24
2.2. Faktor yang Berkaitan dengan Kejadian Penyakit Skabies
Penyakit skabies merupakan penyakit yang sangat mudah menular melalui kontak langsung dengan penderita, beberapa hal yang dapat mempengaruhi
terhadap kejadian penyakit skabies diantaranya : 2.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung, telinga dan sebagainya.
Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengar dan indera penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan
santri dalam menjaga penyakit skabies baik dalam pencegahan maupun dalam pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perseorangan untuk
memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit Damayanti, 2005.
Usaha-usaha tersebut meliputi : a.
Kebersihan badan Mandi memakai sabun sekurang-kurangnya dua kali sehari, tangan selalu
dalam keadaan bersih, kuku bersih dan pendek, rambut dalam keadaan bersih dan rapi.
b. Kebersihan pakaian
Pakaian dicuci, dan diseterika, disimpan di lemari.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
25
c. Kebersihan tempat tinggal Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara tersebut meliputi :
1 Penularan terhadap penyakit menular termasuk dalam hal ini penyakit
skabies yang diketahui tanda-tanda, gejala, penyebab, cara penularan, dan cara pencegahan.
2 Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait mempengaruhi kesehatan
antara lain gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, polusi udara, serta kebersihan diri.
3 Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional
maupun tradisional. 2.2.2. Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang. Newcomb
dalam buku Notoadmodjo, 2005 menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Fungsi sikap belum merupakan tindakan reaksi terbuka atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku tindakan atau reaksi tertutup. Sikap
terdiri dari 3 komponen pokok yaitu : a.
Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
26
objek. Sikap santri terhadap penyakit skabies misalnya, berarti, bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit skabies.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek artinya
bagaimana penilaian terkandung di dalamnya faktor emosi orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir a tersebut, berarti bagaimana orang
menilai terhadap penyakit skabies, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.
c. Kecenderungan untuk bertindak trend to behave, artinya sikap adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka
tindakan. Misalnya, tentang contoh sikap terhadap penyakit skabies di atas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit skabies
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting Notoatmodjo, 2005. Menurut Kagan, 1990 yang dikutip Sugiharto, 2003, menyatakan
kebanyakan orang mempunyai kebutuhan untuk mempertahankan konsistensi, inilah kunci terhadap perubahan sikap, yang terdiri dari tiga unsur yaitu unsur
pemikiran, emosional dan aksi. Perubahan salah satu dari ketiga unsur ini akan membawa perubahan pada unsur lainnya. Misalnya santri kebiasaan hidup kurang
bersih, baik dari segi pakaian maupun peralatan tempat tidur, meskipun semua sumber menasehatinya untuk menjaga kebersihan diri. Jika santri sendiri
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
27
menganggap kebersihan diri bukanlah soal yang penting diperhatikan, maka sikapnya dapat dikarakteristikan oleh pikiran, perasaan dan tindakan yang
konsisten satu sama lain Azwar, 2000. 2.2.3. Tindakan
Tindakan merupakan hal yang sulit bagi sasaran, karena sudah terbiasa dengan perilaku tersebut yang berasal dari tradisi. Misalnya kebiasaan santri tidur
ditempat tidur orang lain. Tindakan ini dilakukan tidak melihat resiko yang dialaminya termasuk dalam hal ini tertularnya penyakit skabies Hasan, 2005.
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya yaitu :
a. Praktik terpimpin Guided response Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi mesih
bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya seseorang menjaga kesehatannya tetapi menunggu diingatkan oleh orang lain, Begitu juga
dengan santri mereka mau menjemur kasur bila selalu diingatkan oleh kawannya atau diingatkan oleh pengasuh asrama, ini adalah disebut praktik atau tindakan
terpimpin. b. Praktik secara mekanisme mechanism
Apabila seseorang atau subjek telah melakukan atau mempraktekkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya
bila seorang santri menderita gatal-gatal pada kulitnya, dia langsung memeriksa kesehatannya tanpa menunggu perintah dari orang lain.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
28
c. Adopsi adoption Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan perilaku yang berkualitas. Misalnya mencuci
pakaian bukan hanya saja menjadi bersih tetapi juga berusaha bajunya tidak bercampur dengan orang yang menderita penyakit skabies.
