Status Gizi Anak Balita Ditinjau Dari Karakteristik dan Pola Makan Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2010

(1)

STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK DAN POLA MAKAN KELUARGA DI DESA AMAL TANI KECAMATAN

SERAPIT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH :

NIM : 071000245 SUKMAWATY JULITA P

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK DAN POLA MAKAN KELUARGA DI DESA AMAL TANI KECAMATAN

SERAPIT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NIM : 071000245 SUKMAWATY JULITA P

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) KELOMPOK BERMAIN

GENERASI SEJAHTERA DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN MEDAN BARU

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM : 071000245 SUKMAWATY JULITA P

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 06 Juli 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji

NIP. 19680616 199303 2 003 Dr. Ir. Evawany Aritonang, MSi

Penguji I

NIP. 19620529 198903 2 001 Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes

Penguji II

NIP. 19820729 200812 2 002 Fitri Ardiani, SKM, MPH

Penguji III

NIP. 19700212 199501 2 001 Ernawati Nasution, SKM., MKes Medan, Oktober 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Salah satu karakteristik keluarga adalah tingkat pendapatan keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah, memungkinkan konsumsi pangan dan gizi terutama pada anak balita rendah dan hal ini dapat mempengaruhi status gizi anak balita.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak balita ditinjau dari karakteristik dan pola makan keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif. Jumlah populasi 407 ibu yang mempunyai anak balita, dijadikan sampel sebanyak 80 orang. Pengambilan sampel secara simple random sampling. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita yang mempunyai status gizi normal ditemukan pada keluarga kecil (3-4 orang), pendapatan keluarga tinggi dan pengetahuan gizi ibu baik. Sementara anak balita yang gizi kurang, pendek dan kurus ditemukan pada keluarga besar (7-9 orang) dan pengetahuan gizi ibu kurang. Anak balita yang memiliki status gizi normal ditemukan pada keluarga yang konsumsi energi dan protein baik. Sementara gizi kurang, pendek dan kurus pada konsumsi energi dan protein keluarga kurang dan defisit.

Perlu peningkatan pengetahuan ibu-ibu melalui penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya tentang penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi keluarga.


(5)

ABSTRACT

One characteristic of the family is the level of family income. Families who have a medium socioeconomic level down, allowing the consumption of food and nutrition, especially among children under five-years old is low and this may affect the nutritional status children under five-years old.

The general objective of this study is to determine the nutritional status of children under five in terms of characteristics and patterns of family ate in Desa Amal Tani district of Langkat Serapit 2010. This research was descriptive. The population for this study in 407 mothers having children under five years old and 80 of the mothers were selected to be the sample for this study through simple random sampling technique. The collected data were descriptively analized.

The result of the study showed that normal nutritional status on the family members are small (3-4 people), high family income and better nutrition knowledge of mothers, but less nutrition status, short and thin on the family members are large (7-9 persons) and the lack of maternal nutrition knowledge. Normal nutritional status was found in families who have a diet based on consumption of energy and protein levels are good, but less nutrition, short and skinny on the consumption level of energy and protein families that are less and deficits.

Need to increase the knowledge of mothers through counseling conducted by health workers, especially in terms of encouraging the use of the yard.

Keywords: nutritional status children under five-years old, family characteristics, family eating patterns


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sukmawaty Julita P.

Tempat / Tanggal Lahir : Kabanjahe, 20 Juli 1984

Agama : Kristen Protestan

Satus Perkawinan : Menikah

Alamat : Jln. Bunga Pancur IX Gg. Flamboyan No. 5B P. Bulan - Medan

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 1 Tiga Jumpa : Tahun 1990 - 1996 2. SMP Negeri 1 Kabanjahe : Tahun 1996 – 1999 3. SMU BOPKRI Yogyakarta : Tahun 1999 – 2002 4. Akademi Kebidanan TAKASIMA Kabanjahe : Tahun 2003 – 2006 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : Tahun 2007 – 2010


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan RahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang bermanfaat bagi skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah : “Status Gizi Anak Balita Ditinjau Dari Karakteristik dan Pola Makan Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat Tahun 2010”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiranya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Seluruh Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku dosen penguji II dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen penguji III.

5. Bapak M. Yakub selaku Kepala Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat yang telah memberi izin untuk memperoleh data dalam penelitian ini.

6. Kepada kedua orang tuaku tercinta, adik- adikku tersayang yang telah banyak memberikan doa dan dukungan moril kepada penulis.


(8)

7. Kepada suamiku Ronal Natanael Ginting yang telah banyak memberikan dukuan moril dan materi selama penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini.

8. Buat anakku tersayang Romaydo Aktavius Ginemonta Ginting yang selalu memberikan keceriaan di rumah dan memberikan semangat dalam menyelesaikan studi ini.

9. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Angkatan 2007 di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan Bapak, Ibu dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Juli 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan

Abstrak ... i

Abstrac ... ii

Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Keluarga ... 6

2.1.1 Pendidikan Orang Tua ... 6

2.1.2. Pekerjaan Orang Tua ... 7

2.1.3. Jumlah Anggota Keluarga ... 8

2.1.4. Pendapatan Keluarga ... 10

2.1.5. Pengetahuan Gizi ... 11

2.2. Pola Makan Keluarga ... 13

2.3. Pencatatan Makanan Rumah Tangga ... 13

2.4. Status Gizi ... 14

2.4.1. Pengertian Status Gizi ... 14

2.4.2. Macam Status Gizi Anak Balita ... 14

2.4.3. Penilaian Status Gizi dengan Metode Antropometri ... 16

2.4.4. Standar Antropometri WHO 2005 ... 17

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 19

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 19

3.2.2. Waktu Penelitian ... 20

3.3. Populasi dan Sampel. ... 20

3.3.1. Populasi ... 20

3.3.2 Sampel ... 20


(10)

3.4.1. Data Primer ... 21

3.4.2. Data sekunder ... 21

3.5. Definisi Operasional ... 21

3.6. Aspek Pengukuran ... 22

3.6.1. Pendidikan ... 22

3.6.2. Pekerjaan ... 23

3.6.3. Jumlah Anggota Keluarga ... 23

3.6.4. Tingkat Pendapatan Keluarga ... 23

3.6.5. Pengetahuan Gizi Ibu ... 23

3.6.6. Pola Makan Keluarga ... 24

3.6.6. Status Gizi Anak Balita ... 24

3.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 26

4.1.1. Geografi ... 26

4.1.2. Demografi ... 26

4.2. Karakteristik Keluarga ... 27

4.3. Pola Makan Keluarga ... 29

4.3.1. Konsumsi Energi Keluarga ... 29

4.3.2. Konsumsi Protein Keluarga ... 30

4.4. Anak Balita ... 30

4.4.1. Umur Anak Balita ... 30

4.4.2. Jenis Kelamin Anak Balita ... 31

4.5. Status Gizi Anak Balita ... 31

4.5.1. Status Gizi Anak Balita (BB/U) ... 31

4.5.2. Status Gizi Anak Balita (TB/U) ... 32

4.5.3. Status Gizi Balita (BB/TB) ... 32

4.6. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga ... 33

4.6.1. Status Gizi Anak Balita (BB/U) Berdasarkan Karakteristik Keluarga... 33

4.6.2. Status Gizi Anak Balita (TB/U) Berdasarkan Karakteristik Keluarga... 34

4.6.3. Status Gizi Anak Balita (BB/TB) Berdasarkan Karakteristik Keluarga ... 35

4.7. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Pola Makan Keluarga ... 36

4.7.1. Status Gizi Anak Balita (BB/U) Berdasarkan Pola Makan Keluarga... 36

4.7.2. Status Gizi Anak Balita (TB/U) Berdasarkan Pola Makan Keluarga... 37

4.7.3. Status Gizi Anak Balita (BB/TB) Berdasarkan Pola Makan Keluarga ... 38


(11)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga ... 39 5.2. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Pola Makan Keluarga ... 39 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 45 6.2. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA


(12)

ABSTRAK

Salah satu karakteristik keluarga adalah tingkat pendapatan keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah, memungkinkan konsumsi pangan dan gizi terutama pada anak balita rendah dan hal ini dapat mempengaruhi status gizi anak balita.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak balita ditinjau dari karakteristik dan pola makan keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif. Jumlah populasi 407 ibu yang mempunyai anak balita, dijadikan sampel sebanyak 80 orang. Pengambilan sampel secara simple random sampling. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita yang mempunyai status gizi normal ditemukan pada keluarga kecil (3-4 orang), pendapatan keluarga tinggi dan pengetahuan gizi ibu baik. Sementara anak balita yang gizi kurang, pendek dan kurus ditemukan pada keluarga besar (7-9 orang) dan pengetahuan gizi ibu kurang. Anak balita yang memiliki status gizi normal ditemukan pada keluarga yang konsumsi energi dan protein baik. Sementara gizi kurang, pendek dan kurus pada konsumsi energi dan protein keluarga kurang dan defisit.

