45
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum dan Keadaan Wilayah
4.1.1. Letak geografis Kabupaten Aceh Besar terletak di ujung pulau sumatera yaitu 5,20
– 5,8 Lintang Utara dan 95
– 95,8 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut ; sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat, sebelah barat berbatasan dengan Samudera
Indonesia dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie. Kabupaten Aceh Besar memiliki wilayah pantai yaitu terletak dibagian
utara dan barat, mulai dari Kecamatan Lhoong sampai dengan Kecamatan Mesjid Raya, wilayah tengah merupakan dataran rendah dan tergolong lebih padat
penduduknya, dan wilayah dataran tinggi, terletak di sebelah timur yang dibatasi oleh gunung Seulawah. Disamping dataran tinggi di wilayah Kabupaten Aceh
Besar terdapat juga gugus kepulauan, yaitu kepulauan Aceh, terdiri dari Pulau Breuh, Pulau Nasi dan pulau-pulau kecil lainnya.
4.1.2. Luas wilayah dan jumlah penduduk Luas wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah 2.969 Km
2
, dibagi menjadi 22 kecamatan yang terdiri dari 68 Mukim dan 593 desa. Kecamatan Jantho,
Kecamatan Lembah Seulawah, Kecamatan Cot Glie merupakan kecamatan terluas dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya, tetapi mempunyai jumlah mukim
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
44
46
dan desa yang sedikit. Kemukiman yang terbanyak terdapat di Kecamatan Ingin Jaya, Kuta Baro, Seulimum, Darul Imarah. Jumlah keseluruhan yang ada di
Kabupaten Aceh Besar berjumlah lima kelurahan yang terdapat di Kecamatan Seulimum. Indrapuri, Suka Makmur, Ingin Jaya dan Kecamatan Lhooknga
masing-masing satu kelurahan. Desa terbanyak adalah Kecamatan Ingin Jaya, Kuta Baro, Montasik, Indrapuri dan Kecamatan Seulimum.
4.2. Latar Belakang Pesantren
4.2.1. Pesantren Oemar Diyan Pesantren Oemar Diyan merupakan salah satu pesantren modern terpadu,
bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Islam Oemar Diyan yang berlokasi di Desa Krueng Lamkareung Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar yang
telah diresmikan oleh Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 27 Oktober 1990. Pesantren ini berdiri atas prakarsa dan usaha almarhum H.
Sa’aduddin Djamal, SE. Beliau adalah seorang aktifis muslim yang lama sehidupnya aktif di berbagai organisasi Islam seperti PII, HMI, MI dan dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia. Sejak berdiri pesantren ini sampai saat ini sistim dan kurikulum yang dipakai sama yaitu sistim pendidikan terpadu.
a. Lokasi Pesantren Oemar Diyan merupakan salah satu pusat pendidikan agama
yang dilengkapi dengan Sekolah Tsanawiyah dan Aliyah, yang berlokasi di Desa Krueng Lamkareung dengan luas tanah ± 12 Ha. Fasilitas-fasilitas yang ada di
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
47
Pesantren Oemar Diyan antara lain 6 asrama Putri 12 kamarasrama, 4 asrama putra 8 kamarasrama. Ruangan belajar sebanyak 19 ruang, 1 lapangan bola
kaki, 2 lapangan voli dan basket, 1 tenis meja, 1 mushalla, 1 ruangan untuk
kantor ,
1 ruangan untuk pustaka, 1 ruangan untuk laboratorium, 10 WC untuk santri putri dan 10 WC untuk santri putra serta satu Puskesmas pembantu. Jumlah
