Konfigurasi Modal Sosial Etnis Jawa dalam Mendukung Keberhasilan Pembangunan Desa (Studi Deskriptif Desa Sena, Kacamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara)

(1)

KONFIGURASI MODAL SOSIAL ETNIS JAWA DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DESA

(Studi Deskriptif di Desa Sena,Kacamatan Batang Kuis,Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara )

DISUSUN O L E H

NOVA PUSPITA SARI 090901019

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN 2015


(2)

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunianya,sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Konfigurasi Modal Sosial Etnis Jawa dalam mendukung keberhasilan pembangunan desa (studi deskriptif Desa Sena, kacamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara)”. Adapun penyusunan dan penulisan Skripsi ini merupaka salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosiologi pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini tidak luput dari kekurangan disana-sini, baik dari segi susunan, tata bahasa, maupun dari segi ilmiah atau isinya, mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh Penulis disamping pengetahuan dan pengalaman yang masih kurang,dan juga kurangnya bahan pustaka yang penulis gunakan dalam penyusunan Skripsi ini.

Selama dari tahap awal hingga sampai penyelesaian Skripsi ini, penulis banyak melibatkan berbagai pihak,baik secara langsung maupun tidak langsung. penulis juga menerima bantuan berupa moril, spiritual, dan dorongan serta bimingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,M.Sc.(CTM)Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatra Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan serta seluruh staf pegawai dan administrasi.

3. Ibu Drs. Lina Sudarwati, M. Si selaku ketua departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.


(3)

4. Bapak Drs. T. Ilham Saladin selaku Seketaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

5. Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si selaku Dosen Wali Penulis, serta selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan waktu, nasehat untuk membimbing penulis sehingga selesainya skripsi ini dengan baik.

6. Bapak /Ibu Dosen dan staf pengajar Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosila dan Ilmu Politik, semoga ilmu yang disampaikan kepada penulis dapat menjadikan bekal nantinya dan dapat penulis terapkan serta amalkan ditengah-tengah masyarakat. 7. Spesial penghargaan dengan rasa sayang serta rasa cinta saya persembahkan kepada

Ibunda Misriani yang telah mendidik dan membesarkan serta selalu memberikan semangat, doa dan kasih sayangnya kepada saya tanpa mengenal lelah demi keberhasilan anaknya hingga selesainya Skripsi ini. Terima kasih banyak ibunda. 8. Kakek Syahrel Samosir Spd. dan nenek Mismah Spd. yang telah memberikan

bimbingan, nasehat, perhatian dan bantuan-bantuan lainnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik-adikku: Yusnizar kamelia sari, Tri Eka Sastrawi Jaya, Alvi Ivan Saputra dan Wahyu Tirta Widianata yang saya sayangi, selalu semangat menggapai cita-cita. 10. Kekasihku Romi Sastrawi Gultom, SE yang telah memberikan semangat, perhatian

dan dorongan kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga sukses selalu buat kita.

11. Kepada teman-teman seperjuangan Angkatan 2009. Riya, Winda, Siti, May Yuliarti, Dede, Irfin, Ridho, Bima, Dewi, Edi, Wisnu, Ledy, Fitri, Syahid, Tian, Johan, Siska, Rani, willer, sri, dan yang tidak bisa dituliskan namanya satu persatu, terima kasih atas dukungan kalian semua,atas kerja sama yang sudah terjalin selama masa perkuliahan.


(4)

12. Semua pihak yang telah membantu baik selama penulis menjalani kuliah maupun saat menulis skripsi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Uraian terima kasih yang penulis sampaikan belum sebanding dengan apa yang telah penulis dapatkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua elemen. Adapun kesalahan dalam penulisan skripsi ini, penulis memohon maaf karena keterbatasan yang penulis miliki. Selain itu, kesempurnaan hanya milik ALLAH Swt. Terimakasih

Medan

Nova puspita sari


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ...1

1.2. Perumusan Masalah ...7

1.3. Tujuan Penelitian ...7

1.4. Manfaat Penelitian ...8

1.5. Defenisi Konsep...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Modal Sosial...12

2.2. Konsep Modal Sosial dalam perspektif sosiologi... 14

2.3. Trust (Kepercayaan) Sebagai Modal ...18

2.4. Jaringan Sosial Sebagai Modal ... 19

2.5. Peranata Sosial sebagai Modal ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 22

3.2. Lokasi Penelitian ... 23

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 23

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.5. Interpretasi Data... 25

BAB IV DESKRIPSI DAN INTEPRENTASI DATA 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...26

4.2. Letak dan Batas Wilaya ...27

4.3. Sejarah Desa Sena ...27

4.4. Keadaan Penduduk ...28

4.4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...28


(6)

4.4.3. Jumlah Penduduk Berdaarkan Agama ...30

4.4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku ... 31

4.4.5. Sarana Prasarana...31

4.4.6. Potensi Lahan ...32

4.4.7. Partisipasi Masyarakat ...32

4.5. Profil Informan ...43

4.6. Kepengurusan Pemerintah dan Masyarakat Desa ...46

4.7. Keberadaan Etnis Jawa dalam Mendukung Keberhasilan Pembangunan Desa Sena ...46

4.7.1. Sejarah Etnis Jawa ...46

4.8. Modal Sosial Dalam Aspek Ekonomi ... 47

4.8.1.Koperasi ...55

4.9. Modal Sosial Dalam Penyelesaian Konflik ...57

4.9.1. Modal Sosial yang terkait dengan Aspek Kedermawanan Sosial ...61

4.10. Pendapat Masyarakan Tentang Perkembangan Pembangunan Desa Dahulu dan Sekarang ...61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ...65

4.2. Saran ...65


(7)

Abstrak

NOVA PUSPITA SARI ; KONFIGURASI MODAL SOSIAL ETNIS JAWA DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DESA (Studi Deskriptif di Desa Sena,Kacamatan Batang Kuis,Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara). Modal sosial merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang saat ini mulai diperhatikan oleh berbagai kalangan. Modal sosial itu sendiri dicirikan oleh berkembang dan berfungsinya kelembagaan di masyarakat dengan baik. Atas dasar ini, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan harus didasarkan kepada pemahaman yang utuh terhadap ragam dan sifat modal sosial yang mereka miliki, sehingga perencanaan dan pelaksanaan pembangunan akan menjadi lebih efektif. Permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian ini,antara lain: 1. Bagaimana cara masyarakat etnis Jawa di Desa Sena mendukung keberhasilan pembangunan Desa.?,2. Modal sosial apakah yang dimiliki oleh komunitas etnis Jawa di Desa Sena untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui cara yang dilakukan masyarakat etnis Jawa di Desa Sena untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa.2. Untuk mengetahui Modal sosial yang dimiliki oleh etnis Jawa di Desa Sena,3. untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa. Secara umum, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik dan konfigurasi modal sosial pada komunitas etnis di dikawasan pedesaan.

Diperlukan adanya kebersamaan dan kerja sama yang baik dari segenap anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut. Pemikiran seperti inilah yang pada awal abad ke 20 mengilhami seorang pendidik di Amerika Serikat bernama Lyda Judson Hanifan untuk memperkenalkan konsep modal sosial (sosial capital) pertama kalinya. Jaringan Sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara banyak dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya.mengatakan bahwa satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya,bagi teori jaringan, aktor (pelaku) mungkin saja individu tetapi mungkin juga kelompok, perusahaan dan masyarakat. Peranata Sosial sebagai Modal sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang terpusat kapada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan bermasyarakat

Penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan metode kualitatif, dan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini dilakukan di Desa Sena yaitu sebuah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Desa Sena bukanlah kota dari Kecamatan Batang Kuis tetapi Desa Sena merupakan desa terkecil penduduknya, desa ini terletak di tengah-tengah kecamatan Batang Kuis.

Gambaran Lokasi Penelitian, Deskripsi dan Inteprentasi Data 1. Geografis, 2. Demografis, 3. Kondisi Sosial, 4. Potensi Lahan, 5. Potensi jasa dan perdagangan, 6. Saran dan Prasarana Perhubungan B. Inteprentasi Data.

Kesimpulan dan Saran diambil dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(8)

Abstract

NOVA PUSPITA SARI; CONFIGURATION OF SOCIAL CAPITAL IN

SUPPORTING THE DEVELOPMENT OF ETHNIC JAVA VILLAGE ( Descriptive Study in the village of Sena , Kacamatan Trunk Quiz , Deli Serdang North Sumatra ). Social capital is one of the basic capital development is now beginning to be noticed by many. Social capital itself is characterized by growing and functioning of institutions in society well. On this basis, it can be said that the development should be based on a thorough understanding of the diversity and nature of social capital that they have, so the planning and implementation of development will be more effective. Issues that will be used as the material of this research, among others: 1. How Javanese ethnic community in the village of Sena support the success of the village development.?, 2. Social capital is owned by the Javanese ethnic community in the village of Sena to support the success of rural development objectives of this study are: 1. To find out the ways in which the Javanese community in the village of Sena to support the successful development of desa.2. To determine social capital owned by the Javanese in the village of Sena, 3. to support the success of rural development. In general, the results of this study can provide an overview of the characteristics and configuration of social capital in rural ethnic communities in the region.

Required togetherness and good cooperation of all interested members of the community to resolve the issue. Thinking like this is in the early 20th century inspired an educator in the United States named Lyda Judson Hanifan to introduce the concept of social capital (social capital) the first time. Social Networking is the relationships created among many in a group or between one group or between one group of lainnya.mengatakan that one characteristic of network theory is centering its attention on the micro to the macro structure. That is, the network theory, actor (actor) may be individuals but may also groups, companies and communities. Social Peranata as social capital is a system of behavior and relationship centered kapada activities complexes to meet the specific needs of public life

This research was done by using qualitative methods, and phenomenology. This research was conducted in the village of Sena is a village located in the District of Batang Quiz Deli Serdang, North Sumatra. Sena village is not a city of the District of Batang Quiz but Sena village is the smallest village inhabitants, the village is located in the middle of the subdistrict Batang Kuis.

Overview Location Research, Description and Data Inteprentasi 1. Geographic, 2. Demographic, 3. Social Conditions, 4. Potential Land, 5. Potential services and trade, 6. Suggestions and Population Data Infrastructure Transportation B. Inteprentasi Data.