Perlu peningkatan pengetahuan ibu-ibu melalui penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya tentang penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi keluarga.


(13)

ABSTRACT

One characteristic of the family is the level of family income. Families who have a medium socioeconomic level down, allowing the consumption of food and nutrition, especially among children under five-years old is low and this may affect the nutritional status children under five-years old.

The general objective of this study is to determine the nutritional status of children under five in terms of characteristics and patterns of family ate in Desa Amal Tani district of Langkat Serapit 2010. This research was descriptive. The population for this study in 407 mothers having children under five years old and 80 of the mothers were selected to be the sample for this study through simple random sampling technique. The collected data were descriptively analized.

The result of the study showed that normal nutritional status on the family members are small (3-4 people), high family income and better nutrition knowledge of mothers, but less nutrition status, short and thin on the family members are large (7-9 persons) and the lack of maternal nutrition knowledge. Normal nutritional status was found in families who have a diet based on consumption of energy and protein levels are good, but less nutrition, short and skinny on the consumption level of energy and protein families that are less and deficits.

Need to increase the knowledge of mothers through counseling conducted by health workers, especially in terms of encouraging the use of the yard.

Keywords: nutritional status children under five-years old, family characteristics, family eating patterns


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.3.Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan gizi (Sediaoetama, 2000). Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi dibandingkan balita yang tidak kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta balita di seluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, malaria, campak dan lain-lain. Ironisnya, 54% dari kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang gizi (WHO, 1995).

Masalah gizi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat, dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendapatan keluarga. Menurut Sajogya, dkk (1994) pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek di sini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat mempengaruhi keadaan status gizi terutama balita. Berlainan dengan faktor pendapatan, ternyata ada penduduk atau


(15)

masyarakat yang berpendapatan cukup dan lebih dari cukup, namun dalam penyediaan makanan keluarga banyak yang tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan oleh faktor lain, seperti kurangnya pengetahuan gizi ibu. Semakin bertambah pengetahuan gizi ibu, maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga (Suhardjo, 1996).

Besarnya jumlah anggota keluarga juga termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita, dimana jumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar, mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga besar tersebut. Menurut Suhardjo (2003) anak-anak yang tumbuh dalam keluarga besar rawan terhadap kurang gizi, sebab dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda perlu zat gizi yang relatif lebih banyak dari pada anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-anak yang lebih muda mungkin tidak diberi cukup makanan yang memenuhi kebutuhan gizi.

Dalam keluarga besar dengan keadaan ekonomi lemah, anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, tentunya akan semakin bervariasi


(16)

aktivitas, pekerjaan dan seleranya, sehingga jumlah anggota keluarga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan gizi yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan. Dalam hal ini faktor selera dari masing-masing anggota keluarga sangat berpengaruh, karena tidak semua anggota keluarga menyukai jenis makanan yang sama (Suhardjo, 2003).

Tingkat pendidikan orang tua juga merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi keadaan status gizi balita, karena dengan pendidikan orang tua yang tinggi akan menjamin diberikan stimulus yang mendukung bagi perkembangan anak-anaknya dibandingkan orang tua dengan pendidikan rendah. Tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi-informasi gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi dan pengetahuan yang terkait dengan pola makan lainnya (Suhardjo, 2003).

Berdasarkan data Kantor Kepala Desa Amal Tani Kecamatan Serapit (2009), menunjukkan bahwa masyarakat Desa Amal Tani memiliki mata pencaharian mayoritas bertani. Dari 903 KK diperoleh sebanyak 580 (64,5%) KK yang tingkat sosial ekonominya menengah ke bawah sehingga memungkinkan konsumsi pangan dan gizi terutama pada anak balita rendah. Berdasarkan kriteria desa tertinggal yang dikeluarkan oleh Bappeda Kabupaten Langkat bahwa Desa Amal Tani Kecamatan Serapit juga termasuk salah satu desa tertinggal.


(17)

Hasil penimbangan posyandu pada tahun 2009 diketahui bahwa di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit merupakan desa yang mempunyai jumlah balita gizi buruk tertinggi yaitu 3 (0,53%) balita dari 562 balita dan yang menderita gizi kurang sebanyak 16 (2,85%) balita (data Puskesmas Bahorok, 2009).

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik mengetahui status gizi anak balita ditinjau dari karakteristik dan pola makan keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana status gizi anak balita ditinjau dari karakteristik dan pola makan keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak balita ditinjau dari karakteristik dan pola makan keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010.


(18)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakterisik keluarga yang terdiri dari umur orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi ibu di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

2. Mengetahui pola makan keluarga yang meliputi jumlah konsumsi energi dan protein keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010.

3. Mengetahui status gizi anak balita di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan puskesmas dalam menyusun program gizi masyarakat yang berkaitan dengan peningkatan status gizi anak balita.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Keluarga 2.1.1 Pendidikan Orang Tua

Seseorang yang hanya tamat sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang pendidikannya tinggi. Karena sekalipun pendidikannya rendah jika orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja tetap harus dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh (Apriadji,1989).

Salah satu faktor sosial ekonomi yang ikut mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah pendidikan (Supariasa, 2002). Pendidikan yang tinggi diharapkan sampai kepada perubahan tingkah laku yang baik (Suhardjo,1996).

Tingkat pendidikan orang tua yang tinggi akan menjamin diberikan stimulus yang mendukung bagi perkembangan anak-anaknya dibandingkan orang tua dengan pendidikan rendah. Pendidikan orang tua tidak berhubungan langsung dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendidikan orang tua melalui mekanisme hubungan lain seperti produktivitas, efisiensi penjagaan kesehatan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara tidak langsung (Satoto,1990 dalam Nurmiati, 2006).


(20)

Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih baik mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga sulit menerima informasi baru bidang gizi (Suhardjo, 1996). Tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi-informasi gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi, sanitasi dan pengetahuan yang terkait dengan pola makan lainnya (Suhardjo,1996).

Tingkat pendidikan banyak menentukan sikap dan tindak-tanduknya dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya memberikan vaksinasi untuk anaknya, memberi oralit waktu mencret, kesediaan menjadi peserta keluarga berencana, termasuk pengaturan makanan bagi anak balita untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan (Depkes RI, 2000).

2.1.2. Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan orang tua turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah keluarga. Pekerjaan berhubungan dengan jumlah gaji yang diterima. Semakin tinggi kedudukan secara otomatis akan semakin tinggi penghasilan yang diterima, dan semakin besar pula jumlah uang yang dibelanjakan untuk memenuhi kecukupan gizi dalam keluarga (Soedioetama, 2000).

Bertambah luasnya lapangan kerja, semakin mendorong banyaknya kaum wanita yang bekerja terutama di sektor swasta. Di satu sisi hal ini berdampak positif bagi pertambahan pendapatan, namun di sisi lain berdampak negatif terhadap pembinaan dan pemeliharaan anak. Perhatian terhadap pemberian makan pada anak


(21)

yang kurang, dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi, yang selanjutnya berpengaruh buruk terhadap tumbuh kembang anak dan perkembangan otak mereka (Mulyati, 1990).

Orang tua yang bekerja terutama ibu akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh anaknya. Pada umumnya di daerah pedesaaan anak yang orangtuanya bekerja akan diasuh oleh kakaknya atau sanak saudaranya sehingga pengawasan terhadap makanan dan kesehatan anak tidak sebaik jika orang tua tidak bekerja (Soeditama, 2000).

2.1.3. Jumlah Anggota Keluarga

Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Suhardjo (2003) mengatakan bahwa ada hubungan sangat nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar, mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar.

Seperti juga yang dikemukakan Berg (1986) bahwa jumlah anak yang menderita kelaparan pada keluarga besar, empat kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga kecil. Anak-anak yang mengalami gizi kurang pada keluarga beranggota banyak, lima kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga beranggota sedikit. Dalam hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga, Sanjur (1982) menyatakan bahwa besar keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga, akan mempengaruhi


(22)

pengeluaran rumah tangga. Harper (1988), mencoba menghubungkan antara besar keluarga dan konsumsi pangan, diketahui bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang, anak balitanya lebih sering menderita gizi kurang.

Menurut Sukarni (1989) penelitian di suatu negara Colombia menunjukan bahwa dengan kenaikan jumlah anak, jumlah makanan per orang akan menurun sehingga terjadi pertambahan kasus kurang gizi pada anak-anak di bawah lima tahun. Jika jarak kelahiran pendek, akan mempengaruhi status kesehatan dan gizi baik bagi bayi yang baru lahir ataupun pada anak sapihan, sehingga angka kematian anak kurang dari dua tahun akan meningkat. Ada pengaruh status gizi anak dan masyarakat pada jumlah keluarga. Dengan adanya perbaikan status gizi anak dan ibu akan meningkatkan tekanan penduduk sehingga dengan demikian program ditujukan pada pembatasan pertumbuhan penduduk.

Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga sangat penting untuk mencapai gizi yang baik. Pangan harus dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang dalam keluarga. Anak, wanita hamil, dan menyusui harus memperoleh sebagian besar pangan yang kaya akan protein. Semua anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan perorangan, harus mendapat bagian energi, protein, dan zat-zat gizi lain yang cukup setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Suhardjo, dkk. 1989).


(23)

2.1.4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Sajogjo (1994) menyatakan bahwa pendapatan keluarga meliputi penghasilan ditambah dengan hasil-hasil lain. Pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek di sini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat mempengaruhi status gizi. Adanya hubungan antara pendapatan dan status gizi telah banyak dikemukakan para ahli.

Sanjur (1982) menyatakan bahwa pendapatan merupakan penentu utama yang berhubungan dengan kualitas makanan. Hal ini diperkuat oleh Suhardjo (1989) bahwa apabila penghasilan keluarga meningkat, penyediaan lauk pauk akan meningkat pula mutunya.

Menurut Berg (1986), terdapat hubungan antara pendapatan dan keadaan status gizi. Hal itu karena tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Sejak lama telah disepakati bahwa pendapatan merupakan hal utama yang berpengaruh terhadap kualitas menu. Pernyataan itu nampak seperti logis, karena memang tidak mungkin orang makan makanan yang tidak sanggup dibelinya. Pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan, keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya


(24)

dapat berakibat buruk terhadap keadaan status gizi terutama bagi balita. Dalam kaitannya dengan status gizi, Sayogyo, Soehardjo, dan Khumaidi (1980) menyatakan bahwa pendapatan mempunyai hubungan yang erat dengan perubahan dan perbaikan konsumsi pangan, tetapi pendapatan yang tinggi belum tentu menjamin keadaan gizi yang baik. Menurut Berg (1986), pertambahan pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi pangan, karena walaupun banyak pengeluaran uang untuk pangan, mungkin akan makan lebih banyak, tetapi belum tentu kualitas pangan yang dibeli lebih baik.

Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa antara pendapatan dan gizi, jelas ada hubungan yang menguntungkan. Berlaku hampir universal, peningkatan pendapatan akan berpengaruh terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga dan selanjutnya berhubungan dengan status gizi. Namun peningkatan pendapatan atau daya beli seringkali tidak dapat mengalahkan pengaruh kebiasaan makan terhadap perbaikan gizi yang efektif.

2.1.5. Pengetahuan Gizi

Menyusun dan menilai hidangan merupakan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan oleh semua orang, terutama mereka yang bertanggung jawab atas pengurusan dan penyediaan makanan, baik bagi keluarga maupun bagi berbagai institusi seperti asrama, wisma, dan sebagainya yang harus menyediakan makanan bagi sejumlah atau sekelompok orang.

Seorang ibu rumah tangga yang bukan ahli gizi, juga harus dapat menyusun dan menilai hidangan yang akan disajikan kepada anggota keluarganya. Susunan


(25)

hidangan yang bagaimanakah yang memenuhi syarat gizi, agar mereka yang akan mengkonsumsinya tertarik dan mendapat kesehatan baik serta dapat mempertahankan kesehatan tersebut (Sediaoetama, 2000).

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1986).

Makin tinggi pendidikan, pengetahuan, keterampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pula pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada demikian juga sebaliknya (Depkes, 2004). Menurut Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2007), bahwa seseorang dengan pendidikan rendahpun akan mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi, kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi tentang gizi.

Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan bagi keluarga. Ibu harus memiliki pengetahuan tentang gizi baik diperoleh melalui pendidikan formal, maupun non formal (Berg, 1986).


(26)

2.2. Pola Makan Keluarga

Tingkat konsumsi dan ragam jenis pangan yang dikonsumsi suatu rumah tangga ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor pendapatan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan pola konsumsi rumah tangga. Pendapatan yang semakin tinggi menunjukkan daya beli yang semakin meningkat, dan semakin meningkat pula aksesibilitas terhadap pangan yang berkualitas lebih baik. Faktor lain yang sangat penting adalah ketersediaan dan distribusi yang baik dari berbagai jenis bahan pangan, dan pengetahuan yang baik tentang masalah gizi dan kesehatan. Faktor lain yang juga berperan dalam pembentukan pola konsumsi adalah kebiasaan (sosio budaya) dan selera. Semua faktor tersebut sangat menentukan kualitas pangan yang dikonsumsi rumah tangga, yang pada akhirnya akan menentukan kualitas gizi dan kesehatan anggota rumah tangga tersebut (Simatupang dan Ariani, 1997).

2.3. Pencatatan Makanan Rumah Tangga (Household Food Record)

Pengukuran dengan metode household food record ini dilakukan sedikitnya dalam periode satu minggu oleh responden sendiri. Dilaksanakan dengan menimbang atau mengukur dengan URT seluruh makanan yang ada di rumah, termasuk cara pengolahannya.

Biasanya tidak memperhitungkan sisa makanan yang terbuang dan dimakan oleh binatang piaraan. Metode ini dianjurkan untuk tempat/daerah, dimana tidak banyak variasi penggunaan bahan makanan dalam keluarga dan masyarakatnya sudah bisa membaca dan menulis (Supariasa, 2002).


(27)

2.4. Status Gizi

2.4.1. Pengertian Status Gizi

Menurut Soekirman (2000), status gizi berarti sebagai keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu. Sedangkan Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa status gizi adalah konsumsi gizi makanan pada seseorang yang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan. Menurut Supariasa (2002), satus gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu.

2.4.2. Macam Status Gizi Anak Balita 2.4.2.1. Status Gizi Lebih

Penyakit ini bersangkutan dengan energi di dalam hidangan yang dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan atau penggunaannya. Orang yang kelebihan berat badan biasanya dikarenakan kelebihan jaringan lemak yang tidak aktif tersebut. Kategori berat badan lebih (gizi lebih) menurut baku rujukan WHO-NCHS yaitu >+2 SD. Tetapi masih banyak pendapat dimasyarakat yang mengira bahwa anak yang gemuk adalah sehat, sehingga banyak ibu yang merasa bangga kalau anaknya gemuk, dan disatu pihak ada ibu yang kecewa kalau melihat anaknya tidak segemuk anak tetangganya.

Sebenarnya kekecewan tersebut tidak beralasan, asalkan grafik pertumbuhan anak pada KMS sudah menunjukkan kenaikan yang kontinu setiap bulan sesuai lengkungan grafik pada KMS dan berada pada pita warna hijau, maka anak tersebut


(28)

pasti sehat. Lebih-lebih kalau anak tersebut menunjukkan perkembangan mental yang normal. Untuk diagnosis obesitas harus ditemukan gejala klinis obesitas dan disokong dengan pemeriksaan antropometri yang jauh diatas normal. Pemeriksaan ini yang sering digunakan adalah BB terhadap tinggi badan, BB terhadap umur dan tebalnya lipatan kulit (Supariasa, 2002).

2.4.2.2. Status Gizi Baik

Status gizi baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai dengan adanya penggunaan untuk aktivitas tubuh. Hal ini diwujudkan dengan adanya keselarasan antara, tinggi badan terhadap umur, berat badan terhadap umur dan tinggi badan terhadap berat badan. Sediaoetama (2000) menyatakan bahwa tingkat kesehatan gizi yang baik ialah kesehatan gizi optimum. Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat gizi tersebut. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan setinggi-tingginya.

Anak yang status gizi baik dapat tumbuh dan kembang secara normal dengan bertambahnya usia. Tumbuh atau pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam stuktur dan fungsi tubuh yang komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1998).

2.4.2.3. Status Gizi Kurang dan Status Gizi Buruk

Status gizi kurang terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa macam zat gizi yang diperlukan. Hal yang menyebabkan status gizi kurang karena


(29)

kekurangan zat gizi yang dikonsumsi atau mungkin mutunya rendah. Gizi kurang pada dasarnya adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Kurang gizi banyak menimpa anak khususnya anak balita yang berusia di bawah lima tahun karena merupakan golongan yang rentan serta pada fase ini kebutuhan tubuh akan zat gizi meningkat karena selain untuk tumbuh juga untuk perkembangan sehingga apabila anak kurang gizi dapat menimbulkan berbagai penyakit (Supariasa, 2002).

2.4.3. Penilaian Status Gizi dengan Metode Antropometri

Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita mengunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi (Supariasa, 2000). Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam penelitian ini peneliti mengunakan penilaian status gizi dengan cara pemeriksaaan fisik yang disebut antropometri.

Adapun keunggulan antropometri adalah alatnya mudah didapat dan mudah digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan obyektif, pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu, biayanya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan diakui kebenarannya. Sedangkan kelemahan antropometri adalah tidak sensitif untuk mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran (Supariasa, 2000).


