Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara
SKRIPSI
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN JUMLAH PENDUDUK
TERHADAP BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA
OLEH
REGINA PURI GINTING 110503290
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
ABSTRAK
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pendapatan asli daerah,dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan jumlah penduduk terhadap belanja daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dari tahun 2010-2013. Populasi dari penelitian ini adalah 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, dan dari populasi ini diambil 24 Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria sebagai sampel sehingga diperoleh 96 pengamatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder .
Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat (causal research). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi data panel dengan model efek random yang menggunakan alat bantu pengolahan data dengan program aplikasi Eviews 7.0. Variabel dari penelitian ini adalah pendapatan asli daerah,dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan jumlah penduduk sebagai variabel independen dan variabel belanja daerah adalah variabel dependen.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum ,Dana Alokasi Khusus Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 97,3% yang berarti bahwa 97,3% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya sebesar 2,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap anggaran Belanja Daerah. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.
Kata kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokais Khusus, Jumlah Penduduk dan Belanja Daerah
(3)
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF LOCAL OWN REVENUE, GENERAL ALLOCATION FUND , SPECIAL ALLOCATION FUND AND POPULATION ON THE REGIONAL EXPENDITURE OF REGENCIES AND CITIES IN NORTH
SUMATERA PROVINCE.
The objective of the research was to know the influence of Local Own Revenue, General Alocation Fund ,Special Alocation Fund and Population influence the Regional Expenditure of Regencies/Cities in North Sumatera Province. from 2010 to 2013. The population was 33 districts/towns in North Sumatera, and 24 of them were used as the samples which met the criteria so that 96 observations were obtained. The data were secondary data .
The type of the research was a causal research. The hypothesis was tested by using panel data regression analysis with random effect model, using auxiliary apparatus of data processing with application Eviews 7.0 program. The variables in the research were the Local Own Revenue, General Alocation Fund ,Special Alocation Fund and Population as independent variables, while regional exoenditure as dependent variable.
The result proof that Local Own Revenue, General Alocation Fund , Special Alocation Fundand Population influence significanly and simultaneously the Regional Expenditure of Regencies and Cities in North Sumatera Province with Adjusted R2 expressed that 97,3% influence given by independent variable. The rest 2,7% influence given by other variables is not mentioned in this research model. Partially Local Own Revenue, General Alocation Fund ,Special Alocation Fund adn Population influence the Regional Expenditure. Consequently, this research will be useful for Local Government to arrange their effective and efficient strategy and policy especially for implementation of local development planning activities.
Key Words : Local Own Revenue, General Alocation Fund, Special Alocation Fund, Population and Regional Expenditure
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyusun Skripsi yang berjudul “ PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA ”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihakyang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-IAkuntansi dan Dra. Mutia Ismail, MM selaku sekretaris Program Studi S-IAkuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, 4. Bapak Rasdianto, S.E., Ak., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Penulis, yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam menghadapi masadepan yang kami hadapi nantinya,
5. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini,
6. Bapak Iskandar Muda S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini,
7. Teristimewa untuk kedua Orang Tua tercinta Ayahanda Ir. Reken Ginting dan Ibunda Arisma Purba S.pd yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga skripsi ini terselesaikan. Dan kepada semua pihak yang telahmembantu penulis dalam
(5)
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan hal – hal yang kurang berkenan di hati pembaca. Kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengharapkan agar laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya.
Medan, 2015
Penulis,
Regina Puri Ginting NIM : 110503290
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ...ii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTRA LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Originalitas ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10
2.1.1 Belanja Daerah ... 12
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah ... 15
2.1.3 Dana Alokasi Umum ... 16
2.1.4 Dana Alokasi Khusus ... 17
2.1.5 Kependudukan ... 18
2.2 Review Penelitian Terdahulu ... 20
2.3 Kerangka Konseptual ... 25
2.4 Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
3.3 Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 28
3.3.1 Variabel Dependen ... 28
3.3.2 Variabel Independen ... 28
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
3.5 Jenis Data ... 32
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 33
3.7 Metode Analisis Data ... 33
3.7.1 Metode Analisis Data Panel ... 33
3.7.1.1 Metode kuadrat terkecil ...35
3.7.1.2 Metode efek tetap...36
3.7.1.3 Metode efek acak ...37
3.7.2 Pengujian Model Data Panel... 38
3.7.2.1 Uji Chow ... 38
3.7.2.2 Uji Hausman ... 39
(7)
3.7.4 Kriteria Pengujian ... 40
3.7.4.1 Uji Signifikasi Simultan (Uji f) ... 41
3.7.4.2 Uji Signifikan Parsial (Uji t) ... 41
3.7.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian ...43
4.2 Analisis Data ... ...44
4.2.1 Uji Chow ...44
4.2.2 Uji Hausman ...46
4.3 Hasil Analisis ... ...48
4.3.1 Pengujian Signifikasi Simultan (Uji F) ...86
4.3.2 Pengujian signifikasi Parsial (Uji t) ...87
4.3.3 Koefisien Determinasi (R2) ...89
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ...89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 93
5.3 Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 97
(8)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Daftar Belanja Daerah Kabupaten/Kota... 4
1.2 Daftar Surplus/Defisit APBD Kabupaten/Kota... 5
2.1 Penelitian Terdahulu... 22
3.1 Defenisi Operasional Variabel ... 30
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 31
4.1 Statistik Deskripsi ... 43
4.2 Uji Chow... 45
4.3 Uji Hausman... 46
(9)
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
1 Anggaran Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2013...
100 2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Utara Tahun
2009-2012...
101
3 Realisasi Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012...
102 4 Realisasi Dana Alokasi Khusus Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2012...
103 5 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera
Utara 2009-2011...
104
6 Hasil Uji Chow... 105
7 Hasil Uji Hausman... 106
8 Hasil Estimasi Model Pooled Least Square... 108
9 Hasil Estimasi Model Fixed Effect... 109
(11)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Kebijakan pemerintah Daerah di Indonesia memasuki era baru seiring diberlakukannya otonomi daerah. Kebijakan ini berlaku di Indonesia berdasarkan UU 22/1999 ( direvisi menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintahan Daerah memisahkan dengan tegas fungsi Pemerintahan Daerah (Eksekutif) dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif). Dalam UU No.32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut.
Pelaksanaan otonomi daerah dimaksud agar daerah yang bersangkutan dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri yang tidak bergantung kepada pemerintah pusat. Oleh karena itu, daerah otonom harus mempunyai kemampuan sendiri untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri melalui sumber pendapatan yang dimiliki. Hal ini meliputi semua kekayaan yang dikuasai oleh daerah dengan batas-batas kewenangan yang ada dan selanjutnya digunakan untuk membiayai semua kebutuhan dalam rangka penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun
(12)
anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja.
Pemerintah daerah lebih bertanggung jawab (akuntabel) dan transparan dalam setiap kebijakan, tindakan, dan kinerja yang dihasilkan. Dalam proses pengelolaan keuangan pemerintah, tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Dalam rangka pertanggungjawaban publik, pemerintah daerah harus melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif (Value for Money) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa manajemen keuangan daerah masih memprihatinkan. Anggaran daerah, khususnya belanja daerah belum mampu berperan sebagai insentif dalam mendorong laju pembangunan di daerah. Di sisi lain banyak ditemukan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas dan kurang mencerminkan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas, karena kualitas perencanaan anggaran daerah relatif lemah.
(13)
Penentuan besarnya alokasi dana untuk suatu kegiatan terutama yang dilaksanakan oleh unit-unit kerja daerah ditentukan dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar dalam menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan dengan jumlah atau persentase tertentu tanpa dilakukan kajian yang mendalam. Suatu unit kerja dalam mengajukan usulan program / proyek kurang memperhatikan kenyataan yang sesungguhnya, yaitu kenyataan yang dapat memprediksi kebutuhan-kebutuhan yang seharusnya diperlukan. Unit-unit kerja malah berlomba-lomba mengajukan usulan program / proyek sebanyak-banyaknya dan menganggarkannya melebihi kebutuhan riil. Pengalokasian dana yang hanya berdasarkan data tahun sebelumnya dengan pengajuan program/proyek yang melebihi kebutuhan riil mengakibatkan kenaikan jumlah belanja daerah di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1
Besarnya alokasi anggaran belanja daerah tersebut ternyata tidak didukung dengan alokasi pendapatan daerah sebagai sumber pendanaan bagi belanja daerah, sehingga alokasi anggaran belanja lebih besar dibanding dengan alokasi pendapatan daerah yang mengakibatkan terjadinya defisit anggaran bagi pemerintah daerah itu sendiri. Fenomena terjadi pada hampir di seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami defisit anggaran (belanja daerah lebih besar dari pada pendapatan daerah). Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.2.
(14)
Tabel 1.1
Daftar Balanja Daerah Kabupaten/Kota
Pemerintah Daerah 2010 2011 2012
Kab.N i a s 350.670.000.000 390.040.000.000 431.735.328.000
Kab.Mandailing
Natal 538.000.000.000 625.700.000.000 672.801.441.000
Kab.Tapanuli
Selatan 544.210.000.000 576.550.000.000 714.785.849.000
Kab.Tapanuli
Tengah 460.480.000.000 561.590.000.000 630.111.237.000
Kab.Tapanuli Utara 510.040.000.000 651.380.000.000 703.079.868.000
Kab.Toba Samosir 466.970.000.000 435.300.000.000 576.914.906.000
Kab.Labuhan Batu 566.430.000.000 636.270.000.000 710.270.438.000
Kab.A s a h a n 669.520.000.000 803.230.000.000 837.685.919.000
Kab.Simalungun 937.540.000.000 1.051.210.000.000 1.398.050.339.000
Kab.D a i r i 445.650.000.000 491.600.000.000 600.876.700.000
Kab. K a r o 553.490.000.000 722.340.000.000 824.499.679.000
Kab.Deli Serdang 1.320.130.000.000 1.666.730.000.000 2.036.653.757.000
Kab.L a n g k a t 1.049.750.000.000 1.151.920.000.000 1.382.150.711.000
Kab.Nias Selatan 523.470.000.000 572.410.000.000 612.507.839.000
Kab.Humbang
Hasundutan 381.880.000.000 453.360.000.000 529.132.384.000
Kab.Pakpak Bharat 249.120.000.000 290.030.000.000 328.122.916.000
Kab.Samosir 368.500.000.000 421.590.000.000 440.324.297.000
Kab.Serdang
Bedagai 656.240.000.000 714.090.000.000 838.182.541.000
Kab.Batu Bara 443.290.000.000 559.660.000.000 649.716.711.000
Kab.Padang Lawas
Utara 344.610.000.000 408.560.000.000 586.866.668.000
Kab.Padang Lawas 390.820.000.000 460.620.000.000 532.450.500.000
Kab.Labuhan Batu
Selatan 374.320.000.000 477.340.000.000 489.219.297.000
Kab. Labuhan Batu
Utara 414.110.000.000 494.820.000.000 537.064.196.000
Kab.Nias Utara - 356.220.000.000 327.058.812.000
(15)
Kota S i b o l g a 313.880.000.000 405.900.000.000 398.940.083.000
Kota Tanjung balai 363.250.000.000 385.970.000.000 484.903.380.000
Kota Pematangsiantar 484.340.000.000 606.540.000.000 657.341.315.000
Kota Tebingtinggi 325.640.000.000 414.560.000.000 347.610.903.000
Kota M e d a n 2.365.130.000.000 2.931.390.000.000 3.825.133.827.000
Kota B i n j a i 433.170.000.000 494.810.000.000 652.252.027.000
Kota
Padangsidimpuan 355.010.000.000 425.810.000.000 493.746.640.000
Kota Gunung Sitoli 162.680.000.000 343.330.000.000 418.377.507.000 Total 17.362.320.000.000 21.293.310.000.000 25.011.683.051.000
Tabel 1.2.
Daftar Surplus/Defisit APBD Kabupaten/Kota
DAERAH
Surplus/Defisit APBD
2010 2011 2012 2013
Kab. Asahan (27.153) (13.085) (20.000) 19.500
Kab. Dairi (29.941) (22.778) (24.407) (31.700)
Kab. Deli Serdang (30.105) (8.866) 2.787 7.287
Kab. Tanah Karo (18.338) (85.816) (59.911) -
Kab. Labuhan Batu (62.174) (9.098) (34.775) (38.328) Kab. Langkat (54.327) (70.482) (70.714) (94.625)
Kab. Mandailing Natal (782) - 7.501 (2.200)
Kab. Nias (107.159) (58.553) (56.354) (78.479)
Kab. Simalungun (12.352) (44.699) (8.986) 37.287 Kab. Tapanuli Selatan (7.210) 22.839 (2.578) (81.451) Kab. Tapanuli Tengah (20.148) (17.369) 3.972 2.900 Kab. Tapanuli Utara (8.963) (27.780) (29.023) (17.393)
(16)
Kab. Toba Samosir (27.420) 10.310 (873) (15.465)
Kota Binjai (5.097) (9.765) (26.478) (63.266)
Kota Medan (355.970) (303.291) (168.599) (194.506) Kota Pematang Siantar (26.400) (25.496) (7.787) (12.110)
Kota Sibolga (25.367) (17.764) (21.287) 2.229
Kota Tanjung Balai (32.250) (11.214) (22.961) (24.040) Kota Tebing Tinggi (25.340) (58.738) (29.396) (28.858)
Kota Padang Sidempuan - (8.296) 2.368 (17.376)
Kab. Pakpak Barat (22.181) (21.143) (25.448) (19.646) Kab. Nias Selatan (136.857) (66.807) (100.636) (36.125) Kab.Humbang
Hasundutan
(2.122) (3.945) (22.797) (12.804) Kab. Serdang Bedagai (28.000) 38.406 17.857 2.000
Kab. Samosir (33.613) (27.358) (9.943) (56.274)
Kab. Batu Bara (10.000) (19.000) (14.000) (4.500) Kab. Padang Lawas (28.130) (66.125) (8.325) (29.101) Kab. Padang Lawas Utara (5.692) (11.029) (22.548) (27.512) Kab. Labuhanbatu Selatan (34.282) (64.297) (20.384) (27.654) Kab. Labuhanbatu Utara (30.538) (13.991) (14.527) - Kab. Nias Utara (3.102) (30.001) (6.370) (55.869)
Kab. Nias Barat - (14.835) (23.642) (24.856)
Kota Gunung Sitoli (2.948) (20.294) (21.110) (18.725)
*dalam jutaan rupiah
(17)
Dari tabel 1.2. diketahui hampir seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara mengalami defisit anggaran yang besarnya bervariasi antara Rp. 782.000.000,00 sampai dengan Rp. 355.970.000.000,00. Defisit anggaran yang dialami Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yaitu tahun 2010 sekitar Rp. 1.213.961.000.000,00 , tahun 2011 sekitar Rp. 1.080.360.000.000,00 , tahun 2012 sekitar Rp. 839.374.000.000,00 dan tahun 2013 sekitar Rp 941.600.000.000,00 .
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Daerah. Sehingga diketahui seberapa besar kontribusi PAD, DAU, DAK , dan Jumlah Penduduk dalam Belanja Daerah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang, maka masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) , dan Jumlah Penduduk (JP) berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Belanja Daerah (BD) pada Pemda di Provinsi Sumatera Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui adanya pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Jumlah Penduduk (JP)
(18)
baik secara parsial, maupun secara simultan terhadap Belanja Daerah (BD) pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pelatihan intelektual, mengembangkan wawasan berfikir yang dilandasi konsep ilmiah khususnya ilmu akuntansi sektor publik.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan dapat digunakan sebagai masukan untuk mendukung pembuatan keputusan atau kebijakan mengenai penganggaran.
3. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan terhadap ilmu pengetahuan untuk dijadikan bahan pembelajaran. Serta bermanfaat untuk menambah wacana dalam perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.
(19)
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dan konstruksi pemikiran yang terdapat pada penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Simanjuntak (2011) yang meneliti tentang “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pemda di Sumatera Utara.” Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada:
1. Variabel penelitian, seperti penambahan pada variabel jumlah penduduk
2. Waktu penelitian yang dilakukan adalah untuk periode 2009 - 2012 dan dengan lag 1 tahun.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan bidang keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi otonomi daerah. Kedudukan faktor keuangan dalam penyelenggaraan suatu pemerintah sangat penting, karena pemerintahan daerah tidak akan dapat melaksankan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan dan keuangan inilah yang mrupakan salah satu dasar kriteria untukmengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Suatu daerah otonom diharapkan mampu atau mandiri di dalam membiayai kegiatan pemerintah daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai proposal yang lebih kecil dan Pendapatan Asli Daerah harus menjadi bagian yang terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan pemerintah daerah.
