Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(1)

RESPON MASYARAKAT KECAMATAN BINJAI TIMUR KOTA BINJAI TERHADAP PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

SKRIPSI

OLEH :

VIEN YOWINDY 070902033

DIAJUKAN GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

3UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Vien Yowindy

Nim : 070902033

ABSTRAK

Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Skripsi ini Terdiri Dari 6 BAB, 86 Halaman, 2 bagan dan 35 Tabel.

Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dengan kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2010 bahwa jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta jiwa sedangkan di Sumatera Utara sendiri jumlah penduduk miskin ada sebanyak 1.490.900 jiwa. Keadaaan masyarakat yang miskin tersebut menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi biaya kesehatan. Karena adanya keadaan tersebut, pemerintah membuat program untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat miskin. Salah satunya adalah Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Program jamkesmas ini tentunya akan mendapat respon dari masyarakat meskipun secara teori program tersebut akan mendapat respon yang positif. Namun, hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan respon dapat dilihat dari tiga variabel, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap masyarakat di berbagai wilayah akan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu program yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Terhadap Program Jamkesmas.

Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Timur dengan responden yang berjumlah 28 orang. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi, dan wawancara langsung kepada responden yang bisa memperkuat data penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, data yang diperoleh dari penelitian diteliti dan jawaban-jawaban diklasifikasikan menurut macamnya serta ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa, dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel-variabelnya.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata program jamkesmas mendapat respon positif dari masyarakat dengan nilai 0,96. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,96 dan sikap dengan nilai 1 serta partisipasi dengan nilai 0,92. Masyarakat berharap program jamkesmas tetap dilanjutkan.


(3)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Vien Yowindy Nim : 070902033

ABSTRACT

Community Response Eastern City of Binjai Binjai City to public health insurance programs. This thesis consists of 6 chapters, 86 pages, 2 charts and 35 tables.

Indonesian society, particularly North Sumatra is still struggling with poverty, as recorded by the Central Statistics Agency (BPS) in March 2010 that the number of people living below the poverty line reached 31.02 million people in North Sumatra alone while the number of poor people there are as many as 1490. 900 souls. Circumstances that led to poor communities they are unable to meet health costs. Because of these circumstances, the government create a program to address health problems of the poor. One is the public health insurance programs (Jamkesmas). Jamkesmas Program will certainly get a response from the community, although in theory the program will receive a positive response. However, this has not been established because in determining the response can be seen from the three variables, namely perception, attitudes, and participation. Given these conditions, every community in the various regions will have different responses to a program provided by the government. This study aims to determine the community response Binjai district east of Jamkesmas program.

The research method using descriptive type which makes the overall picture of how the community responses. This research was conducted in the district east Binjai by respondents, amounting to 28 people. Techniques of data collection through questionnaires to the respondents, observation, and direct interviews to respondents who can strengthen this research data. While the method used is descriptive analysis, data obtained from the research study and the responses are classified according to the kinds and tabulated into frequency tables were analyzed, and using a Likert scale to measure the variables.

Based on the data collected and analyzed can be concluded that on average Jamkesmas program received a positive response from the community with a value of 0.96. Consisting of perception with a value of 0.96 and attitudes with a value of 1 and participation with the value 0.92. Society expects Jamkesmas program continues.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas Berkat dan Rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis, serta salawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta sahabatnya. Sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat”.

Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S-1), Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauhdari kesempurnaan, baik dalam penulisan maupun materi yang disajikan. Hal ini dikarenakan keterbatasan yang dimiliki penulis. Namun demikian penulis mencoba dan berusaha semaksimal mungkin agar skripsi ini dapat disajikan dengan baik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun, guna lebih menyempurnakan isi skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis memberikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang berjasa dalam penulisan skripsi ini antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fisip USU.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.S.P selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan juga dosem pembimbing, yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan berupa nasehat dan motivasi sehingga dapat memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

3. Bapak dan ibu dosen yang telah mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan serta seluruh staff dan Pegawai Administrasi FISIP USU yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

4. Kedua orang tuaku Alm. Rudy Rulwandy dan Rosmaini yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta ribuan doa dalam membesarkan dan mendidik penulis selama ini.

