Pengaruh Motivasi terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama islam di lingkungan sekolah dasar negeri (SDN) 14 pagi pengaduan Jakarta Barat

(1)

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AKIDAH

AKHLAK DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA

(Studi Kasus di Sekolah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

Oleh: DAHLIA 104011000008

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA

(Studi Kasus di Sekolah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: DAHLIA 104011000008

Di bawah Bimbingan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Hj. Shofiah, MS Abdul Ghofur, S. Ag NIP. 150238005 NIP. 150282506

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Prestasi Belajar Akidah Akhlak Dengan Perilaku Keagamaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalan ujian Munaqasyah pada tanggal 5 Pebruari 2009 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, 5 Pebruari 2009 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Dr. H.A.F. Wibisono, MA ………..………. ………

NIP. 150 236 009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiudin Shidiq, M.A ………..………. ………

NIP. 150 299 477

Penguji I

Prof. Dr.Abd Rahman Ghazali, MA ………..………. ………

NIP. 150 063 509

Penguji II

Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag ………..………. ………

NIP. 150 299 477

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 150231356


(4)

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Bismillahirrahmannirrahim

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Dahlia

Tempat/ Tanggal Lahir : Karawang, 10 Juli 1985

NIM : 104011000008

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Hubungan antara Prestasi Belajar Akidah Akhlak dengan Perilaku Keagamaan Siswa MTs Pembangunan UIN Syahid Jakarta

Dosen Pembimbing : 1. Dra. Hj. Shofiah, MS 2. Abdul Ghofur, S. Ag

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Bagai Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh ujian Munaqasah.

Jakarta, 2 Maret 2009


(5)

ABSTRAK

DAHLIA, NIM: 104011000008, Hubungan Antara Prestasi Belajar

Akidah Akhlak Dengan Perilaku Keagamaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Prestasi belajar adalah hasil usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai keunggulan dalam belajar. Perilaku keagamaan merupakan bagian dari religiusitas yang diartikan seluas-luasnya sebagai dimensi kedalaman setiap manusia, bukan monopoli suatu komunitas yang mengatur emosi, jiwa atau ruhaninya, dan dinyatakan dalam keharuan, ketidakberdayaan dan keinysafan. Adapun masalah yang akan diteliti yaitu adakah hubungan antara prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi objektif mengenai bagaimanakah hubungan antara prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa MTs Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriftif korelatif yang didukung teknik-teknik pengumpulan data melalui penyebaran angket, observasi, dan wawancara dengan guru bidang studi yang bersangkutan. Jumlah polpulasi target penelitian sebanyak 252 siswa kelas VIII yang terbagi dalam 7 kelas dan diambil sampel secara acak yang ditentukan sebesar 12% atau 30 orang siswa dari jumlah polpulasi.

Dari hasil pengolahan data diperoleh tabel nilai ”r” product moment ternyata dengan df sebesar 28 dan pada taraf signifikansi 5% diperoleh = 0, 361, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh = 0, 463. Karena rt pada taraf

signifikansi 5% lebih kecil dari ro (0, 361 0,775) maka pada taraf signifikansi

5% hipotesa nihil (ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (ha) diterima. Berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% itu terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Selanjutnya, pada taraf signifikansi 1% rt adalah

lebih kecil juga dari pada ro (0, 463 0,775), maka pada taraf signifikansi 1% itu

hipotesa nihil (Ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (Ha) diterima, ini berarti bahwa untuk taraf signifikansi 1% itu pun terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

Ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa. Hubungan tersebut berada pada kategori yang sangat kuat, sehingga hipotesa alternatif diterima dan hipotesa nihil ditolak.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata yang patut diucapkan selain puja dan puji kehadirat ilahi rabbi, yang memang berkat kudrat dan inayahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan segala kebaikan kepada umatnya sehingga kita termasuk golongan orang-orang yang baik, insya Allah. Shalawat dan salam semoga tercurahkan juga kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan seluruh umatnya yang menempuh jalan kebenaran dan kebaikan sampai hari kiamat.

Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya banyak yang terlibat. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu. Penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dra. Sofiyah MA, M.Ag dan Bapak Abdul Ghofur, MA, dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktunya dan memberi arahan serta masukannya kepada penulis, sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Djamaludin S.Pd kepala sekolah MTs Pembangunan yang telah menyediakan fasilitas dalam melakukan penelitian.

5. Segenap ketua dan staff Perpustakaan Tarbiyah dan Perpustakaan Utama yang telah memfasilitasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah menyumbangkan ilmunya yang tiada terkira, memberikan pelayanan dan fasilitas selama penulis kuliah. 7. Limpahan terimakasih kepada ayahanda dan ibunda yang tak putus-putusnya memberikan kasih sayang, perhatian dan yang terutama limpahan materi selama penulis kuliah serta mendorong ananda untuk menuntut ilmu yang setinggi-tingginya. Juga terimakasih kepada kakak tercinta khususnya (A


(7)

Arsyad dan A Husen) yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan bantuan materinya. Tak lupa kakak tersayang Sarlem Apriliani (almarhumah) yang memberi contoh pentingnya hidup untuk selalu bersabar, alhamdulilah penulis dapat memenuhi impiannya (dapat gelar S1). Serta kakak-kakak ku yang tak bisa ku sebutkan satu persatu (maklum kakaknya banyak) semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya, dan adik ku Abdul Hamid semoga menjadi orang yang berguna, serta keponakan-keponakan ku, kususnya neng Yani hatur nuhun atas bantuannya and semoga jadi Bu Bidan yang handal. 8. Begitu banyak sahabat dan kerabat yang telah menginspirasiku. Tak

habis-habisnya kuhaturkan rasa terima kasihku pada: Jeng Yiyis, Jeng Widiya, Jeng Rodianto, Mas Alek, Om Misbah, Handi (thank’s tuk perhatian N kebersamaannya, smoga persahabatan kita abadi slamanya, jujur aku merasa tenang ketika berada di antara kalian). Ade-ade ASPI KMIK (Keluarga Mahasiswa Islam Karawang) Ika, Ifa, Lia, Fatimah, Seni, Nenk dan Maya. Keluarga Al-husna Ka Sofyan S.S dan Supandi/bungsu (semoga Allah membalas kebaikan kalian). Ayu (yang banyak membantuku baik moril maupun materil), Yuli or Santi (yang slalu menerima kehadiranku di rumahnya). Abdullah Nr (thnx for all). Ka Arwani (smoga bahagia dengan pilihannya, syukron atas perhatian N kebaikannya slama ini), mang Ceceng (syukron coz tlah membetulakn laptop ku waktu kena virus sehingga skripsi ini bisa selesai), Dahlan (teruslah berjuang untuk mendapatkan apa yang kau inginkan) juga teman-teman seperjuangan PAI kelas A&C, sahabat-sahabat IRMAFA, KMIK (Edi, Ali, Pak Agus S.Pd.I, de el el) serta berbagai pihak yang sungguh berarti bagiku namun tak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan yang ada.

Akhirnya penulis menyadari sudah tentu, skripsi ini takkan lepas dari kealfaan dan kekurangan yang merupakan ciri dari setiap karya anak manusia seperti yang diisyaratkan kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Maka masukan dan saran konstruktif demi perbaikan skripsi ini begitu diharapkan, sehingga kehadirannya membawa banyak manfaat kepada semuanya khususnya pembaca. Semoga Allah senantiasa menunjuki kita ke arah kebenaran dan kebaikan sehingga kita mendapat ridha dan ampunan-Nya.


(8)

Jakarta, 20 Januari 2009


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Masalah Penelitian... 4

... C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Akidah Akhlak... 7

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 7

2. Pengertian Akidah Akhlak ... 13

a. Pengertian Akidah ... 13

b. Pengertian Akhlak ... 15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar ... 17

B. Pengertian Perilaku Keagamaan Siswa... 22

C. Hubungan Antara Prestasi Belajar Akidah Akhlak Dengan Perilaku Keagamaan Siswa………... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 29

B. Variabel Penelitian... 29


(10)

D. Metode Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Pembangunan... 34

1. Sejarah Singkat Berdirinya Mts Pembangunan ... 34

2. Tokoh Pendiri ... 36

3. Visi dan Misi ... 36

4. Tujuan ... ` 37

5. Pengurus Yayasan ... 38

B. Deskripsi Data ... 39

C. Analisis Data ... 56

D. Interpretasi Data ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel. 1 : Kisi-kisi instrumen angket………... 31

2. Tabel. 2 : Siswa mengawali sesuatu dengan membaca Basmalah... 40

3. Tabel. 3 : Membaca Al-quran setiap hari………. 40

4. Tabel. 4 : Melakukan shalat wajib lima kali sehari ………. 41

5. Tabel. 5 : Bercanda ketika guru sedang mengajar……… 42

6. Tabel. 6 : Siswa menyukai metode yang disampaikan guru Akidah Akhlak………... 42

7. Tabel. 7 : Guru Akidah Akhlak memotivasi siswa agar selalu meningkatkan Prestasinya………... 43

8. Tabel. 8 : Guru Akidah Akhlak disiplin dan sungguh-sungguh dalam Mengajar………... 44

9. Tabel. 9 : Guru memberikan evaluasi sesuai pelajaran berlangsung.. 44

10. Tabel. 10 : Ketika bertemu guru dijalan, siswa mengucapkan salam.. 45

11. Tabel. 11 : Membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah…… 45

12. Tabel. 12 : Siswa mentaati kedua orang tuanya………. 46

13. Tabel. 13 : Siswa menunda-nunda waktu dalam melakukan pekerjaan.47 14. Tabel. 14 : Melaksanakan shalat sunnah ……….. 48

15. Tabel. 15 : Ketika di rumah siswa melaksanakan shalat fardu Berjamaah……… 49

16. Tabel. 16 : Menyisihkan uang untuk sedekah………... 49

17. Tabel. 17 : Mengikuti hari besar Islam di sekolah………. 50

18. Tabel. 18 : Menolong saudara yang terkena musibah……… 51

19. Tabel. 19 : Mengerjakan tugas yang diberikan guru………. 51

20. Tabel. 20 : Ketika mengikuti ujian sekolah, siswa mengerjakannya Sendiri………. 52


(12)

21. Tabel. 21 : Menegur teman yang melakukan perbuatan tercela…... 52

22. Tabel. 22 : Membaca buku pelajaran Akidah Akhlak di rumah…... 53

23. Tabel. 23 : Tidak suka bermalas-malasan……….. 54

24. Tabel. 24 : Merasa putus asa apabila mengalami kegagalan………. 54

25. Tabel. 25 : Tidak senang apabila guru tidak datang………. 55

26. Tabel. 26 : Suka membicarakan orang lain………... 55

27. Tabel. 27 : Prestasi belajar siswa……….. 56

28. Tabel. 28 : Hasil angket responden………... 57


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha yang cukup efektif menuju ke arah cita-cita pembangunan nasional Indonesia, salah satunya melalui pendidikan. Sebagaimana ditegaskan dalam GBHN, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa serta berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani serta bertanggung jawab.1

Pemerintah dengan berbagai usahanya selalu mengadakan upaya perbaikan-perbaikan yang menuju ke arah kesempurnaan. Sehingga langkah-langkah guna mencapai tujuan di atas akan lebih efektif dan efisien. Selain upaya mengadakan perbaikan dalam penyelenggaraan pendidikan di bidang sarana dan prasarana, pemerintahpun berupaya semaksimal mungkin mengadakan perbaikan-perbaikan di bidang kurikulum dan berusaha mensinergikan dengan usaha di bidang perbaikan mental spiritual dengan harapan agar anak didik atau siswa selain menguasai berbagai disiplin ilmu juga mental atau akhlaknya baik, yang pada gilirannya akan tercapai tiga ranah yakni afektif, kognitif dan psikomotorik. Untuk mengarah pada maksud di atas, maka pemerintah berkepentingan untuk mempertahankan bidang studi pendidikan agama di sekolah-sekolah umum serta mendukung adanya sekolah-sekolah agama. Pendidikan agama dapat diartikan sebagai “usaha-usaha secara sistematis

dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka dapat hidup sesuai dengan ajaran agama”. Sedangkan pengajaran agama berarti “pemberian pengetahuan Agama kepada anak didik, agar mempunyai ilmu pengetahuan agama”.2

1Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Al Gesindo, 1996), Cet. 3 h. 11

2Zuhairini, Abdul Ghafir, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet. 8 h. 27


(14)

Dengan demikian, kalau dikatakan mengajarkan agama itu berarti hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan agama saja, sehingga anak-anak akan memiliki pengetahuan agama (Islamologi), bukan menjadi orang yang kuat beragama. Sedangkan kalau mendidik agama, maka arahnya adalah pembentukan pribadi muslim yang taat, berilmu dan beramal. Karena itulah penggunaaan istilah pendidikan agama adalah lebih tepat dari pada penggunaan istilah pengajaran agama. Dengan kata lain, pengajaran agama merupakan alat untuk mencapai pendidikan agama. Sebab melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah pada umumnya, bertujuan tetap mendidik agama pada siswa. Itulah sebabnya dalam peraturan-peraturan pemerintah atau GBHN selalu dipakai istilah pendidikan agama bukan pengajaran agama. Kaitannya dengan masalah pendidikan ini, Islam telah mewajibkan dan sekaligus memberikan penilaian yang lebih terhadap usaha pendidikan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11, sebagai berikut:

!

" #$

%

&&

'

Artinya: ”...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS: al-Mujadalah: 11)3

Ayat ini mengandung pengertian, bahwa tinggi rendahnya derajat seseorang dapat ditentukan dengan ada atau tidaknya iman dan ilmu pengetahuan pada dirinya. Oleh karena itulah Islam mewajibkan kepada semua pemeluknya agar senantiasa belajar dan menggali ilmu pengetahuan, baik ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah dalam artian khusus, maupun yang berhubungan dengan penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatan alam.

Akidah, ibadah dan akhlak merupakan suatu mata rantai ajaran Islam yang mutlak diketahui dan diaplikasikan oleh umat Islam. Untuk mengaplikasikan bagian akidah dan ibadah, perlu berpegang teguh dalam mewujudkan bagian


(15)

akhlak, karena dengan akhlak pula, dapat diperoleh kebahagiaan dan kemaslahatan.

Masalah akhlak merupakan masalah yang penting bagi Islam dan bagi kehidupan umatnya. Akhlak adalah nilai pribadi dan harga diri seseorang, maka orang tidak berakhlak akan kehilanagn harga dirinya dihadapan Allah dan masyarakat. Seorang muslim wajib memperbaiki dirinya sebelum bertindak keluar, ia harus beradab, berakhlak terhadap dirinya sendiri, karena ia dibebankan tanggung jawab terhadap keselamatan dan kemaslahatan dirinya dan lingkungan masyarakatnya. Allah SWT memberi peringatan melalui firma-Nya:

(

)

*

+ ﻥ - .

/0ﻥ

”Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”

Berkaitan dengan masalah akhlak, telah nampak kehidupan manusia saat ini, terutama generasi muda yang telah menyimpang dari tatanan sosial dan ajaran agama. Masalah generasi muda merupakan masalah yang pelik dihadapi oleh bangsa-bangsa di Dunia. Dan yang disayangkan, ternyata generasi muda Islam pun banyak yang kehidupan dan akhlaknya tidak Islam lagi.

Padahal jelas sekali Rasul SAW diutus ke Dunia ini untuk menyempurnakan akhlak, seperti hadis Abu Hurairoh yang diriwayatkan oleh Ahmad:

$ﻥ

1

2

3

4567 8

9$ :

Akhlak merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia karena tanpa akhlakul karimah manusia tidak akan menemukan kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupannya, maka banyak sekali orang tua yang merasa khawatir dan takut akan prilaku anaknya, apalagi keadaan sekitar saat ini banar-benar mendukung si anak untuk berlaku amoral yaitu tidak beradab, seperti banyaknya tauran antar pemuda, narkoba, pergaulan bebas dan masih


(16)

banyak lagi yang lainnya, yang membuat orang tua takut melepas anaknya keluar rumah.