(30)

2.4.4. Standar Antropometri WHO 2005

Masalah gizi di Indonesia masih cukup banyak. Salah satu cara mengidentifikasi seseorang menderita gizi kurang, gizi baik, gizi lebih, atau obesitas adalah melalui pengukuran antropometri, dan ahli gizi memiliki keahlian untuk melakukan pengukuran tersebut dan sekaligus merupakan kompetensi yang harus dimiliki. Dalam pelaksanan pengukuran antropometri, ahli gizi membutuhkan acuan pertumbuhan optimal anak. Beberapa pertemuan dilakukan untuk membahas standar baru antropometri yang dikeluarkan oleh WHO 2005 sebagai suatu bentuk sumbangsih PERSAGI terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi di dunia. Pada tahun 2006, Standar Antropometri WHO tersebut diperkenalkan di tingkat SEARO (South - East Asia Regional Office) dan Indonesia salah satu yang ikut serta di dalamnya.

Di Indonesia, pertemuan pakar dari berbagai universitas dan profesi dilakukan oleh PERSAGI dan Direktorat Gizi (Ditzi). Diharapkan penggunaan Standar Antropometri WHO 2005 sudah dapat terealisir di tahun 2009. Antropometri WHO 2005 adalah didasarkan pada studi di 6 negara di dunia yaitu Brasil, Ghana, Norwey, Oman, USA, dan India. Melibatkan lebih dari 12.000 bayi sehat dan anak-anak dengan melakukan study longitudinal untuk anak usia 0-24 bulan dan cross-sectional pada anak-anak usia 18-71 bulan.

Kriteria pemilihan bayi yang dimasukkan dalam studi ini adalah tidak adanya sakit dan hambatan sosial ekonomi yang dapat menghambat pertumbuhan anak, dan ibunya saat hamil tidak merokok dan menyusui bayinya saat lahir secara eksklusif sampai usia minimal 4 bulan. Penilaian pertumbuhan tidak saja didasarkan pada perkembangan ukuran tubuh tetapi juga pada perkembangan motorik anak dalam


(31)

perkembangannya sejak lahir. Standar antropometri WHO 2005 didesain untuk seluruh anak di dunia yang berusia 0-5 tahun yang studinya saat ini masih berlanjut untuk usia yang lebih tua agar tumbuh dan berkembang secara optimal (Persagi, 2009).

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep yang berkaitan antara variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

: Yang akan diteliti : Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas maka dapat dilihat bahwa status gizi anak balita berkaitan dengan pola makan anak balita yang dapat digambarkan dari pola makan keluarga yang meliputi jumlah konsumsi energi dan protein keluarga. Pola makan keluarga berkaitan dengan karakteritik keluarga yang meliputi umur orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan pendidikan gizi ibu.

Karakteristik Keluarga : − Umur orang tua − Pendidikan orang tua − Pekerjaan orang tua − Jumlah anggota keluarga − Pendapatan keluarga − Pengetahuan Gizi Ibu

Pola Makan Keluarga : − Jumlah konsumsi energi − Jumlah konsumsi protein

Status gizi anak balita Pola makan


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.4.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui status gizi anak balita ditinjau dari karakteristik dan pola makan keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010.

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah :

1. Berdasarkan data Kantor Kepala Desa Amal Tani Kecamatan Serapit (2009), menunjukkan bahwa masyarakat Desa Amal Tani memiliki mata pencaharian mayoritas bertani dan dari 903 KK diperoleh sebanyak 580 (64,5%) KK yang tingkat sosial ekonominya menengah ke bawah sehingga memungkinkan konsumsi pangan dan gizi terutama pada balita rendah. Berdasarkan kriteria desa tertinggal yang dikeluarkan oleh Bappeda Kabupaten Langkat bahwa Desa Amal Tani Kecamatan Serapit juga termasuk salah satu desa tertinggal.

2. Memiliki jumlah balita gizi buruk tertinggi yaitu 3 (0,53%) balita dan yang menderita gizi kurang sebanyak 16 (2,85%) balita dari 562 balita yang ditimbang (Puskesmas Bahorok, 2009).


(33)

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2010.

3.6.Populasi dan Sampel. 3.6.1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak balita umur 12-59 bulan yang bertempat tinggal di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat yaitu berjumlah 407 keluarga.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak balita umur 12-59 bulan. Responden adalah ibu anak balita. Penentuan besar sampel menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2002) :

n = 2

) ( 1 N d

N +

n = 2

) 1 , 0 ( 407 1

407 + n = 80 Keterangan:

N = Jumlah populasi

d = Presisi absolut yang dinginkan = (0,1) n = Jumlah sampel yang akan diteliti


(34)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yaitu ibu anak balita yang meliputi : karakterisik keluarga (umur orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan keluarga, dan pengetahuan gizi ibu), pola makan keluarga (jumlah konsumsi energi dan protein keluarga) yang diukur dengan metode pencatatan makanan rumah tangga (household food record). Pengukuran berat badan anak balita dengan menggunakan timbangan injak, pengukuran panjang badan dengan alat ukur panjang badan, dan tinggi badan menggunakan mikrotois.

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder di peroleh dari Kantor Kepala Desa, yaitu gambaran demografi dan letak geografis Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat.

3.5. Definisi Operasional

1. Anak balita adalah anak yang berusia 12-59 bulan

2. Umur orangtua adalah lamanya hidup orang tua (ayah dan ibu) yang dihitung dari sejak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir.

3. Pendidikan orang tua adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh orang tua (ayah dan ibu).

4. Pekerjaan orang tua adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua (ayah dan ibu) secara rutin yang dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.


(35)

5. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan anggota responden.

6. Pendapatan keluarga adalah total seluruh penghasilan yang diperoleh semua anggota keluarga setiap bulannya.

7. Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui ibu mengenai hal-hal yang menyangkut gizi, meliputi pengertian makanan bergizi, jenis zat gizi menurut fungsi, sumber zat gizi, akibat kekurangan gizi , cara pemberian makanan dan ASI.

8. Pola makan keluarga adalah jumlah energi dan protein yang dikonsumsi seluruh anggota keluarga.

9. Status gizi balita adalah keadaan gizi balita umur 12-59 bulan yang diukur dengan PB/U, BB/U, dan BB/PB yaitu untuk balita usia 12-24 bulan, sedangkan pengukuran status gizi balita usia 25-49 bulan yaitu TB/U, BB/U, dan BB/TB.

3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1 Pendidikan

Pendidikan diketegorikan : − Tidak Sekolah

− SD

− SMP

− SMA


(36)

3.6.2. Pekerjaan

Pekerjaan dikategorikan :

− PNS

− Berdagang/wiraswasta − Petani

− Buruh tani/buruh pabrik

− Tidak bekerja/Ibu rumah tangga 3.6.3. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi (Hurlock, 1998 dalam Gabriel, 2008) :

− Kelompok kecil = 3–4 orang − Kelompok sedang = 5–6 orang − Kelompok besar = 7–9 orang 3.6.4. Tingkat Pendapatan Keluarga

Tingkat pendapatan keluarga per bulan dikategorikan berdasarkan upah minimum regional (UMR) Propinsi Sumatera Utara tahun 2010.

− Tinggi ≥ Rp 965.000,- − Rendah < Rp 965.000,- 3.6.5. Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan gizi ibu diukur melalui 14 pertanyaan. Bila responden menjawab benar diberi nilai 2, dan jawaban yang salah diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 28. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari yaitu (Arikunto, 2002):


(37)

1. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 28 yaitu >21.

2. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total niali 28 yaitu 13-21.

3. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 28 yaitu < 13.

3.6.6. Pola Makan Keluarga

Pola makan keluarga yang meliputi jumlah konsumsi energi dan protein keluarga diukur dengan menggunakan metode pencatatan makanan rumah tangga (household food record). Jumlah konsumsi energi dan protein seluruh anggota keluarga dibandingkan dengan total kecukupan energi dan protein keluarga. Berdasarkan Buku Pedoman Petugas Gizi Puskesmas, Depkes., RI., (1990) dalam Supariasa, N., dkk., (2002), maka pengkategorian konsumsi energi dan protein seluruh anggota keluarga dibagi menjadi :

− Baik : ≥ 100% AKG − Sedang : 80-99% AKG − Kurang : 70-79% AKG − Defisit : < 70% AKG 3.6.7. Status Gizi Anak Balita

Status gizi anak balita diperoleh melalui penggukuran antropometri, sementara pengkategoriannya disesuaikan dengan standar WHO 2005, makan pengkategorian status gizi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.


(38)

a. Kategori berdasarkan BB/U:

1. BB normal : ≥ - 2 SD s/d < 1 SD 2. BB kurang : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD 3. BB sangat kurang : < - 3 SD

b. Kategori berdasarkan TB/U : 1. PB lebih dari normal : > 3 SD

2. PB Normal : ≥ - 2 SD s/d < 3 SD 3. PB Pendek : < -2SD s/d > -3 SD 4. PB Sangat Pendek : < - 3 SD

c. Kategori berdasarkan BB/TB : 1. Sangat Gemuk : > 3 SD

2. Gemuk : > 2 SD s/d < 3 SD 3. Resiko Gemuk : > 1 SD s/d < 2 SD 4. Normal : > -2 SD s/d < 1 SD 5. Kurus : < -2 SD s/d > -3 SD 6. Sangat Kurus : < -3 SD

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulan diolah secara manual kemudian data yang telah diolah tersebut dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Geografi

Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat memiliki luas wilayah ± 620 Ha. Terletak pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut dan beriklim tropis. Adapun batas wilayah Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat sebagai berikut :

− Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sebertung

− Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kampung Karo. − Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Paya Salit. − Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Bali. 4.1.2. Demografi

Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat memiliki jumlah KK sebanyak 902 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 5.054 jiwa yang terdiri dari 2454 laki-laki dan 2600 perempuan. Sebagian besar (63,6%) mata pencaharian penduduk di Desa Amal Tani adalah bertani, sebahagian lagi buruh tani/buruh pabrik (24,3%), pedagang/wiraswasta (11,3%), dan pegawai negeri (0,8%).

Sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di wilayah Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat hanya ada 2 unit polindes dengan 3 bidan desa.


(40)

4.2. Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga yang meliputi umur ayah dan ibu, pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga serta pengetahuan gizi ibu. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan

Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Karakteristik Keluarga Jumlah Persentase

1. Umur Ayah:

− 21 – 25 tahun − 26 – 30 tahun − 31 – 35 tahun − 36 – 40 tahun − ≥ 41 tahun

7 29 17 23 4 8,7 36,3 21,2 28,7 5,0

Total 80 100,0

2. Umur Ibu :

− 21 – 25 tahun − 26 – 30 tahun − 31 – 35 tahun − 36 – 40 tahun

5 30 29 16 6,2 37,5 36,3 20,0

Total 80 100,0

3. Pendidikan Ayah:

− SD − SMP − SMA − D-III 14 45 19 2 17,5 56,2 23,8 2,5

Total 80 100,0

4. Pendidikan Ibu:

− SD − SMP − SMA − D-III 9 45 25 1 11,3 56,2 31,2 1,3

Total 80 100,0

5. Pekerjaan Ayah:

− PNS − Berdagang − Petani

Buruh tani/Buruh Pabrik

2 1 57 20 2,5 1,3 71,2 25,0

Total 80 100,0

6. Pekerjaan Ibu:

− PNS − Berdagang − Petani Buruh tani Ibu rumah tangga

1 5 33 1 40 1,3 6,2 41,3 1,3 50,0


(41)

No. Karakteristik Keluarga Jumlah Persentase

7. Jumlah Anggota Keluarga :

− 3-4 orang − 5-6 orang − 7-9 orang

20 49 11

25,0 61,3 13,7

Total 80 100,0

8. Pendapatan Keluarga :

− Tinggi (≥Rp 965.000,-) − Rendah (< Rp 965.000,-)

44 36

55,0 45,0

Total 80 100,0

9. Pengetahuan Gizi Ibu

− Baik − Cukup − Kurang

5 49 26

6,2 61,3 32,5

Total 80 100,0

Karakteritik keluarga berdasarkan umur, sebagian besar ayah (36,3%) dan ibu (37,5%) berumur 26-30 tahun. Berdasarkan jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh, sebagian besar ayah (56,2%) dan ibu (56,2%) berpendidikan SMP. Namun masih ada ditemukan ayah (17,5%) dan ibu (11,3%) berpendidikan SD.

Secara umum (71,2%) jenis pekerjaan utama ayah adalah sebagai petani, bahkan ada ditemukan (25,0%) jenis pekerjaan ayah sebagai buruh tani/buruh pabrik. Sementara pekerjaan utama ibu adalah sebagai ibu rumah tangga. Namun terdapat sebanyak 41,3% ibu memiliki pekerjaan sebagai petani.

Jumlah anggota keluarga sebagian besar (61,3%) berjumlah 5-6 orang dan yang paling sedikit (13,7%) berjumlah 7-9 orang. Sementara tingkat pendapatan keluarga yang paling banyak (55,0%) pada kategori tinggi, yaitu jumlah pendapatan keluarga ≥Rp. 965.000,- per bulan.


(42)

Dalam hal tingat pengetahuan gizi ibu, hanya sebanyak 6,3% responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik, bahkan ada sebanyak 32,5% tingkat pengetahuan kurang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pendidikan responden adalah SD (11,3%) dan SMP (56,2%).

.

4.3. Pola Makan Keluarga

Pola makan keluarga dilihat dari tingkat konsumsi energi dan protein keluarga yang diperoleh dengan menggunakan metode pencatatan makanan rumah tangga (household food record)

4.3.1. Konsumsi Energi Keluarga

Tingkat konsumsi energi keluarga sebagian besar berada dalam kategori baik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Tingkat Konsumsi Energi Keluarga Jumlah Persentase

1. Baik 23 28,8

2. Sedang 38 47,5

3. Kurang 17 21,2

4. Defisit 2 2,5

Jumlah 80 100,0

Hanya 28,8% tingkat konsumsi energi keluarga yang baik, sementara kurang 21,2% dan defisit 2,5%.


(43)

4.3.2. Konsumsi Protein Keluarga

Tingkat konsumsi protein keluarga sebagian besar berada dalam kategori sedang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Tingkat Konsumsi Protein Keluarga Jumlah Persentase

1. Baik 13 16,2

2. Sedang 33 41,2

3. Kurang 27 33,8

4. Defisit 7 8,8

Jumlah 80 100,0

Hanya 16,2% tingkat konsumsi protein keluarga yang baik, sementara kurang 33,8% dan defisit 8,8%.

4.4. Anak Balita

Karakteristik anak balita yang dinyatakan dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, dan status gizi.

4.4.1. Umur Anak Balita Menurut Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian diperoleh umur anak balita menurut jenis kelamin. Dimana jumlah anak balita berdasarkan umur menurut jenis kelamin tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Umur Anak Balita Menurut Jenis Kelamin di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Umur Anak Balita

Jenis Kelamin

Jumlah Perempuan Laki-Laki

n % n % n %

1. 1 tahun 2 100,0 0 0,0 2 100,0

2. 2 tahun 4 80,0 1 20,0 5 100,0

3. 3 tahun 17 70,8 7 29,2 24 100,0

4. 4 tahun 17 42,5 23 57,5 40 100,0


(44)

Umur anak balita terbanyak adalah umur 4 tahun yaitu sebanyak 40 anak dan yang paling sedikit adalah umur 1 tahun yaitu sebanyak 2 anak. Pada umur 3 dan 4 tahun terdapat jumlah perempuan paling banyak yaitu sebanyak 17 anak dan laki-laki paling banyak pada umur 4 tahun.

4.5. Status Gizi Anak Balita

Dari hasil penelitian diperoleh status gizi anak balita berdasarkan indek berat badan menurut umur (BB/U), tinggi/panjang bandan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi/panjang badan (BB/TB).

4.5.1. Status Gizi Anak Balita (BB/U)

Data status gizi anak balita berdasarkan indek berat badan menurut umur (BB/U) dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Status Gizi Anak Balita (BB/U) Jumlah Persentase (%)

1. Normal 57 71,2

2. Kurang 20 25,0

3. Sangat Kurang 3 3,8

Jumlah 80 100,0

Sebagian besar (71,2) anak balita memiliki status gizi normal, tetapi 3,8% sangat kurang berdasarkan indek berat badan menurut umur (BB/U).

4.5.2. Status Gizi Anak Balita (TB/U)

Tinggi badan menurut umur dapat dipakai sebagai gambaran riwayat status gizi masa lampau. Pengkategorian status gizi anak balita (TB/U) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(45)

Tabel 4.6. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Tinggi/Panjang Badan Menurut Umur di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Status Gizi Anak Balita (TB/U) Jumlah Persentase (%)

1. Normal 59 73,8

2. Pendek 20 25,0

3. Sangat pendek 1 1,3

Jumlah 80 100,0

Status gizi anak balita (TB/U) paling banyak berada pada kategori normal yaitu sebanyak 73,8%, tetapi masih ada ditemukan status gizi sangat pendek sebanyak 1,3%.

4.5.3. Status Gizi Balita (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Status gizi anak balita (BB/TB) dapat ditampilkan seperti pada tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Tinggi Badan di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Status Gizi Balita (BB/TB) Jumlah Persentase (%)

2. Normal 57 71,2

3. Kurus 21 26,3

4. Sangat Kurus 2 2,5

Jumlah 80 100,0

Status gizi anak balita (BB/TB) paling banyak berada pada kategori normal yaitu sebanyak 72,5%, disamping itu masih ada ditemukan status gizi pada kategori sangat kurus yaitu sebanyak 2 balita (2,5%).

4.6. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga

Dari hasil penelitian dapat digambarkan status gizi anak balita berdasarkan karakteristik keluarga (jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan gizi ibu, dan jenis pekerjaan ibu) dan pola makan keluarga (tingkat konsumsi energi dan protein keluarga).


