Hubungan Tindakan Kebiasaan dengan Kejadian Skabies

71 Kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psiskis yang mempunyai banyak manfaat diantaranya meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri, mencegah penyakit dan meningkatkan kepercayaan diri. Penderita dengan kebersihan baik dapat menderita skabies karena skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular sehingga lingkungan tempat tinggal yang telah terinfeksi kuman skabies dapat menyebabkan seseorang menderita skabies. Tindakan kebersihan yang kurang baik memudahkan penyebaran skabies. Kebanyakan kasus-kasus yang terjadi karena adanya kontak personal. Secara tioritis kaum muda yang tinggal sendirian, mereka kebanyakan terinfeksi penyakit menular tetapi jika salah satu anggota keluarga tidak terinfeksi, maka yang lainnya juga akan ikut terinfeksi Parish, 1997.

5.4. Hubungan Tindakan Kebiasaan dengan Kejadian Skabies

Hasil penelitian yang dilakukan pada tiga pesantren di Kabupaten Aceh Besar, yang dilakukan melalui uji multivariat maka kebiasaan tidak berhubungan dengan kejadian skabies. Seseorang dengan kebiasaan baik, namun bila orang lain yang memiliki kebiasaan kurang, maka untuk terjadinya penularan penyakit skabies sangat memungkinkan, karena penularan skabies salah satunya dapat terjadi melalui handuk, pakaian dan tempat tidur. Konsekuensi dari kebiasaan baik model dapat menerangkan manfaat berperilaku. Perlu adanya santri yang dapat Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008 72 menjadi model kebiasaan sehingga dapat dijadikan pengalaman berperilaku oleh santri yang lain. Elder, 1993 cit Graeff 1996 yang dikutip dari Notoadmodjo, 2005 menyatakan bahwa kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan dibentuk oleh kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan sosial maupun fisik. Penghuni asrama santri menganggap bahwa tukar menukar pakaian merupakan hal yang biasa terjadi dalam lingkungan pesantren. Bilapun mereka tidak meminjamkan pakaian maupun handuk maka orang lain atau temannya yang akan meminjam pakaian atau handuk. Terkadang pula mereka mengambil tanpa memberitahukan pada pemiliknya. Handuk merupakan hal yang sering mereka tukar menukarkan. Begitu juga dengan kebiasaan mereka dalam menggunakan tempat tidur, terkadang kawan atau orang yang menderita penyakit skabies tidur ditempat tidur orang lain yang tidak menderita skabies, dengan kejadian seperti ini maka penularan skabies dalam lingkungan pesantren sangat cepat. Kurangnya pengetahuan santri tentang penularan penyakit skabies, maka santri yang menderita penyakit skabies, kurang memperhatikan penularan terhadap orang lain. Tana, 2004 juga melaporkan hasil penelitiannya dengan penyuluhan kesehatan dapat meningkatkan perilaku pekerja menggunakan pelindung telingan di tempat kerja bising, namun penelitian ini juga tidak melakukan pemantauan ulang terhadap perubahan perilaku tersebut maka penggunaan alat pelindung diri tidak digunakan karena kebiasaan mereka, yang sering dilakukan menyababkan mereka merasa risih bila menggunakan alat pelindung diri. Rahanto, 1997 Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008 73 menyatakan perilaku positif untuk peduli terhadap kehamilan pada perempuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan melalui organisasi sosial. Tindakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh individu-individu sebaiknya mendapatkan dukungan untuk mengidentifikasikan tingkah laku yang khusus dan positif sehingga mereka mendapatkan kesempatan untuk memulai tindakan dan kemudian mengevaluasikan apakah tindakan ini berhubungan dengan bagaimana mereka ingin bertingkah laku. Kepentingan tujuan mencoba untuk membedakan tujuan yang penting bagi individu dan sasaran yang penting bagi orang lain, untuk mencapai suatu tujuan dari tindakan kebiasaan yang sering dilakukan mereka juga memiliki beberapa rintangan. Rintangan yang dimaksud antara lain kurangnya pengetahuan dan dibutuhkannya informasi atau fakta-fakta yang dibutuhkan jika tujuan ingin dicapai. Rintangan yang ke dua adalah kurangnya kemapuan untuk mengambil keputusan karena individu sering kali tahu apa yang seharusnya dilakukan tetapi tidak tahu bagaimana melakukannya. Rintangan yang ketiga adalah kekhawatiran terhadap risiko yang mungkin ada pada tindakan yang diambil. Beberapa individu tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya tetapi takut mengadapi risikonya. Begitu juga dengan kebiasaan santri di pesantren dalam meminjamkan handuk kepada temannya, bila mereka tidak memberikan maka individu tersebut merasa kurang berinteraksi atau merasa tidak dimasukkan dalam kelompokn tersebut Niven, 2002. Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008 74 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap sanitasi lingkungan di tiga pesantren dikategorikan sudah baik, hal ini dapat dilihat dari sarana air bersih yang digunakan bersumber dari air sumur bor, secara fisik air sudah memenuhi syarat. Bagitu juga dengan penggunaan jamban yang tersedia setiap bak mandi. Ketiga pesantren tersebut letaknya berdekatan dengan sungai, maka kebiasaan dari santri masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi dan mencuci pakaian. Bila dilihat dari letak kamar sudah sesuai dengan persyaratan kontruksi dimana setiap kamar memiliki ventilasi yang mudah masuknya sinar matahari. Bila dilihat dari kebiasaanya santri dalam menata tempat tidur masih kurang, dimana sering dijumpai bila salah satunya sprei kotor maka terkadang pula santri saling menukarkan dengan kawannya. Kebiasaan yang seperti ini masih banyak dijumpai di lingkungan pesantren. Secara umum hubungan dengan kesehatan lingkungan sudah baik penataan kamar, air bersih serta jamban sudah memenuhi syarat kesehatan. Tempat pengambilan air wudhu masih banyak digunakan bak air yang terbuka hanya beberapa saja yang menggunakan kran air. Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Tabri 2003, bahwa lingkungan atau perkembangan suatu wilayah dapat mempengaruhi penyebaran penyakit skabies. Lingkungan yang buruk seperti pada keadaan karena perang memudahkan infeksi skabies sehingga penderita skabies pada umumnya dicirikan dengan lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang bersih. Pendapat tersebut dikaitkan dengan lingkungan yang lembab umumnya dijumpai di negara yang Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008 USU e-Repository © 2008 75 beriklim tropis dan subtropis adalah lingkungan yang mempermudah perkembang biakan skabies, sehingga prevalensi skabies cenderung meningkat di negara tersebut. Pengetahuan berarti tindakan yang diambil untuk mengetahui sesuatu. Ketika seseorang telah mengetahui atau mendapatkan informasi mengenai sesuatu, maka ia akan melaksanakannya Devita, 2006. Berdasarkan hasil model regresi yang dilakukan pengetahuan dan kebersihan mempunyai peran yang besar dalam kejadian penyakit skabies. Kedua variabel tersebut saling mendukung, dengan pengetahuan yang baik berarti kebersihan seseorang juga akan baik. Kebersihan dengan kebiasaan bukan tidak ada kaitan, namun dalam penelitian ini kebiasaan santri dalam pesantren hampir sama. Kebiasaan yang santri lakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada didalam pesantren. Jadi kebiasaan santri akan terhalangi oleh adanya suatu aturan. Misalnya kita lihat dalam hal ini ada aturan yang melarang santri tidur ditempat tidur orang lain atau tidur dikamar lain.

5.5. Pengetahuan dan Kebersihan dengan Kejadian Skabies

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Skabies Pada Santri Di Pondok Pesantren Modern Misbahul Ulum Paloh Lokseumawe

2 56 71

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 2 17

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 3 16

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MAKMUR TUNGKAR KABUPATEN 50 KOTA TAHUN 2011.

0 0 12

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Mojosongo Kabupaten Boyolali.

0 1 1

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN VITAL EXHAUSTION PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER | Karya Tulis Ilmiah

0 0 3

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2015

0 1 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Dasar Skabies - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Skabies Pada Santri Di Pondok Pesantren Modern Misbahul Ulum Paloh Lokseumawe

0 0 17