANAH WAKAF HAK MILIK

5. Analisis Data

Setelah data primer dan data sekunder diperoleh, selanjutnya data tersebut di seleksi disusun dan dianalisa secara kualitatf yaitu tanpa menggunakan rumus – rumus statistik, data tersebut kemudian di terjemahkan secara logis sistematis denga menggunakan metode deduktif dan induktif sehingga kegiatan analisis ini diaharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang sesuai sesuai dengan pemberian jawaban dari permasalahan dan tujuan penelitian.

BAB II PERUBAHAN PERUNTUKAN TANAH WAKAF HAK MILIK

MENURUT HUKUM ISLAM

A. Pengertian Wakaf

Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 “Penulisan kata wakaf dalam Bahasa Indonesia telah baku, dengan menggunakan huruf f, wakaf” 53 Kata ini diambil dari bahasa Arab , kata benda abstrak masdar atau kata kerja fiil yang dapat berfungsi sebagai kata kerja intrasitif fiil lazim atau transitif fiil mutaaddi. Akan tetapi pengertian yang di pakai dalam tulisan ini ialah kata wakaf dari bentuk kata kerja transitif. Secara sederhana dapat pula dikatakan bahwa wakaf menurut bahasa berarti “menahan harta” tidak di pakai oleh seseorang, tidak pula diizinkan untuk dikuasai. 54 Menurut kamus, pengertian wakaf yang asal katanya terdiri dari dengan pengertian menahannya pada jalan Allah dikatakan mewakafkan untuk seseorang yang selanjutnya. 55 Wakaf adalah suatu perbuatan hukum dengan mana sesuatu barang atau barang telah dikeluarkan atau diambil dari kegunaan atau keadaannya dari dalam masyarakat semula, guna kepentingan seseorang atau orang tertentu atau guna sesuatu maksud atau tujuan yang telah ditentukan, barang atau barang-barang yang berada dalam tangan mati. 56 “Menurut syara’ wakaf adalah menahan harta yang mungkin dimanfaatkan hasilnya pada jalan Allah sedangkan asalnya tetap utuh.” 57 Wakaf adalah salah satu lembaga sosial ekonomi Islam yang potensinya belum sepenuhnya digali dan di kembangkan. Pembahasan ulama dan intelektual 53 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua , Balai Pustaka, Jakarta, 1975, hal.1123 54 Helmi Karim, Fiqh Muamalah , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal.103 55 Mahtabl As Syartqiyah, Al-Munjid , Yayasan Piara, Bandung, 1995, hal.6 56 Abdurahman, Himpunan Yurisprudensi Hukum Agraria Seri Hukum Agraria VI , Alumni, Bandung, 1980, hal.309 57 Asri Muhammad Saleh Penyunting, Op. Cit. , hal.145 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 tentang wakaf sesungguhnya telah cukup maju, tidak hanya pada kalangan intelektual, melainkan para ulama mazhab pun tidak lupa membicarakannya. 58 Pengertian menahan sesuatu dihubungkan dengan harta kekayaan itulah yang di maksud dengan wakaf dalam uraian ini. Wakaf adalah menahan sesuatu benda untuk diambil manfaatnya sesuai dengan ajaran Islam. Kata wakaf berasal dari bahasa Arab yaitu waqf yang menurut lughat artinya “menahan”. Dengan demikian menurut istilah, wakaf berarti menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan penggunaannya dibolehkan oleh agama dengan maksud mendapatkan keridhaan Allah. 59 Wakaf dalam pengertian ilmu tajwid mengandung makna menguatkan bacaan , baik seterusnya seseorang pembaca tidak boleh berhenti di pertengahan suku kata, harus pada akhir kata di penghujung ayat agar bacaannya sempurna. “Pengertian wakaf dalam arti makna berdiam di tempat, dikaitkan dengan wukuf, yakni berdiam di Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah ketika menunaikan ibadah Haji, tanpa wukuf di Arafah tidak ada Haji bagi seseorang.” 60 Imam Syafi’i juga berpendapat bahwa pada zaman Jahiliyah tidak ditemukan suatu indikasi yang menunjukkan bahwa mereka pernah melakukannya. Mereka tidak pernah mewakafkan rumahnya atau pun tanahnya yang saya ketahui kata Imam Syafi’i. Pendapat yang senada juga datang dari An-Nawawi, “Wakaf itu khusus ada bagi orang-orang Muslim”. Ini artinya pada zaman sebelum Islam datang wakaf belum dikenal. Sayyid Sabiq, lebih tegas menyatakan munculnya istilah wakaf 58 Syukri Isha, Manajemen Zakat dan Wakaf dalam Peningkatan Ekonomi Umat , Pada International Seminar On Islamics As a Solution, di Medan tanggal 18-19 September 2005, hal.277 59 Bahder Johar dan Sri Warjiyati, Op. Cit, hal.63 60 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf , Bina Aksara, Jakarta, 1981, hal.80 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 setelah Islam datang dan berkembang. Kemudian semakin populer setelah Nabi Muhammad SAW secara langsung mempraktekkannya. Dasar – dasar wakaf adalah sebagai berikut : a. Di dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 92 Artinya : “Kamu tidak akan mendapat nilai kebajikan sebelum menafkahkan harta yang kamu cintai. Apapun yang kamu nafkahkan, Allah Maha mengetahuinya.” 61 b. Pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 261 Artinya : “Perumpamaan nafkah yang di keluarkan oleh orang – orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap – tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa saja yang di kehendaki dan Allah Maha Kuasa karunia – Nya lagi Maha Mengetahui.” 62 Dalam ayat diatas terdapat perkataan “tunfiguu mimmaa tuhibbuun” menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai sebagai mana di terangkan oleh hadis Nabi SAW. Artinya : “Dari Anas ra ia berkata : Abu Thalhah adalah seorang golongan Anhasar yang terkaya di Madinah, diantara kekayaannya berupa kebun kurma. Kebunnya yang paling disenanginya ialah Bairuha; yang terletak berhadapan dengan mesjid Madinah dan Rasullullah SAW bisa masuk kedalam kebun itu serta meminum air sumurnya yang bersih dan jernih Selanjutnya Anas berkata “Tatkala diturunkan ayat Ali Imran 92 ini yaitu “Lan tanalal birra hatta tunfiqun mimmaa tuhibbuun …”, berkata Abu 61 Zaini Dahlan dan Azharuddin Sahil Penerjemah, Qur’an Karim dan Terjemahan Artinya , UII Press, Yogyakarta, 1999, hal.109 62 Ibid, hal.77-78 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Thalhah kepada Rasulullah SAW . “Ya Rasulullah, bahwasanya Allah tabaaraka wa ta’ala berfirman Lan tanalal birra hatta tunfiqun mimmaa tuhibbuun, sesungguhnya hartaku yang paling aku cintai ialah bairaruha, dan sesungguhnya harta itu aku sedekahkan untuk jalan Allah, aku mengharap harta sebagai baktiku yang tersimpan kepada Allah, dan aku serahkan kepada Engkau ya Rasulullah untuk menggunakn ketentuan Allah . Rasulullah SAW menjawab”Alangkah besar labanya, itulah harta yang mempunyai laba , aku telah mendengar ucapanmu, dan menurutku agar harta itu di berikan kepada kerabatmu” Abu Thalhah berkata : “Akan aku laksanakan Rasulullah” lalu Abu Thalhah membagi – bagikannya kepada kerabat dan saudara sepupunya. H.R Bukhori dan Muslim.” 63 Dalam penulisan tesis ini, penulis juga menuliskan mengenai wakaf tunai yang akan di jabarkan di bawah ini. Perbincangan tentang wakaf tunai mulai mengemuka dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terjadi seiring berkembangnya sistem perekonomian dan pembangunan yang memunculkan inovasi-inovasi baru. Wakaf tunai sebagai instrumen finansial, keuangan sosial dan perbankan sosial dipelopori Prof M.A. Mannan 2002, pakar ekonomi dari Bangladesh. 64 Wakaf Tunai yang digagas Mannan merupakan suatu produk baru dalam sejarah perekonomian Islam. Munculnya gagasan wakaf tunai memang mengejutkan banyak kalangan, khususnya para ahli dan praktisi ekonomi Islam. Karena wakaf tunai berlawanan dengan pandangan umat Islam yang terbentuk bertahun-tahun lamanya, bahwa wakaf itu berbentuk benda-benda tak bergerak. Wakaf tunai bukan merupakan aset tetap yang berbentuk benda tak bergerak seperti tanah, melainkan aset lancar. Diakomodirnya wakaf tunai dalam konsep wakaf 63 Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqih Jilid 3 , Dana Bhakti Wakaf , Yogyakarta, 1995, hal.188-189 64 Departemen Agama RI, Proses Lahirnya Undang-Undang Wakaf No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf , Direktorat Pemgembangan Zakat Dan wakaf Ditjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji, Jakarta, 2005, hal.1 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 sebagai hasil interpretasi radikal yang mengubah defenisi mengenai wakaf. Tafsiran baru ini dimungkinkan karena berkembangnya teori-teori ekonomi. Menurut Mannan, wakaf tunai mendapat perhatian serius karena memiliki akar yang panjang dalam sejarah Islam. Sebagai instrumen keuangan, wakaf tunai merupakan produk baru dalam sejarah Perbankan Islam. Pemanfaatan wakaf tunai dibedakan menjadi dua, yakni pengadaan barang privat dan barang sosial. Karena itu dapat membuka peluang yang unik bagi penciptaan investasi di bidang keagamaan, pendidikan, dan pelayanan sosial. Bagi Mannan, wakaf tunai yang biasa diterbitkan dengan Sertifikat Wakaf Tunai SWT dapat dilakukan dengan maksud untuk memenuhi target investasi, sedikitnya empat bidang, yaitu : 1. Kemanfaatan bagi kesejahteraan pribadi dunia-akhirat. 2. Kemanfaatan bagi kesejahteraan keluarga dunia dan akhirat. 3. Pembangunan sosial. 4. Membangun masyarakat sejahtera. 65 Dikalangan ulama fiqih klasik, hukum mewakafkan uang merupakan perselisihan tersebut tidak lepas dari tradisi yang lajim di masyarakat bahwa mewakafkan hartanya berkisar pada harta tempat dan pada penyelewengan harta wakaf. 66 Berdasarkan tradisi yang lajim tersebut maka sebagian ulama masa silam merasa aneh saat mendengarkan fatwa yang di keluarkan oleh Muhammad bin 65 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.3-4 66 Ibid, hal.94-95 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Abdullah al- Anshari, murid dari Zufar tentang bolehnya berwakaf dalam bentuk uang tunai, dirham atau dinar, dan dalam bentuk komoditi yang di timbangan atau di takar seperti gandum. 67 Disamping ada yang membolehkan , terdapat pula ulama yang tidak memperbolehkannya . Ibn Qudamah meriwayatkan suatu pendapat dari sebagian besar kalangan ulama yang tidak membolehkan wakaf uang, dirham dengan alasan dirham dan dinar akan lenyap ketika dibayarkan, sehinga tidak ada lagi wujudnya. 68 Dari beberapa pendapat ulama diatas jelas bahwa alasan boleh dan tidaknya mewakafkan mata uang berkisar pada apakah wujud , uang tersebut setelah digunakan atau dibayarkan ada seperti semula atau tidak. 69 Perdebatan ulama tentang unsur “keabadian” pada dasarnya tidak lepas dari pemahaman mereka terhadap petunjuk Rasulullah kepada Umar Ibu Khathab “ Tanamlah pohonnya dan sedekahkanlah buahnya” Menurut Abu Ishaq Asy Syirai petunjuk tersebut mengandung makna bahwa yang boleh di wakafkan adalah yang dapat bermanfaat dan tahan lama tidak lenyap ketka dimanfaatkan. 70 Adanya perdebatan dikalangan ulama fiqih tentang boleh atau tidaknya berwakaf dengan uang, memperlihatkan adanya upaya yang terus menerus untuk memaksimalkan hasil harta wakaf. Karena semakin banyak harta wakaf yang dihimpun, berarti semakin banyak pula hasil dan manfaatnya serta kebaikan yang mengalir kepada pihak yang berwakaf. 67 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.95 68 Ibid, hal.97 69 Ibid, hal.98 70 Ibid Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Paham yang membolehkan berwakaf dalam bentuk uang, membuka peluang bagi asset wakaf untuk memasuki berbagai usaha investasi seperti syirkah, mudharabah dan lainnya. Sudah saatnya Indonesia mengembangkan wakaf uang, karena sangat strategis untuk pembangunan ekonomi umat. Hal-hal yang menjadi urgensi wakaf uang ialah : 1. Terhadap wakif, dimana seorang wakif tidak lagi memerlukan jumlah uang yang besar untuk dibelikan tanah atau bangunan untuk diwakafkan. 2. Terhadap Lembaga keuangan syariah, dimana jika uang wakaf yang terhimpun dapat dikelola oleh bank syariah dengan manajemen profesional, maka akan berdampak positif bagi pengembangan lembaga keuangan syariah. 3. Terhadap kegiatan ekonomi secara makro yaitu : a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi. b. Pemerataan pertumbuhan ekonomi. c. Stabilitas politik dan ekonomi. Mengenai wakaf tunai ini Majelis Ulama Indonesia MUI telah mengeluarkan suatu fatwa tentang wakaf uang pada tanggal 11 Mei 2002. Fatwa tersebut isinya terdiri atas 2 dua yaitu sebagai berikut : 1. Pertama yakni : a. Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. c. Wakaf uang hukumnya jawaz boleh. Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 d. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’iy. e. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan. 2. Kedua, dimana fatwa ini berlaku sejak ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliuran, akan diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya. 71 Dalam konteks Indonesia, wakaf tunai yang digagas Mannan direspon positif oleh beberapa lembaga sosial keagamaan seperti Dompet Dhuafa Republika DDR, UII Yogyakarta, Pos Keadilan Peduli Umat PKPU dan beberapa lembaga lain. Meskipun beberapa pola pengelelolaan wakaf tunai yang dijalankan oleh lembaga- lembaga nadzir LSM profesional tersebut belum sesuai dengan semangat pemberdayaan wakaf sebagaimana yang diajarkan nabi, tapi paling tidak, wakaf tunai sudah mewacana dalam variabel aksi penanganan kesejahteraan sosial. 72

B. Rukun-rukun dan Syarat-syarat Wakaf

Kendatipun para mujtahid berbeda pendapat mengenai wakaf dan perbedaan pendapat itu tercermin dalam perumusan mereka , namun semuanya sependapat bahwa untuk pembentukan lembaga wakaf diperlukan beberapa rukun. Rukun artinya sudut tiang penyangga yang merupakan sendi utama atau unsur pokok 71 Departemen Agama RI, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia , Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelengaraan Haji, Jakarta, 2003, hal.86 72 Ibid, hal.2 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 dalam pembentukan suatu hal. Tanpa rukun sesuatu hal tidak akan tegak berdiri. Wakaf sebagai suatu lembaga , mempunyai unsur – unsur pembentukannya. Tanpa itu, wakaf tidak dapat berdiri unsur – unsur pembentukan yang juga merupakan rukun wakaf itu adalah : 1. Wakif orang yang mewakafkan Wakif adalah pemilik harta yang mewakafkan hartanya, seseorang yang mewakafkan hartanya harus mempunyai syarat – syarat sebagai berikut : a. Wakif itu adalah pemilik sah dari harta yang akan di wakafkan. Harta yang belum jelas pemiliknya tidak boleh di wakafkan seperti harta warisan yang belum di bagikan , harta yang berserikat yang belum di tentukan siapa – siapa pemiliknya, harta yang di jual tetapi belum lunas pembayarannya, dan sebagainya. Karena itu perlu di teliti kedudukannya suatu harta yang akan diwakafkan. b. Wakif mempunyai kecukupan melakukan tabarru yaitu kecukupan melepaskan hak milik kepada orang lain. Yang menjadi ukuran seseorang yang telah dapat melakukan tabarru ialah telah mempunyai kemampuan mempertimbangkan sesuatu yang telah di temukan kepadanya dengan baik. c. Wakif tidak mempunyai hutang sedikit pun , maka ia boleh mewakafkan paling banyak sepertiga hartanya, sedangkan dua pertiga yang lain tergantung kepada persetujuan ahli waris , keadaan yang demikian ahli waris berhak menentukan harta yang mungkin diwariskan. d. Jika ia berhutang sedangkan hartanya cukup untuk membayar hutangnya , maka orang sakit itu boleh berwakaf, ia harus terlebih dahulu melunaskan Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 hutangnya , sedangkan hartanya cukup banyak dan melebihi dari pada jumlah hutangnya , maka ia boleh berwakaf. 73 2. Harta yang di wakafkan maufuq Barang atau benda yang di wakafkan maufuq haruslah memenuhi syarat – syarat sebagai berikut : a. Harus tetap zatnya dan dapat di manfaatkan untuk jangka waktu lama. Tidak habis sekali pakai. Pemanfaatan itu haruslah untuk hal – hal yang berguna, halal dan sah menurut hukum. b. Harta yang diwakafkan itu harus jelas wujudnya dan pasti batas – batasnya jika bentuk tanah, misalnya. c. Benda itu sebagaimana di sebutkan diatas harus benar – benar kepunyaan wakif dan bebas dari segala beban. d. Harta yang di wakafkan itu dapat berupa benda dan dapat juga berupa benda yang bergerak seperti buku – buku, saham , surat – surat berharga dan sebagainya. Jika berupa saham atau modal haruslah diusahakan agar penggunaan modal itu tidak untuk usaha – usaha yang bertentangan dengan ketentuan – ketentuan hukum Islam, misalnya biaya – biaya untuk tempat – tempat perjudian atau usaha – usaha maksiat lainnya. 74 73 Muhammad Daud Ali, Op. Cit. , hal.86 74 Ibid, hal.80 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 3. Tujuan Wakaf mauquf alaih Tujuan wakaf dalam tujuan itu tercermin yang berhak menerima hasil wakaf atau mauquf alaih, harus jelas, misalnya: a. Untuk kepentingan umum, seperti tempat mendirikan mesjid, sekolah, rumah sakit, dan amal – amal sosial lainnya dapat pula di tentukan tujuannya. b. Untuk menolong fakir miskin , orang – orang terlantar, dengan jalan membangun panti asuhan dapat juga di sebut dengan tujuan wakaf itu. c. Untuk keperluan anggota keluarga itu sendiri, walaupun misalnya anggota keluarga itu terdiri dari orang- orang mampu. Namun yang lebih baik adalah kalau tujuan wakaf itu jelas di peruntukan bagi kepentingan umum, kemaslahatan masyarakat. Dalam hubungannya dengan tujuan wakaf ini perlu di kemukakan bahwa tujuan wakaf yang sesungguhnya adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah, dalam rangka beribadah kepadaNya. Sebagaimana halnya dengan zakat, wakaf merupakan ibadah maliyah berbentuk shodaqoh jariyah yakni sedekah yang terus mengalir pahalanya untuk orang yang menyedekahkannya. d. Tujuan wakaf itu tidak boleh bertentangan dengan nilai – nilai ibadah. Tujuan wakaf itu harus dapat di masukkan kedalam kategori ibadah pada umumnya, sekurang- kurangnya tujuannya harus merupakan hal yang mubah menurut misalnya orang yang mewakafkan tanahnya untuk kuburan, pasar, lapangan olah raga dan sebagainya. Kalau tujuan wakaf itu untuk kepentingan umum, maka harus ada badan yang mengurusnya. Pengurus harta wakaf di sebut nadzir atau mutawalli , dapat berupa perorangan atau badan hukum. Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 4. Pernyataan sighot wakif Pernyataan wakif yang merupakan tanda penyerahan barang atau benda yang di wakafkan itu , dapat di lakukan dengan lisan atau tulisan . Dengan pernyataan itu , tanggallah hak wakif atas benda yang di wakafkannya. Benda itu kembali menjadi hak milik mutlak Allah, yang di manfaatkan oleh orang – orang yang di sebut dalam ikrar wakaf tersebut. Karena tindakan untuk mewakafkan sesuatu di pandang sebagai perbuatan hukum sepihak , maka dengan pernyataan wakif yang merupakan ijab perwakafan telah terjadi. Pernyataan qabul dari mauquful alaih , yakni orang atau orang – orang yang berhak menikmati hasil wakaf itu tidak di perlukan. Mengenai masalah sanksi dalam ikrar wakaf, tidak di bicarakan dalam kitab – kitab hukum fiqih Islam, karena mungkin para ahli menggolongkan wakaf ke dalam aqad tabarru yakni janji yang melepaskan hak tanpa suatu imbalan kebendaan. Pelepasan itu di tujukan kepada Allah dalam rangka beribadah , untuk keridhaanNya. Namun karena masalah itu termasuk kedalam kategori masalah – masalah yakni untuk kemaslahatan umum. Maka soal kesaksian itu perlu juga di perhatikan juga pernyataan wakif harus jelas yakni : a. Melepaskan haknya atau pemilikan benda yang di wakafkan. b. Menentukan peruntukan benda itu apakah khusus ataukah umum kepentingan masyarakat. Pada buku perwakafan Indonesia diuraikan antara lain, bahwa lembaga perwakafan di Indonesia , menjelaskan hukum dan perundang – undangan di Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Indonesia sampai saat ini belum meliputi seluruh bentuk perwakafan, selama ini baru terdapat Peraturan Pemerintah tentang perwakafan tanah milik yang merupakan kelanjutan dari kandungan – kandungan pokok agraria khusus pasal 49. 75 Menurut Pasal 6 UU Wakaf No. 412004 menyatakan bahwa wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur wakaf sebagai berikut : 1. Wakif. 2. Nadzir. 3. Harta benda wakaf. 4. Ikrar wakaf. 5. Peruntukan harta benda wakaf. 6. Jangka waktu wakaf. 76 1. Wakif Pada Pasal 7 UU Wakaf No. 412004 bahwa wakif meliputi : a. Perseorangan. b. Organisasi. c. Badan Hukum. 77 Menurut Pasal 8 ayat 1 UU Wakaf No. 412004 bahwa wakif perseorangan hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi persyaratan : a. Dewasa. b. Berakal sehat. c. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum. d. Pemilik sah harta benda wakaf. 78 75 Juhaya S. Praja, Op. Cit., hal.32 76 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.154 77 Ibid 78 Ibid , hal.154-155 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Pada Pasal 8 ayat 2 UU Wakaf No. 412004 bahwa wakif organisasi hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda milik organisasi sesuai dengan anggaran yang bersangkutan. 79 Pada Pasal 8 ayat 3 UU Wakaf No. 412004 bahwa wakif badan hukum hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan. 80 2. Nadzir “Pasal 1 butir empat UU Wakaf No 41 2004 mengatakan Nadzir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk di kelola dan di kembangkan sesuai dengan peruntukkannya.” 81 “Nadzir wakaf adalah orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan wakaf tersebut. Pada dasarnya siapa saja dapat menjadi Nadzir selama ia mempunyai hak melakukan tindakan hukum.” 82 Yang berhak menentukan nadzir wakaf adalah Wakif. Mungkin dia sendiri yang menjadi nadzir, mungkin pula menyerahkan pengawasan wakafnya kepada orang lain , baik perseorangan maupun organisasi. Agar perawatannya dapat 79 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.155 80 Ibid 81 Ibid., hal.151-152 82 Suparman Usman, Op. Cit., hal.33 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 terselenggara dengan sebaik – baiknya Pemerintah berhak campur tangan mengeluarkan berbagai peraturan mengenai perwakafan, termasuk pengawasannya. 83 Pada Pasal 9 UU Wakaf No. 412004 bahwa nadzir meliputi : a. Perseorangan. b. Organisasi, atau c. Badan Hukum. 84 Dalam hal nadzir wakaf perseorangan perseorangan para ahli menentukan beberapa syarat yang harus di perlukan : 1. Berakal sehaat. 2. Telah dewasa. 3. Dapat di percaya 4. Mampu menyelenggarakan segala urusan yang berkenaan dengan harta wakaf. 85 Menurut pasal 219 ayat 1 KHI, nadzir perorangan harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut : a. Warga Negara Indonesia b. Beragama Islam c. Sudah dewasa d. Sehat Rohani dan Jasmani e. Tidak berada di bawah pengampuan. f. Bertempat tinggal di kecamatan tempat letak benda yang di wakafkan. 86 Menurut Pasal 10 ayat 1 UU wakaf No. 412004 bahwa perseorangan hanya dapat menjadi nadzir apabila memenuhi persyaratan : 83 Suparman Usman, Op. Cit. , hal.33 84 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.155 85 Ibid 86 Cik Hasan Bisri, Op. Cit., hal.211 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 a. Warga Negara Indonesia. b. Beragama Islam. c. Dewasa. d. Amanah. e. Mampu secara jasmani dan rohani. f. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum. 87 Menurut Pasal 10 ayat 2 UU Wakaf No. 412004 bahwa oraganisasi hanya dapat menjadi nadzir apabila memenuhi persyaratan : a. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan nadzir perseorangan. b. Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemsyarakatan dan atau keagamaan Islam. 88 Bila syarat – syarat tersebut tidak di penuhi Hakim menunjuk orang lain yang mempunyai hubungan kerabat dengan wakif , dengan prinsip hak pengawasan ada pada wakif sendiri. Bila orang yang mempunyai hubungan kerabat dengan wakif itu tidak ada, hakim menunjuk orang lain. 89 Nadzir wakaf berwewenang melakukan segala tindakan yang mendatangkan kebaikan bagi harta wakaf bersangkutan dengan memperhatikan syarat – syarat yang mungkin telah di tentukan wakif , tapi nadzir tidak boleh menggadaikan harta wakaf untuk tanggungan hutang harta wakaf atau tanggungan hutang tujuan wakif berusaha menebus dirinya . Wakif ini ditujukan kepada umum dengan tidak terbatas penggunaanya , yang mencakup semua aspek untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia pada umumnya. 87 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.156 88 Ibid 89 Ibid, hal.33 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Menurut pasal 219 KHI, nadzir yang berbentuk badan hukum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Badan Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia b. Mempunyai perwakilan di kecamatan tempat letak benda yang diwakafkan. 90 Menurut Pasal 10 ayat 3 UU Wakaf No. 412004 bahwa badan hukum hanya dapat menjadi nadzir apabila memenuhi persyaratan : a. Pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan nadzir perseorangan. b. Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. c. Badan hukum yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan atau keagamaan Islam. 91 Menurut Pasal 11 UU Wakaf No. 412004 bahwa nadzir mempunyai tugas : a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf. b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya, c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf. d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia BWI. 92 Pada Pasal 12 UU Wakaf No. 412004 bahwa dalam melaksanakan tugasnya, nadzir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10 sepuluh persen. 93 Pada Pasal 13 UU Wakaf No. 412004 bahwa dalam melaksanakan tugasnya, nadzir memperoleh pembinaan dari Menteri dan Badan Wakaf Indonesia. 94 90 Departemen Agama RI, Op. Cit. ,hal.215 91 Ibid, hal.156-157 92 Ibid. hal.157 93 Ibid, hal.157-158 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 3. Harta Benda Wakaf Pada Pasal 15 UU Wakaf No. 412004 bahwa harta benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimilik dan dikuasai oleh wakif secara sah. 95 Pada Pasal 16 ayat 1 UU Wakaf No. 412004 bahwa harta benda wakaf terdiri dari : a. Benda tidak bergerak, dan b. Benda bergerak. 96 Pada Pasal 16 ayat 2 UU Wakaf No. 412004 bahwa benda tidak bergerak meliputi : a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berilaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar. b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana dimaksud pada huruf a. c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah. d. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 97 Pada Pasal 16 ayat 3 UU Wakaf No. 412004 bahwa benda bergerak adalah harta benda yang tidak bisa habis karena dikomsumsi, meliputi : a. Uang. b. Logam mulia. c. Surat berharga. d. Kendaraan. e. Hak atas kekayaan intelektual. f. Hak sewa. 94 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.158 95 Ibid 96 Ibid, hal.159 97 Ibid Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 g. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 98 4. Ikrar Wakaf Pada Pasal 17 ayat 1 UU Wakaf No. 412004 bahwa ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakif kepada nadzir di hadapan PPAIW dengan disaksikan oleh 2 dua orang saksi. 99 Pada Pasal 17 ayat 2 UU Wakaf No. 412004 bahwa ikrar wakaf dinyatakan secara lisan dan atau tulisan serta dituangkan dalam ikrar wakaf oleh PPAIW. 100 Pada Pasal 19 UU wakaf No. 412004 bahwa dalam hal wakif tidak dapat memyatakan ikrar wakaf secara lisan atau tidak dapat hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf karena alasan yang dibenarkan oleh hukum, wakif dapat menunjuk kuasanya dengan surat kuasa yang diperkuat oleh 2 dua orang saksi. 101 Pada Pasal 19 UU Wakaf No. 412004 bahwa untuk dapat melaksanakan ikrar wakaf, wakif atau kuasanya memyerahkan surat dan atau bukti kepemilikan atas harta benda wakaf kepada PPAIW. 102 Menurut Pasal 20 UU Wakaf No. 412004 bahwa saksi dalam ikrar wakaf harus memenuhi persyaratan : a. Dewasa. b. Beragama Islam. c. Berakal sehat. 98 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.159-160 99 Ibid, hal.160 100 Ibid 101 Ibid, hal.161 102 Ibid Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 d. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum. 103 Pada Pasal 21 ayat 1 UU Wakaf No. 412004 bahwa ikrar wakaf dituangkan dalam akta ikrar wakaf. 104 Pada Pasal 21 ayat 2 UU Wakaf No. 412004 bahwa akta ikrar wakaf paling sedikit memuat : a. Nama dan identitas wakif. b. Nama dan identitas nadzir. c. Data dan keterangan harta benda wakaf. d. Peruntukan harta benda wakaf. e. Jangka waktu wakaf. 105 5. Peruntukan Harta Benda Wakaf Menurut Pasal 22 UU Wakaf No. 412004 bahwa dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan bagi : a. Sarana dan kegiatan ibadah. b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan. c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa. d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat, dan atau. e. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan. 106 Pada Pasal 23 ayat 1 UU Wakaf No.412004 bahwa penetapan peruntukan harta benda wakaf dilakukan oleh wakif pada pelaksanaan ikrar wakaf. 107 103 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.161 104 Ibid 105 Ibid, hal.161-162 106 Ibid, hal.162 107 Ibid, hal.163 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Pada Pasal 23 ayat 2 UU Wakaf No. 412004 bahwa dalam hal wakif tidak menetapkan peruntukan harta benda wakaf, nadzir dapat menetapkan peruntukan harta benda wakaf yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf. 108 Disamping rukun – rukun wakaf tersebut diatas , ada pula syarat - syarat sah suatu perwakafan benda atau harta seseorang. Syarat – syarat itu adalah sebagai berikut : a. Perwakafan itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja , tetapi untuk selama – lamanya. Wakaf yang di batasi waktunya untuk lima tahun saja adalah tidak sah. b. Tujuannya harus jelas. Tanpa menyebutkan tujuannya secara jelas, perwakafan itu tidak sah, namun demikian apabila seseorang wakif menyerahkan tanahnya kepada suatu badan hukum tertentu yang sudah jelas tujuannya dan usahanya, wewenang untuk tujuan penentuan wakaf itu berada dalam badan hukum yang bersangkutan sesuai dengan tujuan badan hukum yang bersangkutan. c. Wakaf harus segera dilaksanakan setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh wakif tanpa menggantungkan pelaksanaannya pada suatu peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang, sebabnya dalam ikrar itu lepasnya hubungan pemilikan seketika itu juga, antara wakif dan wakaf yang bersangkutan. Bila di gantungkan pada kematian seseorang seperti telah di sebutkan diatas , yang berlaku adalah wasiat. Dalam hal ini tidak boleh lebih dari sepertiga harta peninggalan, baik wasiat wakaf itu melebihi sepertiga dari harta peninggalannya, selebihnya baru dapat di laksanakan kalau di setujui oleh para ahli waris . Bila ahli waris semua menyetujui , semua harta yang di wakafkan itu dapat diolah atau di kerjakan. Bila semua tidak menyetujuinya hanya sepertiga yang dapat di laksanakan, selebihnya batal karena hukum. Kalau ada yang setuju dan ada yang pula tidak setuju yang dapat di laksanakan hanyalah mereka yang setuju saja. d. Wakaf yang sah wajib di laksanakan , karena ikrar wakaf yang dinyatakan oleh wakif berlaku seketika untuk selama – lamanya. 109 6. Jangka Waktu Wakaf 108 Departemen Agama RI , Op. Cit. , hal.163 109 Juhaya S. Praja, Perwakafan Di Indonesia, Sejarah Pemikiran Hukum dan Perkembangannya,Mizan, Bandung, 1995, hal.85 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Untuk jangka waktu wakaf di dalam hukum Islam tidak memiliki jangka waktu artinya jangka waktu yang tidak terbatas yang bersifat abadi untuk selama- lamanya, hal ini dikarenakan bila harta benda yang diwakafkan memiliki jangka waktu yang telah ditetapkan, maka hal ini tidak dapat dikategorikan wakaf.