(46)

4.6.1. Status Gizi Anak Balita (BB/U) Berdasarkan Karakteristik Keluarga Hasil tabulasi silang antara status gizi anak balita (BB/U) berdasarkan karakteristik keluarga dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8. Distribusi Status Gizi Anak Balita (BB/U) Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Karakteristik Keluarga

Status Gizi Anak Balita (BB/U)

n %

Normal Kurang Sangat

Kurang

n % n % n %

1. Jumlah Anggota Keluarga :

− Kecil (3-4 orang) − Sedang (5-6 orang) − Besar (7-9 orang)

20 34 3 100,0 69,4 27,3 0 13 7 0,0 26,5 63,6 0 2 1 0,0 4,1 9,1 20 49 11 100,0 100,0 100,0

Total 57 71,2 20 25,0 3 3,8 80 100,0

2. Pendapatan Keluarga :

− Tinggi − Rendah 35 22 79,5 61,1 9 11 20,5 30,6 0 3 0,0 8,3 44 36 100,0 100,0

Total 57 71,2 20 25,0 3 3,8 80 100,0

3. Pengetahuan Gizi Ibu :

− Baik − Cukup − Kurang 5 40 12 100,0 81,6 46,2 0 9 11 0,0 18,4 42,3 0 0 3 0,0 0,0 11,5 5 49 26 100,0 100,0 100,0

Total 57 71,2 20 25,0 3 3,8 80 100,0

4. Pekerjaan Ibu

− PNS

− Pedagang/Wiraswasta − Petani

− Buruh Tani − IRT 1 3 20 1 32 100,0 60,0 60,6 100,0 80,0 0 2 12 0 6 0,0 40,0 36,4 0,0 15,0 0 0 1 0 2 0,0 0,0 3,0 0,0 5,0 1 5 33 1 40 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

57 71,2 20 25,0 3 3,8 80 100,0

Dalam hal status gizi (BB/U) berdasarkan jumlah anggota keluarga, diperoleh persentase terbesar status gizi kurang berasal dari keluarga sedang dan keluarga besar yaitu 26,5% dan 63,6%. Sementara status gizi berdasarkan pendapatan keluarga, diperoleh sebanyak 30,6% anak balita memiliki status gizi kurang pada keluarga pendapatan rendah, bahkan pada kelompok itu juga ditemukan sebanyak 8,3% anak balita yang status gizinya sangat kurang.


(47)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada ditemukan anak balita dengan status gizi kurang pada pengetahuan gizi ibu kategori baik, tetapi pada pengetahuan gizi ibu kategori cukup dan kurang diperoleh status gizi kurang sebanyak 18,4% dan 42,3%. Dalam hal jenis pekerjaan ibu, diperoleh persentase gizi kurang paling banyak (40,0%) pada ibu yang memiliki jenis pekerjaan pedagang/wiraswasta.

4.6.2. Status Gizi Anak Balita (TB/U) Berdasarkan Karakteristik Keluarga Status gizi anak balita (TB/U) dapat dilihat dari karakteritik keluarga yang meliputi jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan keluarga dan tingkat pengetahuan gizi ibu. Hasil lengkapnya ada pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9. Distribusi Status Gizi Anak Balita (TB/U) Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Karakteristik Keluarga

Status Gizi Anak Balita (TB/U)

n %

Normal Pendek Sangat

Pendek

n % n % n %

1. Jumlah Anggota Keluarga :

− Kecil (3-4 orang) − Sedang (5-6 orang) − Besar (7-9 orang)

19 37 3 95,0 75,5 27,3 1 11 8 5,0 22,4 72,7 0 0 1 0,0 0,0 9,1 20 49 11 100,0 100,0 100,0

Total 59 73,8 20 25,0 1 1,2 80 100,0

2. Pendapatan Keluarga :

− Tinggi − Rendah 36 23 81,8 63,9 8 12 18,2 33,3 0 1 0,0 2,8 44 36 100,0 100,0

Total 59 73,8 20 25,0 1 1,2 80 100,0

3. Pengetahuan Gizi Ibu :

− Baik − Cukup − Kurang 5 42 12 100,0 85,7 46,2 0 7 13 0,0 14,3 50,0 0 0 1 0,0 0,0 3,8 5 49 26 100,0 100,0 100,0

Total 59 73,8 20 25,0 1 1,2 80 100,0

4. Pekerjaan Ibu

− PNS

− Pedagang/Wiraswasta − Petani

− Buruh Tani − IRT 1 4 20 0 34 100,0 80,0 60,6 0,0 85,0 0 1 12 1 6 0,0 20,0 36,4 100,0 15,0 0 0 1 0 0 0,0 0,0 3,0 0,0 0,0 1 5 33 1 40 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0


(48)

Pada kelompok keluarga sedang ada sebanyak 22,4% anak balita dengan status gizi (TB/U) pendek. Sementara pada kelompok keluarga besar jumlah anak balita status gizi (TB/U) pendek meningkat yaitu menjadi 72,7%. Demikian juga dalam hal pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi ibu, jumlah status gizi (TB/U) pendek meningkat seiring dengan penurunan pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi ibu.

Status gizi sangat pendek hanya ditemukan pada ibu yang memiliki jenis pekerjaan petani (3,0%), dan pada jenis pekerjaan itu juga ditemukan paling banyak jumlah anak balita yang memiliki status gizi pendek yaitu sebanyak 36,4%.

4.6.3. Status Gizi Anak Balita (BB/TB) Berdasarkan Karakteristik Keluarga Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan panjang badan dengan kecepatan tertentu. Dimana perubahan status gizi anak balita (BB/TB) dapat dilihat dari keadaan karakteritik keluarga.

Tabel 4.10. Distribusi Status Gizi Anak Balita (BB/TB) Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Karakteristik Keluarga

Status Gizi Anak Balita (BB/TB)

n %

Normal Kurus Sangat

Kurus

n % n % n %

1. Jumlah Anggota Keluarga :

− Kecil (3-4 orang) − Sedang (5-6 orang) − Besar (7-9 orang)

19 35 3 95,0 71,4 27,3 1 12 8 5,0 24,5 72,7 0 2 0 0,0 4,1 0,0 20 49 11 100,0 100,0 100,0

Total 57 71,2 21 26,3 2 2,5 80 100,0

2. Pendapatan Keluarga :

− Tinggi − Rendah 35 22 79,5 61,1 9 12 20,5 33,3 0 2 0,0 5,6 44 36 100,0 100,0

Total 57 71,2 21 26,3 2 2,5 80 100,0

3. Pengetahuan Gizi Ibu :

− Baik − Cukup − Kurang 5 40 12 100,0 81,6 46,2 0 9 12 0.0 18.4 46.2 0 0 2 0.0 0.0 7.7 5 49 26 100,0 100,0 100,0


(49)

Status Gizi Anak Balita (BB/TB)

n %

Normal Kurus Sangat

Kurus

n % n % n %

4. Pekerjaan Ibu

− PNS

− Pedagang/Wiraswasta − Petani

− Buruh Tani − IRT 1 3 20 0 33 100,0 60,0 60,6 0,0 82,5 0 2 12 1 6 0,0 40,0 36,4 100,0 15,0 0 0 1 0 1 0,0 0,0 3,0 0,0 2,5 1 5 33 1 40 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Total 57 71,2 21 26,3 2 2,5 80 100,0

Hampir semua (95,0%) anak balita yang berasal dari keluarga kecil memiliki status gizi (BB/TB) normal, namun tidak demikian pada keluarga sedang dan besar. Dimana dengan semakin meningkatnya jumlah anggota keluarga, maka jumlah anak balita yang kurus juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tabel di atas bahwa status gizi kurus pada keluarga sedang sebanyak 24,5% meningkat menjadi 72,7% pada keluarga besar. Demikian juga dalam hal pendapatan keluarga dan pengetahuan gizi ibu, ditemukan status gizi sangat kurus pada keluarga yang memiliki pendapatan kategori rendah (33,3%) dan pengetahuan gizi ibu kategori kurang (46,2%).

Status gizi sangat kurus hanya ditemukan pada ibu yang memiliki jenis pekerjaan petani (3,0%), sedangkan status gizi kurus paling banyak ditemukan pada ibu yang memiliki jenis pekerjaan pedagang/wiraswasta yaitu sebanyak 40,0%.

4.7. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Pola Makan Keluarga

Dalam penelitian ini, status gizi anak balita juga dapat dilihat berdasarkan pola makan keluarga yang meliputi tingkat konsumsi energi dan protein keluarga.


(50)

4.7.1. Status Gizi Anak Balita (BB/U) Berdasarkan Pola Makan Keluarga

Semakin rendah tingkat konsumsi energi dan protein keluarga, maka status gizi anak balita (BB/U) juga semakin menurun. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel 4.11. berikut.