Conclusions and Recommendations drawn from the results of research conducted by researchers.


(9)

Abstrak

NOVA PUSPITA SARI ; KONFIGURASI MODAL SOSIAL ETNIS JAWA DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DESA (Studi Deskriptif di Desa Sena,Kacamatan Batang Kuis,Kabupaten Deli Serdang Sumatra Utara). Modal sosial merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang saat ini mulai diperhatikan oleh berbagai kalangan. Modal sosial itu sendiri dicirikan oleh berkembang dan berfungsinya kelembagaan di masyarakat dengan baik. Atas dasar ini, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan harus didasarkan kepada pemahaman yang utuh terhadap ragam dan sifat modal sosial yang mereka miliki, sehingga perencanaan dan pelaksanaan pembangunan akan menjadi lebih efektif. Permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian ini,antara lain: 1. Bagaimana cara masyarakat etnis Jawa di Desa Sena mendukung keberhasilan pembangunan Desa.?,2. Modal sosial apakah yang dimiliki oleh komunitas etnis Jawa di Desa Sena untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui cara yang dilakukan masyarakat etnis Jawa di Desa Sena untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa.2. Untuk mengetahui Modal sosial yang dimiliki oleh etnis Jawa di Desa Sena,3. untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa. Secara umum, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik dan konfigurasi modal sosial pada komunitas etnis di dikawasan pedesaan.

Diperlukan adanya kebersamaan dan kerja sama yang baik dari segenap anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut. Pemikiran seperti inilah yang pada awal abad ke 20 mengilhami seorang pendidik di Amerika Serikat bernama Lyda Judson Hanifan untuk memperkenalkan konsep modal sosial (sosial capital) pertama kalinya. Jaringan Sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara banyak dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya.mengatakan bahwa satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya,bagi teori jaringan, aktor (pelaku) mungkin saja individu tetapi mungkin juga kelompok, perusahaan dan masyarakat. Peranata Sosial sebagai Modal sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang terpusat kapada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan bermasyarakat

Penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan metode kualitatif, dan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini dilakukan di Desa Sena yaitu sebuah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Desa Sena bukanlah kota dari Kecamatan Batang Kuis tetapi Desa Sena merupakan desa terkecil penduduknya, desa ini terletak di tengah-tengah kecamatan Batang Kuis.

Gambaran Lokasi Penelitian, Deskripsi dan Inteprentasi Data 1. Geografis, 2. Demografis, 3. Kondisi Sosial, 4. Potensi Lahan, 5. Potensi jasa dan perdagangan, 6. Saran dan Prasarana Perhubungan B. Inteprentasi Data.

Kesimpulan dan Saran diambil dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(10)

Abstract

NOVA PUSPITA SARI; CONFIGURATION OF SOCIAL CAPITAL IN

SUPPORTING THE DEVELOPMENT OF ETHNIC JAVA VILLAGE ( Descriptive Study in the village of Sena , Kacamatan Trunk Quiz , Deli Serdang North Sumatra ). Social capital is one of the basic capital development is now beginning to be noticed by many. Social capital itself is characterized by growing and functioning of institutions in society well. On this basis, it can be said that the development should be based on a thorough understanding of the diversity and nature of social capital that they have, so the planning and implementation of development will be more effective. Issues that will be used as the material of this research, among others: 1. How Javanese ethnic community in the village of Sena support the success of the village development.?, 2. Social capital is owned by the Javanese ethnic community in the village of Sena to support the success of rural development objectives of this study are: 1. To find out the ways in which the Javanese community in the village of Sena to support the successful development of desa.2. To determine social capital owned by the Javanese in the village of Sena, 3. to support the success of rural development. In general, the results of this study can provide an overview of the characteristics and configuration of social capital in rural ethnic communities in the region.

Required togetherness and good cooperation of all interested members of the community to resolve the issue. Thinking like this is in the early 20th century inspired an educator in the United States named Lyda Judson Hanifan to introduce the concept of social capital (social capital) the first time. Social Networking is the relationships created among many in a group or between one group or between one group of lainnya.mengatakan that one characteristic of network theory is centering its attention on the micro to the macro structure. That is, the network theory, actor (actor) may be individuals but may also groups, companies and communities. Social Peranata as social capital is a system of behavior and relationship centered kapada activities complexes to meet the specific needs of public life

This research was done by using qualitative methods, and phenomenology. This research was conducted in the village of Sena is a village located in the District of Batang Quiz Deli Serdang, North Sumatra. Sena village is not a city of the District of Batang Quiz but Sena village is the smallest village inhabitants, the village is located in the middle of the subdistrict Batang Kuis.

Overview Location Research, Description and Data Inteprentasi 1. Geographic, 2. Demographic, 3. Social Conditions, 4. Potential Land, 5. Potential services and trade, 6. Suggestions and Population Data Infrastructure Transportation B. Inteprentasi Data.

Conclusions and Recommendations drawn from the results of research conducted by researchers.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2000). Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui control yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka (Rogers, 1983).

Pada hakikatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual, maupun kelompok -kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material maupun spritual. Pembangunan Kabupaten Deli Serdang sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan mempunyai arti yang sangat strategis, karena Deli Serdang merupakan basis dari pembangunan nasional, dengan mendasarkan kepada prinsip pembangunan dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dengan bantuan pemerintah, maka terdapat adanya kewajiban yang harus dilaksanakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat secara seimbang.


(12)

Rapuhnya sistem sosial sekarang ini disebabkan akibat dari model pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi seperti yang telah dijalankan oleh pemerintah pusat sebelumnya, sehingga dianggap gagal dan menyebabkan permasalahan bangsa. Hal ini perlu dicari sumber dan penyebab sehingga dapat memperoleh solusi yang baik dan salah satunya adalah pembangunan dan pengembangan yang melibatkan aspek sosial selain dari aspek ekonomi dan demografi, karena hal inilah yang dianggap sebagai sumber permasalahan sekaligus pemecahan masalah yang ada.

Intensitas tekanan sosial- ekonomi yang membawa akibat kemiskinan dan mempersulit kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Dalam menanggulangi permasalahan yang ada maka perlu memikirkan faktor-faktor yang mempengaruhi misalnya faktor-faktor non ekonomi seperti rasa aman, partisipasi aktif, organisasi, peran adat/ norma yang selama ini kurang di perhatikan, hanya dengan menciptakan kondisi ini akan dapat merangsang kreatifitas yang pada nantinya akan dapat mewujudkan manusia-manusia yang mempunyai inisiatif dan dapat memecahkan segala persoalan yang ada. Untuk membangun faktor non-ekonomi tersebut dalam masyarakat diperlukan beberapa faktor pendukung, salah satunya adalah bagaimana memainkan peran dan fungsi dari modal sosial dalam masyarakat yang menjadi salah satu komponen penting untuk menunjang model pembangunan manusia karena dalam model ini manusia ditempatkan menjadi subyek penting yang menentukan arah penyelenggaraan pembangunan. Partisipasi dan kapasitas mengorganisasikan diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan


(13)

dalam model pembangunan manusia, sehingga kedua kapasitas tersebut baru bisa berkembang apabila ditunjang oleh modal sosial yang dimiliki masyarakat.

Menurut (Noor, 2006 dalam Masdin AP) bahwa modal sosial yang ada dalam masyarakat dapat mensejahterakan masyarakat dan mereduksi ketidakpastian bahkan lebih dari itu dapat meminimalisir peluang konflik. Kondisi inilah yang menjadi tantangan bagi daerah dalam rangka otonomi daerah dalam rangka otonomi daerah yaitu membangun kembali institusi-institusi yang sudah hancur,menegakkan kembali modal sosial terutama rasa saling percaya antara masyarakat dan pemerintah. Kondisi masyarakat yang dulunya beriman dengan ciri-ciri masyarakat tradisional yang mengandalkan sifat toleransi, saling percaya dan gotong royong kini berubah menjadi rasa saling mencurigai antar etnis, antar suku, antar agama, antar partai politik, antara masyarakat dengan pemerintah harus mendapat perhatian utama dalam memulai proses pembangunan daerah otonom.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan memudar diakibatkan oleh memudarnya sejumlah lembaga tradisional yang dahulu hidup di pedesaan, sebagai akibat intervensi pemerintah yang terlalu jauh terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Faktor lainnya yang menjadi akar permasalahan dari kegagalan dalam pembangunan selama ini salah satunya adalah tidak adanya pemanfaatan modal sosial dalam pelaksanaaan program-program pembangunan dan pemberdayaan yang dilaksanakan. Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumber daya sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai sumber daya tentunya modal sosial ini memberikan kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat. Menurut Fukuyama (1995) justru semakin bertambah bobotnya apabila semakin


(14)

intensif di daya gunakan modal sosial itu. Putnam (dalam Badaruddin, 2003) menyebutkan bahwa modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial,seperti kepercayaan (trust), norma-norma (norms) dan jaringan jaringan (networks) yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitas bagi tindakan-tindakan yang terkoordinasi.

Modal sosial merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang saat ini mulai diperhatikan oleh berbagai kalangan. Modal sosial itu sendiri dicirikan oleh berkembang dan berfungsinya kelembagaan di masyarakat dengan baik. Atas dasar ini, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan harus didasarkan kepada pemahaman yang utuh terhadap ragam dan sifat modal sosial yang mereka miliki, sehingga perencanaan dan pelaksanaan pembangunan akan menjadi lebih efektif.

Dalam proses konteks perkembangan wilayah, kawasan pedesaan merupakan kawasan yang tertinggal, sebab letaknya relatif jauh dari pusat pemerintah karena jaraknya yang relatif jauh pembangunan dikawasan tersebut belum dianggap sebagai prioritas utama. Kemajuan dikawasan pedesaan biasanya disebabkan oleh adanya dukungan dari sektor industri, jasa, dan perdagangan.ketiadaan sektor-sektor tersebut membuat kawasan pedesaan tetap tertinggal.

Kecamatan Batang Kuis adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Batang Kuis terdiri atas 11 Desa dan 72 dusun. Sejalan dengan rencana pemindahan Bandara Internasional Polonia- Medan ke Bandara Internasional Kuala Namu yang berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis, kecamatan ini terus berbenah diri menjadi Kecamatan Gapura (Gerbang Dan Pintu Utama Menuju Bandara). `Selanjutnya, melalui kebijakan lokal Pemerintah


(15)

Kabupaten Deli Serdang yang dinamakan Gerakan Deli Serdang Membangun, sampai dengan akhir tahun 2010, kecamatan ini mampu menghimpun partisipasi swadaya masyarakat dan pengusaha senilai Rp.17.735.160.000.