Maka tak heran jika orang tua yang lebih memilih memasukan anaknya ke pesantren atau sekolah-sekolah terpadu yang waktu belajarnya memakai seharian penuh, hal ini dilakukan untuk menghindari si anak dari pergaulan luar yang kurang baik.

Akidah akhlak sebagai suatu bidang studi, merupakan sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang membahas tentang ajaran agama Islam dalam segi akidah dan Akhlak. Bidang studi Akidah akhlak juga merupakan bimbingan kepada para siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini mengandung pengertian bahwa pelaksanaan mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah dalam kegiatan belajar mengajar khusus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan agar peserta didik mampu meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan benar serta bersedia untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuan dari mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah dapat diketahui sebagai berikut :

1) Mata pelajaran Akidah Akhlak dapat memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa tentang hal-hal yang harus diimani menurut ajaran Islam, sehingga tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari.

2) Mata pelajaran Akidah Akhlak dapat memberikan pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan Akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia, maupun dengan alam lingkungannya.

3) Mata pelajaran Akidah Akhlak diharapkan dapat memberikan bekal kepada siswa tentang akidah dan akhlak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang pendidikan menengah.


(17)

Berdasarkan tujuan di atas, maka posisi bidang studi Akidah Akhlak sangatlah penting dalam usaha membimbing serta mengarahkan sikap dan perilaku keagamaan siswa yang benar dan terarah dalam kehidupan shari-hari. Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka penulis akan meneliti dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK DENGAN PERILAKU KEAGAMAAN

SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA”. B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka timbul permasalahan antara lain:

a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar Akidah Akhlak siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan agama siswa dengan prestasi belajar Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang berhubungan dengan perilaku keagamaan siswa, maka penulis hanya akan membatasi permasalahan pada hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, untuk memudahkan pelaksanaan penelitian, maka masalah yang akan diteliti secara operasional dapat dirumuskan sebagai berikut: “Adakah hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak


(18)

dengan Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Memperoleh gambaran yang jelas tentang prestasi belajar Akidah Akhlak siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Untuk memperoleh gambaran tentang perilaku keagamaan siswa sehari-hari.

c. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa sehari-hari.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara prestasi belajar Akidah Akhlak dengan perilaku keagamaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta. Sedangkan manfa’atnya bagi instansi sekolah bisa dijadikan motivasi untuk memperbaiki mutu maupun teknis, baik dari segi sarana, maupun prasarana sekolah, sehingga kualitas kelulusannya bisa berwawasan iptek dan imtak.

Sedangkan bagi guru, bisa menjadi motivasi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, sehingga dapat terus membimbing anak didiknya agar senantiasa memiliki sikap keagamaan yang tinggi. Dan bagi penulis sendiri bisa menjadi titik awal bagi penelitian lebih lanjut.


(19)

BAB II

KAJIAN TEORI

Berprestasi merupakan bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan itu mereka berusaha dengan berbagai cara. Cara yang sering dilakukan adalah belajar. Melalui cara ini orang akan memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Melalui cara ini siswa akan mudah mencapai keunggulan atau kesuksesan yang mereka idamkan.

Siswa yang memiliki prestasi tinggi umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berdiri khusus yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius dari pada siswa yang lainnya. Dan memiliki keterampilan belajar yang efisien.

! " " #

" $" % $ %

& #

' " # ' ( "( " )

"(" & * $" " & ' " #

" # & & & " (

% + (

* $ & ' " , &

- . %

/ " & (

0 # & &

" ( ' " &

("

4S. F. Habeyb, Kamus Populer, (Jakarta: Nuraini, 1983), Cet. 20, h. 296


(20)

1 " " * "

& # ' " # &

& " ( 0 " ( "(

Sedangkan belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari. Namun, dari semua itu tidak setiap orang mengetahui apa itu belajar.

Sebenarnya dari kata “belajar” itu ada pengertian yang tersimpan di dalamnya. Pengertian dari kata “belajar” itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar. Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan

mengemukakan perumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.6

Adapun secara umum, menurut Ramayulis paling tidak suatu aktivitas dikatakan belajar jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:

" 0 & " "

0 # " "(


(21)

" "( ( & " " "

& * &

' & 2

Sedangkan menurut Sumardi Suryabrata bahwa belajar adalah:

0 & " "

0 & , 0 ( ' .

" "(

" "( ( & " " &

* & 0

' 3

Pengertian belajar menurut H.M. Arifin menyatakan bahwa “belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran yang disajikan oleh guru yang berakhir pada kemampuan anak menguasai bahan pelajaran yang disajaikan.”9

Nana Sujana berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan, perubahan tersebut ditujukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan lain-lain yang ada pada diri individu”.10

Pengertian lain yang dikemukakan Muhibbin Syah bahwa belajar adalah “tahapan perubahan seluruh tingkah laku indiviu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”11

Kemudian menurut Prof. Dr. S. Nasution bahwa pengertian belajar adalah:

" "

" "

7Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet. 1V, h. 76 8Sumardi Suryabrata, Proses Belajar Mengajar di Pergruan Tinggi, (Yogyakarta: Andi Offset, 1983), h. 5

9H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h. 172

10Nana Sujana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algasindo, 1995) , h. 28


(22)

' " "

Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (Learning). Namun secara eksplisit maupun secara implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, bahwa definisi manapun konsep belajar itu selalu menunjukan kepada “suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.”13

Pengertian belajar menurut pandangan Psikologi dapat disimpulkan dari beberapa definisi yang dikemukakan beberapa ahli sebagai berikut:

. " ( "

"

. " "

" ( " & "

-" &

. & ( " "

" & ,"( . " & , .

.

# ' # " #

# # & # # '(

" 4

" " "

. "

" & 5

' " # " " "

( (

-6. & "

& " " - 0 #

" " # # " #

# "# " " &

12S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-1, h. 34 13Abin Syamsudin Makmun, psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. h. 157


(23)

2. " & " (

( ( ( "

" " & -"( #

( & ( 0 "

" " & "(

) " & # "

" * &

' " (

" ' # &

" &

" ( & # " # "#

" &

Selain itu juga dapat dipahami bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan tingkah laku secara keseluruhan, artinya terdapat perubahan pada diri individu baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai keunggulan dalam belajar.

Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”

Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.


(24)

Dengan kata lain prestasi belajar dapat diartikan sebagai penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil tes belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor setelah ia mengikuti kegiatan belajar.

Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dengan ditandai adanya kenaikan indeks prestasi belajarnya. Prestasi belajar biasanya dapat dikembangkan dalam bentuk nilai atau

penghargaan, yang antara lain berupa buku rapor siswa atau ijazah. Nilai prestasi belajar dapat diketahui setelah dilaksanakan evaluasi belajar.

a. Pengertian Akidah

Akidah adalah bentuk masdar dari kata ‘aqada, ya’qidu, ‘aqdan – ‘aqidatan” yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian dan kokoh. Sedang secara teknis akidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud akidah adalah kepercayaan yang menghujam atau tersimpul di dalam hati.

Ibnu Taimiyah dalam bukunya “Akidah Al- Wasithiyah” menerangkan makna akidah dengan suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengannya jiwa menjadi tenang sehingga jiwa itu menjadi yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan dan juga tidak dipengaruhi oleh syakwasangka. Sedang Syekh Hasan Al-Banna dalam bukunya “Al-‘Aqoid” menyatakan akidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari kebimbangan dan keragu-raguan.15

Menurut bahasa, Akidah berarti ‘ikatan’.16 Aqidah merupakan kata kalimat dalam bahasa Arab yang berasal dari kata ‘aqada’ yang secara bahasa mempunyai arti ikatan dua utas tali dalam satu bukhul, sehingga menjadi tersambung. Adapun Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam

15Tadjab, dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 11994), Cet. 1 h. 242 16Departemen Agama RI, Dirjen Binbaga Islam, Buku Pelajar Aqidah Akhlak, Cet. 2, 1997, h. 1


(25)

lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai syubhat (keragu-raguan).17

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Akidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang brsumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Berakidah tidak boleh setengah-setengah, harus mantap dan sepenuh hati, tidak boleh ada satu ayat pun atau hadis yang sudah dijamin keshahihannya ditolak, karena tidak sesuai dengan kehendak nafsunya, tetapi kehendaknya dalam berakidah secara komprehensif.

Dari pengertian tersebut menggambarkan bahwa ciri-ciri akidah dalam Islam adalah sebagai berikut:

. " & #

& ( # &

(

. "

7

'. " ( ( #

" " & "

. & & # "

" ' " && ,+& .

" &

. & " & "

" # & " " '

& "

# * & * ( "

8 +9

b.Pengertian Akhlak

17Departemen Agama RI, Dirjen Binbaga Islam, Buku Pelajar Aqidah Akhlak, Cet. Ke-2, 1997, h. 2


(26)

Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlakun bentuk jamak dari kata khulukun artinya tingkah laku, perangai, tabiat dan moral.18 Dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Abd. Hamid Yunus dinyatakan:

456;

"-1 7 < /ﻥ7

0= >.

“Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”19

Secara linguistik (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari kata khulqun atau khuluk yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya di dalam al-Qur’an. Diantaranya terdapat dalam surat Al-Qalam ayat 4 yaitu:

Artinya: ”Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”

Dalam pengertian sehari-hari, kata-kata akhlak biasa diartikan dengan perbuatan yang baik. Akhlak disamakan dengan adab, sopan santun, moral, dan budi pekerti. Tetapi penamaan suatu sebagai akhlak yang baik dalam Islam, harus mengandung dua unsur. Pertama, pada perbuatan itu sendiri, yaitu harus adanya aspek memperhalus, memperindah, memperbagus, atau menampilkan sesuatu dalam bentuk yang lebih baik dari tindakan asal jadi. Kedua, harus ada aspek motivasi atau niat yang baik. Maka suatu perbuatan yang tampaknya baik, seperti menyumbang dalam jumlah besar untuk kepentingan sosial, tidak dinamakan akhlak yang baik kalau dilakukan dengan motivasi untuk popularitas pribadi yang bersangkutan. Sebaliknya, sesuatu perbuatan yang dilakukan dengan niat baik tetapi dengan cara yang tidak baik, juga tidak dinamakan akhlak yang baik, seperti memberikan saran kepada orang tua

18Departemen Agama RI, Dirjen Binbaga Islam... h. 26

19Zaharudin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 1, h. 3


(27)

dengan suara keras dan kata-kata tajam. Al-Jurjani memberikan definisi akhlak sebagai sikap rohaniah yang melahirkan perbuatan dengan mudah, lancar, tanpa ragu-ragu.20

Ibnu Miskawaih dalam bukunya ”Tahzibul Akhlak Wa Tathhirul A’raq” mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak jika yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran. Senada dengan pengertian tersebut Al-Ghozali dalam ”Ihya’ Ulumuddin” membatasi arti akhlak dengan sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.21

Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, dalam Mu’jam al-Wasit, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah ”Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.”22

Sedangkan menurut Al-Farabi, ia menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang.23

Sedangkan pengertian Akhlak menurut istilah adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa pikir dan direnungkan lagi. Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak

adalah

Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak”. Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah dilakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak.

20Agus Bustanuddin, Al-Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 1, h.153-154

21Tadjab, dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam……………h. 243

22H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Rajagrifindo Persada, 2006), h. 4 23H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), h. 29


(28)

Akhlak dermawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak. Dari kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini adalah kehendak, dan kehendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.24

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka tindakan spontan itu disebut akhlak yang baik atau al-akhlak al-karimah. Sebaliknya, apabila tindakan spontanitas itu berupa perbuatan-perbuatan yang buruk, maka tindakan itu disebut akhak tercela atau akhlak buruk (akhlakul mazmumah).

Pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak bercirikan sebagai berikut:

. " ( & (

"

. ( "

5 # "

" " "

. " & " " &

( " #

" & 5

: (

:: ((

: ( 5555 ( &( &( &( & """"

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interasksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.

Secara garis besarnya, faktor-faktor tercapainya prestasi belajar yang baik bisa dikelompokkan kepada dua bagian yaitu :

1) Faktor internal, yakni faktor pendorong yang berasal dari dalam individu siswa itu sendiri.25 Yang termasuk dalam faktor ini antara lain :

24 Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak……….h. 4-5

25

Nana Sudjana, Dasar-dasar Prestasi belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Al Gesindo, 1995), Cet. 3, h. 39


(29)

a. Kemampuan siswa, faktor kemampuan siswa ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Anak yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena baginya akan lebih mudah mengingat dan berpikir kreatif, serta cepat dalam mengambil suatu keputusan.

b. Kecerdasan. Kecerdasan merupakan salah satu aspek penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seorang siswa. Kalau seorang siswa mempunyai tingkat kecerdasan di atas normal atau normal maka secara potensial ia dapat mencapai prestasi tinggi. Sebaliknya bagi siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan di bawah normal, maka sangatlah sukar baginya untuk bersaing dalam mencapai prestasi tinggi.

c. Motivasi belajar, faktor ini memegang peranan pula terhadap prestasi belajar siswa. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik kepada anka-anak, maka akan timbulah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar yang baik.

d. Minat dan usaha, dengan adanya minat akan lebih mendorong belajar individu, sehingga ia akan lebih semangat serta lebih baik. Minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan/mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat kepada bahan/mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar. Oleh karena itu apabila siswa tidak berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan kepada gurunya, agar siswa mau belajar memperhatikan pelajaran.26

e. Sikap dan kegiatan belajar, sikap merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi prestasi belajar. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima/suka) terhadap bahan/mata pelajaran yang akan dipelajari; terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar


(30)

seperti: kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya.

f. Latihan, bagi individu yang sedang belajar harus banyak melakukan latihan agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dapat dimiliki.

g. Sosial ekonomi, faktor sosial ekonomi pun mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh siswa. Termasuk dalam faktor ini, ada tidaknya atau tersedia dan tidaknya fasillitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar. Oleh karena itulah keadaan sosial ekonomi dalam keluarga itu akan banyak mempengaruhi prestasi belajar nantinya.

h. Jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.

i. Psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas: Pertama, faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. Kedua, faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.27

j. Cara belajar, keberhasilan studi siswa dipengaruhi pula oleh cara belajarnya. Ada cara belajar yang efisien dan ada pula cara belajar yang tidak efisien. Seorang siswa yang mempunyai cara belajar yang efisien, memungkinkannya untuk mencapai prestasi lebih tinggi dari pada murid yang mempunyai cara belajar yang tidak efisien.

Faktor-faktor internal tersebut di atas, idealnya harus dimiliki oleh setiap individu apabila menghendaki prestasi belajar yang memadai.

Sebagai bahan perbandingan dari faktor-faktor yang sudah diberikan di atas, penulis menganggap perlu mengemukakan syair dari sayyidina Ali r.a. yang dikutip dari kitab Ta’lim al-Muta’alim sebagai berikut:

27Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. 1, h. 130


(31)

? @

>A B C >1

1 > @ D )

%

"E/1 7

D 77

F-Gﻥ ﺱ

IJ < -G1 *@ $#

@

D C J Eﺱ K

"L 1

GM= N O

< P

Artinya: “ingatlah, sesungguhnya ilmu tidak akan diperoleh melainkan harus memiliki syarat-syarat yang enem, yaitu: memiliki kecerdasan, kemauan keras, memiliki kesabaran, mempunyai modal atau biaya yang memadai, guru yang ikhlas serta memerlukan waktu yang panjang.”28

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa, persyaratan untuk meraih prestasi dan ilmu yang tinggi harus memiliki enam faktor utama. Pertama faktor kecerdasan atau intelegensia, sehingga mudah dalam mencerna pelajaran. Kedua, faktor kemauan keras (optimisme atau percaya pada diri sendiri), serta tidak mudah menyerah atau patah semangat. Ketiga, faktor kesabaran dalam menghadapi segala bentuk hambatan dan rintangan yang mungkin timbul dan atau dialami selama masa belajar. Baik hambatan-hambatan yang timbul dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri sendiri. Keempat, faktor biaya karena mustahil menuntut ilmu akan berjalan lancar dan berhasil tanpa harus mengeluarkan biaya. Apalagi menghadapi masa sekarang ini, faktor biaya dalam kegiatan belajar mutlak harus terpenuhi. Kelima, faktor guru yang sabar. Hal ini merupakan faktor penentu, baik bagi individu yang belajar maupun bagi guru itu sendiri dalam memberikan pelajaran. Keenam, faktor waktu yang panjang karena dalam kegiatan belajar harus melalui fase-fase tertentu, di mana tiap-tiap fase membutuhkan dan atau memakan waktu yang tidak sedikit. 2)Faktor eksternal, yakni faktor pendorong yang berasal dari luar diri individu

dalam interaksinya dengan individu lain, maupun dengan lingkungan sekitarnya yang dapat mengefektifkan setiap langkah untuk mencapai prestasi yang optimal. Yang termasuk faktor ini antara lain :


(32)

a. Faktor guru, “Guru adalah pemimpin utama dan tulang punggung atau kekuatan yang diandalkan.”29 Guru memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar, sebab guru merupakan orang pertama yang memberikan bimbingan dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karenanya dalam meningkatkan prestasi belajar sangat dibutuhkan guru yang penuh tanggung jawab, berdedikasi tinggi, berpengetahuan dan berpengalaman luas.

b. Faktor sarana. Sarana atau alat pendidikan yang lengkap dan memadai akan dapat membantu pelaksanaan kegiatan belajar yang lebih efektif dan efisien. Karena tidak jarang terjadinya proses belajar mengajar terhambat dikarenakan kurangnya faktor sarana. Oleh karenanya sarana atau peralatan juga memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar.

c. Faktor lingkungan (milieu). Lingkungan tidak kalah pentingnya dalam usaha meningkatkan prestasi belajar. Sebab perkembangan jiwa individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan, baik pengaruh positif maupun negatif. Oleh karenanya untuk meningkatkan prestasi belajar sangat dibutuhkan adanya lingkungan yang baik dan positif, yang dapat memberikan dorongan kepada individu untuk lebih rajin dan tekun belajar.

d. Faktor orang tua. Dorongan dan tanggung jawab orang tua merupakan salah satu faktor yang sangat berarti dalam upaya meningkatkan prestasi belajar, karena setiap hari anak lebih banyak bergaul dengan orang tuanya bila dibandingkan dengan gurunya. Anak akan maju jika orang tunya memberikan dorongan serta bimbingan dalam memenuhi segala kebutuhan anaknya setiap hari. Orang tua yang baik akan selalu bertanggung jawab akan segala kebutuhan anak dalam kelengkapan belajarnya, dan selalu memeriksa hasil belajar anaknya, serta senantiasa memberikan dorongan sepenuhnya setiap anak membutuhkannya. Sehingga anak akan mencapai prestasi yang baik.

29Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. Ke-6 h. 7


(33)

e. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahhuan, teknologi dan kesenian.

f.Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.30 Dari beberapa faktor di atas jelaslah, bahwa untuk mencapai prestasi belajar yang baik, adalah dengan cara memenuhi faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam diri sendiri (faktor internal) maupun faktor dari luar diri sendiri (faktor eksternal). Dengan kata lain, bahwa prestasi belajar yang baik akan dapat tercapai apabila faktor-faktor pendukungnya terpenuhi.

+ * + * + * + *

Perilaku sebagai suatu gejala yang dapat ditangkap dengan panca indera mempunyai hubungan erat dengan sikap. Prof. Dr. Jalaludin membagi sikap ke dalam tiga aspek: kognitif berupa kepercayaan, afektif berupa perasaan emosional, dan psikomotorik berupa tindakan yang di ambil.31

Perilaku secara etimologis adalah sikap tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat.32 Sedangkan secara terminologis adalah apa yang dilakukan seseorang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, perilaku adalah tindakan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan.33

Dari beberapa pengertian tentang perilaku di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa perilaku adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang yang nyata dan dapat dilihat atau bersifat konkrit. Perilaku ini merupakan manifestasi dari pada sikap seseorang. Perilaku dapat terjadi secara spontanitas tanpa melalui pembentukan-pembentukan terlebih dahulu dalam jiwa dan juga dapat melalui pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu.

Pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan, Dewa dan sebagainya dengan

30Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar…………..h. 131

31Djalaludin, Psikologi Agama (edisi revisi), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 7, h. 199

32Dali Gulo, kamus Psikologi, (Bandung: Tonis, 1982), Cet. Ke-1, h. 9

33Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. 1, h. 671


(34)

kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.” Menurut prof. Dr. Harun Nasution, bahwa kata agama itu tersusun dari dua kata, a yang berarti tidak dan gam yang berarti pergi. Jadi tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun.34

Sedangkan menurut Dr. Muhammad Daud Ali, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Tuhan melalui ucapan, penyembahan dan permohonan; dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.35 Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa agama dalam kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan penyembahan kepada-Nya dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang terkait dengan itu.

Sedangkan mengenai pengertian keberagamaan, Mahmud Syaltut menyatakan bahwa beragama / keberagamaan adalah usaha manusia menconoh Tuhan dan sifat-sifat-Nya dan dari hasil usaha itulah dicapai kualitas manusia yang didambakan agama.36

Mengenai pengertian perilaku keberagamaan M. Mursal berpendapat bahwa yang dinamakan tingkah laku keagamaan adalah tingkah laku yang didasarkan akan adanya Yang Maha Kuasa, seperti shalat dan sebagainya. Menurut Nurcholis Madjid, perilaku keberagamaan merupakan suatu bagian dari religiusitas yang diartikan seluas-luasnya sebagai dimensi kedalaman setiap manusia, bukan monopili suatu komunitas yang mengatur emosi, jiwa atau ruhaninya, dan dinyatakan dalam keharuan, ketidakberdayaan dan keinsyafan.37

" " & &

" & 3 ! ' "

# * ,( .#

' " ( & & " &

5 " " 5

34Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985), Cet. 5, h. 9

35Muhammaad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. 3, h. 40

36Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 19 37Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 19

38Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplain Diri, (Jakarta: Ribeka Cipta, 1998), h. 109


(35)

& 5 "

" #

' (

& ;

& & ' " ( 5 "

" # " # " " & "

& # " ( &

* & "

# & # 5

" # " "# " " &

& # & # & #

* ( " & &

" &

' " & # & # #

" & (

" " * "

# # # " " ( #

" ' # ( # #

( # " ( ( #

" " " & &

" * # " "

"

" " 5

& ' ,

# # .

" " 5

" ( ( <

( (

(


(36)

( & "

& " 5

Alisyahbana mengatakan bahwa hanya manusia yang mampu mengejawantahkan agama dalam kehidupan sehari-hari yang akan menduduki singgasana kebesaran dan keagungan martabat manusia. Bagi mereka, agama merupakan kitab hidup bagi kedudukan dan ketentraman kehidupannya. Sementara itu, Soelaeman berpendapat bahwa manusia yang mampu beraudiensi dengan Kholiknya, dari dalam dirinya akan memancar aura keyakinan dan kesadaran diri terhadap keberagamannya. Bahkan, dalam seluruh gerak kehidupannya, dia tidak pernah melepaskan mata batin dan hatinya. Dia yakin bahwa eksistensi kediriannya berada dalam hubungan dan pengetahuan al-Khaliqnya.

Demikianlah, bahwa berbagai perilaku keagamaan pada anak didik tidak terlepas dari peran serta orang tua dalam keluarga dan guru di sekolah. Dan karenanya pribadi-pribadi dari mereka itulah yang menjadi dasar-dasar yang mampu mengembangkan disiplin diri, yang berarti pula memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan nilai moral. Sehubungan dengan itu, disiplin diri itu dibangun dari asimilasi serta penggabungan dari nilai-nilai moral untuk diinternalisasi oleh anak didiknya sebagai dasar-dasar untuk mengarahkan perilaku keagamaan.

= = =

= >>>> ))))

+ * + *+ * + *

+ # * "

" ' " " & '

& + " "

0 & 0 0

0 & ?

) # *

" " ( &

0 " ( & "


(37)

" &

" " "( 5"( &

" " # # ( "

" ( & & "

( & " ( 0 " & #

& " *

" (

+ " ( " 5" &

& # &

" & " 5 & (

" ( ( " ' & " &

& # " "

" & ) " " *

" # " # #

" " (" #

& " # & & /

& " ' " # &

" ' " & "

" &

& " 7 & "

" " " &

1 # ( " & (

" +

' & " " # &

" " * " &

" 5 " # *

" " ( " & ' ( "(

" 0 + ( & " &

, . " &

# " '( ( " & (

( & & ) " "

" ( "


(38)

# ("

( + ( & " &

( , .# " # ( "

5

) # " "

" " * " " 5


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

9 @(

99 @(@(

9 @(

" ! ; 4 &

4 A ( " ! ; +& > & = "

/ " " )

BB3 A AA A

A " 0

0 A &

7 ,C.# 0

* ,/.

A C D " ," .

A / D ) " ," * .

= = =

= ("("("(" ++++ """"

) ( ( ( " # ( "( ( & "

"(" & "(" " #

( "( & * ( "( "

& " "

) " "(" & *

! ; 4 & ( " &

" " " "(" & B

( *

) ) ) ) ((((

) " " ( " #

" " & "

" " ( # & ' (

0 & " & & +


(40)

& & # & " "

* 5

E E E

E """" ))))

" " " # "

" ' <

. 1 0

1 0 & " " '

" ( 5 ( & B 1 0

" & " 5

" & "

" " " '

( & " " &

" "

* * & ! ;

+& > & 4

.

" & '

& " & " (

"( ) " & '

& (

& "

" * ! ; 4

& " & "

" & "( & * &

40

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Ardi Offset, 1992), Cet. 2, Jilid 2, h. 73

41


(41)

Tabel. 1

Kisi-kisi Instrumen Angket

A AA

A ((((

+ * + * + * + *

" (

*

' (

) "

(

E0 "

( 0

' ( "

. 9 * '

9 * ' & " " "

& " 0 "

* * ' " ( & (

0 * ," * * ' . " ( (

0 * ,( & * * ' . ) "

" * * '

A " ( &

: : :

: ))))

" " ( #

" " ( & ( #

" " &

" & " "

42Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002), h. 202


(42)

! " # " "

" "5 " " & &

* 4 * & " ( (

" # * ( ( # *

( ( * "

( ( " " & &

(

+ ( ( '

* & &

" " ( &

" ( & " (

+ (

" & 0 *

' ,C. " " & # &

" 5 & ++++ # ++++ #### 5555

& " &

" " & (

" " &

" ( *

+ ( 0 #

& 0 " ,C.# & " 7

# 0 " ,/.# & "

* 1 " (

( 0 # & & "

0

" ( & & (

" ( ( ," ( ' ( '( ( . &

' ( 0


(43)

r

ky = N Q XY – (QX) (QY)

R [ NQX2 – (QX)2 ] . [ NQY2 – (QY)2 ]

F& D ( % % " ( ' (

; D ; ( =

G C/ D 4 " ( C ( /

G C D 4 ( C

G / D 4 ( /

+ F& #

0 & # " " ( "

( ( , .# & (

+ ( ( & + # "

' * <

& % % " ( '

( , F&. "

B#BB H B# B

B# B H B# B

0 C 0 /

" ( #

" (

( , "

( 0 C

A /.

A C A /

43Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 206


(44)

B# B H B# 2B

B#2B H B#?B

B#?B H #BB

" ( &

0 C A /

" ( &

' "

A C A /

" ( &

A C A /


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

I !

II !!

I !

+ + &

+ + &

+ + &

+ + &

Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN (sejak tahun2002 berubah menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H. M. Toha Yahya Omar (alm).

Bulan Juni 1972, bertepatan dengan lustrum III UIN Syarif Hidayatullah, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. Dr. A. Mukti Ali dan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah.

Pada tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan dari pimpinan Bagian Proyek pembinaan Bantuan untuk Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarta kepada UIN Syarif Hidayatullah.

Pertama kali Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah (MP UIN) Jakarta membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari kelas 1: 43 orang, kelas II: 8 orang dan kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan belajar mengajar dimuali tanggal 7 Januari 1974. Tanggal 7 Januari inilah yang kemudian ditetapkan sebagai “hari Kelahiran” MP UIN Jakarta. Pada awal tahun 1977, MP UIN Jakarta membuka tingkat Tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli 1991 dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang.

Pada tahun pelajaran 2006/2007 MP UIN Jakarta kembali membuka tingkat Aliyah. Jumlah peserta didik pada tahun pertama adalah 47 siswa yang dibagi dalam dua kelas.

Sesuai dengan keputusan rektor UIN Syarif Hidayatullah, sejak awal September 1974 pembinaan MP UIN Jakarta dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di


(46)

antaranya menyiapkan MP UIN Jakarta sebagai Madrasah Laboratorium Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah.

Pada tahun 1978, sesuai dengan keputusan Dirjen Bimas Islam Depag RI, Nomor: Kep/D/03/1978, MP UIN Jakarta dinyatakan sebagai Madrasah Pilot

Proyek Percontohan. Berdasarkan keputusan tersebut diselenggarakan

kegiatan penataran penulisan modul dan uji coba pembelajaran dengan sistem modul.

Sampai dengan tahun 1985, empat modul bidang studi telah diujicobakan, yaitu al-Qur’an Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan Matematika. Pada tahun 1988, sesuai dengan keputusan Rektor UIN Sayrif Hidayatullah Nomor 06 Tahun 1988, wewenang pembinaan dan pengelolaan MP UIN Jakarta, dilimpahkan kepada yayasan Syarif Hidayatullah. Sedangkan pengembangan sebagai Madrasah Laboratorium dilaksanakan bersama-sama dengan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah.

Kini di usianya yang ke-34 tahun, siswa MP UIN Jakarta berjumlah 2.486 orang, yang terdiri dari siswa tingkat Ibtidaiyah sebanyak 1.765 orang, siswa tingkat Tsanawiyah sebanyak 722 orang dan tingkat Aliyah 87 orang.

Prestasi-prestasi yang telah diraih baik dalam bidang akademik maupun non akademik serta kepercayaan masyarakat yang begitu besar untuk menyekolahkan putra-putrinya di MP UIN Jakarta membuktikan bahwa MP UIN Jakarta memiliki mutu yang dapat diandalkan.45

( ( ( (( ( ( (

Berdirinya Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak lepas dari jasa-jasa para tokoh yang peduli terhadap pendidikan generasi Islam yakni pejabat-pejabat IAIN Jakarta dan Depag. Pada masa itu, antara lain adalah :

Drs. H. Kafrawi Ridwan, M.A. Prof Dr. H.A. Rahman Partosentoso Drs. H. Husen Segaf M.A.

Drs. H. Bakran Yakob Dr. H. Agustiar, M.A.

45Panduan Siswa Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(47)

Drs. H.A. Muzakir Drs. H.M. Ali Hasan

A A A

A 6666

A AA A

Menjadikan Madrasah Pembangunan UIN sebagai jenjang pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan mengapresiasi potensi-potensi anak serta perkembangan era globalisasi dan perkembangan zaman.

1. Menyelenggarakan pendidikan yang akan melahirkan lulusan yang beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan kompetitif dan keunggulan komparatif.

2. Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terbentuk keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan jasmani siswa serta dapat melahirkan lulusan yang cerdas, kuat dan sehat.

3. Senantiasa melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan keislaman, sains, dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia.

4. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga kependidikan sebagai tenaga profesional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan mengajar (skill teaching), kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak mulia.

5. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga kependidikan yang profesional yang menguasai bidang ilmu mendukung tugasnya, etos kerja yang tinggi, serta kepribadian yang Islami.

6. Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada para siswa


(48)

untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai center for learning.

7. Melakukan pembinaan kemandirian dan tem work melalui berbagai aktivitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.

' " & " & "

7* " ( "

5 ("

* & & " "

# ( ( " "

' ( " " "

" ( " "(

& " &

" # " "

( (

& & "

" " * 5 * " 5 & #

( 5 = (

@

* & * &

( " (

6 * & * & "

*( 0 "

/ & / & / & / &

Yayasan

< 8 ( ! ; +& > & 4

( < 5 ( ) > + >


(49)

< ( ) > ; #

9 < ) > + (

+ < ( ) > #

< 5 ( ) > ) 8( & #

5 ) > : #

- ) > > + (

" " " "

) < ) > : > #

9 ) < ) + # "

" * & < ) # +

9 < > E +(

9 * < ( ( # +

! < )

" " < ) 8 7

" @ ( ( < > 4 #

(( ( E < 7

! J> < ) >

) < + +# +>

) " < + 8 # +E

) " )

)) "" ))

) " )

Seperti telah dikemukakan pada bab sebelmunya bahwa salah satu teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket, yang bertujuan untuk memperoleh data tentang


(50)

hubungan prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa. Angket ini terdiri dari 25 point. Teknik pengukuran dari angket ini menggunakan skala prosentase dengan bobot nilai untuk setiap jawaban sebagai berikut:

! " & & "( # ( & &

, . D # , . D # 5 , . D #

" , ". D

+ " & & # ( &

& 5 & # , . D # , . D # 5

, . D # " , ". D

Pembahasan mengenai hasil angket dengan menggunakan tabulasi yang merupakan proses mengubah data dari instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel angka (persentase), dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini dengan menggunakan rumus:

P = f _ x 100 N

Keterangan: P = persentase F = frekuensi N = number of cases

Tabel.2

Siswa mengawali segala sesuatu dengan membaca Basmalah

;( 4 * :

+ 2 K

+ 2 K

= 5 6 K

) 5 B K


(51)

Tabel di atas menunjukan bahwa siswa yang mengawali segala sesuatu dengan membaca basmalah, yaitu (23%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (23%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (54%), dan tak seorangpun yang menjawab tidak pernah.

Ini berarti masih banyak siswa yang belum memahami makna kalimat basmalah. Padahal setiap kita melakukan perbuatan yang baik, kemudian diawali dengan basmalah maka hidup kita akan penuh dengan keberkahan. Itu tandanya kita selalu mengingat Allah SWT yang telah menciptakan kita.

Tabel. 3

Membaca Al-qur’an setiap hari

;( 4 * :

+ K

+ 6 B K

= 5 2B K

) 2 K

4! @ > B BB K

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang suka membaca al-Qur’an setiap hari relatif sedikit, yaitu (3%) menjawab ”selalu”, dan yang menjawab ”sering” ada (20%), sedangkan yang menjawab ”kadang-kadang” (70%), adapun sisanya (7%) memilih jawaban ”tidak pernah”.

Dengan demikian, pihak sekolah terutama guru bidang studi akidah akhlak harus memotivasi lagi para siswanya untuk tadarus al-Qur’an. Karena dengan selalu membaca al-Quran, hati kita akan menjadi tenang.

Tabel. 4

Melakukan shalat wajib lima kali sehari

;( 4 * :

+ 3 2 K

+ 6 K


(52)

) 5 B K

4! @ > B BB K

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang suka melakukan shalat wajib lima kali sehari masih belum banyak, yaitu (27%) menjawab ”selalu”, dan yang menjawab ”sering” ada (46%), sedangkan yang menjawab ”kadang-kadang” (27%), dan tidak seorangpun yang memilih jawaban ”tidak pernah”. Ini berarti tingkat intensitas siswa MTs Pembangunan UIN Syahid Jakarta dalam melaksanakan shalat wajib belum cukup tinggi. Namun hasil ini tetap belum memuaskan karena shalat wajib seharusnya dikerjakan tanpa ada alasan meninggalkannya terutama bagi orang Islam yang sudah baligh, kecuali alasan-alasan tertentu yang dibolehkan agama Islam untuk meninggalkan shalat seperti haidh bagi perempuan. Selain itu juga, bagi anak yang sudah berumur sepuluh tahun belum melaksanakan shalat, maka harus diberi hukuman.

Tabel. 5

Bercanda ketika guru sedang mengajar

;( 4 * :

+ K

+ B K

= 5 3 K

) K

4! @ > B BB K

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang bercanda ketika guru sedang mengajar, yaitu (3%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (10%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (84%), adapun sisanya yang berjumlah (3%) memilih jawaban tidak pernah. Ini berarti bahwa kebanyakan siswa belum bisa menghargai seseorang yang ada di depan. Bagaimana kita mau dihargai dan dihormati oleh orang lain kalau kita tidak dapat menghargai orang lain. Sedangkan menghargai orang lain termasuk sifat terpuji. Apalagi


(53)

menghargai guru yang sedang mengajar, itu akan meencerminkan bahwa kita mempunyai akhlak yang baik.

Tabel. 6

Siswa menyukai metode yang disampaikan oleh guru Aqidah Akhlak

;( 4 * :

+ 2 K

+ 3 2 K

= 5 5 B K

) 5 B K

4! @ > B BB K

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menyukai metode yang disampaikan oleh guru Aqidah Akhlak, yaitu (73%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (27%), dan tak seorangpun yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah.

Data di atas menunjukkan bahwa banyak siswa yang suka dengan metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran Akidah Akhlak. Metode menjadi suatu hal yang penting dalam pembelajaran, karena dengan metode yang tepat, maka proses penyampaian informasi dalam hal ini materi pelajaran akan mudah diterima oleh siswa.

Tabel. 7

Guru Aqidah Akhlak memotivasi siswa agar selalu meningkatkan prestasinya

;( 4 * :

+ K

+ B K

= 5 B K

) 5 B K


(54)

Tabel di atas menunjukkan bahwa guru yang memotivasi siswa agar selalu meningkatkan prestasinya, yaitu (5%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (40%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (10%), dan tak seorangpun yang menjwab tidak pernah.

Tabel di atas menunjukkan bahwa guru selalu memotovasi kepada siswa agar selalu meningkatkan prestasinya. Motivasi ini sangat penting sebagai salah satu faktor ekstrinsik yang mendorong minat belajar siswa dalam belajar.

Tabel. 8

Guru Aqidah Akhlak disiplin dan sungguh-sungguh dalam mengajar

;( 4 * :

+ 2B K

+ ? B K

= 5 5 B K

) 5 B K

4! @ > B BB K

Tabel di atas menunjukkan bahwa guru Aqidah Akhlak yang disiplin dan sungguh-sungguh, yaitu (70%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (30%), dan tak seorangpun yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah.

Banyaknya siswa yang menjawab bahwa guru disiplin dan sungguh-sungguh dalam mengajar menunjukkan bahwa guru telah disiplin dan bersungguh-sungguh dalam mengajar, karena guru patut memberikan teladan kepada siswa agar siswa pun disiplin dan sungguh-sungguh dalam belajar.

Tabel. 9

Guru memberikan evaluasi sesuai pelajaran berlangsung

;( 4 * :

+ 2 K

+ K


(55)

) K

4! @ > B BB K

Tabel di atas dapat diketahui, siswa yang menjawab bahwa guru memberikan evaluasi sesuai pelajaran berlangsung sebanyak 37% yang menjawab selalu, sebanyak 43% kategori jawaban sering, kategori jawaban kadang-kadang sebanyak 17%, dan untuk kategori jawaban tidak pernah sebanyak 3%.

Tabel. 10

Ketika bertemu guru di jalan, siswa mengucapkan salam dan mencium tangannya

;( 4 * :

+ B K

+ B K

= 5 6 B K

) 2 K

4! @ > B BB K

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa ketika bertemu guru di jalan, kemudian mengucapkan salam dan mencium tangannya, yaitu (33%) menjawab selalu, dan yang menjawab sering ada (40%), sedangkan yang menjawab kadang-kadang (20%), adapun sisanya (7%) yang menjawab tidak pernah.

Dengan demikian, perilaku sosial siswa sangat tinggi. Karena ilmu yang bermanfaat adalah mampu mengaplikasikannya. Hal ini berarti teori yang telah diajarkan di kelas langsung dipraktikkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal akhlak.

Tabel. 11

Membantu orang tua untuk menerjakan pekerjaan rumah

;( 4 * :


(56)

+ 6 B K

= 5 ? 6 K

) K

4! @ > B BB K

Dapat diketahui melalui tabel di atas, bahwa siswa yang membantu orang tua di rumah, dengan kategori jawaban selalu sebanyak 13 %, kategori jawaban sering 20 5%, kategori jawaban kadang-kadang sebanyak 64 %, dan untuk kategori jawaban tidak pernah sebanyak 3 %. Ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum berbakti kepada orang tua. Padahal dalam al-quran dijelaskan bahwa kita harus berbuat baik kepada kedua orang tua, jangan pernah berpikiran untuk menyakitinya. Apalagi kepada seorang ibu yang telah mengandung kita selama sembilan bulan dengan susah payah, kemudian melahirkan, mengasuh dan mendidik kita hingga sekarang. Kepada seorang ayah yang telah banting tulang mencari nafkah untuk membiayai hidup kita dan keluarga.

Tabel. 12

Siswa mentaati kedua orang tuanya

;( 4 * :

+ 2 2 K

+ K

= 5 5 B K

) 5 B K

4! @ > B BB K

Dapat diketahui melalui tabel di atas, bahwa siswa yang mentaati kedua orang tuanya, dengan kategori jawaban selalu sebanyak 57 %, kategori jawaban sering sebanyak 43 %, dan tidak seorangpun yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Data di atas menunjukkan bahwa sudah banyak siswa yang mentaati kedua orang tuanya. Keharusan berbakti kepada oranng tua yang diajarkan dalam Islam ini sangat rasional, mengingat sedemikian besar jasa ibu


(57)

bapak dalam membesarkan dan merawat anak-anaknya. ”Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya: ”ah”. Janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra: 23)

Termasuk dalam hal berbakti kepada kedua orang tua adalah mematuhi semua perintahnya. Kecuali jika kita diperintah mempersekutukan Allah SWT, harus menolaknya. ”Dan kami wajibkan kepada manusia berbuat kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..” (QS. Al-Ankabut: 8)

Tabel. 13

Siswa menunda-nunda waktu dalam melakukan pekerjaan

;( 4 * :

+ 5 B K

+ 2 K

= 5 3 6B K

) K

4! @ > B BB K

Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menunda-nunda waktu dalam melakukan pekerjaan, yaitu (0%) yang menjawab selalu, yang menjawab sering ada (37%), yang menjawab kadang-kadang (60%), sedangkan sisanya (3%) yang menjawab tidak pernah. Jangan sekali-kali menunda pekerjaan, kalau ada tugas langsung dikerjakan. Karena ada tiga hal dalam hidup yang tidak akan pernah kembali yaitu waktu, perkataan dan kesempatan. Banyak orang bilang bahwa kesempatan tidak akan datang dua kali. Selagi kita mampu untuk melakukannya sekarang maka lakukanlah.

Tabel. 14


(1)

R [30 x 149713 – 21152

] . [30 x 154969 – 21512]

= 4564950 – 4549365

R (4491390 – 4473225) x (4649070 – 4626801) = 15585

R 18165 x 22269 = 15585

20112,6

= 0, 775

) ) )

) """" ))))

Untuk menguji hipotesa nihil atau hipotesa alternatif dilakukan dengan cara membandingkan dengan ”r” pada tabel product moment terlebih dahulu merumuskan hipotesa nihil (Ho) dan hipotesa alternatifnya (Ha) yaitu:

Hipotesa alternatif (Ha) : adanya hubungan antara variabel X dan Y, sedangkan hipotesa nihil (Ho) tidak adanya hubungan atau korelasi antara variabel X dan Y. Adapun rumusannya sebagai berikut:

df = N – nr = 30 – 2 = 28 5% = 0, 361 1% = 0, 463

Dengan memeriksa tabel nilai ”r” product moment ternyata dengan df sebesar 28 dan pada taraf signifikansi 5% diperoleh = 0, 361, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh = 0, 463. Karena rt pada taraf signifikansi 5% lebih kecil dari ro (0, 361 0,775) maka pada taraf signifikansi 5% hipotesa nihil (ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (ha) diterima. Berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% itu terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

Selanjutnya, pada taraf signifikansi 1% rt adalah lebih kecil juga dari pada ro (0, 463 0,775), maka pada taraf signifikansi 1% itu hipotesa nihil (Ho) ditolak, sedangkan hipotesa alternatif (Ha) diterima, ini berarti bahwa untuk


(2)

taraf signifikansi 1% itu pun terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

Kesimpulan yang dapat ditarik ialah, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang studi Akidah Akhlak yang diberikan oleh guru di sekolah mempengaruhi perilaku keagamaan siswa.


(3)

A

A

A

A

E;! !

E;! !

E;! !

E;! !

" " " "

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa: Hubungan prestasi belajar akidah akhlak dengan perilaku keagamaan siswa terdapat hubungan yang signifikan. Dengan demikian pendidikan dan pengajaran yang diterapkan di sekolah sangat baik, karena berperan terhadap perilaku keagamaan anak didik dalam kehidupan sehari-hari.

+ ++ +

" ( & # &

" " &

" # &

0 ( " & " 5 &

( 0 *

"

) " & 5 " #

& " ( " ( > & " " '( (

" " & & " ( 5 ( " ( (

( & &

" & " " &

# * L &

# " ( (

" " ( "

" L "

& " # * ( L #

& "


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammaad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 3, 2000.

Ardani, Moh., Akhlak Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005.

Arifin, H. M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah

dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2002.

As’ad, Aliy, Terjemah ta’lim al-Muta’alim, Semarang: Menara Kudus, 1978.

Bustanuddin, Agus, Al-Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 1, 1993.

Departemen Agama RI, Dirjen Binbaga Islam, Buku Pelajar Aqidah Akhlak, Cet. 2, 1997.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Ke-1, 1998.

Depdikbut, Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Djalaludin, Psikologi Agama (edisi revisi), Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 7, 2003.

Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 1, 2002.

Gulo, Dali, kamus Psikologi, Bandung: Tonis, Cet. 1, 1982.

Ghafir, Abdul, Dan Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, Cet. 8, 1983.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Ardi Offset, Cet. 2, 1992.

Makmun, Abin Syamsudin, psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. 4, 2001.


(5)

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya, Cet. 6, 1995.

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Rajagrifindo Persada, 2006.

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid 1, Jakarta: UI Press, Cet. 5, 1985.

Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. 1V, 2001.

Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendiidkan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. 2, 1996.

Shihab, Quraisy, Membumikan Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1997.

Sinaga, Hasanuddin dan Zaharudin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 1, 2004.

Shochib, Moh., Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan

Disiplain Diri, Jakarta: Ribeka Cipta, 1998.

Sujana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru Al Gesindo, Cet. 3, 1996.

___________, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algasindo, 1995.

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Suryabrata, Sumardi, Proses Belajar Mengajar di Pergruan Tinggi, Yogyakarta: Andi Offset, 1983.

Supriyono, Widodo dan Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. 1, 1991.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, Cet. 1, 1999.

S. F. Habeyb, Kamus Populer, Jakarta: Nuraini, Cet. 20, 1983.

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 1995.

Tadjab, dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, Cet. 1, 1994.


(6)