Tabel 4.11. Distribusi Status Gizi Anak Balita (BB/U) Berdasarkan Pola Makan Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Pola Makan Keluarga

Status Gizi Anak Balita (BB/U)

n %

Normal Kurang Sangat

Kurang

n % n % n %

1. Konsumsi Energi :

− Baik − Sedang − Kurang − Defisit 23 32 2 0 100,0 84,2 11,8 0,0 0 6 12 2 0,0 15,8 70,6 100,0 0 0 3 0 0,0 0,0 17,6 0,0 23 38 17 2 100,0 100,0 100,0 100,0

Total 57 71,2 20 25,0 3 3,8 80 100,0

2. Konsumsi Protein :

− Baik − Sedang − Kurang − Defisit 13 31 13 0 100,0 93,9 48,1 0,0 0 2 14 4 0,0 6,1 51,9 57,1 0 0 0 3 0,0 0,0 0,0 42,9 13 33 27 7 100,0 100,0 100,0 100,0

Total 57 71,2 20 25,0 3 3,8 80 100,0

Status gizi (BB/U) kurang mulai ditemukan pada keluarga yang memiliki konsumsi energi kategori sedang (15,8), dan jumlahnya meningkat pada keluarga yang konsumsi energinya kategori kurang (70,6%) dan defisit (100,0%). Hal yang sama juga terjadi pada keluarga yang konsumsi proteinnya semakin menurun, bahkan dari 7 anak balita dengan keluarga yang konsumsi proteinnya kategori defisit, 42,9% diantaranya memiliki status gizi sangat kurang.

4.7.2. Status Gizi Anak Balita (TB/U) Berdasarkan Pola Makan Keluarga

Dari hasil penelitian juga dapat diketahui status gizi anak balita (TB/U) berdasarkan pola makan keluarga. Untuk data lengkapnya ada pada tabel 4.13.


(51)

Tabel 4.12. Distribusi Status Gizi Anak Balita (TB/U) Berdasarkan Pola Makan Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Pola Makan Keluarga

Status Gizi Anak Balita (TB/U)

n %

Normal Pendek Sangat

Pendek

n % n % n %

1. Konsumsi Energi :

− Baik − Sedang − Kurang − Defisit 23 32 3 0 100.0 84.2 17.6 0,0 0 6 13 1 0.0 15.8 76.5 50,0 0 0 1 1 0.0 0.0 5.9 50.0 23 38 17 2 100,0 100,0 100,0 100,0

Total 59 73,8 20 25,0 2 2,5 80 100,0

2. Konsumsi Protein :

− Baik − Sedang − Kurang − Defisit 13 31 14 0 100.0 93.9 51.9 0.0 0 2 13 5 0.0 6.1 48.1 71.4 0 0 0 2 0.0 0.0 0.0 28.6 13 33 27 7 100,0 100,0 100,0 100,0

Total 59 73,8 20 25,0 2 2,5 80 100,0

Status gizi anak balita menurun seiring dengan penurunan konsumsi energi keluarga. Hal ini dapat dilihat dari jumlah anak balita yang status gizi (TB/U) pendek pada keluarga yang konsumsi energinya kategori sedang (15,8%), kurang (76,5%) dan defisit (50,0%). Demikian juga dalam konsumsi protein, status gizi pendek mulai terlihat pada keluarga yang konsumsi proteinnya sedang (6,1%), kurang (48,1%) dan jumlahnya meningkat pada keluarga yang konsumsi proteinnya kategori defisit (71,4%).

4.7.3. Status Gizi Anak Balita (BB/TB) Berdasarkan Pola Makan Keluarga Status gizi anak balita (BB/TB) juga dapat dilihat dari pola makan keluarga yang meliputi tingkat konsumsi energi dan protein keluarga. Hasil lengkapnya ada pada tabel di bawah ini.


(52)

Tabel 4.13. Distirbusi Status Gizi Anak Balita (BB/TB) Berdasarkan Pola Makan Keluarga di Desa Amal Tani Kecamatan Serapit Kabupaten Langkat tahun 2010

No. Pola Makan Keluarga

Status Gizi Anak Balita (BB/TB)

n %

Normal Kurus Sangat

Kurus

n % n % n %

1. Konsumsi Energi :

− Baik − Sedang − Kurang − Defisit 23 31 3 0 100,0 81,6 17,6 0,0 0 7 12 2 0,0 18,4 70,6 100,0 0 0 2 0 0,0 0,0 11,8 0,0 23 38 17 2 100,0 100,0 100,0 100,0

Total 57 71,2 21 26,3 2 2,5 80 100,0

2. Konsumsi Protein :

− Baik − Sedang − Kurang − Defisit 13 30 13 1 100,0 90,9 48,1 14,3 0 3 14 4 0,0 9,1 51,9 57,1 0 0 0 2 0,0 0,0 0,0 28,6 13 33 27 7 100,0 100,0 100,0 100,0

Total 57 71,2 21 26,3 2 2,5 80 100,0

Status gizi (BB/TB) kurus pada anak balita dengan konsumsi energi keluarga kategori sedang sebanyak 18,4%, kategori kurang sebanyak 70,6% dan kategori defisit sebanyak 100,0%. Begitu juga dengan konsumsi protein keluarga, diperoleh sebanyak 9,1% anak balita yang memiliki status gizi kurus dengan konsumsi protein keluarga kategori sedang, sementara status gizi kurus pada anak balita dengan konsumsi protein keluarga kategori kurang sebanyak 51,9%, sedangkan pada kategori defisit sebanyak 57,1%.


(53)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar (55,0%) keluarga memiliki pendapatan yang tinggi. Jumlah anak balita gizi kurang pada keluarga pendapatan tinggi hanya 20,5%, sementara gizi kurus pada keluarga pendapatan rendah ada 33,3%, bahkan pada pendapatan rendah tersebut ditemukan status gizi sangat kurus (5,6%) berdasarkan indeks BB/TB. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi kurus semakin meningkat pada keluarga dengan pendapatan rendah. Hasil penelitian Sarah, M. (2008) di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga kategori rendah (di bawah UMR) dengan berat badan menurut umur (BB/TB) anak balita.

Pendapatan keluarga merupakan faktor yang tidak langsung mempengaruhi konsumsi pangan, dimana terdapat hubungan yang positif antara pendapatan dan gizi karena pendapatan merupakan faktor penting bagi pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga yang berpendapatan rendah sering kali tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan sehingga kebutuhan gizi anggota keluarga kurang tercukupi (Berg 1986). Hal senada diungkapkan oleh Soehardjo (1989) bahwa jumlah pangan yang dikonsumsi keluarga dipengaruhi oleh status ekonomi. Namun demikian Soehardjo (1989) menambahkan bahwa pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya


(54)

konsumsi pangan. Berg (1986) juga mengatakan bahwa peningkatan pendapatan tidak selalu membawa perbaikan pada konsumsi pangan karena walaupun banyak pengeluaran untuk pangan, belum tentu kualitas makanan yang dikonsumsi lebih baik.

Pada umumnya ibu bekerja di luar rumah dapat memberikan penambahan pendapatan keluarga. Namun hal ini dapat mempengaruhi pola asuh anak, karena ibu yang bekerja akan memiliki alokasi waktu yang lebih sedikit untuk keperluan anak terutama perhatian dalam konsumsi pangan anak. Oleh karena itu, walaupun ibu bekerja di luar rumah tetap tidak dapat meninggalkan perannya sebagai ibu rumah tangga, pengasuh dan perawat anaknya (Dagun, 1990). Namun apabila ibu tidak bekerja di luar rumah, maka pendapatan keluarga akan rendah karena sebagian besar (71,3%) ayah bekerja sebagai petani. Dimana mereka miliki lahan yang tidak cukup, harga jual hasil panen yang rendah, harga beli pupuk meningkat ditambah lagi transportasi yang susah didapat karena jalannya sulit dilewati oleh kendaraan.

Status gizi anak balita berdasarkan jumlah anggota keluarga, persentase terbesar gizi kurus dari keluarga sedang (24,5%) dan (72,7%) keluarga besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua (95,0%) anak balita yang berasal dari keluarga kecil memiliki status gizi normal. Hasil penelitian Utomo, (2001) di Wilayah Kerja Puskesmas Suruh Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, jumlah anggota keluarga, pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Berg (1986) bahwa jumlah anak yang menderita kelaparan pada


(55)

keluarga besar, empat kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga kecil. Anak-anak yang mengalami gizi kurang pada keluarga beranggota banyak, lima kali lebih besar dibandingkan dengan keluarga beranggota sedikit. Dalam hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga, Sanjur (1982) menyatakan bahwa besar keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga, akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Harper, dkk., (1988), mencoba menghubungkan antara besar keluarga dan konsumsi pangan, diketahui bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang, anak balitanya lebih sering menderita gizi kurang.

Menurut Soehardjo (2003), jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang tersedia di dalam keluarga. Selain itu jumlah anggota keluarga merupakan penentu dalam memenuhi kebutuhan makanan. Apabila anggota keluarga bertambah maka semakin tinggi pula kebutuhan akan pangan. Antara jumlah anggota keluarga dan kurang gizi juga mempunyai hubungan yang sangat nyata pada hubungan masing-masing keluarga. Terutama pada keluarga yang berpenghasilan rendah, pemenuhan makanan akan lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut.