5. Pamanku Iraiziddin yang telah memberikan yang memberikan kasih sayang serta ribuan doa dalam mendidik penulis selama ini.

6. Abangku Alm. Ricky Andesta dan Rhendy Octora serta kakakku Yessy Yowanni yang telah memberikan kasih sayang, dukungan serta nasehat kepada penulis selama ini.

7. M. Ganda Hadi Kusumah, yang telah memberikan perhatian, motivasi dan selalu membagi waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sepupuku Lisa, dan sahabat-sahabatku Manda, Titik, Tika, Aink, Wirda, Ita yang selalu memberiku semangat, motivasi serta perhatiannya selama selama ini.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Akhir kata, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatian yang telah diberikan selama ini, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan dan mempermudah segala urusan. Penulis juga mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas hal yang tidak berkenan di hati, semua kebaikan datangnya dari Allah SWT dan kesalahan


(6)

serta kekhilafan datangnya dari penulis sendiri, untuk itu mohon dimaafkan. Harapannya semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Amin…

Medan, 1 maret 2011


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

1.4 Manfaat Penelitian ...6

1.5 Sistematika Penulisan ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ...8

2.2 Masyarakat ...12

2.3 Jamkesmas ...15

2.3.1 Landasan Hukum Jamkesmas ...15

2.3.2 Tata Laksana Kepesertaan ...18

2.3.3 Administrasi Kepesertaan ...20

2.3.4 Tatalaksana Pelayanan Kesehatan ...21


(8)

2.4 Pelayanan Kesehatan……….26

2.4.1.Pengertian Pelayanan Kesehatan………26

2.4.2. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan………...26

2.5 Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Jamkesmas……….30

2.6 Kerangka Pemikiran...31

2.7 Defenisi Konsep Dan Operasional...34

2.7.1 Defesi Konsep...34

2.7.2 Defenisi Operasional...34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian...36

3.2 Lokasi Penelitian...36

3.3 Populasi Dan Sampel……….36

3.3.1 Populasi...36

3.3.2 Sampel...37

3.4 Teknik Pengumpulan Data...37

3.5 Teknik Analisa Data...38

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Batas Wilayah Kecamatan Binjai Timur...39

4.2 Keadaan Demografis...39

4.2.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan……….………...…..39

4.2.2.Pembagian Wilayah………...…40

4.2.3.Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia………….….……....41


(9)

4.2.5.Komposisi penduduk berdasarkan Agama yang Dianut…….……..…...43

4.2.6.Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/ Suku……….……....43

4.2.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian……….…….44

4.2.8.Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………....……....46

4.3.Sarana dan Prasarana Kecamatan Binjai Timur……….…..…..…..47

4.3.1.Fasilitas Sarana dan Tempat Ibadah……….………...…..….47

4.3.2.Fasilitas Sarana Pendidikan………..……..….…..….47

4.3.3.Pengguna Fasilitas Program KB Menurut Alat Kontarasepsi……...….48

4.4.4.Sarana Kesehatan………...…49

4.5.Potensi Kecamatan Binjai Timur………..…..50

4.5.1.Potensi Hasil Peternakan………..…….50

4.5.2.Potensi Hasil Pertanian………...….….….51

4.6.Sistem Pemerintahan Kecamatan Binjai Timur……….……...52

4.6.1.Struktur pemerintahan Kecamatan Binjai Timur………...…54

4.6.2.Aparat Ketertiban dan Ketentraman Kecamatan……….…...55

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Umum...56

5.1.1 Data Jenis Kelamin Responden...56

5.1.2 Data Usia Responden...57

5.1.3 Data Agama Responden ...58

5.1.4 Data Latar Belakang Pendidikan Responden...59

5.1.5 Data Suku Responden...60

5.1.6 Data Jumlah Anak Responden...61


(10)