C. Tujuan dan Fungsi Wakaf

Sebagaimana tujuan wakaf adalah untuk mendapatkan ganjaran yang baik, bermanfaat bagi yang menerima wakaf dan juga untuk umat Islam pada umumnya, maka haruslah memenuhi syarat – syarat sebagai berikut: 1. Harus tetap zatnya dan dapat di manfaatkan untuk jangka waktu yang lama, tidak habis sekali pakai. Pemakaian itu haruslah untuk hal – hal yang berguna , halal dan sah menurut hukum. 2. Harta yang diwakafkan itu harus jelas wujudnya, dan pasti batas – batasnya jika berbentuk tanah misalnya. 3. Benda itu sebagai mana di sebutkan diatas haruslah benar kepunyaan wakif, dan bebas dari segala beban. 4. Harta yang di wakafkan itu dapat juga berupa benda bergerak seperti buku – buku, saham, surat – surat dan sebagainya. Kalau ia berupa saham atau modal , haruslah diusahakan agar penggunaan modal itu tidaklah untuk usaha – usaha yang bertentangan dengan ketentuan – ketentuan hukum Islam, misalnya untuk mendirikan atau membiayai tempat – tempat perjudian atau usaha – usaha maksiat lainnya. Bukan barang haram atau najis, dijelaskan bahwa siapa yang menerima wakaf orang tersebut sudah ada pada waktu terjadi wakaf. 110 Sesuai dengan penjelasan diatas , maka tidak sah mewakafkan suatu benda untuk anak yang belum lahir , dan tidak sah hukumnya wakaf kalau seorang misalnya ia berkata”saya wakafkan tanah ini” karena tidak terang kepada siapa diwakafkannya, maka wakaf itu dinyatakan tidak sah. 110 Adijani al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia , Jakarta, Rajawali Pers, 1992, hal.32 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Menurut pasal 40 UU Wakaf No 41 2004 menyatakan harta benda wakaf yang sudah di wakafkan di larang : a. Dijadikan jaminan. b. Disita. c. Dihibahkan. d. Dijual. e. Diwariskan. f. Ditukar, atau g. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hal lainnya. 111 Dalam hal harta yang boleh di wakafkan itu para ulama berbeda pendapat, selanjutnya dapat di jelaskan sebagai berikut : 1. Apabila harta yang di wakafkan itu berkaitan dengan hutang , maka ulama mazhab Hanafi dapat merinci sebagai berikut : a. Jika hutang tidak mencukupi seluruh harta , maka mewakafkan sisa harta yang tidak terkait hutang hukumnya sah. b. Apabila utang itu seluruh harta wakif , maka akad wakafnya dianggap mauquf ditangguhkan sampai ada izin dari piutang , jika mereka izinkan maka wakafnya sah, dan apabila mereka tidak izinkan , maka wakafnya batal. 2. Ulama mazhab Maliki mensyaratkan harta yang di wakafkan itu : a. Milik sendiri tidak terkait dengan orang lain. b. Harta tertentu dan jelas. c. Dapat di manfaatkan. Oleh sebab itu harta yang sedang menjadi jaminan utang dan harta yang sedang di sewa tidak boleh di wakafkan. d. Dibolehkan mewakafkan manfaat hewan untuk di pergunakan, dan mewakafkan makanan, uang dan benda tidak bergerak. 111 Departemen Agama RI, Op. Cit., hal.168 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Hadis Rasullah yang di riwayatkan Bukhori dari Umar bin Khottob, riwayat Usman bin Affan, riwayat Abi huraira lbnu Abbas dari Anas, Abi Thalhah yang telah diuraikan pada bab dua, menjelaskan : sedekah yang pengertiannya tidak jauh berbeda dengan wakaf, sangat di anjurkan dalam Islam, disamping orang yang mewakafkan mendapat ganjaran kebaikan, yang menerima wakaf dan mengambil manfaatnya , untuk dirinya dan untuk keperluan lainnya. Para ulama berpendapat bahwa hukum berwakaf itu dianjurkan oleh agama, sebab padanya merupakan salah satu bentuk kebajikan. Jadi salah satu bentuk kebajikan ialah dengan jalan berwakaf, sebab orang lain akan mendapat manfaatnya dari harta yang telah di wakafkan itu. Dilihat dari sasarannya pada dasarnya wakaf dapat di bagi kedalam dua bentuk. Pertama wakaf yang di berikan kepada keluarga dan karib kerabat atau orang tertentu yang disebut dengan wakaf ahli. Sasaran wakaf jenis ini adalah pribadi tertentu atau masyarakat yang motivasinya bukan untuk memajukan agama Islam. 112 Jenis wakaf kedua adalah wakaf untuk kebajikan dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Tuhan , yang disebut dengan wakaf al- khairi . Mewakafkan sebidang tanah untuk mesjid misalnya , termasuk kedalam jenis wakaf ini pula yang banyak berlaku di Indonesia. 113 112 Helmi Karim, Op. Cit. , hal.102 113 Ibid, hal.108 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Pada Pasal 4 UU Wakaf No. 412004 menyatakan wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya. 114 Pada Pasal 5 UU Wakaf No. 412004 menyatakan wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum. 115 Pada Pasal 216 KHI menyatakan fungsi wakaf adalah mengekalkan manfaat benda wakaf sesuai dengan tujuan wakaf. 116

D. Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa benda wakaf itu terdiri atas benda tetap seperti tanah, pohon-pohon, gedung, mesjid, rumah dan benda lainnya menurut hukum dipandang benda tetap, sedangkan benda yang bergerak seperti mobil, hewan ternak, buku dan sebagainya. Setelah mengalami proses dan perjalanan waktu sudah barang tentu benda wakaf ada yang rusak, biasanya terjadi pada benda yang bergerak. Demikian juga benda tetap pada suatu saat tidak dapat memberikan hasil atau manfaatnya lagi. Imam Abu Hanifah memandang akad wakaf tidak mengikat, dalam arti bahwa orang yang berwakaf boleh saja mencabut wakafnya kembali dan boleh di jual belikan oleh pemilik semula. Dengan demikian mewakafkan harta bagi Imam Abu Hanifah bukan berarti meninggalkan hak milik secara mutlak. Menurutnya akad wakaf baru bersifat mengikat apabila : 114 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.153 115 Ibid 116 Cik Hasan Bisri, Op. Cit. , hal.210 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 a. Terjadi sengketa antara yang mewakafkan wakif dan pemelihara harta wakaf nadzir dan hakim memutuskan bahwa wakaf itu mengikat. b. Wakaf itu di pergunakan untuk Mesjid. c. Putusan hakim terhadap wakaf itu dikaitkan dengan kematian yang berwakaf wakif. Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan asy-Syaibani, keduanya ahli mazhab Hanafi mendefenisikan wakaf dengan menahan tindakan hukum orang yang berwakaf terhadap hartanya yang telah diwakafkan dengan tujuan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum dan kebajikan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedangkan materinya tetap utuh. Jumhur Ulama berpendapat bahwa harta yang sudah di wakafkan tidak lagi menjadi milik wakif dan akadnya bersifat mengikat . Status harta tersebut telah berubah menjadi milik Allah SWT yang di pergunakan untuk kebajikan bersama sehingga wakif tidak boleh lagi bertindak terhadap harta tersebut. Empat Mazhab menguraikan sebagai berikut : wakaf adalah merupakan ibadah yang di bolehkan oleh syarah, Maliki, Syafii, meskipun tidak di ketahui oleh Hakim , dan tidak di keluarkan dari tempat wasiat sesudah meninggalnya, seperti ini juga pendapat Abu Yusuf dan menurut pendapatnya bahwa hak milik menjadi hilang dari padanya meskipun tidak di keluarkan dari tangannya. Menurut Maliki, Hanafi, wakaf itu merupakan suatu pemberian yang benar , tetapi tidak di lazimkan dan tidak terlepas dari milik orang yang mewakafkannya, sehingga hakim memberi keputusan atau ditaolidkan digantungkan dengan Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 kematiannya seperti ia katakan. Apabila saya mati, saya wakafkan semua ini kepada urusan itu. Yang paling rajih kuat dari mazhab Syafi’i bahwa hak milik barang yang diwakaf itu menjadi milik Allah. Oleh karena itu barang wakaf bukan milik wakif orang yang mewakafkan dan bukan milik mauquf orang yang menerima wakaf. “Kompilasi Hukum Islam KHI menjelaskan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama – lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.” 117 Pembicaraan mengenai hal wakaf di dalam Al-Qur’an tidak di jumpai secara jelas , namun secara implisit ada beberapa ayat yang memerintahkan manusia untuk berinfaq sebagai sebuah perintah yang terkategori sebagai perintah untuk berwakaf secara implisit, firman Allah tersebut sebagai berikut, pada Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 77 : Artinya : “Hai orang – orang yang beriman , ruku’ dan sujud dan sembahlah Tuhan kamu dan berbuatlah kebaikan supaya kamu dapat kejayaan.” 118 Al-Qur’an tidak pernah berbicara secara spesifik dengan tegas tentang wakaf, hanya saja karena wakaf merupakan salah satu bentuk kebajikan melalui hatra benda, maka para ulama pun memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan pemanfaatan untuk kebajikan juga mencakup kebajikan melalui wakaf. 117 Cik Hasan Bisri, Op. Cit., hal.209 118 R. Abdul Djamali, Op. Cit., hal.184 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Beberapa ayat yang telah di sebutkan diatas bukan semata – mata menjelaskan dalam masalah wakaf , tetapi sekaligus dapat berbuat dengan sebaik – baiknya, dan pendapat para ulama , ayat dan hadis tersebut termasuk dalil wakaf. Mewakafkan harta jauh lebih besar manfaatnya kepada masyarakat dan agama dari pada bersedekah biasa. Wakaf itu abadi, tidak boleh di jual, dihibahkan atau diwariskan. Sehingga hasilnya dapat terus menerus di pergunakan untuk kepentingan masyarakat dan usaha amalan Islam seperti membangun mesjid, sedekah, madrasah, rumah sakit, pemakaman kuburan orang yang telah kembali kepada Allah, penyantunan anak yatim, jompo dan lain – lain yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat di dunia dan bagi yang berwakaf tetap mendapat ganjaran pahala walau orang tersebut telah meninggal dunia. Para ulama berpendapat bahwa hukum wakaf itu dianjurkan oleh agama, sebab padanya merupakan salah satu bentuk kebajikan. Jadi salah satu kebajikan harta ialah dengan jalan wakaf, sebab orang lain akan mendapat manfaat dari harta yang di wakafkan itu. Kalau dilihat dari segi sasarannya , pada dasarnya wakaf itu dapat di bagi dalam dua bentuk : Pertama wakaf yang di berikan kepada keluarga dan karib kerabat atau orang tertentu yang disebut dengan wakaf ahli . Sasaran wakaf jenis ini adalah pribadi tertentu atau masyarakat yang motivasinya bukan untuk memajukan agama Islam. Jenis wakaf kedua adalah wakaf untuk kebajikan dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Tuhan , yang disebut dengan wakaf al- khairi . mewakafkan sebidang Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 tanah untuk mesjid misalnya , termasuk kedalam jenis wakaf ini pula yang banyak berlaku di Indonesia. 119

E. Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik

Ketentuan hukum wakaf adalah abadi, tetap berlaku terus, tidak boleh dirubah, demikian juga dalam waktu penggunaan hasilnya, sesuai dengan ketentuan wakaf pada waktu ia berwakaf Wakaf pada dasarnya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Berarti wakaf itu tetap tidak menginginkan adanya suatu perubahan peralihan baik untuk menjual dan menggantikannya, dipindahkan atau dialihkan dan lain-lain sebagainya. Beberapa pandangan atau pendapat para ulama mengenai perubahan peruntukan tanah wakaf hak milik yaitu sebagai berikut : 1. Hanafi a. Apabila yang diwakafkan itu berbentuk mesjid dan mesjid tersebut telah roboh atau runtuh, tidak ada yang membangun kembali, sementara masyarakat telah membangun mesjid baru atau lainnya, maka mesjid atau wakaf tetap 119 Helmi Karim, Op. Cit.,hal.108 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 dibiarkan sebangaimana adanya sampai tibanya hari kiamat, tidak dikembalikan kepada orang yang membangunnya, dan tidak pula kepada ahli warisnya. Disamping itu mesjid itu tidak boleh dibawa atau dipindahkan ke mesjid lain, baik mesjid atau wakaf itu masih dipergunakan orang untuk sholat atau tidak. b. Dalam hal penggantian harga wakaf dikemukakan dengan tiga bentuk yaitu: 1. Apabila wakif mensyaratkan bahwa ia akan mengganti harta wakaf itu dengan tanah maka pengantian itu boleh. 2. Apabila wakif tidak mensyaratkan apa pun boleh apabila mendapat izin dari pejabat Pengadilan Agama. 3. Apabila pengganti tidak diisyaratkan wakif dan pengganti itu pada dasarnya memberi manfaat, dan wakif akan menggantikannnya dengan lebih baik penggantinya tidak sah. c. Apabila harta itu berupa benda yang tidak bergerak, dan badan mesjid pihak penguasa boleh menggantikannya, sekalipun tidak disyaratkan oleh orang yang memberi wakaf dengan syarat : 1. Harta wakaf itu tidak bermanfaat lagi. 2. Tidak ada hasil dari harta itu yang dapat memelihara kelangsungan harta wakaf itu sendiri. 3. Yang mengganti itu adalah penguasa yang ahli dan bijaksana. 4. Pengganti wakaf berupa benda tidak bergerak. Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 5. Harta wakaf tidak dijual penguasa kepada orang yang tidak diterima kesaksiannya. 120 2. Maliki Ulama mazhab Maliki membedakan jenis harta wakaf dalam kaitannya dengan penjualan harta wakaf tersebut yaitu : a. Apabila harta wakaf yang berwujud mesjid, maka tidak boleh dijual. b. Apabila harta wakaf itu berwujud benda yang tidak bergerak, maka tidak boleh dijual sekalipun telah hancur atau musnah dan tidak boleh diganti dengan jenis yang sama, tetapi boleh dijual dengan syarat dibelikan lagi sesuai dengan kebutuhan untuk memperluas mesjid atau jalan umum. c. Dalam bentuk benda lain seperti benda bergerak atau bisa juga seperti hewan peliharaan, apabila manfaatnya tidak ada lagi, boleh dijual dan hasil penjualannya dibelikan barang atau hewan sejenis. 121 3. Hambali Dalam hal perubahan harta wakaf, mazhab Hambali menguraikan beberapa ketentuan sebagai berikut : a. Apabila manfaat harta wakaf telah hilang, seperti rumah telah hancur dan perkebunan telah menjadi hutan atau mesjid tidak dipergunakan lagi oleh 120 Maramonang Pulungan, Op. Cit. , hal.73-74, dikutip dari Alaudin Abi baker bin mas’ud Al kasani Al Hanafi, Badai’ Al sonai’ fi Tartib Asy Syaroi’ Juz V, Bairut, t.t. , hal.215 121 Maramonang Pulungan, Op. Cit. , hal.74-75, dikutip dari Malik bin Anas, Al muattho’ Jilid II , al Amaliyah, Bairut, t.t., hal.717 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 warga setempat sedangkan biaya untuk memperbaiki mesjid,rumah atau perkebunan tersebut itu tidak ada, maka harta wakaf itu boleh dijual. b. Apabila harta wakaf itu telah dijual, maka hasil penjualannya tidak boleh dibelikan apa saja kepada wakaf lain sejenis atau tidak sejenis, asalkan harta itu bermanfaat lagi bagi kepentingan umum, karena prinsip dasar dalam wakaf adalah pemanfaatan harta tersebut seoptimal mungkin bagi kepentingan umum. c. Apabila manfaat harta wakaf sebagian masih bisa dimanfaatkan sekalipun sedikit, maka harta itu tidak boleh dijual, tetapi dalam keadaan darurat diperbolehkan dijual demi memelihara tujuan wakaf itu sendiri. d. Apabila harta wakaf itu berupa hewan tetapi sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi lalu dijual dan hasil penjualannya tidak mencukupi untuk membeli hewan lain yang sama sejenis sesuai dengan uang yang ada sehingga masih bisa dimanfaatkan penerima wakaf. e. Tidak boleh memindahkan mesjid dan menukarkannya dengan yang lain, dan tidak boleh menjual pekarangan mesjid kecuali apabila mesjid dan pekarangannya itu tidak bermafaat lagi. 122 4. Syafi’i Pendapat ulama mazhab Syafi’i dalam penjualan harta wakaf adalah sebagai berikut : 122 Maramonang Pulungan, Op. Cit. , hal.75-76, dikutip dari Abi Al Faroji Abdul Rahman bin Rohib Al Hambali, Al Qowaid fi al Fiqh al Islami Jilid II , 1988, hal.257 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 a. Apabila harta wakaf itu berupa mesjid, maka tidak boleh dijual dan dikembalikan kepada wakif atau siapapun walau mesjid telah rusak, dan tidak bisa digunakan lagi untuk sholat. Alasannya karena kata mereka harta itu tetap sebagai harta Allah SWT. Akan tetapi pihak penguasa boleh membangun mesjid lain atau dialihkan ketempat yang lain, jika pihak penguasa mengganggap hal itu yang terbaik. Jika tidak maka kekayaan mesjid itu menjadi amanah di tangan pemerintah. 2. Apabila mesjid itu rusak, dan dikhawatirkan akan runtuh, maka pihak penguasa harus memperbaikinya. Apabila harta wakaf berupa hewan atau buah-buahan dan diduga keras pemanfaatannya akan hilang, maka boleh dijual dan hasilnya diberikan kepada kerabat wakif yang miskin, fakir miskin lainnya atau untuk kemaslahatan umat Islam setempat. 123 Dalam masalah penjualan atau tukar menukar benda wakaf agak mirip dengan Maliki, bahkan Syafi’i lebih keras dari Maliki, dalam hal tidak membolehkan sama sekali menjual mesjid walaupun sampai hancur atau runtuh. Akan tetapi terdapat perbedaan di kalangan murid-murid Syafi’i dalam soal benda wakaf tetap apabila tidak bisa memberikan hasil atau manfaat sama sekali. Demikan juga menurut murid-murid Syafi’i, apabila diwakafkan pohon kurma kemudian kering, atau binatang ternak lalu tidak memberikan manfaat karena sudah tua atau kayu bangunan mesjid sudah lapuk, dalam hal ini ada dua pendapat : 1. Tidak boleh dijual seperti hanya mesjid yang telah tersebut hukumnya. 2. Boleh menjualnya karena tidak diharapkan lagi untuk memperoleh manfaat dari padanya sehingga menjualnya lebih baik daripada membiarkannya atau 123 Maramonang Pulungan, Op. Cit. , hal.77,dikutip dari Al Muhazzab, As Syafi’I , hal.445 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 menelantarkannya, lain halnya dengan mesjid dapat dimanfaatkan walau sudah rubuh, yaitu lantainya. 