Untuk menjalankan kewenangan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat tersebut, daerah memerlukan suatu instrumen kebijakan. Instrumen kebijakan yang paling utama bagi daerah adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD mempunyai peranan penting dalam perencanaan, implementasi, dan pengendalian kinerja pemerintah daerah dalam satu periode. APBD memuat segala bentuk penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan daerah dalam bentuk moneter atau rupiah. APBD seharusnya dapat mengakomodir seluruh kebutuhan suatu daerah namun di sisi lain juga tidak membebani secara
(21)
berlebihan daerah yang bersangkutan. Untuk itu APBD harus disusun dengan memperhatikan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis
(22)
belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.
2.1.1. Belanja Daerah
Sesuai dengan Undang-Undang No.33 tahun 2004 disebutkan bahwa Belanja daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten / kota yang terdiri atas urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang – undangan. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), oganisasi dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktifitas. Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintah untuk tujuan pelaporan keuangan menjadi:
1. Belanja Operasi. Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat / daerah yang member manfaat jangka pendek. Belanja Operasi meliputi:
(23)
a. Belanja pegawai, b. Belanja barang, c. Bunga,
d. Subsidi e. Hibah,
f. Bantuan sosial.
2. Belanja Modal. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli/bangunan aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan. Belanja Modal meliputi:
a. Belanja modal tanah,
b. Belanja modal peralatan dan mesin, c. Belanja modal gedung dan bangunan, d. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, e. Belanja modal aset tetap lainnya,
f. Belanja aset lainnya (aset tak berwujud)
3. Belanja Lain-lain/belanja Tak Terduga. Belanja lain-lain atau belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tida biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat
(24)
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
4. Belanja Transfer. Belanja Transfer adalah pengeluaran anggaran dari entitas pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah provinsi ke kabupaten /kota serta dana bagi hasil dari kabupaten/kota ke desa.
Belanja Daerah, meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua, belanja dikelompokkan menjadi:
1. Belanja Langsung. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri dari belanja:
a. Belanja pegawai,
b. Belanja barang dan jasa, c. Belanja modal.
2. Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
(25)
a. Belanja pegawai, b. Belanja bunga, c. Belanja subsidi, d. Belanja hibah,
e. Belanja bantuan sosial,
f. Belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa.
Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
2.1.2 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri.
Menurut Halim (2004:67), “Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber asli daerah. “ Menurut Kadjatmiko (2002:77), “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
(26)
Menurut Halim dan Nasir (2006:44), “Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai peraturan perundang-undangan.”
Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah yang terbaru berdasarkan Permendagri13/2006 adalah sebagai berikut:
i. Pajak Daerah ii. Retribusi Daerah
iii. Hasil Pengolahan Daerah yang Dipisahkan iv. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2.1.3 Dana Alokasi Umum
Menurut Halim (2004 : 141), Dana Alokasi Umum adalah “dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.”
Menurut Astuti dan Haryanto (2005 : 41), Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan :
salah satu komponen di dalam dana perimbangan di APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas formula dengan konsep kesenjangan fiskal (fiscal gap) yang merupakan selisih antara kebutuhan fiskal (fiscal need) dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity). Selain dihitung berdasarkan formula dengan menggunakan fiscal gap, DAU juga dihitung dengan mempertimbangkan adanya faktor penyeimbang untuk menghindari kemungkinan penurunan kemampuan daerah di dalam pembiayaan daerah dari hasil perhitungan formula fiscal gap.
Menurut Saragih (2003 : 97), “Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan komponen terbesar dari dana perimbangan dalam APBN.”
(27)
Kebijakan DAU merupakan instrumen penyeimbang fiskal antar daerah. Sebab tidak semua daerah mempunyai struktur dan kemampuan fiskal yang sama (horizontal fiscal imbalance). DAU sebagai bagian dari kebijakan transfer fiskal dari pusat ke daerah (intergovermental transfer) – berfungsi sebagai faktor pemerataan fiskal antara daerah-daerah serta memperkecil kesenjangan kemampuan fiskal atau keuangan antar daerah. (Saragih, 2003 : 98).
Menurut Mulia (2005 : 13), tujuan umum dari Dana Alokasi Umum adalah untuk :
1. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal vertikal 2. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal. 3. Menginternalisasikan/ memperhitungkan sebahagian atau seluruh
limpahan manfaat/ biaya kepada daerah yang menerima limpahan manfaat tersebut.
4. Sebagai bahan edukasi bagi pemerintah daerah agar secara intensif menggali sumber-sumber penerimaannya, sehingga hasil yang diperoleh menyamai bahkan melebihi kapasitasnya.
Menurut Astuti dan Haryanto (2006 :41), “DAU bertujuan sebagai instrumen untuk mengatasi masalah horizontal imbalances yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dimana penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah (block grants).”
Menurut Saragih (2003 : 132), “tujuan DAU di samping untuk mendukung sumber penerimaan daerah juga sebagai pemerataan (equalization) kemampuan keuangan pemerintah daerah.”
2.1.4 Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus merupakan bagian dari dana perimbangan sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dana Alokasi Khusus dapat dialokasikan dari APBN kepada
(28)
daerah tertentu untuk membantu membiayai kebutuhan khusus, dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. Yang dimaksudkan sebagai daerah tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan yang bersifat khusus. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus memperhatikan ketersediaan dana dalam APBN berarti bahwa besaran Dana Alokasi Khusus tidak dapat dipastikan setiap tahun.
Dana Alokasi Khusus digunakan khusus untuk membiayai investasi pengadaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang. Dalam keadaan tertentu Dana Alokasi Khusus dapat membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 (tiga) tahun.
2.1.5 Kependudukan
Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan dampak adanya batas, bukan batas absolut akan tetapi batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan organisasi sosial, mengenai sumber daya alam serta kemampuan biosfer menyerap pelbagai pengaruh dari kreativitas manusia. Teknologi dan organisasi dapat dikelola dan ditingkatkan guna memberi jalan bagi era baru pembangunan ekonomi.
Dengan demikian strategi pembangunan berkelanjutan bermaksud mengembangkan keselarasan baik antara umat manusia dengan alam. Keselarasan tersebut tentunya tidak bersifat tetap, melainkan merupakan suatu proses yang dinamis. Proses pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, serta perubahan kelembagaan diselenggarakan secara
(29)
konsisten dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Oleh karena itulah dalam pembangunan berkelanjutan, proses pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi penduduk serta sumber daya alam dan lingkungan yang ada di suatu wilayah tertentu.
Sebagai contoh, beberapa ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan seseorang selama 25 tahun ke depan atau satu generasi. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia pada generasi mendatang, 25 tahun setelah tahun 1997. Demikian pula, hasil program keluarga berencana yang dikembangkan 30 tahun yang lalu (1968), baru dapat dinikmati dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan demikian, tidak diindahkannya dimensi kependudukan dalam rangka pembangunan nasional sama artinya dengan .menyengsarakan. generasi berikutnya.
Perhatian pemerintah terhadap kependudukan dimulai sejak pemerintah Orde Baru memegang kendali. Konsep .pembangunan manusia seutuhnya. yang tidak lain adalah konsep .pembangunan kependudukan. mulai diterapkan dalam perencanaan pembangunan Indonesia yang sistematis dan terarah sejak Repelita 1 pada tahun 1986. Namun sedemikian jauh, walaupun dalam tatanan kebijaksanaan telah secara sungguh-sungguh mengembangkan konsep pembangunan yang berwawasan kependudukan, pemerintah nampaknya belum dapat secara optimal mengimplementasikan dan mengintegrasikan kebijaksanaan tersebut. Jargon pembangunan berwawasan kependudukan sudah lama didengar dalam bentuk dan format lain, namun masih mengalami banyak hambatan dalam pelaksanaannya.