santri setiap kamar ± 20 santri dengan 10 ranjang yang bertingkat. Adapun batasan lingkungan Pesantren Oemar Diyan adalah sebagai
berikut : 1
Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai. 2
Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Krueng Jrue 3
Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan dan perkebunan penduduk 4
Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai b. Keadan santri
Pesantren Oemar Diyan saat ini memiliki santri 735 santri yang terdiri dari 540 santri dari Tsanawiyah laki-laki sebanyak 279 orang dan perempuan
sebanyak 261 orang dan 195 santri dari Aliyah laki-laki sebanyak 96 orang dan perempuan sebanyak 99 orang. Sementara guru pengasuh sekaligus merangkap
sebagai tenaga pengajar saat ini berjumlah 90 orang. 4.2.2. Pesantren Al-Falah
Pesantren Al-Falah merupakan salah satu pesantren modern terpadu di Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Pesantren ini sampai saat ini sistem
dan kurikulum yang dipakai sama yaitu sistem pendidikan terpadu.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
48
a. Lokasi Pesantren Al-Falah merupakan salah satu pusat pendidikan agama yang
dilengkapi dengan Sekolah Tsanawiyah dan Aliyah, yang berlokasi di Desa Santan dengan luas tanah ± 15 Ha. Fasilitas-fasilitas yang ada di pesantren antara
lain 5 asrama Putri 10 kamarasrama, 4 asrama putra 8 kamarasrama, 15 ruangan untuk belajar, 1 lapangan bola kaki, dan 1 lapangan voli,
1 mushalla, 1 ruangan untuk kantor
, 1 ruangan untuk pustaka, 10 jamban untuk santri putri dan
5 WC untuk santri putra. Adapun batasan lingkungan Pesantren Al-Falah adalah sebagai berikut :
1 Sebelah Timur berbatasan dengan permukiman penduduk
2 Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai
3 Sebelah Utara berbatasan dengan persawahan
4 Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai dan perbukitan
b. Keadaan santri Pesantren Al-Falah saat ini memiliki santri 531 santri yang terdiri dari 249
santri dari Tsanawiyah dan 282 santri dari Aliyah
4.2.3. Pesantren Ulumul Qur’an
Pesantren Ulumul Qur’an merupakan salah satu pesantren modern terpadu, yang diresmikan pada tanggal 15 Juli 1995. Pesantren Ulumul Qur’an sejak
berdiri pesantren ini sampai saat ini sistim dan kurikulum yang dipakai sama yaitu sistim pendidikan terpadu.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
49
a. Lokasi Pesantren Ulumul Qur’an merupakan salah satu pusat pendidikan agama
yang dilengkapi dengan Sekolah Tsanawiyah dan Aliyah, yang berlokasi di Desa Lamjampok, luas tanah ± 9 Ha. Fasilitas-fasilitas yang ada di pesantren antara lain
4 asrama Putri 8 kamarasrama, 3 asrama putra 6 kamarasrama, 10 ruangan untuk belajar, 1 lapangan bola kaki, dan 1 lapangan voli,
1 tenis meja, 1 mushalla, 1 ruangan untuk kantor
, 1 ruangan untuk pustaka, 8 jamban untuk santri putri dan
6 WC untuk santri putra. Jumlah santri setiap kamar ± 10 santri dengan 5 ranjang yang bertingkat.
Adapun batasan lingkungan Pesantren Ulumul Qur’an adalah sebagai
berikut : 1
Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai 2
Sebelah Barat berbatasan dengan perbukitan 3
Sebelah Utara berbatasan dengan jalan dan pemukiman penduduk 4
Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan dan pemukiman penduduk. b. Keadaan santri
Pesantren Ulumul Qur’an saat ini memiliki santri 342 santri yang terdiri dari 102 santri dari Tsanawiyah laki-laki sebanyak 46 orang dan perempuan
sebanyak 56 orang dan 240 santri dari Aliyah laki-laki sebanyak 85 orang dan perempuan sebanyak 155 orang.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
50
4.2.4. Keadaan kesehatan di pesantren secara umum Kasus penyakit yang sering berjangkit dilingkungan santri pada pesantren
diantaranya gatal-gatal, ISPA, gastroenterithys penyakit perut, diare dan penyakit mata, serta nutrisi. Kasus kejadian penyakit yang sering diderita oleh
para santri di pesantren pada umumnya diakibatkan keadaan kebersihan pondok penginapan, alur pikir penghuni pengelola pesantren. Data kebutuhan atau
fasilitas bagi santri pesantren belum memadai sumber dana masih relatif kurang atau bantuan dari instansi terkait masih kurang Dinkes Kabupaten Aceh Besar,
2007.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
51
4.3. Hasil Analisis
4.3.1. Analisis univariat
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Kasus dan Kontrol di Pesantren Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007
Kasus Kontrol Karakteristik
Frek Frek Total
1. Pesantren Oemar Diyan Kelas II SLTP
Kelas III SLTP Kelas I SLTA
Kelas II SLTA Kelas III SLTA
8 11
7 6
10 19,1
26,2 16,7
14,2 23,8
8 11
7 6
10 19,1
26,2 16,7
14,2 23,8
16 22
14 12
20
Jumlah 42 100,0 42 100,0 84
14 tahun 15 tahun
16 tahun 17 tahun
18 tahun 19 tahun
5 12
7 9
4 5
11,9 28,6
16,7 21,4
9,5 11,9
5 12
7 9
4 5
11,9 28,6
16,7 21,4
9,5 11,9
10 24
14 18
8 10
Jumlah 42 100,0 42 100,0 84
Laki-laki Perempuan
16 26
38,1 61,9
16 26
38,1 61,9
32 52
Jumlah 42 100,0 42 100,0 84
2. Pesantren Al-Falah Kelas II SLTP
Kelas III SLTP Kelas I SLTA
Kelas II SLTA Kelas III SLTA
1 3
1 5
6 6,3
18,7 6,3
31,2 37,5
1 3
1 5
6 6,3
18,7 6,3
31,2 37,5
2 6
2 10
12 Jumlah
16 100,0 16 100,0 32 14 tahun
15 tahun 16 tahun
17 tahun 18 tahun
19 tahun 3
1 3
2 6
1 18,7
6,3 18,7
12,5 37,5
6,3 3
1 3
2 6
1 18,7
6,3 18,7
12,5 37,5
6,3 6
2 6
4 12
2 Jumlah
16 100,0 16 100,0 32 Laki-laki
Perempuan 6
10 37,5
62,5 6
10 37,5
62,5 12
20 Jumlah
16 100,0 16 100,0 32 3. Pesantren Ulumul Qur’an
Kelas II SLTP Kelas III SLTP
Kelas I SLTA Kelas II SLTA
Kelas III SLTA 3
5 3
1 7
15,8 26,3
15,8 5,3
36,8 3
5 3
1 7
15,8 26,3
15,8 5,3
36,8 6
10 6
2 14
Jumlah 19 100,0 19 100,0 38
14 tahun 15 tahun
16 tahun 17 tahun
18 tahun 19 tahun
4 1
6 1
6 1
21,1 5,3
31,6 5,3
31,6 5,3
4 1
6 1
6 1
21,1 5,3
31,6 5,3
31,6 5,3
8 2
12 2
12 2
Jumlah 19 100,0 19 100,0 38
Laki-laki Perempuan
6 13
31,6 68,4
6 13
31,6 68,4
12 26
Jumlah 19 100,0 19 100,0 38
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
52
Berdasarkan hasil tabel 4.1 responden terbanyak didapatkan di pesantren Oemar Diyan, menurut jenis kelamin terbanyak perempuan. Berdasarkan
terbanyak dijumpain pada kelas III SLTP dan umur yang paling dominan menderita skabies adalah umur 16 - 18 tahun. Pesantren Al-Falah responden
terbanyak dijumpai pada perempuan, berdasarkan kelas dijumpai pada kelas III SLTA dan umur yang banyak menderita skabies pada golongan umur 18 tahun.