5.1.8 Data Penghasilan Responden...63

5.1.9. Data Sumber Informasi Responden……….…………....…..….64

5.2 Analisa Respon Terhadap Program Jamkesmas...64

5.2.1 Persepsi Responden Terhadap Program Jamkesmas...65

5.2.2 Sikap Responden Terhadap Program Jamkesmas...68

5.2.3 Partisipasi Responden Terhadap Program Jamkesmas...,,...72

5.3 Analisis Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Jamkesmas...78

5.3.1 Persepsi Responden Terhadap Program Jamkesmas...79

5.3.2 Sikap Responden Terhadap Program Jamkesmas...80

5.3.3 Partisipasi Responden Terhadap Program Jamkesmas...,,...82

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan...84

6.2 Saran...85

DAFTAR PUSTAKA...87 LAMPIRAN


(11)

BAGAN

BAGAN 1 Kerangka Pemikiran...33 BAGAN 2 Struktur Pemerintahan Kecamatan Binjai Timur...54


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan...24

Tabel 4.2 Pembagian Wilayah...41

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia...41

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...42

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut...43

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku...44

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian...45

Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Berdaarkan Tingkat Pendidikan...46

Tabel 4.9 Fasilitas Sarana Dan Tempat Ibadah...47

Tabel 4.10 Fasilitas Sarana Pendidikan...48

Tabel 4.11 Pengguna Fasilitas Program KB Menurut Alat Kontrasepsi...49

Tabel 4.12 Sarana Kesehatan...50

Tabel 4.13 Potensi Hasil Peternakan………...51

Tabel 4.14 Potensi Hasil Pertanian………...52

Tabel 4.15 Aparat Ketertiban Dan Ketentraman Kecamatan...55

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...56

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...57

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama...58

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...59

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku...60


(13)

Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ...62 Tabel 5.8 Karakteristik Rsponden Berdasarkan Penghasilan ...63 Tabel 5.9 Data Sumber Informasi Responden...64 Tabel 5.10 Pengetahuan Responden Terhadap Penyelenggaraan

Program Jamkesmas...65 Tabel 5.11 Pemahaman Responden Terhadap Program Jamkesmas ...65 Tabel 5.12 Pengetahuan Responden Terhadap Tujuan Program

Jamkesmas...66 Tabel 5.13 Frekuensi Responden Dalam Memanfaatkan Pelayanan

Kesehatan Program Jamkesmas……...72 Tabel 5.14 Tanggapan Responden Mengenai Penjelasan Yang Diberikan

Dokter……….….74 Tabel 5.15 Tanggapan Responden Mengenai Alat-alat Pengobatan

Di Rumah Sakit……….…...75 Tabel 5.16 Tanggapan Responden Mengenai Ketersediaan Obat-obatan

di Rumah Sakit……….…...76 Tabel 5.17 Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Kesembuhan

Setelah Berobat Dalam Program Jamkesmas di Rumah

Sakit...76 Tabel 5.18 Tanggapan Responden Mengenai Tingkat Kepuasan

Terhadap Pelayanan di Rumah Sakit……….….…77 Tabel 5.19 Persepsi Responden Terhadap program Jamkesmas...79 Tabel 5.20 Partisipasi Responden Terhadap program Jamkesmas...79


(14)

3UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Vien Yowindy

Nim : 070902033

ABSTRAK

Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Skripsi ini Terdiri Dari 6 BAB, 86 Halaman, 2 bagan dan 35 Tabel.

Masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara masih bergelut dengan kemiskinan, seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2010 bahwa jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan mencapai 31,02 juta jiwa sedangkan di Sumatera Utara sendiri jumlah penduduk miskin ada sebanyak 1.490.900 jiwa. Keadaaan masyarakat yang miskin tersebut menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi biaya kesehatan. Karena adanya keadaan tersebut, pemerintah membuat program untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat miskin. Salah satunya adalah Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Program jamkesmas ini tentunya akan mendapat respon dari masyarakat meskipun secara teori program tersebut akan mendapat respon yang positif. Namun, hal ini belum dapat dipastikan karena dalam menentukan respon dapat dilihat dari tiga variabel, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Mengingat kondisi ini, setiap masyarakat di berbagai wilayah akan memiliki respon yang berbeda-beda terhadap suatu program yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Terhadap Program Jamkesmas.