Desa sena merupakan salah satu dari dua puluh desa yang terdapat di Kacamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Desa Sena yang saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, padahal pada tahun 2002 desa sena hanyalah salah satu desa tertinggal dari sekian banyak desa yang ada di daerah Kecamatan Batang Kuis. Berdasarkan hasil obesrvasi, peneliti melihat infrastruktur Desa Sena, seperti sarana dan prasarana transportasi, sumber daya air, energi, dan sanitasi, telekomunikasi maupun pengolaan sampah, sebagai prasyarat dari aktivitas sosial dan ekonomi dinilai cukup baik. Selain itu lembaga-lembaga kemasyarakatan pun mulai terlihat aktif seperti organisasi kepemudaan, partai-partai politik,lembaga adat, lembaga-lembaga keagamaan,dan sebagainya.ini menandakan bahwa elemen-elemen modal sosial telah terbangun diantara komunitas tempatan Desa Sena, dimana terbangunnya modal sosial diiringi dengan perkembangan wilayah Desa Sena sebagai kawasan hinterland (daerah pedalaman).

Desa Sena di Kabupaten Deli Serdang adalah keberadaan masyarakat yang homogen yang didiami oleh suku jawa pada umumnya. Sama halnya dengan masyarakat indonesia lainnya, masyarakat di Kabupaten Deli Sedang membangun kerja sama dalam bentuk gotong royong telah melekat dalam beragam perilaku dengan intensitas dan nuansa yang sesuai dengan lingkungan setempat serta kebutuhan-kebutuhan dan daya tarik antar perilaku di dalam kelompok. Gotong royong berproses pada berbagai kelompok masyarakat baik atas dasasr kesamaan


(16)

wilayah, kesamaan kepentingan atau kesadaran membantu satu sama lain dalam menghadapi kesulitan dan tantangan yang muncul.

Masyarakat desa Sena Kabupaten Deli Sedang dikenal sebagai komunitas yang dalam kehidupan sehari-hari menggantungkan hidupnya pada perdagangan, buruh dan pekerja perkebunan, tatanan sosial masyarakatnya berakar kuat pada sendi-sendi agama dan erat dalam memegang adat istiadat setempat. Kandungan nilai-nilai sosial tersebut bersifat universal di mana banyak memuat nilai-nilai kebersamaan, saling tolong menolong, toleran, dan sifatnya terbuka merupakan wujud nyata dari nilai-nilai modal sosial. Modal sosial yang muncul pada level individu seperti melaksanakan gotong royong, ibadah haji, kematian, perkawinan, pengajian umum, greneg besar, dan tradisi lainnya oleh tokoh-tokoh agama dan kegiatan lainnya. Sementara pada aktivitas kelompok, modal sosial muncul dalam kegiatan membangun sarana beribadah, madrasah, peringatan Maulid Nabi, peringatan hari syawal, peringatan hari besar islam, selamatan dan lainnya. Dengan demikian keberadaan modal sosial diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dan menjadi pendorong bagi peningkatan akselerasi peran daerah dalam meningkatkan pengembangan masyarakat sehingga kesenjangan daerah atau desa dan kota dapat diminimalisir.

Modal Sosial merupakan norma-norma dan hubungan-hubungan sosial yang mengakar dalam struktur masyarakat, sehingga orang-orang dapat mengkoordinir tindakan untuk mencapai tujuan. Secara sederhana Modal Sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk mengkoordinir diri sendiri dalam memperjuangkan tujuan-tujuan mereka. Melihat hakikat dan pengertian dari modal sosial tersebut di


(17)

atas dapat dicermati apabila memberi ruang dan peluang yang cukup baik dalam optimalisasi program pembangunan dan pemberdayaan yang akan dilakukan. Dengan adanya upaya mensinergiskan suatu program dengan modal sosial yang ada pada masyarakat penerima program tentunya akan memberi suatu pencapaian yang lebih baik dan maksimal. Berdasarkan fenomena tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai. Konfigurasi modal sosial etnis Jawa dalam mendukung keberhasilan pembangunan Desa Sena Kec. Batang kuis, Kabupaten Deli Serdang. 1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang di atas,maka peneliti menyimpulkan permasalahan yang akan dijadikan bahan penelitian,adapun perumusan masalah dalam penelitian ini,antara lain:

1. Bagaimana cara masyarakat etnis Jawa di Desa Sena mendukung keberhasilan pembangunan Desa.?

2. Modal sosial apakah yang dimiliki oleh komunitas etnis Jawa di Desa Sena untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui cara yang dilakukan masyarakat etnis Jawa di Desa Sena untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa.

2. Untuk mengetahui Modal sosial yang dimiliki oleh etnis Jawa di Desa Sena untuk mendukung keberhasilan pembangunan desa.


(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

Secara umum, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik dan konfigurasi modal sosial pada komunitas etnis di dikawasan pedesaan.

a. Manfaat Teoritis

1. Mengenali perilaku sosial didalam ruang lingkup modal sosial penduduk desa Sena.

2. Untuk melihat pemanfaatan jaringan sosial, kepercayaan, resiprositas, norma, nilai dan tindakan proaktif yang dimiliki masyrakat etnis Jawa, didalam melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan keberhasilan pembangunan desa.

3. Mengenali perilaku pengusaha didalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan keberlangsungan usaha industri batik, yang dilihat dari sisi permodalan, manajemen tenaga kerja atau sumber daya manusia, produksi dan pemasaran.

4. Sebagai syarat menyelesaikan S1 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

a. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan ataupun referensi untuk menetapkan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan di kawasan pedesaan, khususnya Desa Sena.


(19)

Kemudian bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini berguna untuk memperdalam kajian sosiologi, terutama kajian-kajian yang berkaitan dengan modal sosial.

1.5. Defenisi Konsep

Peneitian mengenai konfigurasi modal sosial pada etnis Jawa di desa Sena tidak semata-mata ditujukan untuk mengidentifikasi karakteristik dan konfigurasi modal sosial, tetapi juga untuk mengetahui bagaimana proses tumbuh dan berkembangnya elemen-elemen modal sosial yang memacu pesatnya pertumbuhan Desa Sena sebagai kawasan pinggiran (hinterland). Kemudian, agar penelitian tetap terfokus dan tidak menimbulakan penafsiran ganda,maka digunakan beberapa defenisi konsep sebagai berikut:

1. Komunitas tempatan adalah setiap orang yang menempati suatu wilayah geografis suatu daerah selama satu tahun atau lebih,terikat oleh aturan-aturan yang berlaku,saling berinteraksi satu sama lain.

2. Hinterland (daerah pinggiran) adalah desa-desa pendukung yang berada disekitar wilayah kota medan mainland (kota). Hinterland merupakan daerah perbatasan antara kota medan dan Kabupaten Deli Serdang, letaknya relatif jauh dari pusat pemerintahan dua membentuk pembangunan dikawasan hinterland belum menjadi prioritas utama.

3. Modal sosial adalah hubungan sosial antar individu maupun antar kelompok yang dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lain,seperti saling percaya guna melakukan kerjasama demi mencapai tujuan atau kepentingan bersama.


(20)

4. Pedesaan adalah satu kesatuan dimana bertempat tinggal bersama dalam lingkungan yang sama dan suatu masyarakat yang berkuasa mengadukan pemerintahan sendiri.

5. Trust (kepercayaan) adalah rasa saling percaya yang melekat pada setiap komunitas.ketersediaan trust berbeda-beda dalam setiap komunitas,yang disebabkan oleh perbedaan nilai-nilai budaya.

6. Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan partisipasi mencakup keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pengambilan keputusan, hingga pelaksanaan kegiatan pembangunan.

7. Konfigurasi adalah Struktur sosial atau unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat, seperti: kelompok-kelompok sosial, kelas-kelas sosial, kekuasaan dan wewenang, lembaga-lembaga sosial maupun nilai dan norma sosial. Furnival mengemukakan bahwa apabila dilihat dari konfigurasi etnis atau kelompok yang menjadi unsurnya, paling tidak terdapat empat macam masyarakat majemuk, yaitu:

a. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi kompetisi seimbang Di antara kelompok-kelompok yang ada, masing-masing mempunyai kekuatan kompetisi yang seimbang, tidak ada satupun kelompok yang dapat menguasai yang lain.

b. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi mayoritas dominan di antara kelompok-kelompok yang ada terdapat satu kelompok besar dan berkuasa.


(21)

c. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi minoritas dominan.Di antara kelompok-kelompok yang ada terdapat satu kelompok yang kecil tetapi berkuasa

d. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi fragmental. Masyarakat multicultural secara secara sederhana adalah masyarakat yg memiliki beragam kebudayaan yang berbeda-beda.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep Modal Sosial

Konsep modal sosial juga muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Diperlukan adanya kebersamaan dan kerja sama yang baik dari segenap anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut. Pemikiran seperti inilah yang pada awal abad ke 20 mengilhami seorang pendidik di Amerika Serikat bernama Lyda Judson Hanifan untuk memperkenalkan konsep modal sosial (sosial capital) pertama kalinya.

Dalam tulisannya berjudul The Rural School Community Centre tahun 1916 mengatakan, modal sosial bukanlah modal dalam arti biasa seperti harta kekayaan atau uang, tetapi lebih mengandung arti kiasan, namun merupakan aset atau modal nyata yang penting dalam hidup bermasyarakat. Menurut Hanifan, dalam modal sosial termasuk kemauan baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta hubungan sosial dan kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial (Syabra, 2003).

Sekalipun Hanifan telah menggunakan istilah modal sosial hampir seabad yang lalu, istilah tersebut baru mulai dikenal di dunia akademis sejak akhir tahun 1980-an. Pierre Bourdieu, seorang sosiolog Perancis kenamaan, dalam sebuah tulisan yang berjudul "The Forms of Capital" tahun 1986 (Syabra, 2003) mengemukakan bahwa untuk dapat memahami struktur dan cara berfungsinya dunia sosial, perlu dibahas


(23)

modal dalam segala bentuknya, tidak cukup hanya membahas modal seperti yang dikenal dalam teori ekonomi. Penting juga diketahui bentuk transaksi yang dalam teori ekonomi dianggap sebagai non-ekonomi, karena tidak dapat secara langsung memaksimalkan keuntungan material.