(30)
Sudah lama didengung-dengungkan mengenai penduduk sebagai subyek dan obyek pembangunan. Atau jargon mengenai pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Atau pembangunan bagi segenap rakyat. Sudah saatnya jargon tersebut diimplementasikan dengan sungguh-sungguh jika tidak ingin mengalami krisis ekonomi yang lebih hebat lagi di masa mendatang.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Ardhani (2011) meneliti Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada kabupaten / kota di Jawa Tengah. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Sedangkan, Pertumbuhan Ekonomi dan Dana Alokasi khusus (DAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi khusus (DAK) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.
Simanjuntak (2011) meneliti PengaruhPendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 70,4% yang berarti bahwa 70,4% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya sebesar 29,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model
(31)
penelitian ini. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap anggaran Belanja Daerah. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.
Tambunan (2010) meneliti Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah terhadap belanja pemerintahan daerah kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara parsial ataupun secara bersama-sama, Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. Hasil penelitian ini tetap memerlukan konfirmasi lebih lanjut melalui penelitian selanjutnya. Hal ini diperlukan karena keterbatasan yang ada pada penelitian ini
Aramana(2011) meneliti Pengaruh Pendapadatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah sebagai variabel moderating pada Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menunjukkan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Dan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah bukan merupakan variabel moderating.
(32)
Sitorus (2014) meneliti Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kota di Provinsi Lampung. Penelitian ini menunjukkan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah selama periode 2001-2012. Pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah di pemerintah Provinsi Lampung. Dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah, walaupun masih kecilnya dana yang didapatkan dari DAU sehingga belum memberikan kontribusi yang besar terhadap belanja daerah. Dan DAK memiliki kontribusi yang besar terhadap belanja daerah di Pemerintah Provinsi Lampung.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel yang Digunakan
Hasil Penelitian
1. Ardhani (2011)
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada kabupaten / kota di Jawa Tengah
Independent:
• Pertumbuhan Ekonomi,
• Pendapatan Asli Daerah (PAD),
• Dana Alokasi Umum (DAU),
• Dana Alokasi Khusus(DAK) Dependent :
• Belanja Modal.
Penelitian ini
menunjukkan bahwa secara parsial
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Sedangkan, Pertumbuhan Ekonomi dan Dana Alokasi khusus (DAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Secara simultan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi khusus (DAK) berpengaruh
(33)
signifikan terhadap Belanja Modal. 2. Simanjuntak (2011) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara Independent:
• Pendapatan Asli Daerah (PAD),
• Dana Alokasi Umum (DAU),
• Dana Alokasi Khusus(DAK) Dependent :
• Belanja Daerah .
Penelitian ini
membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
berpengaruh signifikan terhadap Belanja
Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 70,4% yang berarti bahwa 70,4% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen, sisanya sebesar 29,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
3. Tambunan (2011)
Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah terhadap belanja pemerintahan daerah kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara
Independent:
• Pendapatan Asli Daerah (PAD),
• Dana Alokasi Umum (DAU),
• Dana Alokasi Khusus(DAK) • Pendapatan lain-lain yang sah Dependent : • Belanja Pemerintahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara parsial ataupun secara bersama-sama, Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain yang dianggap sah berpengaruh
signifikan positif terhadap belanja
daerah. Hasil penelitian ini tetap memerlukan konfirmasi lebih lanjut melalui penelitian selanjutnya. 4. Aramana (2011) Pengaruh Pendapadatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Independent:
• Pendapatan Asli Daerah (PAD),
• Dana
Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah
(34)
dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah sebagai variabel moderating pada Provinsi Sumatera Utara. Perimbangan, • Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah • Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Dependent :
• Belanja Daerah.
yang Sah berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Dan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah bukan merupakan variabel moderating.
5. Sitorus (2014) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah di Pemerintahan Kota Provinsi Lampung Independent:
• Pendapatan Asli Daerah (PAD),
• Dana Alokasi Umum (DAU),
• Dana Alokasi Khusus(DAK) Dependent :
Belanja Daerah
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Daerah selama periode 2001-2012. Pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah di pemerintah Provinsi Lampung. Dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah, walaupun masih kecilnya dana yang didapatkan dari DAU sehingga belum
memberikan kontribusi yang besar terhadap belanja daerah. Dan DAK memiliki kontribusi yang besar terhadap belanja daerah di Pemerintah Provinsi Lampung.
(35)
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan landasarn teori dapat dibuat kerangka konseptual yang akan diteliti seperti yang terlihat dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dari gambar tersebut dapat dilihat pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus, dan Jumlah Penduduk secara parsial terhadap Belanja Daerah. Dan pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus , dan Jumlah Penduduk secara simultan terhadap Belanja Daerah.
Seperti diketahui bahwa untuk suksesnya suatu daerah dalam menjalankan dan membiayai roda pemerintahan maupun pembangunan di daerah menuju suatu kemandirian dapat di lihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) per tahun. Semakin tinggi tingkat PAD per tahun menunjukkan bahwa suatu daerah
Pendapatan Asli Daerah (X1)
Dana Alokasi Umum (X2)
Dana Alokasi Khusus (X3)
Jumlah Penduduk (X4)
Belanja Daerah (Y)
(36)
mampu menggali, mengelola dan memanfaatkan sumber-sumber pendapatan daerah tersebut secara baik guna percepatan pembangunan di daerah.
Kondisi nyata menunjukkan bahwa banyak daerah saat ini yang kurang mampu membiayai roda pemerintahan maupun pembangunan di daerah disebabkan karena kecilnya PAD dari daerah tersebut. Hasil akhirnya pemerintah daerah dalam menjalankan roda pemerintahan maupun pembangunan di daerah lebih benyak menunggu adanya bantuan dari pemerintah pusat. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa daerah-daerah yang minim atau kecil pendapatan asli daerahnya sering menjadi daerah-daerah yang terbelakang dan kurang disentuh oleh suatu kemajuan.
Untuk memahami akan hal ini, sudah sepantasnya pemerintah daerah melakukan kajian-kajian yang lebih mendalam menyangkut sumber-sumber penerimaan daerah yang dianggap potensial untuk membiayai roda pemerintahan maupun pembangunan di daerahnya. Sumber-sumber penerimaan tersebut dapat berasal dari Pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD/pengelolaan kekayaan daerah, maupun pendapatan lain-lain yang dianggap sah menurut hukum dan undang-undang yang berlaku. Semakin baik dan efisien pengelolaan sumber-sumber PAD tersebut, maka akan semakin meningkat juga PAD yang akan diterima. Dengan semakin meningkatnya PAD tersebut, diharapkan bahwa Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan roda pemerintahan dan pembangunan di daerah secara mandiri tanpa harus bergantung pada bantuan Pemerintah Pusat.
(37)
Bahwa sumber-sumber penerimaan daerah yang dianggap sangat potensial untuk digali, dikembangkan dan dimanfaatkan secara baik bagi kemajuan daerah berdasarkan prinsip-prinsip ekonomis dan efisiensi dalam pengelolaannya. Berdasarkan prinsip pengelolaan seperti inilah diharapkan bahwa sumber-sumber penerimaan daerah tersebut dapat ditingkatkan dan dimanfaatkan secara baik guna menopang roda pemerintahan dan pembangunan di daerah. Pada prinsipnya semakin besar sumbangan dari sumber-sumber penerimaan PAD terhadap PAD maka akan semakin besar juga kontribusinya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk Belanja Daerah.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap Belanja Daerah pada Pemerintahan Daerah di Sumatera Utara.
(38)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain asosiatif kausal. Peneliti menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum , Dana Alokasi Khusus dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Daerah, dimana Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Jumlah Penduduk merupakan variabel yang mempengaruhi, sedangkan Belanja Daerah merupakan variabel yang dipengaruhi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Provinsi Sumatera Utara dan waktu penelitian dilakukan secara bertahap yang dimulai pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Februari 2015.