Berdasarkan tiga tingkatan terhadap tindakan dapat juga dilihat terhadap kebersihan diri dan kebiasaan.
1 Kebersihan diri personal hygiene Kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Banyak manfaat yang dapat dipetik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri,
mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan. Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan
berbagai dampak baik fisik maupun psiskososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit
Wartonah, 2003. 2 Kebiasaan
Kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha penyesuaian diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektifperasaan. Kebiasaan itu
ditentukan oleh lingkungan sosial dan kebudayaan, dan dikembangkan manusia sejak ia lahir. Kebiasaan seseorang tidak terlepas dari kebiasaan yang ada dalam
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
29
lingkungan masyarakat tempat seseorang atau kelompok masyarakat berinteraksi. Hal ini dapat disimpulkan kebiasaan para santri yang ada dalam sebuah pesantren
tentu tidak akan terlepas dari kebiasaan-kebiasan dalam lingkungan pesantren tersebut Damayanti, 2005.
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik
di rumah tangga, institusi-institusi maupun tempat-tempat umum. Kebiasan menyangkut pinjam meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit
menular seperti baju, sabun mandi, handuk, sisir haruslah dihindari Dinkes Prov.
NAD, 2005. Kebiasaan yang sangat berpengaruh dalam penularan penyakit skabies di
pesantren adalah menyangkut dengan kebersihan diri, serta kebiasaan saling tukar menukar pakaian, serta handuk yang sering digunakan bersama-sama, sehingga
penularan penyakit skabies sangat cepat terjadi. 2.2.4. Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan dari berbagai kesempatan dan kegiatan yang berdasarkan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai keadaan,
dimana individu, keluarga, ataupun masyarakat ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melaksanakan apa yang bisa mereka kerjakan baik secara individu
maupun secara kelompok, serta mencari pertolongan bila perlu. Jadi tujuan penyuluhan kesehatan adalah perubahan perilaku salah satu faktor penyebab
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
30
timbulnya masalah kesehatan adalah karena perilaku yang menyimpang. Notoatmojo, 2005.
Steward 1968 yang dikutip Susanto, 2003, mengemukakan bahwa penyuluhan kesehatan adalah salah satu unsur dari program kesehatan dan
kedokteran yang didalamnya terkandung rencana untuk mengubah perilaku perorangan dan masyarakat serta meningkat pengetahuan masyarakat tentang
suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat tesebut sehingga membantu tercapainya tujuan program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan termasuk dalam usaha pencegah penyakit menular disuatu daerah. Philosofi yang melandasi penyuluhan kesehatan ialah bahwa individu atau
kelompok mempunyai hak dan potensi untuk menentukan pilihan mengenai hal- hal sehubungan dengan kesehatannya. Karena sebagian besar masalah kesehatan
muncul akibat dari perilaku individu atau kelompok itu sendiri. Tenaga penyuluhan adalah petugas yang melakukan promosi kesehatan
yang mempunyai disiplin ilmu yang profisional dan kemampuan untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat khususnya dibidang kesehatan, sesuai dengan
strategi yang ditujukan oleh pimpinanya, serta mampu menyusun strategi untuk dapat memotivasi atau mempengaruhi masyarakat dalam perubahan perilakunya
yang dapat menunjang derajat kesehatan Mantra, 1997. Penyebar luasan informasi kesehatan tentu hanya dapat dilakukan melalui
saluran komunikasi. Dalam pondok pesantren, disamping saluran komunikasi seperti media massa, kelompok santri, Puskesmas dan lainnya, petugas kesehatan
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
31
maupun kader kesehatan berfungsi sebagai saluran komunikasi. Dalam penyampaian informasi petugas dengan para santri menyangkut tiga hal pokok
yaitu : 1 Pengembangan prasarana
Dalam hal ini meliputi semua upaya untuk mengembangkan, mengelola dan memelihara kelestarian jaringan pesantren kendati begitu hanya menyediakan
pelayanan bagi santri bukanlah jaminan bahwa mereka akan mengenalnya serta memahami manfaat atau alasan menggunakan pelayanan yang
disediakan. Komponen penyuluhan diperlukan untuk memberi informasi, saran dan mempopulerkan alasan dan manfaat menjaga kesehatan diri serta
mendidik para santri dan pengelola atau petugas tentang manfaat pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan
lainnya Depkes RI, 2000. 2
Komponen penyuluhan Komponen penyuluhan merupakan bagian pennting dari pelayanan kesehatan
santri di Pesantren. Tapi pengalaman membuktikan, bila penyuluhan hanya dianggap sebagai menyebarluaskan pengetahuan, jarang sekali berhasil untuk
meyakinkan para santri supaya mau melaksanakan perilaku baru yang dianjurkan.