Padahal sebenarnya dalam setiap transaksi modal ekonomi selalu disertai oleh modal immaterial berbentuk modal budaya dan modal sosial . Bourdieu dalam Syabra (2003) menjelaskan perbedaan antara modal ekonomi, modal budaya dan modal sosial, dan menggambarkan bagaimana ketiganya dapat dibedakan antara satu sama lain dilihat dari tingkat kemudahannya untuk dikonversikan.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa modal sosial (sosial capital) merupakan fasilitator penting dalam pembangunan ekonomi. Modal sosial yang dibentuk berdasarkan kegiatan ekonomi dan sosial di masa lalu dipandang sebagai faktor yang dapat meningkatkan dan jika digunakan secara tepat mampu memperkuat efektivitas pembangunan (Suharto dan Yuliani, 2005). Tjondronegoro (2005) menjelaskan bahwa modal sosial dapat menjadi unsur pendukung keberhasilan pembangunan, termasuk pula dinamika pembangunan pedesaan dan pertanian di Indonesia. Sehingga dalam menjalankan program pembangunan, khususnya pertanian dan pedesaan bentuk-bentuk modal sosial tersebut sebaiknya di perhatikan dan dimanfaatkan.

Brehm dan Rahn (dalam Ibrahim, 1997) menjelaskan bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi. Definisi lain dikemukakan oleh Pennar (dalam Prusak, 2001) menjelaskan bahwa modal sosial adalah kumpulan dari


(24)

hubungan yang aktif di antara manusia: rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerja sama. Di dalam masyarakat kita, modal sosial ini menjadi suatu alternatif pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Mengingat sebenarnya masyarakat kita sangatlah komunal dan mereka mempunyai banyak sekali nilai-nilai yang sebenarnya sangat mendukung pengembangan dan penguatan modal sosial itu sendiri. Pasalnya modal sosial memberikan pencerahan tentang makna kepercayaan, kebersamaan, toleransi dan partisipasi sebagai pilar penting pembangunan masyarakat sekaligus pilar bagi demokrasi dan good governance (tata pemerintahan yang baik) yang sedang marak dipromosikan.

Fukuyama (1997) menjelaskan bahwa.Sosial capital can be defined simply as the existence of a certain set of informal values or norms shared among members of a group that permit cooperation among them.. (Modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerja sama di antara mereka). 2.2. Konsep Modal Sosial dalam perspektif sosiologi

Secara umum, modal sosial didefenisikan sebagai hubungan sosial antar individu maupun antar kelompok yang dapat digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lain, seperti saling percaya guna melakukan kerjasama demi mencapai tujuan atau kepentingan bersama.

Sementara itu World Bank Subejo (2004) mengatakan bahwa modal sosial tidaklah sederhana hanya sebagai penjumlahan dari institusi-institusi yang dibentuk oleh masyarakat, tetapi juga merupakan perekat dan penguat yang menyatukan


(25)

mereka secara bersama-sama. Modal sosial meliputi shared values (berbagi pendapatan) dan rules (peraturan) bagi perilaku sosial yang terekspresikan dalam hubungan-hubungan antar personal, trust (kepercayaan) dan common sense (kerja sama) tentang tanggung jawab terhadap masyarakat, semua hal tersebut menjadikan masyarakat lebih dari sekedar kumpulan individu.

Konsep modal sosial yang dijadikan fokus kajian, pertama kali dikemukakan oleh Coleman ( Portes, 2000 : 2) yang didefenisikan sebagai aspek-aspek dari struktur hubungan antar individu yang memungkinkan mereka menciptakan nilai-nilai baru.putnam menyebutkan bahwa modal sosial tersebut mengacu pada aspek – aspek utama dari oeganisasi sosial, seperti kepercayaan ( trust ), norma-norma (norms) dan jaringan (Network) yang dapat meningkatkan efesiensi dalam suatu masyarakat.

Lebih lanjut dalam tataran relasi sosial, modal sosial diikuti dengan adanya common sense (kerja sama) yang tumbuh dan berkembang melalui gabungan dari tindakan individual yang membentuk suatu tindakan kolektif.tindakan kolektif itu sendiri dapat terbentuk karena adanya nilai-nilai yang dianut bersama berbagi hasil (shared value), yang muncul dari adanya saling percaya. Sejalan dengan pendapat coleman dikatakan oleh oleh Fukuyama (2002) yang mengidentifikasikan modal sosial sebagai kapitalis yang muncul dari kepercayaan umum didalam sebuah masyarakat atau dibagian-bagian tertentu dari masyarakat.inti dari modal sosial itu sendiri adalah kepercayaan atau trust didefenisikan sebagai harapan tumbuh didalam masyarakat, ditujukan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Adanya trust memungkinkan orang-orang yang tidak saling mengenal dapat bekerjasama dengan baik untuk tujuan bersama.


(26)

Selanjutnya, batasan-batasan yang dikemukakan oleh ahli mengenai modal sosial sangat beragam, hal ini disebabkan belum adanya batasan yag baku mengenai kajian modal sosial. Coleman dalam Sobejo (2004) mengatakan bahwa ada tiga unsur utama yang merupakan pilar modal sosial,yaitu rasa kepercayaan dalam lingkungan sosial, arus informasi yang lancar dalam struktur sosial untuk mendorong berkembangnya kegiatan dalam masyarakat dan norma-norma yang harus ditaati dengan sanksi yang jelas dan efektif.

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Colomen, lubis (2002) kesimpulan bahwa elemen-elemen pokok sosial sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. Sikap saling percaya (trust) meliputi sikap kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi, dan kemudahan hati. Artinya dengan adanya sifat kepercayaan ini yang merupakan landasan dasar bagi suatu masyarakat dalam membentuk modal sosial yang ada disena sena tersebut.

b. Jaringan sosial (network), yang meliputi adanya partisipasi (participatoins), pertukaran timbal balik (reciprocity), solidaritas yaitu kesediaan untuk secara ikut menanggung suatu konsekuensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah, kerjasama (collaboration), dan keadilan ( equity). c. Pranata (institusion) yang meliputi:nilai-nilai yang dianut atau yang dimiliki

bersama,norma dan sanksi, serta aturan-aturan (rules).

Selanjutnya,putnam dalam lubis (2002) mengatakan tindakan atau perilaku kolektif dapat dibangun dengan dua cara, yakni melalui cara paksaan atau sukarela atas dasar saling percaya. Penggunaan paksaan dalam membangun kerja kolektif dinilai cukup efektif, akan tetapi hanya akan bertahan setelah suatu program selesai


(27)

dilaksanakan.sementara itu, tindakan kolektif yang dibangun atas dasar trust akan bertahan relatif lebih lama.

Modal sosial umumnya telah terdapat pada suatu komunitas sejak lama,hanya saja masih belum disadari seutuhnya sehingga belum dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam pembangunan.lebih lanjut komunitas mimiliki modal sosial yang berbeda. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat.

Dalam kajian sosiologis, terdapat dua jenis ikatan pada mdal sosial, yakni ikatan yang kuat dan ikatan yang lemah. Ikatan pertama mancakup rasa anggota keluarga, sahabat, dan sejawat, sedangkan yang kedua meliputi para kenalan dan sejawat yang jauh. Ikatan tersebut membentuk dimensi modal sosial yang mengikat anggota didalam kelompok, serta mengaitkan komunitas sumber daya penting yang berada diluar mereka (pemegang kekuasaan).

Ikatan-ikatan pada suatu komunitas merupakan hal yang dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai tindakan kolektif salah satu syarat tumbuhnya tindakan kolektif tersebut adalah dengan membangun suasana pertisipatif, dimensi elemen-elemen modal soal dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Di Sumatra Utara, penelitian tentang modal sosial pernah dilakukan oleh sembiring (2004). Penelitian tersebut difokuskan pada komunitas etnis aceh, yang berakhir pada kesimpulan bahwa relevansi modal sosial terhadap otonomi daerah tidak hanya menguntungkan komunitas secara ekonomi, tetapi juga secara sosial budaya. Modal sosial tersebut merupakan salah satu nilai budaya yang diwariskan


(28)

secara turun-temurun, inilah yang menyebabkan mengapa modal sosial yang dimiliki komunitas jawa sangat khas dan eiliki keunikan tersendiri.

Keunikan modal sosial yang dimiliki oleh komunitas jawa tidak muncul secara tiba-tiba melainkan telah ada sejak lama, yang kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman, modal sosial yang dimiliki oleh komunitas etnis Jawa terdapat pada empat aspek penting, antara lain; aspek pemerintahan aspek ekonomi, aspek penyelesaian konflik,serta pada aspek kedermawanan sosial.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Badaruddin (2006) juga menemukan bahwa kerjasama kolektif yang dilandasi oleh ketersediaan elemen-elemen modal sosial tidak hanya berkontribusi pada peningkatan kesejahtraan komunitas, tetapi juga bagi kesejahtraan keluarga. Hal ini dikarenakan kerjasama kolektif dalam penjualan jagung sistem lelang dapat menaikkan posisi tawar petani jagung terhadap harga pasar, dibandingkan menjal secara individu.

2.3. Trust (Kepercayaan) sebagai Modal sosial

Menurut Fakuyuma berpendapat trust (kepercayaan) merupakan dasar dalam sebuah tatanan sosial “Komunitas-komunitas” tergantung pada kepercayaan timbal balik akan muncul secara spontan”. Trust (Kepercayaan) merupakan salah satu unsur dari modal sosial. Trust (Kepercayaan) menjadi unsur yang paling penting dalam modal sosial yang merupakan perekat bagi langgengnya hubungan dalam kelompok masyarakat. Dengan menjadi suatu kepercayaan orang-orang bisa bekerjasama secara efektif (Field,2005:91).

Kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu belah pihak melalui interaksi


(29)

sosial (Lawang, 2004:36). Selanjutnya Lawang menyimpulkan inti konsep kepercayaan sebagai berikut:

1.Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan ini adalah institusi,yang dalam pengertian ini diwakili orang.

2.Harapan yang ada akan tergantung dalam hubungan ini, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak

3.Interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu berwujud (Damsar, 2009:186).