3.3 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel 3.3.1 Variabel Dependent
Belanja daerah merupakan jumlah seluruh anggaran belanja daerah baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung tahun 2010-2013. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
3.3.2 Variabel Independent Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah jumlah realisasi penerimaan yang diperoleh daerah yang bersumber dari sektor pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah, pendapatan hasil
(39)
pendapatan asli daerah yang sah tahun 2009-2012. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum adalah jumlah realisasi penerimaan yang diperoleh daerah sebagai salah satu bentuk pendapatan dari Dana Perimbangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat selain dari Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak dan Dana Alokasi Khusus tahun 2009-2012. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
Dana Alokasi Khusus
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, Dana Alokasi Khusus, DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional tahun 2009-2012. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk adalah jumlah penduduk yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 - 2012. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
(40)
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel
Variabel Defenisi SkalaUkur
Belanja Daerah (Y) Jumlah seluruh anggaran belanja daerah baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung
Rasio Pendapatan Asli
Daerah (X1)
Penerimaan pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Rasio
Dana Alokasi Khusus (X2)
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Rasio
Dana Alokasi Umum (X3)
Dana transfer yang diperoleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Rasio
Jumlah penduduk (X4)
Jumlah penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
Rasio
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara berjumlah 33 Kabupaten/Kota. Data sampel yang diambil menggunakan purposisve sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1 . Kabupaten/Kota yang mempublikasikan Anggaran dan Realisasi APBD nya secara konsisten dari tahun 2010-2013.
2. Data jumlah penduduk Kabupaten/Kota yang dipublikasikan secara konsisten dari tahun 2009-2012.
(41)
Dari 33 Pemerintah Daerah yang dijadikan populasi, pemerintah daerah yang memenuhi kriteria sampel penelitian sebanyak 24 kabupaten/kota, yang terdiri dari 18 kabupaten dan 6 kota seperti yang terlihat dalam Tabel 3.1.
Penelitian ini menggunakan pooling data yaitu data runtun waktu (time series) selama 3 tahun yaitu 2009-2011 dan crossection untuk 20 kabupaten/kota. Objek yang diteliti adalah Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan jumlah penduduk kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
Daerah kriteria Sampel
Terpilih
1 2
1. N i a s √ √ Sampel 1
2. Mandailing Natal √ √ Sampel 2
3. Tapanuli Selatan √ √ Sampel 3
4. Tapanuli Tengah √ √ Sampel 4
5. Tapanuli Utara √ √ Sampel 5
6. Toba Samosir x √ -
7. Labuhanbatu √ √ Sampel 6
8. Asahan √ √ Sampel 7
9. Simalungun √ √ Sampel 8
10. D a i r i √ √ Sampel 9
11. K a r o √ √ Sampel 10
12. Deli Serdang x √ -
13. Langkat √ √ Sampel 11
14. Nias Selatan x √ -
15. Humbang Hasundutan √ √ Sampel 12
16. Pakpak Bharat √ √ Sampel 13
(42)
18. Serdang Bedagai √ √ Sampel 14
19. Batu Bara x √ -
20. Padang Lawas Utara √ √ Sampel 15
21. Padang Lawas √ √ Sampel 16
22. Labuhanbatu Selatan √ √ Sampel 17
23. Labuhanbatu Utara √ √ Sampel 18
24. Nias Utara x √ -
25. Nias Barat x √ -
Kota/City
26. Sibolga √ √ Sampel 19
27. Tanjungbalai x √ -
28. Pematangsiantar √ √ Sampel 20
29. Tebing Tinggi √ √ Sampel 21
30. M e d a n √ √ Sampel 22
31. B i n j a i √ √ Sampel 23
32. Padangsidimpuan √ √ Sampel 24
33. Gunungsitoli x √ -
3.5 Jenis Data
Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. ”Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan sebelumnya” (Anandya dan Suprihhadi, 2005 : 64). Data diperoleh dari laporan APBD Pemda kabupaten/ kota yang diperoleh dari situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Data yang dibutuhkan adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu Belanja Daerah, total Pendapatan Asli Daerah (PAD), data Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus dan Jumlah Penduduk.
(43)
3.6. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian adalah data sekunder yaitu pooling data berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Jumlah Penduduk ,dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), realisasi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan anggaran Belanja Daerah (BD) dari masing-masing Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara untuk periode tahun 2009-2012 untuk variabel independen dan periode tahun 2010-2013 untuk variabel Dependen, yang diperoleh dari situs Sistem Informasi Keuangan Daerah .Departemen Keuangan Republik Indonesia yaitu www.depkeu.djpk.go.id dan sistus Badan Pusat Statistik yaitu www.bps.go.id/sumut, melalui internet.
3.7. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan menggunakan perangkat lunak program Eviews dan Microsoft Excel 2007 sebagai alat bantu dalam mengolah data. Data dianalisis dengan menggunakan model panel data program Eviews 7.0. Eviews merupakan program yang disajikan untuk analisis statistika dan ekonometrika. Eviews menyajikan perangkat analisis data, regresi dan peramalan.
3.7.1 Metode Analisis Data Panel
Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan jumlah penduduk terhadap anggaran belanja daerah di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara maka digunakan model data panel. Di dalam ekonometrika, data panel adalah hasil
(44)
gabungan dari data deret waktu (time series) dan data silang (cross section), maka modelnya dapat ditulis sebagai berikut:
Yit = α+ β Xit + єit
Dimana:
i = 1, 2, …, N dan t = 1, 2, …, T N = banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
N x T = banyaknya data panel.
Data deret waktu adalah data yang dihimpun dari beberapa periode.
Dalam penelitian ini data yang dihimpun adalah dari tahun 2009 sampai dengan 2012 untunk variabel independent dan 2010-2013 utnuk variabel dependent. Data silang adalah data yang dihimpun dari satu periode atas beberapa objek atau individu yang dalam penelitian ini adalah 24 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Dengan data panel, jumlah observasi sebanyak 96 pengamatan yaitu 4 tahun amatan dikalikan 24 sampel Kabupaten/kota dan jumlah data panel menjadi lebih banyak yaitu 384 data yaitu jumlah observasi 96 dikali 4 variabel independen.
Karena merupakan hasil gabungan dari data deret waktu dan data silang maka panel data ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain Gujarati ( 2003:637) :
1. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section murni atau data time series murni.
(45)
3. Memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan sehingga data menjadi lebih efisien.
4. Data panel lebih baik digunakan untuk studi dynamics of adjusment karena terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang.
5. Mampu menguji dan mengembangkan model perilaku yang lebih kompleks. Estimasi model dengan menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap (fixed effect), dan metode efek random (random effect).
3.7.1.1 Metode kuadrat terkecil (Pooled Least Square)
Metode kuadrat terkecil yaitu mengestimasi data panel dengan Metode ordinary least square (OLS). Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dalam pengolahan data panel yaitu dengan menggabungkan seluruh data time series dan data silang. Dengan N sebagai jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah periode waktunya. Dengan mengansumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section. Bila kita berasumsi bahwa α dan β akan sama (konstan) untuk setiap data time series dan cross section, maka
α dan β dapat diestimasi dengan menggunakan N x T pengamatan maka
bentuk modelnya adalah: Yit = α + β Xit + єit
Dengan asumsi bahwa α dan β konstan akan jauh dari kenyataan sebenarnya.
(46)
3.7.1.2 Metode efek tetap (Fixed Effect)
Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil adalah adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan, baik antar daerah maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan penggunaan data panel. Untuk mengatasi hal ini dapat digunakan pendekatan model efek tetap (fixed effect) yaitu dengan menambahkan model dummy pada data panel. Metode efek tetap memper-hitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah omitted variables, yang mungkin membawa perubahan pada intercept time series atau cross-section .Model efek tetap atau Least Square Dummy Variable atau disebut juga Covarians Model adalah model yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan bahwa perubah-perubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Untuk memungkinkan perubahan perubahanintersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang selanjutnya akan diduga dengan model OLS (Ordinary Least Square).
Pada metode efek tetap estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy (LSDV) dan dengan pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan ini adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section Gujarati (2003:639).
(47)
3.7.1.3 Metode efek acak (Random Effect)
Pendekatan Metode efek acak memperbaiki efisiensi proses least square dengan memperhitungkan error dan cross-section dan time series. Model efek acak adalah variasi dari estimasi generalized least square (GLS). Keputusan untuk memasukkan variabel dummy ke dalam model akan mengakibatkan berkurangnya jumlah derajat kebebasan yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Pendekatan yang digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model efek acak. Model efek acak disebut juga sebagai error component model karena dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error.
Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah error secara individual tidak saling berkorelasi, begitu pula dengan error kombinasinya. Penggunaan model efek acak dapat menghemat derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti pada model fixed effect. Hal ini berimplikasi kepada parameter hasil estimasi akan menjadi efisien. Semakin efisien maka model yang akan didapat semakin baik. Dengan demikian adanya gangguan asumsi klasik dalam model ini telah terdistribusi secara normal sehingga tidak diperlukan lagi treatmen terhadap model bagi pelanggaran asumsi klasik yaitu asumsi adanya autokorelasi, multikoliniearitas dan heterokedastisitas.
(48)
3.7.2 Pengujian Model Data Panel
Model mana yang akan dipilih dari 3 pendekatan model yang ada maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu agar diperoleh pendekatan model yang paling sesuai terhadap hasil penelitian ini. Adapun pengujian statistik yang digunakan dalam data panel yaitu:
3.7.2.1.Uji Chow (Chow test)
Uji Chow atau yang sering juga disebut dengan uji F statistik merupakan pengujian statistik yang digunakan untuk memilih apakah lebih baik menggunakan model Kuadrat Terkecil atau Efek Tetap. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan model Efek Tetap lebih baik dari teknik regresi data panel tanpa variabel dummy dengan melihat residual sum of squares (RSS). Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa berikut :
H0 : Model Kuadrat Terkecil Ha: Model Efek Tetap
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan F statistik atau Uji Chow yang dirumuskan dalam bentuk persamaan berikut ini:
F = (RSS 1−RSS 2)/(�−1)
���2/(��−�−�) Dimana:
RSS1 = residual sum square hasil pendugaan model Efek Tetap RSS2 = residual sum square hasil pendugaan model PLS N = jumlah data cross section
(49)
T = jumlah data time series K = jumlah variabel bebas
Jika nilai chow statistics (F-stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model yang digunakan adalah Model Efek Tetap dan sebaliknya.
3.7.2.2.Uji Hausman
Uji Hausman adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan model Efek Tetap atau menggunakan model Efek Random. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α = 5% maka Ho ditolak dan model yang dipilih adalah Fixed Effect.
Menurut beberapa ahli ekonometri yang telah membuktikan secara matematis dikatakan bahwa untuk memilih apakah model Efek Tetap atau Model Efek Random yang digunakan dapat dilakukan dengan melihat: - Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih besar
dibandingkan dengan jumlah individu (N) maka disarankan menggunakan model efek tetap. T > N maka digunakan model effek tetap.
- Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih kecil dibandingkan dengan jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan model efek random. T < N maka digunakan model efek random Nachrowi (2006:318).
(50)
3.7.3 Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan metode analisis data panel dengan model regresi berganda (multiple regression analysis), karena terdiri dari satu variabel dependen dan empat variabel independen. Model persamaan regresi dirumuskan sebagai berikut:
Y = β0 + βitX1 + βitX2 + βitX3 + βitX4 + єit Dimana :
Y = Anggaran Belanja daerah X1 = Pendapatan Asli Daerah X2 = Dana Alokasi Umum X3 = Dana Alokasi Khusus X4 = Jumlah penduduk
β0 = Konstanta
βit, βit, βit dan βit = Koefisien variabel є = Error Term
i = 1, 2, …, N (banyaknya sampel) dan t = 1, 2, …, T (banyaknya waktu)
3.7.4. Kriteria Pengujian
Setelah mendapatkan paramater estimasi yang dianggap sesuai maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap parameter estimasi tersebut. Pengujian dilakukan untuk menentukan baik tidaknya sebuah model yang telah dipilih.
(51)
3.7.4.1 Uji signifikansi simultan (uji - F)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama secara serentak (simultan) mempengaruhi variabel dependen. Caranya adalah dengan membandingkan F-hitung dan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka dapat dikatakan bahwa PendapatanAsli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan jumlah penduduk secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja daerah.
Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut ini :
H0 : β1 = β2 = ... = βt = 0, artinya pendapatan asli daerah,dana alokasi
umum, dana alokasi khusus, dan jumlah penduduk secara simultan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah.
Ha : βt≠ 0, artinya pendapatan asli daerah,dana alokasi umum, dana
alokasi khusus, dan jumlah penduduk secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah.
Pengujian tersebut juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas (F-Statistics) dengan nilai signifikansi α. Jika nilai probabilitas (FStatistics) lebih kecil dari nilai α yang dipilih maka H0 ditolak atau menerima Ha.
3.7.4.2 Uji signifikansi parsial (uji - t)
Uji t merupakan pengujian yang dilakukan terhadap variabel bebas. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individual mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel
(52)
independen lainnya konstan. Jika t-hitung > t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa artinya pendapatan asli daerah,dana alokasi umu, dana alokasi khusus, dan jumlah penduduk. Secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Cara pengujian lain adalah dengan membandingkan nilai probabilitas p dengan nilai signifikansi α. Jika nilai probabilitas p lebih kecil dari nilai α yang dipilih maka H0 ditolak atau menerima Ha.
Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut ini.
H0 : b = 0 artinya pendapatan asli daerah,dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan jumlah penduduk secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah Kabupaten/kota di Sumatera Utara. Ha : b ≠ 0 artinya artinya pendapatan asli daerah,dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan jumlah penduduk secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah Kabupaten/kota di Sumatera Utara. 3.7.4.3 Koefisien determinasi (R2)
Pengujian Koefisien determinasi (R2) atau adjusted R2 ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1, semakin dekat nilainya ke angka 1 semakin baik hasil penelitian tersebut.
(53)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan dari data penelitian dengan program eviews 7.0 diperoleh hasil statistik deskripsi sebagai berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskripsi
KETERAN GAN
BELANJA_
DAERAH PAD DAU DAK JP
Mean 750293.4 56129.75 394922.0 43768.41 414612.6 Median 593872.0 21175.00 347370.5 44318.50 275762.0 Maximum 4524738. 1147901. 1153789. 90869.00 2122804. Minimum 249122.0 2394.000 143843.0 1107.000 40505.00 Std. Dev. 637592.4 164604.3 191004.7 18245.65 422231.1 Skewness 3.980787 5.472747 1.710056 0.120149 2.825586 Kurtosis 20.82731 33.15784 6.351129 2.741153 11.46208 Jarque-Bera 1524.799 4117.197 91.70893 0.498981 414.1698 Probability 0.000000 0.000000 0.000000 0.779198 0.000000 Sum 72028170 5388456. 37912512 4201767. 39802814 Sum Sq.
Dev. 3.86E+13 2.57E+12 3.47E+12 3.16E+10 1.69E+13 Observation
s 96 96 96 96 96
Sumber : Hasil Pengolahan Data Panel Mengunakan Eviews 7.0
Dari Tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa dari data silang yang menjadi sampel yaitu 24 kabupaten/kota dengan periode amatan 4 tahun diperoleh jumlah pengamatan 96. Rata-rata variabel Y yaitu jumlah Anggaran Belanja Daerah sebesar Rp. 750.293,4 juta, median Rp. 593.872 juta tertinggi Rp. 4.524.738 juta dan terendah Rp. 249.122 juta dengan standard deviasi Rp. 637.592,4 juta dari rata-rata anggaran belanja daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
(54)
Untuk variabel X1 yaitu pendapatan asli daerah dengan rata-rata Rp. 56.129,75 juta, median Rp. 21.175 juta, paling tinggi Rp. 1.147.901 juta dan paling rendah Rp. 2.394 juta dengan standard deviasi Rp. 164.604,3 juta dari rata-rata pendapatan asli daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Untuk variabel X2 yaitu Dana Alokasi Umum dengan rata-rata Rp. 394.922 juta, median Rp. 347.370,5 juta paling tinggi Rp. 1.153.789 juta dan paling rendah Rp. 143.843 juta dengan standard deviasi Rp. 191.004,7 juta dari rata-rata
Dana Alokasi Umum di Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
Untuk variabel X3 yaitu Dana Alokasi Khusus dengan rata-rata Rp. 43.768,41 juta , median Rp. 44.318,50 juta, paling tinggi Rp. 90.869 juta dan paling rendah Rp. 1.107 juta dengan standard deviasi Rp18.245,65 juta dari rata-rata Dana Alokasi Khusus. Untuk variabel X4 yaitu jumlah penduduk dengan rata-rata 414.613 jiwa, median 275.762 jiwa, paling tinggi 2.122.804jiwa dan paling rendah 40.505 jiwa dengan standard deviasi 422.231 jiwa dari rata-rata jumlah penduduk Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
4.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chow dan uji Hausman. Analisis tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
4.2.1 Uji CHOW
Pengujian ini dilakukan untuk memilih apakah lebih baik menggunakan model Pooled Least Square atau Fixed Effect. Dengan Bantuan Eviews versi 7.0 didapatkan hasil uji Chow pada tabel sebagai berikut:
(55)
Tabel 4.2 Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 2.503664 (23,68) 0.0019 Cross-section Chi-square 58.893053 23 0.0001
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: BELANJA_DAERAH? Method: Panel Least Squares
Date: 03/01/15 Time: 21:08 Sample: 2009 2012
Included observations: 4 Cross-sections included: 24
Total pool (balanced) observations: 96
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 93287.85 28614.06 3.260211 0.0016 PAD? 2.126891 0.095354 22.30527 0.0000 DAU? 1.395893 0.110877 12.58961 0.0000 DAK? -2.346221 0.683439 -3.432961 0.0009 JP? 0.214767 0.054677 3.927934 0.0002 R-squared 0.982110 Mean dependent var 750293.4 Adjusted R-squared 0.981324 S.D. dependent var 637592.4 S.E. of regression 87133.78 Akaike info criterion 25.63895 Sum squared resid 6.91E+11 Schwarz criterion 25.77251 Log likelihood -1225.670 Hannan-Quinn criter. 25.69294 F-statistic 1248.927 Durbin-Watson stat 1.347541 Prob(F-statistic) 0.000000
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai F test dan chi square statistik hasil pengujian Chow tersebut signifikan yaitu 2,503664 dan 58,893053 dengan nilai prob = 0,0019 lebih kecil dari 5% nilai ∝ sehingga
(56)
H0 ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu dari hasil uji ini model yang terbaik adalah mengikuti model Fixed Effect.
4.2.2 Uji Hausman
Pengujian statistik dengan uji Hausman sebagai dasar pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan model efek tetap atau menggunakan model efek random. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :
H0 : model efek random Ha : model efek tetap
Sebagai dasar penolakan hipotesa nol tersebut digunakan statistik uji Hausman dan membandingkannya dengan nilai Chi-Square. Dengan Bantuan Eviews versi 7.0 didapatkan hasil Uji Hausman pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 13.915092 4 0.0076
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. PAD? 2.130798 2.145713 0.008733 0.8732 DAU? 1.537079 1.471137 0.005983 0.3939 DAK? -2.366823 -2.600442 0.424232 0.7198 JP? -0.523373 0.181561 0.070374 0.0079
(57)
Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: BELANJA_DAERAH? Method: Panel Least Squares
Date: 03/09/15 Time: 21:03 Sample: 2009 2012
Included observations: 4 Cross-sections included: 24
Total pool (balanced) observations: 96
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 344255.0 113102.6 3.043742 0.0033 PAD? 2.130798 0.132957 16.02623 0.0000 DAU? 1.537079 0.130439 11.78391 0.0000 DAK? -2.366823 0.940360 -2.516933 0.0142 JP? -0.523373 0.270370 -1.935768 0.0571
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.990313 Mean dependent var 750293.4 Adjusted R-squared 0.986467 S.D. dependent var 637592.4 S.E. of regression 74171.94 Akaike info criterion 25.50465 Sum squared resid 3.74E+11 Schwarz criterion 26.25259 Log likelihood -1196.223 Hannan-Quinn criter. 25.80698 F-statistic 257.4776 Durbin-Watson stat 2.734692 Prob(F-statistic) 0.000000
Dari tabel di atas nilai chi square statistik hasil pengujian tersebut signifikan yaitu 13.915092 dengan nilai prob = 0,0076 lebih kecil dari 5% nilai α , sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Namun demikian karena hasil pengolahan data dengan model Random Effect lebih baik dari Fixed Effect dengan tingkat keyakinan 99%, 95%, 90% dan disamping itu jumlah periode waktu (T) tahun adalah 4 sedangkan jumlah N (sampel Kabupaten/Kota) adalah 24 dimana T < N maka keputusan yang diambil adalah menggunakan model Random Effect.
(58)
4.3. Hasil Analisis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh signifikan pendapatan asli daerah, dana alokasi umum , dana alokasi khusus, dan jumlah penduduk terhadap belanja daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial. Untuk membuktikan ketepatan hipotesis dalam penelitian ini maka kelayakan model regresi data panel yang terbentuk harusdilakukan uji kesesuaian dan menganalisis hasilnya. Adapun hasil pengujian data panel ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.
Tabel 4.4. Hasil Estimasi (Estimation Output)
Dependent Variable: BELANJA_DAERAH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/01/15 Time: 21:10
Sample: 2009 2012 Included observations: 4 Cross-sections included: 24
Total pool (balanced) observations: 96
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 87410.52 30835.09 2.834774 0.0056 PAD? 2.145713 0.094576 22.68780 0.0000 DAU? 1.471137 0.105030 14.00687 0.0000 DAK? -2.600442 0.678266 -3.833957 0.0002 JP? 0.181561 0.052208 3.477681 0.0008 Random Effects
(Cross)
ASAHAN--C -21863.02 DAIRI--C -15537.11 TKARO--C -13674.70 LBATU--C 23321.04 LANGKAT--C 10163.74 MNATAL--C -34857.71 NIAS--C -61730.19 SIMALUNGUN--C 5676.039 TAPSEL--C 28887.96 TAPTENG--C 44283.38
(59)
TAPUT--C 11435.51 BINJAI--C -8312.580 MEDAN--C -2232.840 PSIANTAR--C -6460.232 SIBOLGA--C -15270.42 TEBTING--C -47303.39 SIDEMPUAN--C -21154.98 PAKBAR--C 5850.942 HUMHAS--C -244.7273 SERDANG--C 27868.46 LAWAS--C 37957.51 LAWASUT--C 41972.11 LABUSEL--C 26464.96 LABUT--C -15239.74
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 37080.07 0.1999
Idiosyncratic random 74171.94 0.8001
Weighted Statistics
R-squared 0.974147 Mean dependent var 530579.8 Adjusted R-squared 0.973011 S.D. dependent var 475448.4 S.E. of regression 78108.27 Sum squared resid 5.55E+11 F-statistic 857.2372 Durbin-Watson stat 1.713650 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.981995 Mean dependent var 750293.4 Sum squared resid 6.95E+11 Durbin-Watson stat 1.368219
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Program Eviews
Dari tabel di atas, hasil analisis data dengan metode random effect didapat bahwa nilai Prob (F-statistic) sebesar 0,000000 yang kurang dari α =1%, 5% dan 10% (sebagai Overall test) bahwa dengan tingkat keyakinan 99%, 95% dan 90%, minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Variabel yang signifikan ditandai dengan prob t
(60)
-statistik(sebagai partial test) yang kurang dari 0,05 sehingga dengan tingkat keyakinan 95% setiap variabel berpengaruh terhadap variabel Y (Variabel X1, X2,X3, X4 berpengaruh terhadap Y). Dari hasil pengolahan data dari model ini diperoleh nilai adjusted R square sebesar 0.973011 atau 97,3%. Hal ini menunjukkan bahwa 98,3% variabel dependen Y yaitu belanja daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen X1 (pendapatan asli daerah), X2 (dana alokasi umum), X3 (dana alokasi khusus) dan X4 (jumlah penduduk) sedangkan sisanya sebesar 2,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Berdasarkan hasil regresi dari table di atas maka dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut:
BELANJA_DAERAH = 87410.5205172 + 2.14571255019*PAD + 1.47113653242*DAU - 2.60044246774*DAK + 0.181561390918*JP
yang artinya :
- Ketika variabel bebas yaitu pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan jumlah penduduk bernilai nol maka belanja daerah mengalami peningkatan sebesar Rp. 87.410,52 juta.
- Variabel pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan Jumlah Penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah di Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat dari nilai F test yang menjelaskan keempat variabel tersebut secara bersama-sama yaitu signifikan dengan tingkat keyakinan 99% dengan F-Statistik 857,2372 dan Prob (FStatistik) 0,000000.