3 Perubahan perilaku
Langkah yang perlu diambil adalah melakukan kegiatan yang akan menimbulkan perubahan. Selama bertahun-tahun suatu pendekatan yang
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
32
sistimatis telah dikembangkan. Pendekatan ini berdasarkan sikap tanggapan terhadap sikap santri mengenai kesehatan diri dan lingkungan. Teknik
pemasaran sosial untuk mempromosikan kesehatan diri dan lingkungan. Penggunaan pendekatan ini juga dimaksudkan untuk memperkuat program
penyuluhan kesehatan secara menyeluruh Depkes. RI, 2002. 2.2.5. Pesantren
Pesantren adalah tempat mengaji, belajar agama Islam. Suatu lembaga pendidikan Islam dikatakan pesantren apabila terdiri dari unsur-unsur Kyai
Syekh Ustadz yang mendidik serta mengajar, ada santri yang belajar, ada mesjid musalla dan ada pondok asrama tempat para santri bertempat tinggal. Asrama
adalah rumah pemondokan yang ditempati oleh santri-santri, pegawai dan sebagainya yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung, beristirahat dan
sebagai tempat bergaul antar sesama teman Dariansyah, 2006. Pesantren telah berdiri sejak berkembangnya agama Islam yang di siarkan
oleh orang Arab dan lokasinya tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah tidak kurang dari 40.000 pesantren, namun 80 dari padanya masih
menghadapi persoalan air bersih dan rawan sanitasi lingkungan sehingga sering terjadi Kejadian Luar Biasa KLB termasuk penyakit skabies dan diare di
pesantren. Pesantren
terpadu adalah
merupakan wahana pendidikan formal yang efektif dalam upaya meningkatkan pendidikan melalui jalur madrasah dalam
rangka meningkatkan sumber daya manusia dan membentuk manusia yang
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008
33
menguasai iman, taqwa, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pesantren tradisional adalah tempat pendidikan dalam meningkatkan pengetahuan dan ketaqwaan
kepada Allah tanpa dibatasi waktu atau umur dalam menuntut ilmu pada pesantren tersebut Dinkes. NAD, 2005.
Azwar, 2003 menyatakan fungsi secara sederhana adalah tempat beristirahat dan menunaikan ibadah, mengaji dan melakukan kegiatan sehari-hari
serta tempat berlindung dari keadaan lingkungannya. Arti dan fungsi pondok pesantren adalah sebagai berikut :
1 Tempat mengajibelajar
2 Tempat untuk berlindung dari pengaruh lingkungan.
3 Tempat yang dapat memberi jaminan psikologis bagi penghuni seperti
kebebasan, keamanan, kebahagiaan dan ketenangan. 4
Tempat atau lembaga pendidikan agama Islam. 5
Tempat beristirahat. 6
Tempat pemondokan para santri.
2.3. Landasan Teori