Rumusan Masalah Tujuan Penelitian ASI .1 Definisi ASI

Berdasarkan data di atas, hanya sedikit realisasi tindakan IMD sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan ibu, padahal keberhasilan menyusu sangat tergantung pada tindakan IMD. Oleh karena itu, penulis menganggap perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan. 1.3.2 Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakteristik ibu hamil berdasarkan umur, umur kehamilan, jumlah anak, pendidikan, dan pekerjaan. 2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan umur ibu hamil. 3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan umur kehamilan. 4. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan jumlah anak. 5. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil IMD berdasarkan pendidikan. 6. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti Yang menjadi manfaat bagi peneliti dalam penelitian ini adalah: 1. Menambah pengetahuan peneliti tentang cara pembuatan karya tulis ilmiah yang baik dan benar. 2. Menambah pengetahuan peneliti tentang IMD. 1.4.2 Manfaat bagi Ibu Hamil Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi ibu tentang manfaat IMD dengan dibagikannya leaflet tentang IMD. 1.4.3 Manfaat bagi Petugas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan, sehingga dinas terkait dapat merencanakan suatu penyuluhan tentang IMD. 1.4.4 Manfaat bagi Instansi Pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI 2.1.1 Definisi ASI Menurut Soetjinigsih 1997, ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu mammae, sebagai makanan utama bagi bayi. ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi dan dalam jumlah yang cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 240Men Kes Per V85 tentang Pengganti ASI, ASI adalah makanan bayi yang paling baik dan tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi dan oleh karena itu, penggunaannya perlu dilestarikan. Air susu ibu menurut stadium laktasi masa pengeluaran air susu dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Kolostrum yaitu air susu ibu yang berwarna kekuning-kuningan, disekresi pada hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh. 2. Air susu transisi atau peralihan yaitu air susu ibu peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI matur, disekresi dari hari ketujuh sampai hari keempat belas. 3. Air susu matur atau matang yaitu air susu ibu yang keluar pada hari keempat belas sampai seterusnya.

2.1.2 Fisiologi Menyusui

Menurut Soetjinigsih 1997, secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan VI, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai ke linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan subkutan superfisial dan profundus yang menutupi muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior, dan obliqus eksterna. Universitas Sumatera Utara Menurut Roesli 2007, payudara terdiri dari bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal payudara terdiri dari sepasang buah dada, puting susu, dan areola mamae. Bagian internal terdiri dari mamary alveoli kelenjar susu, sinus lactiferus gudang susu yang terletak di bawah areola mamae, ductus lactiferus saluran susu, dan jaringan ikat dan lemak sebagai jaringan penunjang dan pelindung. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan waktu yang tepat pula yaitu refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliranpelepasan ASI let down reflex. ASI diproduksi oleh mamary alveoli dan disalurkan melalui ductus lactiferus ke sinus lactiferus. Pada saat sinus lactiferus mengalami pengosongan ASI dan saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan, maka kelenjar hipofisa bagian depan akan menghasilkan hormon prolaktin yang akan merangsang mamary alveoli untuk memproduksi ASI. Selain itu, prolaktin juga menekan fungsi ovarium sehingga memperlambat fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, dapat menjarangkan kehamilan. Pada saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan, oksitosin juga akan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian belakang. Proses pengeluaran ASI dari sinus lactiferus terjadi karena kontraksi sel otot polos di sekitar mamary alveoli yang merupakan kerja dari hormon oksitosin. Oleh karena itu, oksitosin berperan dalam refleks pengeluaran ASI let down reflex.

2.1.3 Komposisi ASI

Menurut Roesli 2007, perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari stadium laktasi adalah sebagai berikut: 1. Kolostrum susu jolong yaitu ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 dan ke-7. Kolostrum merupakan cairan pelindung yang kaya zat anti infeksi; berprotein tinggi; mempunyai kadar karbohidrat, lemak, dan energi yang lebih rendah daripada ASI matur; Universitas Sumatera Utara dan pencahar yang ideal untuk membersihkan usus bayi yang baru lahir agar siap menerima makanan yang akan datang. 2. Air susu transisi peralihan yaitu ASI yang keluar sejak hari ke-4hari ke-7 sampai hari ke-10hari ke-14. Kadar protein akan semakin merendah, kadar karbohidrat dan lemak akan makin meninggi, dan volume ASI yang makin meningkat. 3. Air susu matang matur yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14. Perbandingan ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut: TABEL 2.1 PERBANDINGAN ASI DAN SUSU SAPI ASI SUSU SAPI Pencemaran bakteri tidak ada mungkin ada Zat anti-infeksi banyak tidak ada Protein ฀Kasein 40 80 ฀Whey 60 20 Asam amino Taurin cukup untuk pertumbuhan otak tidak ada Lemak Kolesterol cukup untuk pertumbuhan otak, karena banyak lemak ikatan panjang tidak cukup, karena banyak lemak ikatan pendek dan sedang Lipase ada tidak ada Laktosagula 7 cukup 3-4cukup Garam tepat untuk pertumbuhan terlalu banyak Mineral Kalsium 350 tepat 1440 terlalu banyak Fosfat 150 tepat 900 terlalu banyak Zat besi diserap baik diserap tidak baik Sumber: Roesli 2007. Universitas Sumatera Utara Terdapat beberapa perbedaan ASI dengan susu sapi, yaitu: 1. ASI mengandung lipase untuk memudahkan pencernaan lemak, terutama lemak ikatan panjang omega-3, omega-6, DHA, dan arachidonic acid yang merupakan komponen penting dalam mielinisasi. Mielinisasi adalah pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf yang akan membantu penjalaran rangsangan yang lebih cepat. 2. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung lebih banyak laktosa dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30 lebih banyak daripada susu sapi. Para pakar menemukan bahwa makin tinggi kadar laktosa susu suatu jenis mamalia, maka ukuran otaknya relatif makin besar karena laktosa dan metabolitnya galaktosa merupakan makanan vital bagi otak yang sedang tumbuh. Selain itu, laktosa juga meningkatkan penyerapan kalsium, meningkatkan pertumbuhan Lactobacillus bifidus, dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen di dalam usus bayi karena asam laktat yang merupakan hasil fermentasi laktosa akan memberikan suasana asam di dalam usus bayi. 3. Protein ASI yang utama adalah whey yang mudah dicerna, sedangkan protein susu sapi yang utama adalah kasein yang sukar dicerna oleh usus bayi karena kasar dan bergumpal. Taurin yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, dan retina hanya terdapat di dalam ASI; sedangkan pada susu sapi sama sekali tidak dijumpai taurin. Selain itu, ASI mengandung alfa-laktalbumin yang tidak menyebabkan alergi. Susu sapi mengandung lactoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menimbulkan alergi. 4. ASI memberikan imunisasi pasif dan aktif kepada bayi karena kandungan SIgA Secretory Immunoglobulin A yang akan mencegah terjadinya kebocoran dinding usus sehingga kuman tidak dapat masuk ke peredaran darah. Selain itu, ASI juga dapat merangsang Universitas Sumatera Utara pembentukan daya tahan tubuh bayi, sehingga ASI berperan juga sebagai imunisasi aktif. 5. Zat nutrisi berupa vitamin, mineral, dan zat besi yang terdapat di dalam ASI lebih mudah diserap oleh tubuh daripada zat nutrisi yang berasal dari susu sapi maupun susu formula; sehingga yang penting adalah bukan berapa banyak kandungan zat nutrisi di dalam suatu makanan bayi, tetapi berapa persen dari zat tersebut yang dapat diserap oleh tubuh.

2.1.4 Manfaat ASI

Manfaat pemberian ASI bagi bayi, yaitu: 1. ASI sebagai nutrisi. Dalam penelitian Valevski, et al. 2005 terbukti rendahnya kadar tiamin dalam susu formula yang mengakibatkan kejadian defisiensi tiamin pada bayi. 2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh. Terdapat beberapa penelitian yang mendukung fungsi ASI sebagai peningkat daya tahan tubuh, yaitu: a. Menurut Beaudry 1995, angka kejadian infeksi gastrointestinal 47 lebih rendah pada bayi yang mendapat ASI dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI. b. Menurut Talayero, et al. 2006, terdapat penurunan 30 angka rawat inap di rumah sakit dengan peningkatan satu bulan menyusu saat masih bayi. c. Dalam penelitian Kramer, et al. 2001, promosi ASI menurunkan 40 kejadian infeksi gastrointestinal. d. Menurut Cesar, Victoria, Barros, Santos, dan Flores 1999, bayi yang diberi ASI mempunyai resiko 16,7 kali lebih jarang untuk menderita pneumonia dibandingkan dengan anak ynag tidak mendapat ASI. e. Menurut Bachrach, Schwarz, dan Bachrach 2003, sejumlah sumber digunakan untuk meneliti hubungan pemberian ASI Universitas Sumatera Utara dengan resiko anak dirawat inap karena penyakit saluran pernapasan bawah. Penelitian tersebut dilakukan pada bayi sehat yang lahir cukup umur dan punya akses ke fasilitas kesehatan yang memadai. Kesimpulan di negara maju, bayi yang mendapat susu formula mengalami penyakit saluran pernapasan 3 kali lebih parah dan memerlukan rawat inap di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 4 bulan. f. Dalam penelitian Beral, et al. 2000, anak yang mendapat ASI lebih jarang menderita leukemia dan limfoma. g. Menurut Dell dan To 2001, anak yang diberi ASI mengalami pengurangan 40 sampai 50 resiko untuk menderita asma dibandingkan dengan anak yang tidak. h. Dalam penelitian Martin, Middleton, Gunnel, Owen, dan Smith 2005 terhadap 4.000 wanita dewasa ditemukan bahwa angka kejadian kanker payudara 12 lebih kecil pada wanita yang diberi ASI saat masih bayi dibandingkan dengan wanita yang tidak. Dengan meningkatnya daya tahan tubuh bayi, tentu saja Angka Kematian Bayi akan berkurang. Menurut DinKes Provinsi Sumatera Utara 2009, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara mengestimasi Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebesar 26,90 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan Angka Kematian Bayi belum mencapai angka yang memuaskan, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya dari pemerintah untuk membantu penurunan angka tersebut, agar kualitas hidup masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan dengan semakin berjalannya waktu. Angka Kematian Bayi merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan terakhir mengenai estimasi AKB dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara dapat dilihat pada grafik 2.1 berikut ini. Universitas Sumatera Utara GRAFIK 2.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2002 – 2007 Sumber: DinKes 2009 4. ASI meningkatkan kecerdasan. Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat meningkatkan kecerdasan, yaitu: a. Menurut Horwood dan Fergusson 1998, tampak kecenderungan kenaikan lama pemberian ASI sesuai dengan peningkatan IQ, hasil tes kecerdasan standar, peningkatan ranking di sekolah, dan peningkatan angka di sekolah dari 1.000 anak yang diikuti sampai usia 18 tahun. b. Dalam penelitian Jain dan Leventhal 2002 dilakukan meta analisa terhadap 40 penelitian dengan 68 menyimpulkan bahwa menyusui dapat meningkatkan kepandaian. c. Mortensen, et al. 2002 melakukan penelitian terhadap 3.253 orang di Denmark didapatkan hubungan antara lama pemberian ASI dan peningkatan IQ. Orang yang disusui kurang dari 1 bulan mempunyai IQ 5 poin lebih rendah dari yang disusui setidaknya 7- 9 bulan. Terdapat korelasi antara lamanya pemberian ASI dengan tingkat IQ. d. Menurut Gale, Callaghan, Godfrey, Law, dan Martyn 2004, peningkatan IQ anak sesuai dengan peningkatan lama menyusui saat bayi. Universitas Sumatera Utara e. Foroushani, Mohammad, Mahmoodi, dan Siassi 2010 melakukan penelitian terhadap 5.362 anak di Inggris dan didapatkan asosiasi positif antara lama menyusui dengan perkembangan kognitif anak. f. Dalam penelitian Smith, Durkin, Hinton, Bellinger, dan Khun 2003 dilakukan penelitian pada 439 anak usia sekolah dengan berat badan lahir sangat rendah di bawah 1.500 gram. Bayi yang tidak diberi ASI ternyata mempunyai skor yang lebih rendah dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal, kemampuan visuo spasial, dan visuo motorik dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI. g. Quinn, Callaghan, Williams, Najman, Andersen, dan Bor 2001 melakukan penelitian terhadap 3.880 anak Australia sejak lahir untuk menentukan pola pemberian ASI dan perkembangan kognitif anak. Terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara bayi yang diberikan ASI selam enam bulan atau lebih dan bayi yang tidak pernah mendapat ASI. Dalam tes kosakata, anak perempuan yang mengkonsumsi ASI memiliki skor 8,2 poin lebih tinggi, sedangkan anak laki-laki memiliki 5,8 poin lebih tinggi. 4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang. 5. ASI memenuhi kebutuhan awal bayi untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian, emosional, spiritual, maupun sosialisasinya Roesli, 2007. 6. Menurunkan resiko obesitas kegemukan. Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat menurunkan resiko obesitas yaitu: a. Shields, Callaghan, Williams, Najman, dan Bor 2006 menyimpulkan bahwa anak yang disusui selama kurang dari 4 bulan mempunyai IMT yang lebih tinggi daripada anak yang disusui selama 4 bulan atau lebih. b. Dalam penelitian Strawn dan Zuguo 2004 terhadap 177.304 anak yang lahir pada tahun 1988-1992 didapatkan persentase Universitas Sumatera Utara overweight yang tertinggi pada anak yang tidak pernah mendapat ASI. c. Liese, Hirsch, Mutius, Keil, Leopold, dan Weiland 2001 melakukan penelitian terhadap dua kelompok anak dan mendapatkan hasil bahwa anak yang mendapat ASI terhindar dari resiko overweight. d. Toschke, Vignerova, Lhotska, Osancova, Koletzko, dan Kries 2002 melakukan penelitian terhadap 33.768 anak usia sekolah dan menyimpulkan bahwa kejadian obesitas lebih sedikit pada kelompok anak yang mendapat ASI. 7 Menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu: a. Martin 2004 melakukan penelitian porspektif melibatkan 7.276 bayi Inggris selama 7,5 tahun. Pada usia tujuh tahun, bayi yang tidak diberi ASI memiliki tekanan diastolik dan sistolik yang lebih tinggi daripada bayi yang diberi ASI. Terjadi pengurangan tekanan darah sistolik 1 pada masyarakat berhubungan dengan 1,5 pengurangan angka kematian secara keseluruhan. Hal ini merupakan keuntungan yang signifikan pada masa dewasa. b. Penelitian Owen, et al. 2008 di Inggris meneliti tingkat kolesterol pada 1.500 remaja umur 13-16 tahun. Mereka menemukan bahwa pemberian ASI memiliki keuntungan jangka panjang dalam mencegah penyakit kardiovaskuler dengan mengurangi kolesterol total dan kolesterol berkadar lipid rendah. c. Singhal, Cole, dan Lucas 2001 mengukur tekanan darah 216 anak usia 13-16 tahun yang lahir prematur. Mereka yang mendapat susu formula bayi sangat awal atau susu formula secara rutin, tekanan darahnya lebih tinggi daripada mereka yang mendapat ASI selama masa bayi. Para penenliti menyimpulkan bahwa pemberian ASI pada bayi prematur dapat menurunkan Universitas Sumatera Utara tekanan darah pada tahun berikutnya. Kesimpulan ini juga berlaku pada bayi yang lahir cukup bulan. Manfaat pemberian ASI bagi ibu, yaitu: 1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Menurut WHO 2007, tindakan IMD dapat mencegah perdarahan uterus postpartum karena adanya faktor uterotonics yang bekerja. 2. Mengurangi terjadinya anemia. Postpartum anemia dapat dicegah oleh tindakan IMD. 3. Menjarangkan kehamilan. Menurut Li dan Qiu 2007, penambahan lama menyusui sesuai dengan penurunan kemungkinan ovulasi. 4. Mengecilkan rahim Roesli, 2007. 5. Lebih cepat langsing kembali. Kac, Benicio, Melendez, Valente, dan Struchiner 2004 melakukan penelitian kohort terhadap 405 wanita postpartum dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama menyusui sesuai dengan peningkatan penurunan berat badan. 6. Mengurangi tingkat kejadian kanker. a. Dalam peneltian Riman, et al. 2001 didapati penurunan angka kejadian kanker ovarium pada wanita yang pernah menyusui anaknya dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah. b. Menurut Okamura, et al. 2006 menyusui dapat menurunkan resiko kanker endometrium pada wanita di Jepang. 7. Lebih ekonomismurah. Pengeluaran biaya untuk membeli susu pengganti ASI akan tergantikan dengan adanya ASI. 8. Tidak merepotkan dan hemat waktu. 9. Portabel dan praktis. Perlengkapan seperti botol susu tidak perlu dibawa saat berpergian. 10.Memberi kepuasan bagi ibu Roesli, 2007. 11.Mengurangi resiko osteoporosis. Menurut Karlsson, Ahlborg, dan Karlsson 2005, wanita yang menyusui anaknya mempunyai densitas tulang yang lebih padat daripada wanita yang tidak. Universitas Sumatera Utara

2.1.5 ASI eksklusif

Pada awal kehidupan, seorang bayi akan menggantungkan hidupnya kepada makanan berupa ASI sampai usia enam bulan. Biasanya tidak terdapat gangguan pertumbuhan dalam usia enam bulan, kecuali jika anak menderita penyakit. ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan selama jangka waktu minimal empat bulan dan akan lebih baik apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan serta bayi tanpa diberi tambahan cairan lain seperti: susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih dan tidak diberi makanan padat lain seperti : pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain-lain Roesli, 2007.

2.1.6 Cakupan ASI Eksklusif Di Indonesia

Menurut Dinkes 2009, persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 di Provinsi Sumatera Utara tidak menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan seperti tergambar pada grafik 2.2 dibawah ini. GRAFIK 2.2 PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2004-2008 Sumber: Dinkes 2009 Cakupan persentase bayi yang diberi ASI eksklusif dari tahun 2004 sampai dengan 2007 cenderung menurun secara signifikan, namun pada tahun 2008 ada peningkatan yang cukup berarti yaitu sebesar 10,33 dibandingkan Universitas Sumatera Utara tahun 2007. Oleh karena itu, diharapkan pada tahun-tahun berikutnya dapat dicapai angka yang lebih memuaskan guna meningkatkan kesejahteraan hidup masayarakat di Indonesia.

2.1.7 Hubungan Keberhasilan Menyusui dengan Inisiasi Menyusu Dini

Edmond, et al. 2006 menyatakan bahwa keberhasilan menyusui sangat tergantung pada IMD. Penundaan saat permulaan menyusu akan menyebabkan bayi sukar menyusu. Satu jam pertama kelahiran merupakan kunci sukses dalam proses menyusui. Menurut Kramer, et al. 2001, bayi yang melakukan IMD lebih berhasil disusui secara eksklusif dan lebih lama disusui. Menurut Roesli 2008, hasil penelitian menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi pertama sekali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya 59 dan 38 yang masih disusui. Bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini tinggal 29 dan 8 yang masih disusui di usia yang sama. Penelitian di Jakarta- Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif. WHOUNICEF telah mempublikasikan tentang sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui dan telah dikembangkan oleh DepKes RI dan BKPPASI Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI, yaitu: 1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui. 2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan. 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya. Pada klinik pranatal, kepada para ibu hamil diberikan informasi tentang keuntungan menyusui dan membimbing mereka untuk menyelesaikan masalah laktasi. 4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan. Petugas memberi bantuan agar ibu dapat saling bersentuhan dengan anaknya untuk memulai pemberian ASI; Universitas Sumatera Utara sedangkan pada ibu dengan bedah sesar yang dibius diberikan waktu setangah jam sampai ibu sadar kembali dan dapat mengawali proses menyusui 5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankannya. 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir. 7. Melaksanakan rawat gabung. 8. Mendukung pemberian ASI kepada bayi tanpa dijadwal karena pemberian ASI sekehendak hati akan melancarkan produksi ASI. 9. Tidak memberikan dot atau kompeng karena dapat mengakibatkan bayi bingung puting. Oleh karena itu, bila bayi dirawat pisah, maka ASI diberikan dengan pipet, sonde, atau sendok. 10. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui. Setiap RSRumah BersalinPuskesmas sebaiknya membentuk KP-ASI Kelompok Pelindung ASI untuk membantu ibu-ibu yang mengalami masalah laktasi dan meyakinkan mereka tentang manfaat menyusui, terutama pada mereka yang pertama sekali menyusui bayinya. 2.2 Inisiasi Menyusu Dini 2.2.1 Definisi