Metode penelitian menggunakan tipe deskriptif yaitu membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Timur dengan responden yang berjumlah 28 orang. Teknik pengumpulan data melalui angket kepada responden, observasi, dan wawancara langsung kepada responden yang bisa memperkuat data penelitian ini. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, data yang diperoleh dari penelitian diteliti dan jawaban-jawaban diklasifikasikan menurut macamnya serta ditabulasikan kedalam tabel frekuensi selanjutnya dianalisa, dan menggunakan skala likert untuk mengukur variabel-variabelnya.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata program jamkesmas mendapat respon positif dari masyarakat dengan nilai 0,96. Terdiri dari persepsi dengan nilai 0,96 dan sikap dengan nilai 1 serta partisipasi dengan nilai 0,92. Masyarakat berharap program jamkesmas tetap dilanjutkan.


(15)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Vien Yowindy Nim : 070902033

ABSTRACT

Community Response Eastern City of Binjai Binjai City to public health insurance programs. This thesis consists of 6 chapters, 86 pages, 2 charts and 35 tables.

Indonesian society, particularly North Sumatra is still struggling with poverty, as recorded by the Central Statistics Agency (BPS) in March 2010 that the number of people living below the poverty line reached 31.02 million people in North Sumatra alone while the number of poor people there are as many as 1490. 900 souls. Circumstances that led to poor communities they are unable to meet health costs. Because of these circumstances, the government create a program to address health problems of the poor. One is the public health insurance programs (Jamkesmas). Jamkesmas Program will certainly get a response from the community, although in theory the program will receive a positive response. However, this has not been established because in determining the response can be seen from the three variables, namely perception, attitudes, and participation. Given these conditions, every community in the various regions will have different responses to a program provided by the government. This study aims to determine the community response Binjai district east of Jamkesmas program.

The research method using descriptive type which makes the overall picture of how the community responses. This research was conducted in the district east Binjai by respondents, amounting to 28 people. Techniques of data collection through questionnaires to the respondents, observation, and direct interviews to respondents who can strengthen this research data. While the method used is descriptive analysis, data obtained from the research study and the responses are classified according to the kinds and tabulated into frequency tables were analyzed, and using a Likert scale to measure the variables.

Based on the data collected and analyzed can be concluded that on average Jamkesmas program received a positive response from the community with a value of 0.96. Consisting of perception with a value of 0.96 and attitudes with a value of 1 and participation with the value 0.92. Society expects Jamkesmas program continues.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah segenap usaha perubahan yang diinginkan dan direncanakan (intended and planned changes) untuk mencapai kemakmuran material (standart of life) dan sosial (quality of life) yang lebih baik, lebih maju, dan lebih diharapkan dari kondisi sebelumnya (Suharto, 1997:1). Tidak ada satu Negara di dunia ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia.

Pada dasarnya pembangunan harus ditujukan untuk membangun kehidupan penduduk yang bermartabat, berkualitas secara berkelanjutan, antara lain menyangkut akses penduduk khususnya penduduk miskin terhadap pemenuhan hak dasar atas pangan, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, air bersih, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, perlindungan hak atas tanah, rasa aman, serta kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pembangunan (

Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan hak asasi manusia. Pembangunan yang tidak mengindahkan dampak positif dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, kesehatan lingkungan, kesehatan sosial, dan kesehatan budaya merupakan bentuk dari pelanggaran hak asasi manusia. Dari pernyataan tersebut, dapat di ketahui bahwa kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia yang harus di penuhi. Namun, masih banyak masyarakat yang belum mampu untuk memenuhinya terutama masyarakat miskin.

Pembangunan untuk jangka panjang di bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut :

a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.


(17)

b. Perbaikan mutu perbaikan hidup yang dapat menjamin kesehatan. c. Peningkatan status gizi masyarakat

d. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas)

Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta (13,33 persen). Sedangkan di Sumatera Utara pada Maret 2010 sebesar 1.490.900 orang (11,31 persen) (http://www.bps.go.id).

Kemiskinan dan kesehatan saling mempengaruhi. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena mereka mengalami berbagai gangguan yaitu menderita gizi buruk, pengetahuan tentang kesehatan kurang, perilaku kesehatan kurang, lingkungan pemukiman yang buruk, serta biaya kesehatan yang tidak tersedia. Kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena orang yang sehat memiliki kondisi seperti : produktifitas tinggi, pengeluaran berobat rendah, tingkat pendidikan maju, tingkat fertilitas dan kematian rendah, investasi dan tabungan memadai.