2.4. Jaringan Sosial sebagai modal sosial

Jaringan Sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara banyak dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya.mengatakan bahwa satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya,bagi teori jaringan, aktor (pelaku) mungkin saja individu tetapi mungkin juga kelompok, perusahaan dan masyarakat. Hubungan dapat terjadi struktur sosial skala luas maupun ditingkat yang lebih mikroskopik (Ritzer,Dougleas.2004:383)

Kedhusin (Rudito,Famiola, 2008 :147) menjadikan bahwa ada tiga jaringan sosial adalah :

1. Jaringan Individu (ego contric) adalah sebuah jaringan yang berhubungan dengan model tunggal atau individu, contohnya teman baik saya. Dalam hal ini ada satu titik Point yang akan menjadi sentral pengamatan.

2. Sedangkan jaringan sosial (sosial-centric) digambarkan dalam model dan batasan analisisnya, seperti jaringan antar mahasiswa dalam sebuah


(30)

kelas,jaringan pekerja dan manajemen dalam sebuah pabrik atau tempat kerja.

3. Jaringan terbuka( open System) batasan tidak dianggap penting. Sebagai contoh jaringan politik, jaringan antar perusahaan dan jaringan antar mahasiswa.

2.5. Peranata Sosial sebagai Modal sosial

Menurut Koenjaraningrat, pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang terpusat kapada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan bermasyarakat (Soerjono,1990:217). Defenisi tersebut menekakankan pada nilai-nilai, atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan. Pranata merupakan elemen inti yang tidak bisa dilepaskan dari konsepsi modal sosial.pranata merupakan pendorong bagi terciptanya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

Menurut Summer (Soerjono,1990 :219) ada tiga fungsi dari pranata, yaitu: 1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka harus

bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama manyangkut kebutuhan.

2. Menjaga kebutuhan masyarakat.

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial.

Norma dan nilai-nilai yang ada pada suatu masyarakat merupakan unsur yang terkandung dalam pranata sosial. Norma dan nilai-nilai mempunyai sanksi sosial. Dalam rumusan Robert D.Putnam (1995), modal sosial menunjukan pada ciri-ciri


(31)

organisasi sosial yang terbentuk jaringan-jaringan horizontal yang didalamnya berisi norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerjasama dan saling mengendalikan yang manfaatnya bisa dirasakan bersama anggota organisasi.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikerjakan dengan menggunakan metode kualitatif, dan pendekatan fenomenologi. Sehubungan dengan pendekatan fenomenologi ini, peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu.(Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, hlm 17- 18). Penelitian ini mengambil lokasi di daerah Desa Sena Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Batang Kuis. Unit analisis yang dipilih adalah para etnis Jawa yang melakukan aktivitasnya di Desa Sena. Untuk memahami modal sosial yang dimiliki para masyarakat etnis Jawa di Desa Sena sebagaimana tujuan penelitian, dipilih 10 (sepuluh) informan kunci yang mewakili seluruh masyarakat etnis Jawa yang melakukan aktivitas usahanya di Desa Sena yang mendukung keberhasilan pembangunan desa.

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan, terdiri dari: pengamatan partisipatif dan wawancara. Dokumen-dokumen atau kepustakaan yang berhubungan dengan topik penelitian, digunakan sebagai referensi yang melengkapi data-data empirik. Selanjutnya, data-data empirik yang ditemukan di lapangan dianalis dengan teknik analisis kualitatif dengan tahapantahapan: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.


(33)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sena Kacamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Desa Sena adalah sebuah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Desa Sena bukanlah kota dari Kecamatan Batang Kuis tetapi Desa Sena merupakan desa terkecil penduduknya, desa ini terletak di tengah-tengah kecamatan Batang Kuis. Desa Sena juga merupakan desa terkecil setelah Desa Sidodadi di kecamatan ini. Desa Sena dipimpin oleh seorang kepala desa dan di lingkup legislatif juga mempunyai Badan Permusyawaratan Desa.

Desa Sena memiliki luas 7,34 Km2 juga merupakan desa kecil ketiga setelah Sidodadi. Namun jumlah penduduk di Desa Sena lebih banyak dari pada Desa Sidodadi yaitu sebesar 1.411 jiwa/Km2.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh anggta kominitas tempatan desa sena.

3.3.2. informan yang telah diwawancarai berjumlah delapan otang. Yang di anggap memiliki pengetahuan lebih tentang masalah yang di teliti.lebih lanjut,informan yang telah di wawancarai terdiri dari:

Dua orang tokoh agama a. Satu orang tokoh perempuan b. Duan orang masyarakat c. Satu orang toko adat d. Satu orang tokoh pemuda


(34)

e. Satu orang anggota komunitas tempatan Desa Sena yang memiliki pengaruh 3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat,jenis data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori,yakni data prime dan skunder. Lebih lanjut, tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Data Primer : Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian,dilakukan dengan mengadakan studi lapangan,yaitu:

- Pengamatan (Observasi), selama pelaksanakan kegiatan penelitian tidak

memfokuskan pengamatan terhadap aktivitas,perilaku,ekspresi,dan bahasa nonverbal informan,melainkan lebih kepada bentuk fisik desa serta interaksi sosial yang terjadi di antara masyarakat Desa Medan Senembah secara general.

- Wawancara Mendalam,dalam penelitian wawancara dilakukan dengan proses

tanya jawab dalam wawancara. Pencaraian informan menggunakan tehnik bola salju,dengan menanyakan orang-orang yang dianggap sebagai toko kunci kepada kntak lokal penelitian.dari orang-orang yang disebutkan,peneliti mendatangi orang-orang tersebut melakukan pembicaraan singkat,kemudian melakukan evaluasi tehadap tokoh-tokoh mana saja yang layak untuk dijadikan sebagai informan penelitian.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang mewakili relevensi dengan penelitian. Lebih lanjut, data sekunderdalam penelitian diperoleh melalui studi kepustakaan dari berbagai literatur,seperti buku-buku yang


(35)

terkait dengan pembahasan modal sosial, jurnal-jurnal penelitian,maupun sumber-sumber yang berasal dari internet.

3.5. Interpretasi Data

Sesuai dengan desain penelitian yang telah ditetapkan, maka interpretasi data dilakukan dengan menggunakan analisa kualitatif. Oleh sebab itu, proses interpretasi data di awali ketika setiap data dperoleh, kemudian data-data itu dipilih. Setelah itu, data yang telah di pilih selanjutnya di evaluasi, serta di analisis secara simultan dengan peroses pengambilan data, yang dimaksudkan untuk memastikan objektivitas dan kesesuaian dengan masalah yang di teliti.

Seiring dengan pelaksanaan peneliti,pertanyaan-pertanyaan mengenai elemenelemen modal sosial pada komunitas tempatan semakin bertambah pada saat mewawancarai informan demi informan.akan tetapi informan yang telah diwawancarai tidak lagi di wawancarai untuk kedua kalinya dengan alasan ketidak tercukupnya waktu. Dengan demikian, analisis data hanya dilakukan setelah data yang tidak diperoleh dari satu informan diperoleh dari informan lainnya.

Data yang telah dianalisis lalu diinterpretasikan serta dievaluasi dengan mengacu pada konsep yang ada dan konsep yang telah ditemukan dilapangan. Konsep-konsep yang menjadi temuan dilapangan kemudian dicari relevansinya melalui studi keperpustakaan, sehingga selanjutnya dapat disimpulkan dan sebagai laporan akhir penelitian.


(36)

BAB IV

Deskripsi dan Inteprentasi Data 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Desa Sena terletak pada 30 lintang Utara dan 990 Bujur Timur, secara astronomis hal ini menempatkan Desa Sena ke dalam katagori wilayah beriklim tropis, dan Desa Sena berada di ketinggian dua puluh meter di atas permukiman laut.

Secara administratif, Desa Sena merupakan salah satu desa yang terdapat di Kacamatan Batang Kuis kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatra Utara.letak Desa berada di kawasan dataran rendah, dimana pola pemukiman penduduk mengikuti jalan utama Desa.

Jarak Desa Sena dari kota Lubuk Pakam (ibukota Kabupaten) kurang lebih 25 km,Desa Sena sendiri berada di sebelah selatan Lubuk Pakam. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Desa Sena dari ibukota provinsi (Kota Medan) sekitar 90 menit. Angkutan umum yang dapat digunakan untuk melintasi desa rekatif banyak, seperti Angkutan Nitra, Damri, dan beca mesin.

4.2. Letak dan Batas Wilayah

Desa Sena Kecamatan Batang Kuis yang memiliki wilayah dangen luas kurang lebih 1.050 Ha ini, terletak pada ketinggian 30 M di atas Permukaan laut dan beriklim tropis. Adapun batas wilayah Desa Sena Kecamatan Batang Kuis Sebagai Berikut :

a. Sebelah utara berabatasan dengan Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis.


(37)

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tamputan Nibung Kecamatan Batang Kuis.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sembirej Kecamatan Percut Sei Tuan. 4.3. Sejarah Desa Sena

Desa Sena berdiri sejak 1951 oleh seorang tokoh masyarakat yang bernama Bapak Kwongsidimejo, yang sekaligus Kepala Kampung, dimana Desa Sena sekarang dulunya merupakann Kampung Sena, karena di dalam kampung Sena tersebut terdapat pohon kayu yang sangat besar sebanyak 3 batang disitulah ditetapkannya Kampung Sena (Sono) Jawa terciptalah Pemerintahan Kampung Sena Kecamatan Batang kuis.

Adapun dalam lingkungan Kampung Sena tersebut pada waktu itu telah ditempati rumah-rumah penduduk dari kanan kiri jalan bahkan sampai menjorok ketengah-tengah lahan yang sekarang diolah oleh PTP. Bahkan sarana balai Umum, tetap tersedia sehingga setiap pertemuan masyarakat kampung serat hiburan dilaksanakan di Balai Pertemuan. Dan juga dipinggir jalan sampai sekarang masih adanya peninggalan sebuah sumur yang berada dilahan tebu tidak jauh dari Balai Umum dimana sarana tersebut sebagai sarana mandi cuci masyrakat pada waktu itu dan sumur tersebut sangat besar dan cukup dalam.