Untuk pesantren Ulumul Qur’an kasus banyak dijumpai juga pada perempuan, berdasarkan kelas banyak dijumpai pada kelas III SLTA, dan golongan umur
terbanyak pada umur 15 tahun dan 18 tahun.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
53
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Variabel Independen di Pesantren Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007
Kontrol Kasus
Variabel Independen Frek Frek
Total 1. Pengetahuan
- Baik - Sedang
- Kurang 35
28 14
45,5 36,4
18,2 16
14 47
20,8 18,2
61,0 51
42 61
Jumlah 77 100,0 77 100,0 154
2. Sikap - Baik
- Sedang - Kurang
24 43
10 31,2
55,8 13,0
25 37
15 32,5
48,1 19,4
49 80
25 Jumlah
77 100,0 77 100,0 154 3. Kebersihan
- Baik - Sedang
- Kurang 29
30 18
37,7 39,0
23,3 11
20 46
14,3 26,0
59,7 40
50 64
Jumlah 77 100,0 77 100,0 154
4. Kebiasaan - Baik
- Sedang - Kurang
25 27
25 32,5
31,0 32,5
15 21
41 19,5
27,3 53,2
40 48
66 Jumlah
77 100,0 77 100,0 154
Santri yang menderita skabies lebih banyak yang berpengetahuan kurang dibandingkan dengan santri yang tidak menderita skabies, ini berarti pengetahuan
seseorang dapat mendukung terhindar dari penyakit, terutama penyakit menular.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
54
Berdasarkan sikap santri yang menderita skabies baik lebih banyak dibandingkan dengan sikap baik santri yang tidak menderita skabies. Dalam hal ini sikap
seseorang baik belum tentu akan terhidar dari penyakit, sikap yang baik juga harus didukung oleh tindakan. Terhadap kebersihan diri santri dengan kebersihan
kurang juga lebih banyak bila dibandingkan dengan santri yang tidak menderita skabies. Kebersihan juga merupakan suatu tuntutan yang harus dijalankan oleh
santri dalam lingkungan pesantren, namun kebersihan ini sering terabaikan, hal ini diketahui kasus skabies lebih sering terjadi dalam lingkungan pesantren.
Kebiasaan kurang pada santri yang menderita skabies lebih banyak dari pada santri yang tidak menderita skabies.
Berdasarkan hasil lampiran 4 pada nomor urut pertanyaan 5 tentang pengetahuan 76,6 santri menyatakan skabies ditularkan melalui pakaian begitu
juga dengan umur mereka menyatakan hanya pada golongan umur tertentu saja. Dilihat dari kebersihan diri, hasil dari lampiran 3, tentang kebersihan nomor urut
pertanyaan 1 didapatkan 57,1 santri yang menderita skabies menggantikan baju satu kali dalam sehari. Dalam mencuci handuk 66,2 dicuci dua minggu sekali,
begitu juga jarak waktu menjemur kasur dan bantal 67,5 menyatakan sebulan sekali Lampiran 4 tentang kebersihan.
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap fasilitas seperti tempat sampah, sumur dan jamban sudah memenuhi syarat. Air bersih yang digunakan bersumber
dari sumur bor dan sumur gali, sedangkan tempat sampah sudah disediakan ditiap- tiap depan kamar. Walaupun air bersih sudah tersedia dengan cukup namum
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
55
kebanyakan dari santri masih menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci. Tentang peraturan atau tata tertib didalam lingkungan pesantren juga tersedia,
seperti buanglah sampah pada tempatnya, santri dilarang mandi di sungai, sehabis buang air kecil atau air besar mohan disiram sebanyak mungkin, dan peraturan-
peraturan lainnya yang bersifat mengajak. Kontruksi pesantren dilihat dari kontruksi bangunan dan kamar tidur rata-rata cukup.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
56
4.3.2. Analisis bivariat
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kontrol dan Kasus Berdasarkan Variabel Independen dan Dependen di Pesantren Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2007
Kontrol Kasus Variabel
Independen Frek Frek
Total X
2
p value OR
CI 95
1. Pengetahuan - Baik
- Sedang - Kurang
35 28
14 45,5
36,4 18,2
16 14
47 20,8
18,2 61,0
51 42
61
Jumlah 77 100,0
77 100,0 154
29,598 0,000
1,094 0,457-2,617 7,344 3,170-17,015
2. Sikap - Baik