Derajat kesehatan masyarakat miskin di Indonesia masih rendah, hal tersebut dapat di lihat berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun miskin terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga status kesehatan mereka masih tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang lebih mampu. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal.


(18)

Beberapa data empiris global menemukan hubungan seperti kematian bayi keluarga miskin tiga kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin, kematian balita keluarga miskin lima kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin, pertumbuhan ekonomi negara dengan tingkat kesehatan lebih baik (Infant Mortality Rate antara 50-100/1000 kelahiran hidup) adalah 37 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara dengan tingkat kesehatan lebih buruk (Infant Mortality Rate lebih besar dari 150/1000 kelahiran hidup)

Penurunan angka kematian merupakan salah satu masalah besar di Indonesia. Hal tersebut karena angka kematian ini menunjukkan gambaran derajat kesehatan di suatu wilayah, sebagai gambaran indeks pembangunan di Indonesia. Untuk mendapatkan standar kesehatan diperlukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama masyarakat miskin dan merupakan dorongan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dikatakan bahwa setiap orang berhak mendapat pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin.

Dalam rangka menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Dalam perjalanannya, program ini terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahan-perubahan. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan


(19)

Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di rumah sakit, penempatan pelaksana verifikasi di setiap rumah sakit, pembentukan tim pengelola dan tim koordinasi di tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten atau kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Jamkesmas dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran

Penyelenggaran Jamkesmas mempunyai tujuan yaitu meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Program Jamkesmas telah berjalan dan telah mencapai banyak hasil. Hal ini terbukti dengan terjadinya kenaikan dari pemanfaatan program Jamkesmas dari tahun ke tahun oleh masyarakat miskin dan pemerintah telah meningkatkan pendanaan dari tahun ke tahun. Walaupun banyak keberhasilan yang telah di capai, masih terdapat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan Jamkesmas. Permasalahan tersebut seperti masyarakat miskin yang menggunakan kartu Jamkesmas masih mengahadapi berbagai hal yang tidak menyenangkan dari pihak rumah sakit. Salah satu diantaranya adalah proses administrasi yang masih berbelit-belit.

Rumitnya proses administrasi tersebut terungkap melalui survei Citizen Report Card (CRC) yang dilaksanakan Indonesia Corruption Watch selama November 2009. Survei tersebut mengambil sampel 738 pasien miskin. Mereka merupakan pasien rawat inap dan rawat jalan yang memegang kartu Jamkesmas di 23 rumah sakit yang ada di lima daerah yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dalam survei terungkap, pengurusan administrasi awal, misalnya, masih kurang baik dengan masih adanya calo, panjangnya antrian, dan rumitnya pengurusan administrasi. Pasien miskin menyatakan bahwa pengurusan


(20)

administrasi rumah sakit masih rumit dan berbelit-belit (28,4%) serta dengan antrean yang panjang (46,9%). Rata-rata lama pengurusan administrasi satu pasien miskin adalah 1 jam 45 menit. Sebanyak 10,2% responden pasien miskin menyatakan, rumah sakit meminta uang muka sebagai persyaratan mendapatkan perawatan. Di samping itu, masih terdapat keluarga miskin yang ditolak rumah sakit (12%) dengan alasan tidak ada tempat tidur, peralatan tidak lengkap, kurang lengkap administrasi, tidak ada dokter spesialis, dan harus ada uang muka. Dalam survei itu juga diketahui, pasien miskin masih mengeluhkan tidak ramahnya pelayanan di rumah sakit. Pasien rawat inap, misalnya, mengeluhkan rendahnya kunjungan dan disiplin dokter terhadap mereka

Peserta program Jamkesmas di Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 61 juta orang. Menurut data Komisi E DPRD Sumut, jumlah peserta Jamkesmas provinsi sumatera utara sebanyak 4.123.000 jiwa Binjai berjumlah 33.480 jiwa sebagai peserta Jamkesmas

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai respon masyarakat terhadap program Jamkesmas khususnya di Kecamatan Binjai Timur Kelurahan Dataran tinggi dengan judul “Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat”.


(21)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana respon masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai terhadap program jaminan kesehatan masyarakat.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai terhadap program jaminan kesehatan masyarakat.

1.3.2 Manfaat penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait langsung dengan program Jamkesmas, serta menjadi acuan dalam rangka membuat rencana kerja (program) dalam membahas program kesejahteraan sosial berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.


(22)

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian,lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon

Stimulus berarti rangsangan dan respon berarti tanggapan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan. Respon lambat laun tertanam atau diperkuat melalui percobaan berulang-ulang (Djamarah,2008 : 23 ).

Respon merupakan tingkah laku balas atau juga sikap yang menjadi tingkah laku balik, yang juga merupakan proses pengorganisasian dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi,1994 : 105).

Respon diartikan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Adi,1994 : 105). Hal yang diperlukan dan sangat penting dalam mengukur respon adalah persepsi, sikap dan partispasi. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas dari pembahasan persepsi, sikap, dan partisipasi.

Menurut Bimo Walgito, persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya

Persepsi menurut MacMahon adalah proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensori information). Sedangkan menurut Morgan, King dan Robinson menunjuk pada bagian kita melihat dan mendengar dunia disekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat juga didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia.


(24)

Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat penglihatan dan pendengaran.

Hal yang lain yang penting dalam persepsi adalah atensi (attention). Atensi adalah suatu proses penyeleksian input yang diproses dalam kaitan dengan pengalaman. Oleh karena itu, atensi ini menjadi bagian yang terpenting dalam proses persepsi. Sedangkan atensi itu banyak mendasari diri pada proses yang disebut filtering atau proses untuk menyaring informasi yang ada pada lingkungan, karena sensori channel kita mungkin memproses semua rangsangan yang berada pada lingkungan kita.

Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak untuk bereaksi terhadap rangsang (Hudaniah,2009 : 89).

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut allport ada tiga, yaitu

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut. 2. Komponen afektif

Komponen afektif yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluative yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen konatif

Komponen konatif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikap (Hudaniah,2009 : 90).


(25)

Berdasarkan komponen-komponen tersebut maka sikap dapat dilihat melalui : 1. Penilaian

2. Penerimaan atau penolakan

3. Mengharapkan atau menghindari suatu obyek tertentu

Thurstone memandang, individu yang mempunyai perasaan positif terhadap suatu obyek psikologis dikatakan menyukai objek tersebut atau mempunyai sikap yang favorable terhadap obyek itu. Sedangkan individu memandang sikap sebagai suatu perasaan negatif terhadap suatu obyek psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavorable terhadap obyek tersebut. Dalam sikap yang positif reaksi seseorang cenderung untuk mendekati atau menyenangi obyek tersebut, sedangkan dalam sikap yang negatif orang cenderung untuk menjauhi atau menghindari obyek tersebut (Hudaniah,2009 : 90-91).

Menurut Brigham, ada beberapa ciri dasar dari sikap yaitu : 1. Sikap disimpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku

2. Sikap ditujukan mengarah pada obyek psikologis atau kategori, dalam hal ini skema yang dimiliki orang menentukan bagaimana mereka mengkategorisasikan target obyek dimana sikap diarahkan.

3. Sikap dipelajari

4. Sikap mempengaruhi prilaku. Mengukuhi suatu sikap yang mengarah pada suatu obyek memberikan satu alasan untuk berprilaku mengarah pada obyek itu dengan satu cara tertentu (Hudaniah,2009 : 91).

Teori rangsang balas (stimulus respon theory) yang sering juga disebut sebagai teori penguat dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial dan sikap. Yang artinya disini adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia mengalami rangsang tertentu. Sikap ini terjadi biasanya terhadap benda, orang, kelompok, nilai-nilai dan semua hal yang terdapat di sekitar manusia.


(26)

Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting bahkan mutlak diperlukan dalam mengukur respon. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara aktif (dan terorganisasikan) dalam seluruh tahapan pembangunan, sejak tahap sosialisasi, persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemahaman, pengendalian, evaluasi sehingga pengembangan atau perluasannya. Pendekatan partisipasi bertumpu pada kekuatan masyarakat untuk secara aktif berperan serta dalam proses pembangunan secara menyeluruh (http://www.silaban.net/2005/10/16/partisipasi).