Perubahan nama Kampung Sena menjadi Desa Sena didasari atasa adanya peralihan dari masa Orla – Orba yakni 1951 s/d 1968 merupakan Kampung Sena dengan pejabat namanya Kepala kampung Sena, selanjutnya peralihan : tahun 1969


(38)

s/d 1982 berubah menjadi Desa Sena, seterusnya periode 1983 s/d 1992, pergantian Kepala Desa periode 1993 s/d 2001 namun gagal karena Kepala Desa tidak dapat melanjutkan sampai akhir jabatan sehingga dijabat oleh PJS Caretaker Kepala Desa. Sebelumnya desa Sena terdiri dari 9 lorong/9 dusun sekarang menjadi 10.

Pada tahun 1997 berdiri Perumahan Cendana Asri tediri dari 600 unit perumahan berbatasan dengan Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan. Perumahan Cendana Asri lahir menjadi Dusun X Desa Sena.

4.4. Keadaan Penduduk

Desa Sena Kecamtan Batang Kuis memiliki penduduk sejumlah 7.308 jiwa dan 1.689 Rumah tangga. Perincian Penduduk Desa Sena dapat dilihat melalui tabel 1 sebagai berikut:

Tabel I

Jumlah penduduk Berdasarkan jenis kelamin

Sumber: Data Kantor Desa 2011

Dusun X terlihat jauh berbeda dengan dusun lainnya, selain jumlah penduduk yang terpadat juga karena ini relatif lebih beragam, baik dalam keragaman etnis

No Dusun Jumlah KK Laki-Laki Perempuan Jumlah L+P

1. Dusun I 113 221 242 463

2. Dusun II 172 369 390 759

3. Dusun III 184 383 389 772

4. Dusun IV 71 169 195 364

5. Dusun V 76 225 193 418

6. Dusun VI 109 242 274 516

7. Dusun VII 68 136 157 293

8. Dusun VIII 135 294 276 570

9. Dusun IX 77 158 155 313

10. Dusun X 664 1.454 1.386 2.840


(39)

maupun agama. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk dusun X adalah pendatang yang berasal dari berbagai daerah di luar desa Batang Kuis, seperti; Medan, Binjai, dan sebagainya.

Keberadaan dusun X sendiri di awali dengan adanya sengketa lahan antara Kacamatan Tanjung Morawa, Kacamatan Percut Sei Tuan, dan Kacamatan Batang Kuis. Sengketa tersebut kemudian di menangkan oleh Kacamatan Batang Kuis, khususnya Desa Sena. Karena letaknya yang relatif jauh dari jalan raya (terisolir),pemerintah Desa pada waktu itu berinisiatif mengembangkan wilayah itu menjadi kawasan permukiman(perumahan Cendana Asri).

4.4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

Desa Sena memiliki jumlah penduduk berdasarkan umur sebanyak 7.308 orang di antaranya mulai dari usia 0 sampai 12 Bulan sebanyak 214 orang, dan antara 1 tahun sampai 5 Tahun sebanyak 617 orang, lalu antara 7 tahun sampai 15 tahun sebanyak 1.128 orang, dan diatas umur 15 tahun sampai 56 tahun sebanyak 4.382 orang, dan di atas 56 tahun sebanyak 751 orang. Dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Jumlah penduduk berdasarkan umur

No. INDIKATOR

1. 0 – 12 Bulan 214 Orang

2. > 1 - < 5 Tahun 617 Orang

3. > 5 - < 7 Tahun 216 Orang

4. > 7 - < 15 Tahun 1.128 Orang

5. > 15 – 56 Tahun 4.382 Orang

6. > 56 Tahun 751 Orang

Jumlah 7.308 Orang


(40)

4.4.2.Jumlah Penduduk berdasarkan Agama

Secara umum semua penduduk Desa Sena menganut agama Islam sebanyak 6984 orang. Agama kristen Protestan sebanyak 140 orang, Agama Kristen Katolik sebanyak 173 orang, Agama Hindu sebanyak 8 orang, dan Budha sebanyak 3 orang. Kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sena Kecamatan Batang Kuis antara lain Jam’iah Yasinan, Tahlilan, Khatmil Al-Qur’an, Muslimatan dan Diba’an. Itu semua aktiviitas setiap hari yang sudah dijadwalkan oleh masing-masing Jamiyah. Sebagai aktivitas keagamaaan yang dilakukan umat Islam sebagai perwujudan mereka kepada sang Kholiq di dalam dunia ini yang diaplikasikan dengan berbagai kegiatan seperti yang telah diuraikan di atas.

Kegiatan ini hanya untuk ibuibu dan bapakbapak saja. Sedangkan pemuda -pemudinya yang ikut akan kegiatan keagamaan yang telah ada di Desa tersebut adalah remaja masjid. Dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

AGAMA YANG DIANUT JUMLAH

ISLAM 6.984

PROTESTAN 140

KATOLIK 173

BUDHA 8

HINDU 3

Jumlah 7.308

Sumber : Data Kantor Desa Sena 2011

4.4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

Desa Sena Kacamatan Batang Kuis memiliki banyak ragam suku di antaranya ada suku Jawa sebagai masyarakat mayoritas sebanyak 6.118 orang, Suku melayu


(41)

sebagai masyarakat asli Desa Sena sebanyak 71 orang, Suku Mandailing sebanyak 483 orang, Suku Nias sebanyak 15 orang, suku Batak 566 orang, bisa di lihat dari tabel 4.

Tabel 4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

No. INDIKATOR JUMLAH

2011

1. Suku Jawa 6.118 Orang

2. Suku Melayu 71 Orang

3. Suku Mandailing 483 Orang

4. Suku Nias 15 Orang

5. Suku Batak 566 Orang

6. Suku Minang 55 Orang

Sumber : Data Kantor Desa Sena 2011

4.4.4. Sarana dan Prasarana Desa

Sarana dan prasarana yang ada di desa berfungsi sebagai fasilitas masyarakat dalam mejalankan aktivitas dan fungsinya di desa. Hubungan dengan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja sarana dan prasarana yang terdapat di desa ini yang sering digunakan oleh masyarakat dan kelompok bangunan. Adapun yang menjadi sarana dan prasarana di desa ini dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5 Sarana dan Prasarana

No Jenis Sarana Jumlah

1. Puskesmas Pembantu 1

2. TK/TPA 5

3. Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri) 3

4. SD SWASTA 2

5. Mesjid 9

6. Musholah 2

7. Mesjid 2

8. Balai Desa 1


(42)

4.4.5.Potensi Lahan

Potensi luas lahan yang dimiliki oleh Desa Sena Kecamatan batang kuis yang digunakan penduduk adalah sawah tadah hujan tidak ada, tegalan / kebun memiliki 100 Ha, bangunan dan halaman seluas 17 Ha, perkebunan besar seluas 930 Ha, rawa – rawa tidak memiliki luas dan Kolam se.luas 2 Ha,dengan jumlah 1.050 Ha keseluruhan.adapun luas tanah bisa di lihat di 6 sebagai berikut :

Tabel 6 Potensi Lahan

No. Tanah Berdasarkan Penggunaan Luas (Ha)

1. Sawah tadah hujan -

2. Tegalan/Kebun 100

3. Bangunan dan halaman 17

4. Perkebunan besar 930

5. Rawa-rawa -

6. Kolam 2

7. Lain-Lain -

Jumlah 1.050

Sumber : Data Kantor Desa 2011

4.4.6. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat Desa Sena dalam membangun Desa terbukti dengan adanya perbaikan jalan yang rusak, mendirikan jembatan penghubung antara Dusun yang satu ke dusun lainnya, mendirikan sekolah Hidayatullah hasil dari swadaya murni dari masyarakat berupa non materi dalam bentuk gotong royong.

4.5. Profil Informan

Masyarakat etnis jawa yang ada di Desa Sena Kacamatan Batang Kuis yang memiliki peranan penting dalam membangun Desa Sena menjadi Lebih baik. Berikut


(43)

nama-nama informan yang terdiri dari Kepala Desa, tokoh Adat di Desa Sena, Tokoh Masyarakat, dan dua orang masyarakat etnis jawa yang telah diwawancarai

4.5.1. Informan Pertama ( kepala Desa) Nama : Bantul Suprayetno (BS) Umur : 50 Tahun

Jenis Kelamin : Laki –Laki Agama : Islam Suku : Jawa

Alamat : Dusun VIII, Desa Sena

Bapak BS adalah kepala Desa Sena, tidak sulit bagi beliau pada saat pemilihan sebagai kepala Desa Sena untuk memperoleh jabatan yang saat ini dimilikinya. Saat itu masyarakat Desa Sena tidak banyak yang mencalonkan diri menjadi Kepala Desa. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat desa sena masih sangat minim dalam hal berpolitik.

Bapak BS menjabat sebagai kepala Desa Sejak tahun 2000 sampai sekarang. Di awal jabatannya beliau mulai memperbaiki infastruktur yang ada di Desa Sena, mulai dari perbaikan kantor Kepala Desa, perbaikan jalan, mendirikan jembatan penghubung antara dusun ke dusun yang ada di Desa Sena, tepatnya di dusun V dan VI. Selain itu beliau juga mendirikan Rumah Ibadah seperti Masjid. Saat ini Masjid yang ada di Desa Sena ada 5, letaknya di Dusun I, III, VIII, VIIII, X. Selanjutnya beliau juga mendirikan Sekolah taman kanak- kanak dan Sekolah Dasar yang berada di dusun VII, Sekolah ini di beri nama Sekolah Hidayatullah. Didirikan oleh masyarakat Desa Sena Sendiri dengan cara bergotong royong, yang di ketuai


(44)

oleh Bapak BS selaku Kepala Desa. Biaya untuk mendirikan Sekolah ini bersumber dari dana Swadaya di tambah dengan donatur tidak mengikat dari masyarakat, yang dimaksud dengan donatur tdak mengikat ini adalah donatur yang tidak ada imbalannya atau donatur yang tidak ada embel- embelnya. Sekolah Hidayatullah ini memiliki 30 murid untuk sekolah taman Kanak –Kanak ( TK) dan 40 murid untuk Sekolah Dasar ( SD), selain itu, sekolah ini terbuka untuk umum. baik dari masyarakat kurang mampu, maupun untuk masyarakat berada. Dan sekolah ini terbuka untuk masyarakat dari luar Desa Sena.Sekolah Hidayatullah ini sampai sekarang belum pernah diberi bantuan oleh pemerintah daerah, masih murni dari donatur tidak mengikat. Menurut Bapak Bantul Suprayetno pembanguna di Desa Sena ini sudah membaik saat beliau menjabat, di bandingkan pada saat sebelum beliau menjabat, banyak sekali pembangunan desa yang tidak berjalan. Maka dari itu beliau dipercaya oleh masyarakat untuk menjabat sebagai kepala desa lagi pada periode 2016 mendatang.