Dari hasi penelitian juga diperoleh bahwa hanya sebanyak 18,4% anak balita dengan status gizi kurus pada pengetahuan gizi ibu kategori cukup, tetapi jumlah anak


(1)

pengetahuan ibu berpengaruh terhadap jenis bahan pangan yang dikonsumsi keluarga sehari-hari.

5.2. Status Gizi Anak Berdasarkan Pola Makan Keluarga

Status gizi (BB/TB) kurus pada anak balita dengan konsumsi energi keluarga kategori sedang sebanyak 18,4%, kategori kurang sebanyak 70,6% dan kategori defisit sebanyak 100,0%. Begitu juga dengan konsumsi protein keluarga, diperoleh sebanyak 9,1% anak balita yang memiliki status gizi kurus dengan konsumsi protein keluarga kategori sedang. Sementara status gizi kurus pada anak balita dengan konsumsi protein keluarga kategori kurang sebanyak 51,9%, sedangkan pada kategori defisit sebanyak 57,1%.

Rendahnya konsumsi energi dan protein keluarga disebakan karena hampir separuh (45,0%) keluarga memiliki pendapatan kategori rendah, sehingga mempengaruhi keluarga dalam mengakses pangan yang cukup. Hal ini sesuai dengan pendapat Soehardjo, (2003) yang menyatakan bahwa pendapatan yang rendah menyebabkan daya beli yang rendah pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan, keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat berakibat buruk terhadap keadaan status gizi terutama bagi balita. Dalam kaitannya dengan status gizi, pendapatan mempunyai hubungan yang erat dengan perubahan dan perbaikan konsumsi pangan, tetapi pendapatan yang tinggi belum tentu menjamin keadaan gizi yang baik

Meskipun dari hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar (55,0%) keluarga memiliki pendapatan kategori tinggi, tetapi hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar (61,3%) keluarga memiliki jumlah anggota


(2)

keluarga kategori sedang, bahkan ada ditemukan jumlah anggota keluarga kategori besar (13,8%), maka hal tersebut dapat mempengaruhi pendistribusian pangan dalam keluarga, ditambah lagi dengan jumlah pendapatan rendah dan jumlah anggota keluarga juga banyak, maka dapat memperburuk keadaan status gizi anak balita. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhardjo (2003) yang menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga juga mempunyai pengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Dimana anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga lainnya dan anak yang kecil biasanya paling terpengaruh oleh kurang pangan. Sebab dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda perlu zat gizi yang relatif lebih banyak dari pada anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-anak yang lebih muda mungkin tidak diberi cukup makanan yang memenuhi kebutuhan gizi.

Dalam keluarga besar dengan keadaan ekonomi lemah, anak-anak dapat menderita oleh karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang. Semakin banyak jumlah anggota keluarga, tentunya akan semakin bervariasi aktivitas, pekerjaan dan seleranya, sehingga jumlah anggota keluarga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan gizi yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan. Dalam hal ini faktor selera dari masing-masing anggota keluarga sangat berpengaruh, karena tidak semua anggota keluarga menyukai jenis makanan yang sama (Suhardjo, 2003).


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Sebagian besar status gizi normal pada jumlah anggota keluarga yang kecil (3-4 orang), pendapatan keluarga yang tinggi dan pengetahuan gizi ibu yang baik, namun status gizi kurang, pendek dan kurus paling banyak pada jumlah anggota keluarga besar (7-9 orang) dan pengetahuan gizi ibu yang kurang.

2. Paling banyak status gizi normal ditemukan pada keluarga yang memiliki pola makan berdasarkan tingkat konsumsi energi dan protein yang baik, dan gizi kurang, pendek serta kurus pada tingkat konsumsi energi dan protein keluarga yang kurang dan defisit.

6.2. Saran

Perlu peningkatan pengetahuan ibu-ibu melalui penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya tentang penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi keluarga.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M. 2004. Analisis Perkembangan Konsumsi Pangan dan Gizi. ICASERD Working Paper No. 67.

Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta

Ariningsih, E. 2002. Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani dan Nabati Sebelum dan Pada Masa Krisis Ekonomi di Jawa. Tesis Magister Sains. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Atmarita. 2006. Analisis Antropometri Balita (SUSENAS 1989 – 2005). Depkes RI.

BAPPENAS. 2004. Relevansi Paket Pelayanan Kesehatan Dasar Dalam Pencapaian Target Nasional dan Komitment Global. Jakarta.

Berg. 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. Rajawali. Jakarta Biro Pusat Statistik. 1999. Statistik Kesejahteraan Rakyat Indonesia. BPS. Jakarta. Catherine Lee. 1989. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta : Arcan. Dagun, S. M. 1990. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rieka Cipta Bulan Bintang. Depkes RI. 2000. Makanan Pendamping ASI. Jakarta

. 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta.

Gabriel A. 2008. Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Serta Hidup Bersih dan Sehat Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita Di Desa Cikarawang, Bogor [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah dan Suhardjo. 1987. Ekonomi Gizi [Diktat yang tidak dipublikasikan]. Bogor : Departemen Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pertanian. Hardinsyah dan V. Tambunan. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak,

dan Serat Makanan. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII ”Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”. Jakarta, 17-19 Mei 2004.

Harmany, A. 2000. Hubungan Antara Karakteristik Keluarga Dan Beberapa Faktor Terkait Dengan Status Gizi Baik Anak Balita Keluarga Miskin Di Kabupaten Gunung Kidul Dan Kabupaten Sukabumi Tahun 2000. Tesis UI.


(5)

Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1988. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah. Jakarta: UI Press.

Hasibuan, A.R. 2001. Perilaku Konsumen Mi Instan Dalam Upaya Mengurangi Ketergantungan Terhadap Makanan Pokok Beras di Yogyakarta. agrUMY IX (2): 98-104.

Irawan, B. 2002. Elastisitas Konsumsi Kalori dan Protein di Tingkat Rumah Tangga. Jurnal Agro Ekonomi 20 (1): 25-47

Madanijah, S. 1994. Masalah Makan pada Anak Sekolah. Makalah yang disajikan dalam Pelatihan dan Penyuluhan Pangan dan Gizi di Kalangan Pendidik Sekolah Dasar dan Menengah, Bandar Lampung, 24-28 Oktober

Martianto, D dan M. Ariani. 2005. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola Konsumsi Pangan Masyarakat Indonesia Dalam Dekade Terakhir. Info Pangan dan Gizi. Edisi Khusus. Vol XV No. 2. Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Gizi Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehata, Jakarta.

Muhilal, I. Jus’at, H.M. Anwar, F. Djalal, dan Ig. Tarwotjo. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Dalam M.A. Rifai et al. (eds.). Risalah Widyakarya Pangan dan Gizi V. Jakarta, 20-22 April 1993. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta

Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

Puskesmas Sekaran, 2005, Laporan Pemantauan Status Gizi Bulanan, Semarang: Puskesmas Sekaran Gunungpati Semarang.

Sajogya, dkk. 1994. Menuju Gizi Baik yang Merata dipedesaan dan di Kota. Yogyakarta : Gajah Mada Univesity Press

Sanjur, D. 1992. Social and Cultur Prespective in Nutrition. USA : Prentice Hall. Santoso, S., 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta

Sarah, Mia. 2008. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2008. Skripsi FKM-USU.

Satoto. 1990. Pertumbuhan dan perkembangan anak, Pengamatan anak umur 0 –18 bulan di kecamatan Mlonggo Kab. Jepara. Disertasi. Universitas Diponegoro.

Sediaoetama, 2000. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I. Jakarta : Dian rakyat


(6)

Seifert, K.L & R.B. Hoffnung. 1997. Child and Addolescent Development. Houghton Mifflin Co. USA. Boston.

Simatupang, P. dan M. Ariani. 1997. Hubungan Antara Pendapatan Rumah Tangga dan Pergeseran Preferensi Terhadap Pangan. Majalah Pangan No. 33 Vol. IX.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Soetjiningsih, 1998, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Sri Mulyati. 1990. Penelitian Gizi dan Makanan. Puslitbang Bogor

Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung : IKAPI

Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Suhardjo.1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Edisi 1. Cetakan 1. Bumi Aksara. Jakarta

Sukarni M. 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bogor; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, PAU Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.

Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

Syarief, H. & Husaini. 2000. Dimensi Pangan dan Gizi dalam Tumbuh Kembang Anak Balita. Makalah yang disajikan dalam Seminar Tumbuh Kembang Anak Balita. Bogor, 16 September.

Unicef. 1998. The State of the World’s Children 1998. Oxford University Press. Utomo, 2001. Studi Beberapa Karakteristik Keluarga Dan Tingkat Konsumsi

(Energi Dan Protein) Balita Yang Berhubungan Dengan Statis Gizi Balita Pada Kelompok Keluarga Miskin Di Wilayah Kerja Puskesmas Suruh Kabupaten Semarang. Undergraduate thesis, Diponegoro University. Dalam

WHO. 1995. Psysical Status: The Use and Interpretation of Anthrophometry. Report of a WHO Expert Committee. WHO Technical Report Series 854. WHO, Geneva.