- Sedang - Kurang
24 43
10 31,2
55,8 13,0
25 37
15 32,5
48,1 19,4
49 80
25
Jumlah 77 100,0
77 100,0 154
1,470 0,479
0,826 0,405-1,683 1,440 0,542-3,824
3. Kebersihan - Baik
- Sedang - Kurang
29 30
18 37,7
39,0 23,3
11 20
46 14,3
26,0 59,7
40 50
64
Jumlah 77 100,0
77 100,0 154
22,350 0,000
1,758 0,718-4,309 6,737 2,788-16,282
4. Kebiasaan - Baik
- Sedang - Kurang
25 27
25 32,5
31,0 32,5
15 21
41 19,5
27,3 53,2
40 48
66
Jumlah 77 100,0
77 100,0 154
7,129 0,028
1,296 0,550-3,055 2,733 1,215-6,148
Ket = Signifikan Dalam menentukan kemaknaan hubungan variabel independen dengan
dependen dilakukan uji dengan hasil Chi-square.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
57
a. Hubungan pengetahuan dengan kejadian skabies Hubungan pengetahun santri dengan kejadian skabies, semakin baik
pengetahun semakin kecil frekuensi untuk menderita skabies. Hasil uji yang diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
kejadian skabies p=0,000. Santri yang berpengetahuan sedang tidak memberikan dampak yang berarti terhadap penyakit skabies. Dari nilai OR dapat disimpulkan
bahwa santri yang pengetahuan kurang berpeluang menderita skabies 7,344 95 CI:3,170-17,015 kali dibandingkan santri yang berpengetahuan baik, dan santri
yang berpengetahuan sedang berisiko menderita skabies 1,049 kali dibandingkan dengan santri yang berpengetahuan kurang.
b. Hubungan sikap dengan kejadian skabies Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,05 artinya tidak terdapat hubungan
bermakna antara sikap dengan kejadian skabies. Nilai OR 1,440 0,542-3,824, artinya sikap santri bukan merupakan faktor terjadinya penyakit skabies pada
tingkat kepercayaan 95. c. Hubungan tindakan kebersihan dengan kejadian skabies
Hubungan kebersihan diri dengan kejadian skabies berdasarkan hasil uji
statistik didapatkan nilai p 0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna tindakan kebersihan dengan kejadian skabies. Nilai OR 6,737 CI 95 2,788-
16,282, artinya santri yang kebersihan kurang mempunyai risiko menderita skabies 6,7 kali dibandingkan dengan santri dengan kebersihan baik pada tingkat
kepercayaan 95.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
58
d. Hubungan tindakan kebiasaan dengan kejadian skabies Proporsi kasus yang kebiasaan kurang 53,2 sedangkan kontrol 32,5.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna tindakan kebiasaan dengan kejadian skabies. Nilai OR 2,733 CI 95 :
1,215-6,148, artinya santri yang menderita skabies kemungkinan besar 2,7 kali yang kebiasaan kurang, dibandingkan santri yang menderita skabies dengan
kebiasaan sedang pada tingkat kepercayaan 95. Penelitian ini ada empat variabel yang diduga berhubungan dengan
kejadian skabies, yaitu pengetahuan, sikap, kebersihan dan kebiasaan. Untuk mendapatkan model multivariat keempat variabel tersebut terlebih dahulu
dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen. Variabel yang pada saat dilakukan uji memiliki p 0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi
dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan kedalam model multivariat. 4.3.3. Analisis multivariat
Tabel 4.4. Multivariat Regresi Logistik antara Pengetahuan, Kebersihan dan Kebiasaan dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Santri Di
Pesantren Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007
Variabel Independen B
P OR
95 CI
Pengetahuan Kebersihan
Kebiasaan Constant
1,808 -860
-046 0,969
0,000 0,002
0,867 0,113
6,096 1,423
1,955 2,635
2,521-14,739 1,036-2,695
0,244-0,733
Ket : Dikeluarkan dari model
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
59
Dari hasil tabel 4.4, didapatkan p. valuenya lebih besar dari 0,05 akan dikeluarkan dari model dalam hal ini adalah kebiasaan, maka variabel kebiasaan
tidak masuk ke model multivariat. Kebiasaanya adanya hubungan dengan kejadian skabies, namun pengaruhnya kurang dalam kejadian penyakit skabies.