4.5.2. Informan ke Dua ( Tokoh Adat) Nama : Tumin

Usia : 23 November 1939 Jenis Kelamin : Laki- Laki

Agama : Islam Suku : Jawa


(45)

Bapak Tumin adalah seorang mantan Kepala Desa, beliau menjabat sebagai Kepala Desa pada tahun 1984-1994, Menurut Beliau masyarakat asli Desa Sena dahulunya adalah suku melayu, orang jawa datang ke Desa Sena pada masa Belanda, itu hanya sebagai buruh kontrak, yang bekerja di perusahaan – perusahaan besar milik orang Asing. setelah kontrak berakhir banyak dari suku jawa yang tidak kembali ke asal Mereka, dengan alasan lebih memilih menetap dan mencari pekerjaan di Desa Sena. tidak sedikit dari suku jawa yang menikah dengan masyarakat asli desa sena yaitu suku melayu, dari pernikahan ini setiap keluarga mengenalkan adat istiadat mereka satu sama lain kepada keturunan mereka, dengan banyaknya suku jawa di Desa Sena membuat suku asli desa sena memilih meninggalkan desa untuk mencari tempat tinggal yang baru, suku melayu menjual tanah mereka kepada suku jawa. Pada masa jabatan bapak Tumin, Desa Sena masih dalam kondisi kurang baik, jalan masih tanah merah, sehingga pada musim hujan masyarakat yang hendak berpergian bekerja harus melewati lumpur, selanjutnya tidak ada lampu jalan yang menerangi pada malam hari sehingga bapak Tumin membuat tim untuk ronda malam atau yang disebut dengan pos kambling. Petugas yang menjaga setiap malam ada 3 orang dalam 1 dusun, penjagaan di mulai dari jam 9 malam sampai jam 5 pagi, kegitan ronda malam ini pada saat itu tidak di gaji oleh pemerintah daerah, mereka bekerja dengan suka rela tanpa ada paksaan dari siapapun, karna menurut bapak Tumin mereka menjaga malam demi keamanan Desa dan keluarga mereka sendiri. Selain itu beliau juga mengadakan jumpitan beras, yang dimaksud dengan jumpitan beras menurut bapak Tumin setiap ibu rumah tangga yang hendak memasak nasi wajib menjepit beras sebanyak tiga kali dalam setiap memasak nasi, lalu jempitan


(46)

beras itu disimpan dirumah masing - masing dan setiap beras yang sudah mencapai berat 1 kg di dalam rumah wajib melapor ataupun mengantar kerumah saya, lalu jempitan beras itu disimpan dalam waktu yang tidak tentu.

Lebih lanjut, Jempitan beras ini berguna untuk membantu masyarakat yang mengalami kesusahan seperti sakit parah dan tidak bisa membayar biaya rumah sakit, mengalami kemalangan dalam keluarga, dan sebagainya. Maka jempitan beras yang sudah terkumpul tadi di jual dan hasil penjualan beras itu diberikan pada masyarakat yang membutuhkan bantuan. Menurut bapak Tumin jumpitan beras ini berasal dari jawa, masyarakat di jawa sana dulu juga mengadakan jumpitan beras saat hendak membantu sesama masyarakat. Maka dari itu beliau membuat jumpitan beras di Desa Sena, bapak Tumin juga mengatakan bahwa pada masa beliau menjabat masyarakat tidak ada yang keberatan dengan jumpitan beras tersebut, bahkan masyarakat merasa terbantu dengan adanya jumpitan beras tersebut di Desa Sena pada saat itu.

4.5.3. Informan Ketiga

Nama : Mulyadi ( Tokoh Masyarakat) Usia : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Laki- Laki Agama : Islam Suku : Jawa

Alamat : Dusun V Desa Sena

Bapak Mulyadi tinggal di Desa Sena mulai saat usianya masih anak- anak, beliau di percaya sebagai tokoh masyarakat sejak tahun 2000 pada masa jabatan bapak Ali Qthman. Menurut beliau rata – rata masyarakat di Desa Sena ini adalah


(47)

etnis jawa, bisa di katakan bahwa segala kegiatan di Desa Sena ini memakai tradisi jawa.

Setiap tahun sekali Desa Sena mengadakan bersih desa, tepatnya pada 1 Muharam kegiatan ini diadakan oleh kepala desa di kantor Kepala Desa dan di ikutin oleh seluruh masyarakat Desa Sena.Acara ini bertujuan untuk membersihkan desa dari segala musibah, dalam acara ini di adakan kenduri, memberikan sedekah bagi anak yatin dan panti jompo yang ada di desa sena. selain itu acara ini di hibur dengan tarian wayang kulit, Anggung, dan kuda kepang.

Bapak Mulyadi juga mengatakan bahwa masyarakat Desa Sena aktif dalam mengikuti kegiatan – kegiatan yang bersifat sosial yang di adakan oleh pemerintah daerah maupun masyarakat itu sendiri. Seperti acara Pelatihan Bordir yang di adakan oleh pemerintah daerah pada tahun 2004 di Desa Sena, Pelatihan tersebut di adakan di kantor Kepala Desa Sena selama 1 bulan penuh dan terbuka untuk usia 17 Tahun sampai dengan usia 35 tahun baik itu laki- laki maupun perempuan.Perlengkapan pelatihan Bordir seperti mesin bordir, benang, kain, jarum dan juri di sediakan sepenuhnya oleh DEPDIKNAS. pada saat itu masyarakat sangat antusias dalam mengikuti pelatihan tersebut, terbukti dengan salah satu pemenang yang membuat bordir terbaik pada saat itu sudah membuka usaha sendiri di rumahnya, walaupun usahanya tersebut masih kecil, tetapi sudah mampu menyelesaikan pesanan orang-orang yang memakai jasanya dalam menjahit serta membordir pakaian.

Selain pelatihan Bordir,saat ini DEPDIKNAS juga mempercayai Desa Sena dalam mengadakan pelatihan listrik atau penerangan. Pelatihan ini terbuka bagi anak


(48)

muda usia 18 tahun ke atas yang memiliki rasa ingin tau dan ingin belajar dalam bidang pembangkit listrik, semuanya di sedikan dan tim pengajar juga di sedikan oleh DEPDIKNAS. kegiatan ini terbuka bagi masyarakat mana pun baik masyarakat Desa Sena maupun masyarakat dari luar Desa Sena.

Lebih lanjut, Desa Sena memiliki kegiatan membersihkan lingkungan sekitar rumah dengan cara gotong royong yang di adakan setiap bulan sekali, kegiatan ini di perintahkan langsung oleh Kepala Desa kepada setiap kepala Dusun mulai dari dusun I sampai dengan dusun X untuk memantau setiap masyarakat yang membersihkan area gang, membersihkan aliran parit, serta lingkungan rumah masing – masing. Kegiatan ini bertujan untuk menghindari datangnya penyakit demam berdarah, TBC dan lain sebagainya.

4.5.4. Informan ke Empat Nama : Sri Melani Usia : 38 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku : Jawa

Alamat : Dusun 9 Desa Sena

Ibu SM merupakan perempuan yang memiliki 2 orang anak yaitu laki – laki dan perempuan, ibu Sri bekerja sebagai seketaris Desa pada tahun 2009, selain bekerja sebagai seketaris Kepala Desa beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan seperti perwiritan. Beliau dipercaya sebagai ketua di perwiritan perempuan, menurut


(49)

ibu SM perwiritan di Desa Sena di lakukan pada setiap hari jum’at siang di mulai dari jam 14: 00 Wib sampai jam 16:30 Wib, perwiritan tersebut merupakan salah satu tradisi keagamaan yang diisi dengan bacaan – bacaan ayat suci Al-Qur’an. Perwiritan juga diiringi dengan mengirim do’a kepada orang tua atau sanak-saudara yang telah meninggal. Selain itu ada kegiatan belajar mengaji bagi ibu – ibu yang belum bisa lancar mengaji.

Menurut ibu SM, pembangunan di desa sena ini sudah mulai maju, apa lagi semenjak di dirikan Bandara Kualanamo tingkat pengangguran di Desa Sena mulai berkurang, hal ini bisa dilihat pada setiap pinggiran jalan Desa Sena sampai menuju Bandara Kualanamo yang banyak membuka usaha seperti toko roti kering, bengkel, Nasi Bungkus,dan Bakso, dengan banyaknya pengusaha yang membuka usahanya,maka tingkat lowongan kerja semakin bertambah.

4.5.5. Informan Kelima Nama : Rustam S.Pd Usia : 41 Tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Suku : Jawa

Alama : Dusun III, Desa Sena

Bapak Rustam adalah seorang guru SMA I Batang Kuis, beliau memiliki 2 orang anak yaitu 2 orang anak Laki-laki. .Bapak Rustam tinggal di Desa Sena selama 15 Tahun saat beliau belum menikah.


(50)

Menurut Bapak Rustam, pembangunan Desa Sena saat ini sudah lebih baik dibandingkan dengan pembangunan pada masa dahulu, bisa di lihat seperti jalan umum menuju Desa Sena sudah mulus tidak ada lagi aspal yang bolong-bolong atau pun yang rusak, jalan lintas menjadi lebih lebar, jembatan penghubung sudah diperbaiki, tidak hanya itu bapak Rustam menganggap bahwa peran terbesar dalam membangun Desa ada pada Kepala Desa dan di ikuti oleh masyarakaynya, menurut beliau Kepala Desa Sena Saat ini memiliki sikap merakyat untuk mengembangkan Desa dan mengajak masyarakat Desa Sena untuk bergotong royong dalam setiap kesempatan, hal inilah yang tidak di miliki oleh mantan-mantan kepala Desa pada masa dahulu, sehingga pada masa dahulu Desa Sena Sulit untuk berkembang.

4.5.6. Informan Keenam Nama : Ibu tika Usia : 43 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku : Jawa

Alama : Dusun III, Desa Sena

Ibu tika adalah seorang Ibu rumah tangga yang mempunyai 3 orang anak, kegiatan sehari-hari ibu tika adalah berjualan nasi. Beliau sudah 10 tahun tinggal di Desa Sena. Menurut ibu tika semenjak adanya bantuan pemerintah terhadap pembangunan desa Sena dengan memperbaiki jalan dan membuat koperasi swadaya masyarakat saya sebagai penduduk desa merasa di permudah untuk mendapatkan kebutuhan bahan dagangan saya. Dulu sebelum jalanan diperbaiki untuk kepasar


(51)

beliau harus memakan waktu 20 menit,karena banyaknya jalan berlubang. Namun semenjak jalanan sudah diperbaiki dan dibangunnya koperasi di desa ini beliau merasa lebih mudah mendapatkan bahan kebutuhan dagangan beliau dan jadi beliau tidak telat untuk menyiapkan barang dagangannya dan kendaraan beliau juga tidak sering rusak karna jalan umumnya rusak seperti dahulu

4.5.7. Informan Ketujuh Nama : Isman Usia : 29 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Suku : Jawa

Alama : Dusun III, Desa Sena

Isman adalah seorang buruh di sebuah pabrik perkebunan di kawasan Lubuk Pakam,beliau sudah tinggal di desa sena sudah 28 tahun. Secara langsung tidak begitu terasa dampak positif dari perkembangan pembangunan desa Sena sekarang dengan dahulu, karena beliau melihat masih banyak yang harus dibenahi pemerintah dan kelompok masyarakat di desa sena ini. Salah satunya Sekolah di desa ini tidak ada sekolah SMP dan SMA nya. Beliau rasa perlu di ajukan oleh masyarakat dan kepala desa kepada pemerintah untuk memenuhi permintaan itu

4.5.8. Informan Kedelapan Nama : Tukimun


(52)

Usia : 46 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Suku : Jawa

Alama : Dusun III, Desa Sena

Bapak tukimun ini mempunyai 4 orang anak, 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Beliau adalah seorang dosen di salah satu pergurua tinggi swasta di kota medan, beliau tinggal di desa sena baru 3 tahun. Menurut beliau rasa, dulu saat beliau pertama kali pindah kemari, jalanan penuh debu dan jika hujan maka kendaraan sulit jalan dikarenakan banyaknya lubang dan lumpur. Namun satu tahun terakhir ini, saya merasa desa ini mulai terpantau oleh pemerintah daerah dengan di perbaikinya jalan dan jembatan yang ada di desa ini

4.5.9. Informan Kesembilan

Nama : Eka Radja Desputra Usia : 29 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Suku : Jawa

Alama : Dusun III, Desa Sena .

Bapak eka berprofesi sebagai seorang guru di salah satu sekolah swasta di kota medan, beliau juga salah satu anak dari bapak tukimun. Menurut beliau masih banyak yang harus di bangun d desa ini, salah satunya adalah pembuatan pari yang


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Sesuai dengan tuntutan Undang-Undang otonomi daerah tahun 1999, maka pembangunan yang demokratis dan partisipatif menjadi suatu kata kunci. Untuk itu pemberdayaan berbagai potensi lokal yang ada dalam institusi-institusi masyarakat, layak menjadi pertimbangan dalam rangka proses pembangunan tersebut. Pengambilan kebijakan dan keputusan berbasis publik sesuai konteks cukup ideal agar masyarakat menjadi subjek pembangunan itu sendiri.

Penelitian tentang modal sosial di Desa Sena ini, dapat dijadikan sebagai suatu contoh konkrit bahwa di dalam masyarakat ternyata banyak potensi-potensi lokal yang dapat dikembangkan untuk menunjang kberhasilan otonomi itu sendiri. Dari temuan-temuan tersebut dapat diketahui bagaimana masyarakat dapat mengembangkan diri atau kelompoknya tanpa banyak campuran tangan pihak luar, khususnya pemerintah. Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari penelitian ini antara lain:

1) Modal sosial yang ada di Desa Sena merupakan bentuk kreatifitas lokal karena lahir dan berkembang dalam masyarakat. Modal sosial tersebut terkait dengan berbagai aspek kehidupan, seperti : sosial budaya, sosial ekonomi, hukum, dan pemuda.

2) Proses munculnya institusi ini selain tumbuh dari inisiatif masyarakat juga dibangun berdasarkan komtmen bersama sehingga tingkat


(2)

kepercayaan masyarakat anggotanya tetap terpelihara.

3) Walaupun terkait dengan tradisi setempat, modal-modal sosial yang ada di Desa Sena berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman. Hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya aturan-aturan baru dan berbagai mekanisme baru yang bersifat memperkaya aturann atau nilai-nilai lama.

4) Hal menarik lainnya adalah munculnya jenis modal sosial baru yang dibentuk dan dibangun oleh sebahagian kelompok masyarakat. Contohnya adalah usaha simpan pinjam khusus warga di Desa Sena Kecamatan Batang Kuis. lnstitusi ini (memunculkan paradigma baru bagi masyarakat untuk membangun diri, terutama mengurangi ketergantungan ekonomi kepada pihak luar. Akibat lebih jauh dapat memperkuat posisi tawar dan membuka wawasan masyarakat terhadap sektor-sektor publik. Managemen dalam institusi tersebut lebih mengutamakan syarat moral dan kepercayaan dari pada tinngkat pendidikan formal pengurus. Artinya, kejujuran menjadi kata kunci untuk duduk sebagai pengurus. Sementara, pendidikan hanya menjadi syarat tambahan. Juga tidak diikat oleh aturan baku tentang masa kepenggurusan, tetapi sepanjang dipercaya maka seseorang dapat duduk dalam beberapa periode. Ikutan penguatan ekonomi tersebut, mereka juga mengembangkan diri untuk memperoleh pengetahuan tentang berbagai aspek sesuai dengan tuntutan jaman. Misalnya dengan bekerjasama dengan LSM. Mereka melakukan lokakarya atau


(3)

pelatihan tentang jender, politik, pemilu, pertanian dan sebagainya. Dari temuan-temuan tersebut berarti suatu program pembangunan lebih ideal apabila program tersebut bersumber dari kemauan dan kepentingan masyarakat. Dengan seperti ini akan memberi daya kreatifitas dan inisiatif masyarakat yang menjadi subjek pembangunan.

2. Saran

Berdasarkan beberapa temuan dari penelitian ini, maka ada beberapa hal yang dapat dijadikan rekomendasi, seperti:

1) Kebijakan lama yang menjadikan masyarakat sebagai objek pembangunan perlu diganti menjadi masyarakat sebagai subjek pembangunan sehingga mereka percaya dan aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program. Artinya, pelaku utama pembangunan adalah masyarakat dan bukannya para perencana atau birokrat.

2) Untuk itu, potensi modal sosial yang ada dalam masyarakat harus menjadi salah satu prioritas, karena modal sosial sangat kondusif dan sesuai dengan kondisi setempat. Untuk itu, perencana pembangunan seyogianya hanya berperan sebagai fasilitator untuk berbagai program pembangunan. Walaupun para perencana lebih berkompeten dari segi sumber daya manusia namun perlu diingat bahwa masyarakat lebih tabu dan berpengalaman tentang kondisi sosial budaya dan sosial ekonomi di wilayah tempat tinggalnya masing-masing.

3) Penilaian bahwa masyarakat lebih bodoh dari pada perencana pembangunan perlu dipertanyakan kembali dengan melihat dari berbagai sudut pandang,


(4)

apalagi menyangkut komunitas dimana pembangunan akan direncanakan atau dilaksanakan.

4) Untuk memahami apa yang menjadi kemauan dan kebutuhan masyarakat, cara pandang etik seharusnya dirubah menuju ke cara pandang emik. Cara pandang emik adalah cara pandang yang mengacu kepada kemauan, aspirasi dan keperluan masyarakat dalam proses pembangunan.


(5)

Daftar Pustaka

Arikunto,Suharsimi.2003. prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek.jakarta:rineka cipta.

Faisal,Sanapiah.2007. format-format penelitian sosial.Jakarta:Raja Grafindo Persada. Fakuyama. Francis.2002. Trust: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.

Yogyakarta: Qalam.

Hasibuan, Irwansyah.2007.Kekuatan yang Terabaikan: Kajian Modal-modal Sosial di Desai Barat. .Bogor: Lenting.

Damsar.1997.sosiologi ekonomi. jakarta : Manajemen PT.Raja Grafindo persada.2009.Pengantar Sosiologi Ekonomi Jakarta : Kencana prenada Media Group.

Field, John.2005. Modal Sosial. Medan :Bina Medan Perintis.

George,Ritzer-Goodman J. Daugleas 2003. Teori Sosiologi Modren, Jakarta :Kencana

Kalo,Syafruddin.2004.Antara cambuk dan Tembakau:Eksploitasi Agraria di Sumatra Timur Jaman Kolonial,(online),(http://www.usu.ac.id).Diakses tanggal 7 Januari 2014.

Kalo,Syafruddin.2004.Perbedaan persepsi mengenai penguasaan tanah dan akibatnyaterdapat masyarakat petani disumatra timur:pada masa colonial yang

berkelanjutan pada masa kemerdekaan,orde baru dan

reformasi,(online),(http://www.usu.ac.id) diakses tanggal 7 Januari 2014.

Lawang, R. M. Z.2004.Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi suatu pengantar.Depok.UI Press

Lubis,Zulkifli.2002.Resistensi,persistensi,dan Modal Transmisi Modal Sosial dalam pengelolaan Sumber Daya Alam Milik Bersama:Kajian Antropologis Termasuk Pengelolaan Lubuk Larangan di Sumatra Utara.

Multatuli.2008.Max Havelaar.jakarta:Narasi

Rudito,Famiola.2008.Metode Pemetaan Sosial.Rekayasa Sains : Bandung Soekanto,Soerjono.1990.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta :Rajawali Press.


(6)

Sembiring,Sri Alem,dkk,2004.Modal Sosial Dalam Komunitas Desa Etnis Jawa dan Relevansinya dengan Otonomi Daerah,http://www.digilib.usu.ac.id[7 Januari 2014]

Subejo,2004.peranan Sosial Capital Dalam pembangunan Ekonomi:suatu pengantar untuk studi Sosial Capital dipedesaan.Agro Ekonomi 11(1):77-86.http://www.ugm.ac.id[7 Januari 2014]