3. Kalau benda itu sudah dijual, harganya diperuntukkan kepada benda sejenis dengan benda wakaf lain. 124 Hadis Nabi tentang tanah di Khaibar yang bersumber dari Ibnu Umar yang berbunyi “kalau kau mau, tahan harta asalnya, dan kau sedekahkan hasilnya” H.R. Bukhari. Maka Umar pun menyedekahkan dengan tidak menjualnya, tidak memberikannya dan tidak mewariskannya. Al Syafi’i memandang bahwa kalimat yang berbunyi “menyedekahkan dengan tidak menjualnya, tidak memberinya dan tidak mewariskannya, maka Umarpun tidak menyedekahkan, tidak mewariskannya, yaitu perbuatan Umar sebagai sahabat yang diketahui oleh Nabi dan Nabipun membiarkannya, berarti menyetujui perbuatan itu. Hadis tersebut menunjukkan adanya wakaf, keluarnya milik yang diwakafkan dari pemilik atau wakif kepada Allah, tidak boleh harta itu ditarik kembali, dan perbuatan mewakafkan itu untuk selama-lamanya tidak boleh. Al-Syafi’i memberikan alasan bahwa wakaf adalah termasuk pelepasan hak yaitu memindahkan hak milik dari pemilik dari pemilik pertama kepada yang lain tanpa sesuatu penggantian pembayaran atau penukaran. Memanfaatkan benda wakaf berarti menggunakan benda wakaf tersebut. Sedangkan benda asalnya atau pokoknya tetap tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan, dan tidak boleh diwariskan. 124 Ibid, hal.77-78, dikutip dari Muhammad Najib Al Muthii’, Al Majmuk Syarh al-Issyaad Juz II , Jeddah, hal. 243 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Kalau suatu ketika benda wakaf itu sudah tidak ada manfaatnya atau sudah berkurang manfaatnya, kecuali dengan ada perubahan pada benda wakaf tersebut seperti merubah bentuk, memindahkan ke tempat lain dan lain sebagainya, bolehkah perubahan itu dilakukan terhadap benda wakaf tersebut?. Ternyata para ulama berbeda pendapat dalam masalah perubahan benda wakaf tersebut. Sebagian ulama berpendapat bahwa kalau benda wakaf sudah tidak berfungsi lagi atau kurang berfungsi, maka benda tersebut tidak boleh dijual, tidak boleh diganti atau ditukar, tidak dipindahkan, tapi benda tersebut dibiarkan tetap dalam keadaannya. Pendapat ini adalah pendapat yang dikemukakan oleh Syafi’i dan Maliki. 125 Perubahan status, penggantian benda dan tujuan wakaf, sangat ketat pengaturannya dalam mazhab Syafi’i. Namun demikian, berdasarkan keadaan darurat dan prinsip maslahat, di kalangan para ahli hukum Islam mazhab lain, perubahan itu dapat dilakukan. Hal ini disandarkan pada pandangan agar manfaat itu tetap terus berlangsung sebagai shadaqah jariah, tidak mubazir karena rusak, tidak berfungsi lagi dan lain sebagainya. Imam Ahmad berpendapat bahwa boleh menjual benda wakaf atau menukarnya, menggantinya, memindahkannya, dan menggunakan hasil penjualan tersebut untuk kemudian digunakan lagi bagi kepentingan wakaf. 126 Abu Yusuf berpendapat bahwa benda wakaf tersebut tidak boleh dijual dan menggunakan hasil penjualan tersebut,sedangkan temannya Muhammad berpendapat 125 Suparman Usman, Op. Cit. , hal.38-39 126 Suparman Usman ,Op. Cit. , hal.39 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 bahwa kalau benda wakaf tersebut sudah tidak berfungsi lagi atau rusak, maka benda tersebut kembali kepada pemilik pertama. 127 Imam Ahmad, Abu Tsaur, Ibnu Taimiyah, berpendapat tentang bolehnya menjual, merubah, mengganti atau memindahkan benda wakaf yang sudah tidak berfungsi atau kurang berfungsi atau maslahat sesuai dengan tujuan wakaf, atau untuk mendapatkan maslahat yang lebih besar atau yang lebih baik bagi kepentingan manusia umumnya. Menurut Ibnu Taimiyah bahwa adapun mengganti apa yang dinadzarkan dan diwakafkan dengan lebih baik darinya, maka yang demikian ada dua macam yaitu : 1. Penggantian karena kebutuhan, misalnya mesjid bila tempat disekitarnya rusak,maka ia dipindahkan ke tempat lain. 2. Penggantian karena kepentingan yang lebih kuat, misalnya mesjid,bila dibangun mesjid lain sebagai gantinya, yang lebih layak bagi penduduk kampung. Adapun apa yang diwakafkan untuk diproduksikan, apabila diganti dengan yang lebih baik, seperti wakaf rumah, kedai, kebun atau kampung yang produksinya kecil, maka ia diganti dengan apa yang lebih bermanfaat bagi wakaf itu. Kebanyakan dari para mujtahid berpendapat bahwa wakaf berlaku sepanjang masa, dan sifatnya abadi, dan mereka memandang wakaf tidak sah apabila ditentukan batas waktunya seperti mewakafkan sesuatu selama dua tahun. Wakaf yang telah sah tidak boleh diganggu gugat, dijual, dipusakakan, akan tetapi bilamana harta wakaf itu tidak bisa dimanfaatkan lagi atau tidak bisa memberi 127 Ibid Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 hasil kecuali dengan cara dijual, maka harta wakaf yang demikian sifatnya, asalkan hasil penjualannya kembali dijadikan wakaf pula. Demikian wakaf tersebut boleh dijual, dipindahkan atau dialihkan, dirubah atau diganti untuk kemudian diatur kembali pemanfaatannya bagi kepentingan umum, sesuai dengan tujuan wakaf. Yang menjadi landasan utama dari kebolehan tersebut adalah agar benda itu tetap memberikan kemaslahatan bagi umat manusia sepanjang yang dibolehkan agama. Fikih Islam nengenai prinsip “mashlahah” memelihara maksud syara’ yaitu memberikan kemanfaatan dan menghindari hal-hal yang merugikan, yang dapat menjadi pertimbangan, daripada harta wakaf dipertahankan tidak boleh dijual, tetapi berakibat harta itu tidak berfungsi, maksud syara’ akan lebih terpelihara bila harta wakaf itu boleh dijual atau digantikan barang lain yang kemudian berkedudukan sebagai harta wakaf tempat ibadah. Pada Pasal 41 ayat 1 UU Wakaf No. 412004 bahwa ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 40 huruf f dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah dikecualikan apabila harta benda yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang RUTR berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah. 128 128 Suparman Usman, Op. Cit. , hal.39 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Pada Pasal 41 ayat 2 UU Wakaf No. 412004 bahwa pelaksanaan ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 41 ayat 1 hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri dan Badan Wakaf Indonesia. 129 Pada Pasal 41 ayat 3 UU Wakaf No. 412004 bahwa harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena pengecualian sebagaiman dimaksud pada Pasal 41 ayat 1 wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang- kurangnya sama dengan benda wakaf semula. 130 Pada Pasal 41 ayat 4 UU Wakaf No. 412004 bahwa ketentuan mengenai perubahan status harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat 1,2 dan 3 diatur lebih lanjut dengan PP. 131 Meski oleh hukum suatu perubahan status, peruntukkan dan kegunaan tanah wakaf dibolehkan, namun di dalam praktek pelaksanaannya tidaklah sekehendak hati nadzir dapat merubahnya. Akan tetapi nadzir yang bersangkutan terlebih dahulu harus mendapatkan restu dan izin dari Menteri Agama atau Pejabat lain yang menunjuknya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin obyektivitas alasan-alasan perubahan atau penggantian tanah wakaf, sehinggan kelestarian dan keabadian amalan dan manfaat tanah wakaf tersebut dapat diamankan, dan dapat pula dinilai bahwa perubahan wakaf secara obyektif dipandang perlu, agar benda wakaf tetap bermanfaat sehingga tujuan wakaf dapat tercipta. Di dalam suatu permohonan perubahan-perubahan baik terhadap peruntukkan lain dari apa yang telah ditentukan dalam ikrar wakaf, maupun terhadap status tanah 129 Ibid, hal.169 130 Departemen Agama RI, Op. Cit. , hal.169 131 Ibid Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 wakaf itu sendiri kepada pejabat yang berwenang atas pemberian izin perubahan tersebut, keberperanan nadzir dalam hal ini, mengingat ia adalah sebagai manajer harta wakaf, sehingga ia tahu persis tentang keadaan obyek tanah wakaf yang akan dialihkan atau dirubah peruntukkannya statusnya maupun akan dirubah peruntukan atau kegunaannya. Di dalam nadzir bermaksud merubah peruntukkan atau penggunaan lain dari apa yang telah ditentukan di dalam ikrar wakaf maupun perubahan atas status tanahnya itu sendiri, maka ia wajib mengajukan permohonannya dengan disertai alasan yang menyakinkan sebagaimana tersebut di atas, kepada Kepala Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan secara hirarkis. Permohonan tersebut, selanjutnya disertai suatu pertimbangan oleh Kepala Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan dan Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kotamadya harus diteruskan secara hirarkis kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi atau yang sejenis c.q Kepala Bidang Urusan Agama Islam di Propinsi setempat. Untuk suatu permohonan perubahan atas peruntukkan atau penggunaan lain dari pada apa yang telah ditentukan di dalam ikrar wakaf, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama c.q. Kepala Bidang Urusan Agama Islam diberi wewenang untuk memberikan persetujuan atau penolakannya secara tertulis. Jadi atas permohonan semacam ini Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama c.q. Kepala Bidang Urusan Agama Islam itu sendiri tidak perlu meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri Agama. Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Lain halnya apabila permohonan tersebut mengyangkut masalah perubahan atas status tanah wakafnya itu sendiri, maka Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama c.q. Kepala Bidang Urusan Agama Islam yang bersangkutan tidak berwenang untuk mmemberikan persetujuan atau penolakannya atas permohonan tersebut. Melainkan, ia dengan menyertakan suatu pertimbangan harus meneruskan permohonan tersebut kepada Menteri Agama c.q. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji. Ini karena wewenang untuk menyetujui atau menolaknya adalah merupakan wewenang Direktur Jenderal dimaksud. Dan permohonan perubahan tersebut akan dapat disetujui, apabila perubahannya itu sendiri diberikan penggantian yang sekurang-kurangnya senilai dan seimbang dengan kegunaannya sesuai dengan ikrar wakaf. Dengan adanya perubahan peruntukkan atau penggunaan lain dari pada apa yang telah ditentukan di dalam ikrar wakaf maupun perubahan atas status tanah wakafnya karena adanya alasan-alasan tersebut di atas, maka untuk kepentingan administrasi pertanahan, hal terbut oleh nadzir yang bersangkutan harus dilaporkan kepada Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten atau Kotamadya setempat guna mendapatkan penyelesaian lebih lanjut. Sesuai ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu perubahan peruntukkan dari pada apa yang ditentukan dalam ikrar wakaf maupun perubahan status tanah wakafnya itu sendiri, pelaksanaannya dibatasi secara ketat. Hal ini tentu dimaksudkan agar dapat dihindarkan praktek-praktek yang dapat merugikan akan eksistensi dan keberadaan masalah perwakafan itu sendiri. Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Penyimpangan-penyimpangan dari prosedur dan ketentuan tersebut di atas, selain terkena sanksi pidana, juga dengan adanya perubahan tanah wakaf tersebut dengan sendirinya batal menurut hukum. Dari penjabaran tersebut di atas, maka cara atau prosedur yang akan dilalui atau ditempuh pada tukar menukar dan perubahan status tanah wakaf ataupun perubahan peruntukan tanah wakaf secara garis besarnya melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut : 1. Pada tanah wakaf melalui nadzir wakaf yakni : a. Surat permohonan tukar menukar. b.Melampirkan bukti-bukti wakaf. c. Surat Bupati atau Walikota tentang rencana kota. d.Surat pernyataan kesepakatan bersama antara nadzir dengan pihak penukar. 2. Pada Kantor Urusan Agama KUA atau Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW yakni : a. Meneliti berkas-berkas. b. Meneruskan usul ke Kantor Departemen Agama Kandenpag. 3. Pada Kantor Departemen Agama Kandenpag yakni : a. Meneliti berkas-berkas. b. Membentuk Tim dengan Surat Keputusan SK Bupati atau Walikota. c. Berita Acara penentuan harga oleh Tim. d. Meneruskan usul ke Kantor Wilayah Kanwil. 4. Pada Kantor Wilayah Kanwil yakni : akan meneliti berkas-berkas dan meneruskan ke Menteri Agama. 5. Pada Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelanggaraan Haji yakni : a. Meneliti berkas. b. Konsep surat persetujuan atau menolak. 132 Setelah melalui fase-fase atau tahap-tahap tersebut dipenuhi, maka barulah surat izin tukar menukar ataupun perubahan peruntukan di keluarkan dan disampaikan kepada nadzir yang bersangkutan dan ditembuskan kepada Kantor 132 Departemen Agama RI, Manajemen Perwakafan Tanah Bahan untuk CPPN , Departemen Agama RI Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, Jakarta, 1995 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Urusan Agama KUA dan seterusnya dalam jangka waktu 6 enam bulan proses sertifikasi wakaf sudah selesai. Menurut Pasal 13 ayat 2 PMA No. 11978 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No. 281977 tentang Perwakafan Tanah Milik menyatakan bahwa Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam diberi wewenang untuk memberi persetujuan atau penolakan secara tertulis atas permohonan perubahan status tanah wakaf. 133 Pada Pasal 13 ayat 3 PMA No. 11978 menyatakan bahwa perubahan status tanah wakaf dapat diizinkan apabila diberikan pengantian yang sekurang-kurangnya senilai dan seimbang dengan kegunaannya sesuai dengan ikrar wakaf. 134 Menurut PMA No. 11978 pada Pasal 12 yang terdiri atas 3 tiga ayat yaitu sebagai berikut : 1. Untuk merubah status dan penggunaan tanah wakaf, nadzir berkewajiban mengajukan permohonan kepada Kepala Kanwil Depag cq. Kepala Bidang melalui Kepala KUA dan Kepala Kandepag secara hierarkis dengan menyebutkan alasannya. 2. Kepala KUA dan Kepala Kandenpag meneruskan permohonan tersebut pada ayat 1 secara hierarkis kepada Kepala Kanwil Depag cq. Kepala Bidang dengan disertai pertimbangan. 3. Kepala Kanwil Depag cq. Kepala Bidang diberi wewenang untuk memberi persetujuan atau penolakan secara tertulis atas permohonan perubahan penggunaan tanah wakaf. 135 133 Peraturan Menteri Agama PMA No. 11978 Tentang Peraturan Pelaksanaan PP No. 281977 Tentang Perwakafan Tanah Milik 134 Ibid Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 Pada Pasal 13 PMA No. 11978 juga terdiri atas 3 tiga ayat yaitu sebagai berikut: 1. Dalam hal permohonan perubahan status tanah wakaf Kepala Kanwil Depag berkewajiban meneruskan kepada Menteri Agama cq. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dengan disertai pertimbangan. 2. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam diberi wewenang untuk memberi persetujuan atau penolakan secara tertulis atas permohonan perubahan status tanah. 3. Perubahan status tanah wakaf dapat diizinkan apabila diberikan penggantian yang sekurang-kurangnya senilai dan seimbang dengan kegunaannya sesuai dengan ikrar wakaf. 136 Menurut Surat Edaran Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. DII5HK0079011989 tentang syarat perubahan status atau tukar menukar tanah wakaf yaitu sebagai berikut : 1. Tanah wakaf tersebut tidak dapat dipergunakan sesuai ikrar wakaf. 2. Tanah wakaf tersebut dipergunakan untuk keperluan keagamaan yang langsung dan sangat mendesak. 3. Calon tanah penukar harus sudah bersertifikat. 4. Nilai tanah penukar harus senilai dan seimbang dengan tanah wakaf Pasal 13 ayat 3 PMA No. 11978. 5. Untuk menentukan nilai keseimbangan tersebut dibentuk tim terdiri dari : a. Bupati atau Walikotamadya Tingkat II. b. Kantor Pertanahan Kabupaten. c. Majelis Ulama Indonesia MUI Kabupaten. d. Kandenpag Kabupaten atau Kotamadya. 135 Departemen Agama RI, Op. Cit., hal.6 136 PMA No. 11978 Tentang Perturan Pelaksanaan PP No.281977 tentang Perwakafan Tanah Milik, hal.7 Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008 e. Yayasan wakaf yang bersangkutan dan jika tanah tersebut adalah tanah BKM yang duduk dalam tim tersebut. Dari Departemen Dalam Negeri No. Agr16335 dapat diketahui berkenaan pemberian hak tanah untuk keperluan agama seperti wakaf, dilakukan dengan syarat- syarat sebagai berikut : 1. Tanah yang diperlukan harus bebas sama sekali dari hak-hak yang membebaninya, sehingga kembali menjadi tanah Negara. 2. Harus dibuatkan surat ukurnya. 3. Dalam Surat Keputusan ditegaskan : a. Tanah tetap milik Negara. b. Tanah dipakai dengan cuma-cuma selama masih diperlukan dan dipergunakan benar-benar untuk usaha keagamaan. c. Bahwa tanah tidak boleh dipergunakan untuk keperluan lain yang disebutkan dalam Surat Keputusan disewakan, atau diserahkan kepada pihak lain. d. Tanah dapat dicabut kembali bila tanah tidak diperlukan lagi atau jika syarat-syarat telah dilanggar. Dalam UU Wakaf No. 412004 mengenai perubahan peruntukkan tanah wakaf seperti ditukar, dipindahkan dan yang lainnya terdapat pada Pasal 43 UU Wakaf no. 412004 tersebut. Sri Kartika Mawardi HSB,SH: Perubahan Peruntukan Tanah Wakaf Hak Milik Menurut Hukum Islam Dan UU NO. 51960 Tentang UUPA, 2007. USU e-Repository © 2008

BAB III PERUBAHAN PERUNTUKAN TANAH WAKAF HAK MILIK