Tabel 4.5. Uji Regresi Logistik Untuk Identifikasi Variabel yang Masuk dalam Model Faktor Kejadian Penyakit Skabies pada Santri di
Pesantren Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007
Variabel Independen B
P OR
95 CI
Pengetahuan Kebersihan
Constant 1,846
1,664 -1,495
0,000 0,001
0,001 6,336
5,280 0,244
2,601-15,434 2,036-13,695
Overall percentage 73,4 Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik
dalam menentukan determinan kejadian skabies. Dalam pemodelan ini semua variabel independen dicoba secara bersama-sama. Setelah dikeluarkan variabel
yang nilai p 0,05 secara bertahap maka didapatkan 2 variabel yang masuk dalam kandidat model yaitu pengetahuan dan kebersihan.
Model regresi logistik dalam bentuk persamaan dengan 2 buah variabel independen yang terdiri dari pengetahuan dan kebersihan dapat diperkirakan
pengaruh faktor risiko dalam hubungannya dengan kejadian skabies sebesar 73,4 Overall percentage 73,4. Variabel pengetahuan diperoleh nilai OR 6,3
artinya santri yang pengetahuan kurang menderita skabies kemungkinan 6 kali lebih besar pengetahuan baik. Variabel kebersihan didapatkan OR 5,2, artinya
santri yang menderita skabies kemungkinan 5 kali lebih besar pada kebersihan
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
60
kurang dibandingkan santri yang kebersihan baik. Berdasarkan nilai OR kita dapat memperkirakan kekuatan pengaruh variabel pengetahuan dan kebersihan
dalam hubungannya dengan kejadian skabies. Semakin besar nilai OR, semakin kuat pula pengaruh variabel terhadap kejadian skabies. Variabel dengan nilai OR
terbesar merupakan variabel yang paling dominan atau berisiko dalam hubungannya dengan kejadian skabies, dalam hal ini adalah pengetahuan. Melalui
model ini dengan dua buah variabel independen yang terdiri dari pengetahuan dan kebersihan dapat diperkirakan pengaruh faktor risiko dalam hubungannya dengan
kejadian skabies sebesar 73,4. Model ini didapatkan suatu turunan perhitungan matematika tentang pengetahuan dan kebersihan yang menderita skabies.
664 ,
1 846
, 1
495 ,
1
1 1
kebersihan n
pengetahua
e P
+ +
− −
+ =
Tabel 4.6. Peluang Terjadinya Penyakit Skabies Berdasarkan Pengetahuan dan Kebersihan
Kebersihan Pengetahuan
Kurang Sedang Baik
Kurang Sedang
Baik 12
2 0,3
2,5 0,39
0,05 0,48
0,075 0,01
Santri yang berpengetahuan kurang dengan kebersihan kurang berpeluang menderita skabies 12, santri yang pengetahuan baik dengan kebersihan baik
berpeluang menderita skabies 0,01.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
61
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Skabies
Secara statistik menunjukkan adanya hubungan pengetahuan santri dengan kejadian skabies. Dimana didapatkan p = 0,000 dengan nilai OR 7,344 artinya
santri yang berpengetahuan kurang akan berpeluang menderita skabies. Pengetahuan santri yang berkaitan dengan kejadian skabies dimana masih
dijumpai santri yang belum mengetahui penyebab terjadinya skabies, begitu juga tentang penularan skabies mereka lebih banyak menyatakan menular melalui
pakaian. Banyak penelitian yang sejalan dengan hasil yang diperoleh pada
penelitian ini, diantaranya Taufik 2006, membuktikan ada peningkatan
bermakna pengetahuan pengungsi tentang pencegahan skabies yang dilihat dari segi promosi kesehatan. Tingkat pengetahuan mempunyai peran penting dalam
pencegahan penyakit skabies, khususnya dalam lingkungan yang penduduknya padat dalam hal ini termasuk asrama.
Sugiharto 2003 menyatakan ada peningkatan pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kader untuk pencegahan HIVAIDS,
Sosanto, 2002 yang memberikan intervensi pendidikan dengan berbagai model dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
Novelasari, 2004 membuktikan intervensi pendidikan kesehatan dapat
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
60