- Variabel PendapatanAsli Daerah (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan nilai koefisien 2,145713 yang
(61)
berarti ketika variabel belanja pegawai mengalami pertambahan sebesar Rp. 1 juta akan meningkatkan variabel belanja daerah sebesar Rp. 2.145.713 ,- cateris paribus.
- Variabel Dana Alokasi Umum (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan nilai koefisien 1,471137, yang berarti ketika variabel dana alokasi umum mengalami pertambahan Rp. 1 juta akan meningkatkan variabel belanja daerah sebesar Rp 1.471.137 ,- cateris paribus.
- Variabel Dana Alokasi Khusus (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap belanja daerah dengan nilai koefisien -2,600442 , yangberarti ketika variabel dana alokasi khusus mengalami pertambahan Rp. 1 juta akan menurunkan variabel belanja daerah sebesar Rp. 2.600.442 ,- cateris paribus – - Variabel Jumlah Penduduk (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah dengan nilai koefisien 0,181561 dengan demikian hal ini berarti bahwa setiap pertambahan 1 jiwa penduduk akan meningkatkan belanja daerah sebesar Rp. 181.561 ,- cateris paribus.
- Secara parsial dengan taraf signifikansi α = 5% variabel Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum dan Jumlah Penduduk berpengaruh postif dan signifikan terhadap belanja daerah, sedangkan variabel Dana Alokasi Khusus dengan taraf signifikansi α = 5% berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas juga dapat dibentuk persamaan regresi dari setiap kabupaten/kota sehingga dapat diketahui dengan mudah tingkat
(62)
pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten/Kota pada tahun tertentu dalam 4 tahun amatan, sebagai berikut:
BELANJA_DAERAH_KAB.ASAHAN = -21863,02 + 87410,5205172 + 2,14571255019*PAD_ASAHAN + 1,47113653242*DAU_ASAHAN – 2,60044246774*DAK _ASAHAN + 0,181561390918*JP_ASAHAN
Dari persamaan regressi tersebut dapat dilihat bahwa ada 2 (dua) slop atau konstanta yaitu 87.410,5205172 dan – 21.863,02. Untuk keperluan perhitungan belanja daerah terhadap populasi Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara maka nilai slop atau konstanta yang digunakan adalah 87.410,5205172, sedangkan untuk 1 (satu) kabupaten/kota dalam hal ini Kabupaten Asahan maka slop yang digunakan untuk belanja daerah adalah nilai – 21.863,02. Untuk itu dari persamaan regresi untuk Kabupaten Asahan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
- Ketika variabel bebas yaitu pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan jumlah penduduk di Kabupaten Asahan bernilai nol maka belanja daerah mengalami penurunan sebesar Rp. 21.863,02 juta.
- Variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah Kabupaten Asahan dengan nilai koefisien 2,14571255019 yang berarti ketika variabel pendapatan asli daerah Kabupaten Asahan mengalami pertambahan sebesar Rp. 1 juta akan meningkatkan variabel belanja daerah Kabupaten Asahan sebesar Rp. 2.145.712,55 ,- cateris paribus.
- Variabel Dana Alokasi Umum (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah kabupaten Asahan dengan nilai koefisien
(1)
117 Sum squared resid 3.74E+11 Schwarz criterion 26.25259
Log likelihood -1196.223 Hannan-Quinn criter. 25.80698 F-statistic 257.4776 Durbin-Watson stat 2.734692 Prob(F-statistic) 0.000000
(2)
118 Hasil Estimasi Model Pooled Least Square
Dependent Variable: BELANJA_DAERAH? Method: Pooled Least Squares
Date: 03/09/15 Time: 21:00 Sample: 2009 2012
Included observations: 4 Cross-sections included: 24
Total pool (balanced) observations: 96
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PAD? 2.098800 0.099810 21.02804 0.0000 DAU? 1.600861 0.095990 16.67745 0.0000 DAK? -1.560962 0.672228 -2.322074 0.0224 JP? 0.143707 0.052704 2.726708 0.0077 R-squared 0.980021 Mean dependent var 750293.4 Adjusted R-squared 0.979369 S.D. dependent var 637592.4 S.E. of regression 91580.16 Akaike info criterion 25.72859 Sum squared resid 7.72E+11 Schwarz criterion 25.83544 Log likelihood -1230.972 Hannan-Quinn criter. 25.77178 Durbin-Watson stat 1.317011
(3)
119 Lampiran 9
Hasil Estimasi Model Fixed Effect Dependent Variable: BELANJA_DAERAH?
Method: Pooled Least Squares Date: 03/09/15 Time: 21:02 Sample: 2009 2012
Included observations: 4 Cross-sections included: 24
Total pool (balanced) observations: 96
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 344255.0 113102.6 3.043742 0.0033 PAD? 2.130798 0.132957 16.02623 0.0000 DAU? 1.537079 0.130439 11.78391 0.0000 DAK? -2.366823 0.940360 -2.516933 0.0142 JP? -0.523373 0.270370 -1.935768 0.0571 Fixed Effects
(Cross)
ASAHAN--C 131060.9 DAIRI--C -130606.6 TKARO--C -70650.47 LBATU--C 49939.26 LANGKAT--C 405112.8 MNATAL--C -75812.10 NIAS--C -268866.4 SIMALUNGUN--C 278146.2 TAPSEL--C -45956.62 TAPTENG--C 20470.81 TAPUT--C -76203.39 BINJAI--C -124393.5 MEDAN--C 1160334. PSIANTAR--C -131800.4 SIBOLGA--C -246758.0 TEBTING--C -270929.5 SIDEMPUAN--C -188349.2 PAKBAR--C -235358.8 HUMHAS--C -166113.3 SERDANG--C 183834.3 LAWAS--C -51059.75 LAWASUT--C -43009.83 LABUSEL--C -27788.78 LABUT--C -75241.81
Effects Specification
(4)
120 Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.990313 Mean dependent var 750293.4 Adjusted R-squared 0.986467 S.D. dependent var 637592.4 S.E. of regression 74171.94 Akaike info criterion 25.50465 Sum squared resid 3.74E+11 Schwarz criterion 26.25259 Log likelihood -1196.223 Hannan-Quinn criter. 25.80698 F-statistic 257.4776 Durbin-Watson stat 2.734692 Prob(F-statistic) 0.000000
(5)
121 Lampiran 10
Hasil Estimasi Random Effect Model (REM) Dependent Variable: BELANJA_DAERAH?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/01/15 Time: 21:10
Sample: 2009 2012 Included observations: 4 Cross-sections included: 24
Total pool (balanced) observations: 96
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 87410.52 30835.09 2.834774 0.0056 PAD? 2.145713 0.094576 22.68780 0.0000 DAU? 1.471137 0.105030 14.00687 0.0000 DAK? -2.600442 0.678266 -3.833957 0.0002 JP? 0.181561 0.052208 3.477681 0.0008 Random Effects
(Cross)
ASAHAN--C -21863.02 DAIRI--C -15537.11 TKARO--C -13674.70 LBATU--C 23321.04 LANGKAT--C 10163.74 MNATAL--C -34857.71 NIAS--C -61730.19 SIMALUNGUN--C 5676.039 TAPSEL--C 28887.96 TAPTENG--C 44283.38 TAPUT--C 11435.51 BINJAI--C -8312.580 MEDAN--C -2232.840 PSIANTAR--C -6460.232 SIBOLGA--C -15270.42 TEBTING--C -47303.39 SIDEMPUAN--C -21154.98 PAKBAR--C 5850.942 HUMHAS--C -244.7273 SERDANG--C 27868.46 LAWAS--C 37957.51 LAWASUT--C 41972.11 LABUSEL--C 26464.96 LABUT--C -15239.74
(6)
122 S.D. Rho
Cross-section random 37080.07 0.1999 Idiosyncratic random 74171.94 0.8001
Weighted Statistics
R-squared 0.974147 Mean dependent var 530579.8 Adjusted R-squared 0.973011 S.D. dependent var 475448.4 S.E. of regression 78108.27 Sum squared resid 5.55E+11 F-statistic 857.2372 Durbin-Watson stat 1.713650 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.981995 Mean dependent var 750293.4 Sum squared resid 6.95E+11 Durbin-Watson stat 1.368219