Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha yang cukup efektif menuju ke arah cita-cita pembangunan nasional Indonesia, salah satunya melalui pendidikan. Sebagaimana ditegaskan dalam GBHN, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa serta berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani serta bertanggung jawab. 1 Pemerintah dengan berbagai usahanya selalu mengadakan upaya perbaikan- perbaikan yang menuju ke arah kesempurnaan. Sehingga langkah-langkah guna mencapai tujuan di atas akan lebih efektif dan efisien. Selain upaya mengadakan perbaikan dalam penyelenggaraan pendidikan di bidang sarana dan prasarana, pemerintahpun berupaya semaksimal mungkin mengadakan perbaikan-perbaikan di bidang kurikulum dan berusaha mensinergikan dengan usaha di bidang perbaikan mental spiritual dengan harapan agar anak didik atau siswa selain menguasai berbagai disiplin ilmu juga mental atau akhlaknya baik, yang pada gilirannya akan tercapai tiga ranah yakni afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk mengarah pada maksud di atas, maka pemerintah berkepentingan untuk mempertahankan bidang studi pendidikan agama di sekolah-sekolah umum serta mendukung adanya sekolah-sekolah agama. Pendidikan agama dapat diartikan sebagai “usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka dapat hidup sesuai dengan ajaran agama”. Sedangkan pengajaran agama berarti “pemberian pengetahuan Agama kepada anak didik, agar mempunyai ilmu pengetahuan agama”. 2 1 Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Al Gesindo, 1996, Cet. 3 h. 11 2 Zuhairini, Abdul Ghafir, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, Cet. 8 h. 27 Dengan demikian, kalau dikatakan mengajarkan agama itu berarti hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan agama saja, sehingga anak-anak akan memiliki pengetahuan agama Islamologi, bukan menjadi orang yang kuat beragama. Sedangkan kalau mendidik agama, maka arahnya adalah pembentukan pribadi muslim yang taat, berilmu dan beramal. Karena itulah penggunaaan istilah pendidikan agama adalah lebih tepat dari pada penggunaan istilah pengajaran agama. Dengan kata lain, pengajaran agama merupakan alat untuk mencapai pendidikan agama. Sebab melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah pada umumnya, bertujuan tetap mendidik agama pada siswa. Itulah sebabnya dalam peraturan-peraturan pemerintah atau GBHN selalu dipakai istilah pendidikan agama bukan pengajaran agama. Kaitannya dengan masalah pendidikan ini, Islam telah mewajibkan dan sekaligus memberikan penilaian yang lebih terhadap usaha pendidikan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11, sebagai berikut: Artinya: ”...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat” QS: al-Mujadalah: 11 3 Ayat ini mengandung pengertian, bahwa tinggi rendahnya derajat seseorang dapat ditentukan dengan ada atau tidaknya iman dan ilmu pengetahuan pada dirinya. Oleh karena itulah Islam mewajibkan kepada semua pemeluknya agar senantiasa belajar dan menggali ilmu pengetahuan, baik ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah dalam artian khusus, maupun yang berhubungan dengan penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatan alam. Akidah, ibadah dan akhlak merupakan suatu mata rantai ajaran Islam yang mutlak diketahui dan diaplikasikan oleh umat Islam. Untuk mengaplikasikan bagian akidah dan ibadah, perlu berpegang teguh dalam mewujudkan bagian 3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semaarang: CV Toha Putra, 1989 akhlak, karena dengan akhlak pula, dapat diperoleh kebahagiaan dan kemaslahatan. Masalah akhlak merupakan masalah yang penting bagi Islam dan bagi kehidupan umatnya. Akhlak adalah nilai pribadi dan harga diri seseorang, maka orang tidak berakhlak akan kehilanagn harga dirinya dihadapan Allah dan masyarakat. Seorang muslim wajib memperbaiki dirinya sebelum bertindak keluar, ia harus beradab, berakhlak terhadap dirinya sendiri, karena ia dibebankan tanggung jawab terhadap keselamatan dan kemaslahatan dirinya dan lingkungan masyarakatnya. Allah SWT memberi peringatan melalui firma-Nya: + ﻥ - . 0ﻥ ”Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” Berkaitan dengan masalah akhlak, telah nampak kehidupan manusia saat ini, terutama generasi muda yang telah menyimpang dari tatanan sosial dan ajaran agama. Masalah generasi muda merupakan masalah yang pelik dihadapi oleh bangsa-bangsa di Dunia. Dan yang disayangkan, ternyata generasi muda Islam pun banyak yang kehidupan dan akhlaknya tidak Islam lagi. Padahal jelas sekali Rasul SAW diutus ke Dunia ini untuk menyempurnakan akhlak, seperti hadis Abu Hurairoh yang diriwayatkan oleh Ahmad: ﻥ 1 2 3 4567 8 9 : Akhlak merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia karena tanpa akhlakul karimah manusia tidak akan menemukan kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupannya, maka banyak sekali orang tua yang merasa khawatir dan takut akan prilaku anaknya, apalagi keadaan sekitar saat ini banar-benar mendukung si anak untuk berlaku amoral yaitu tidak beradab, seperti banyaknya tauran antar pemuda, narkoba, pergaulan bebas dan masih banyak lagi yang lainnya, yang membuat orang tua takut melepas anaknya keluar rumah. Maka tak heran jika orang tua yang lebih memilih memasukan anaknya ke pesantren atau sekolah-sekolah terpadu yang waktu belajarnya memakai seharian penuh, hal ini dilakukan untuk menghindari si anak dari pergaulan luar yang kurang baik. Akidah akhlak sebagai suatu bidang studi, merupakan sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas tentang ajaran agama Islam dalam segi akidah dan Akhlak. Bidang studi Akidah akhlak juga merupakan bimbingan kepada para siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mengandung pengertian bahwa pelaksanaan mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah dalam kegiatan belajar mengajar khusus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan agar peserta didik mampu meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan benar serta bersedia untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuan dari mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah dapat diketahui sebagai berikut : 1 Mata pelajaran Akidah Akhlak dapat memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa tentang hal-hal yang harus diimani menurut ajaran Islam, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. 2 Mata pelajaran Akidah Akhlak dapat memberikan pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan Akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia, maupun dengan alam lingkungannya. 3 Mata pelajaran Akidah Akhlak diharapkan dapat memberikan bekal kepada siswa tentang akidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah. Berdasarkan tujuan di atas, maka posisi bidang studi Akidah Akhlak sangatlah penting dalam usaha membimbing serta mengarahkan sikap dan perilaku keagamaan siswa yang benar dan terarah dalam kehidupan shari-hari. Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka penulis akan meneliti dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA”. B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka timbul permasalahan antara lain: a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar Akidah Akhlak siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan agama siswa dengan prestasi belajar Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang berhubungan dengan perilaku keagamaan siswa, maka penulis hanya akan membatasi permasalahan pada hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, untuk memudahkan pelaksanaan penelitian, maka masalah yang akan diteliti secara operasional dapat dirumuskan sebagai berikut: “Adakah hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian