Teori gerakan sosial lebih melihat faktor masyarakat daripada individu sebagai pemicu munculnya gerakan sosial. Dengan adanya gerakan sosial,
muncullah teori-teori lainnya sebagai akibat dari terjadinya gerakan sosial yaitu:
2.1.1 Teori Deprivasi Relatif relative deprivation theory
Deprivasi merupakan perasaan yang timbul bila seseorang menyadari bahwa kondisi hidupnya mengalami kekurangan dalam
beberapa hal, hal-hal mana mereka sadari ada pada diri orang lain dan ia merasa bahwa seharusnya hal-hal itu harus juga ia miliki. Deprivasi relatif
adalah deprivasi yang dirasakan bila seseorang membandingkan dirinya dengan kelompok tertentu atau generalized other, dengan kata lain hal ini
ditentukan oleh pilhan individu tersebut terhadap kelompok yang akan dijadikannya sebagai kelompok referensi komparatifnya. Deprivasi relatif
mengandung pengertian tentang ketimpangan sosial dan ketidakadilan sosial. David Berry:2003
Teori deprivasi relatif dikembangkan oleh Stouffer. Berdasarkan teori ini dalam buku sosiologi perubahan, seseorang merasa kecewa karena
adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Orang yang menginginkan sedikit, namun ternyata hanya mampu memperoleh lebih
sedikit akan merasakan kekecewaan yang lebih rendah daripada orang yang telah memperoleh banyak, tetapi masih menghendaki yang lebih dari
apa yang telah mereka dapatkan. Faktor ini juga dipicu oleh proses melemahnya kendali atau tradisi kesukuan yang biasanya disertai dengan
meningkatnya kadar keinginan.
Kondisi seperti ini mudah dipicu dan berubah menjadi aksi-aksi kolektif spontan, tidak terorganisir, dan tidak menggunakan saluran-
saluran resmi. Dalam bahasa Ted Gurr, misalnya, kekerasan-kekerasan muncul karena terjadinya deprivasi relatif. Perasaan terpinggirkan
deprived terjadi karena kesenjangan disparity antara nilai-nilai expektasi dan nilai-nilai kemampuan. Kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Semakin besar dan serius kesenjangan itu, maka potensi kekerasan semakin besar pula. Singkatnya gerakan sosial muncul sebagai
akibat ketidakpuasan. Ia kemudian akan semakin berkembang ketika ketidakpuasan ini meluas dan pada saat yang sama tidak terdapat lagi
institusi-institusi yang mampu berperan secara fleksibel yang mampu meresponnya. Nanang Martono : 2011
2.1.2 Teori Mobilitas Sumber Daya Resource Mobilization Theory