Partisipasi ditinjau dari fungsi yang diambil masyarakat (pelaku) untuk suatu program, fungsi yang dapat diambil oleh masyarakat dalam berpartisipasi antara lain ialah: 1. Berperan serta dalam menikmati hasil pembangunan. Karena semua sudah dikerjakan

oleh pihak luar maka masyarakat tinggal menerima berupa hasil pembangunan misalnya gedung sekolah, pos KB, pembibitan tanaman, masyarakat tinggal menerima bibitnya. Partisipasi ini jelas mudah, namun menikmati belum berarti memelihara.

2. Berperan serta dalam menilai program. Fungsi ini kadang diambil masyarakat karena diminta oleh penyelenggara program dan masyarakat merasa program tidak sesuai dengan

aspirasiny

Dari beberapa fungsi diatas maka dapat diketahui bahwa partisipasi memiliki hubungan/kaitan dengan frekuensi dan kualitas yaitu:

1. Frekuensi

Kaitan Partisipasi dengan Frekuensi ialah bahwa partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dimana keterlibatan tersebut harus memiliki frekuensi yang baik dan teratur agar masyarakat dapat melaksanakan program pembangunan dengan penuh persiapan, perencanaan, pemahaman dan evaluasi.


(27)

2.Kualitas

Kaitan Partisipasi dengan Kualitas ialah bahwa dalam melaksanakan suatu program harus diperlukan sikap yang berkualitas pada masyarakat tersebut dan keterlibatan masyarakat yang bertata laku dengan baik maka mereka akan menjadi terinternalisasi dengan sikap dan nilai pribadi yang kondusif terhadap kualitas.

Menurut Conyers (1991) (www.turindraatp.blogspot.com), ada tiga alasan partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting yaitu :

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai

kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa

dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut.

3. Timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan

dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

2.2. Masyarakat

Masyarakat merupakan istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebutkan kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin socieus, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata arab syaraka yang berarti “ikut serta, berpartisipasi” (Koentjaraningrat,2002 : 143-144).

Masyarakat adalah memang sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Hendaknya diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan


(28)

manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus (Koentjaraningrat, 2002 :144).

Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut, sehingga menjadi adat istiadat. Warga suatu asrama pelajar, para mahasiswa suatu akademi kedinasan atau suatu sekolah tidak dapat disebut masyarakat karena walaupun kesatuan manusia yang terdiri dari murid, guru, pegawai administrasi, serta para karyawan lainnya terikat serta diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma dan aturan sekolah, sistem norma itu hanya meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas, sementara sebagai kesatuan manusia, asrama atau sekolah hanya bersifat sementara (tidak berkesinambungan). Selain ikatan adat istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan serta kontinuitas waktu, warga suatu masyarakat juga harus memiliki suatu ciri lain, yaitu rasa identitas bahwa mereka merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya (Koentjaraningrat, 2002 : 145-146).

Secara khusus, maka defenisi masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama ((Koentjaraningrat, 2002 : 146-147).

Secara biologis masyarakat dipandang sebagai suatu badan yang hidup, tak berbeda daripada hewan dan manusia, khususnya masyarakat dipersamakan dengan organisme biologi, masyarakat dianggap mempunyai jantung. Masyarakat dapat sakit seperti tubuh manusia yang dapat menderita sakit (Shadily, 1953 : 33).

Ada beberapa hal yang cocok dengan persamaan ini tetapi masih lebih banyak yang bertentangan yaitu:

a. Bahwa manusia yang berakal dan berpikir, jangan dipandang sebagai suatu sel dalam organisme masyarakat itu, tidak dapat dipersamakan dengan sel dalam organisme


(29)

hewan. Manusia berbeda-beda sifat dan pikirannya satu sama lain, sedangkan sel hewan satu sama lain serupa baik dalam bentuk maupun sifatnya.

b. Segala rintangan atau pertentangan dalam tubuh biologi mendatangkan sakit, sedangkan pertentangan dalam masyarakat, umpamanya perdebatan dalam parlemen yang bertujuan memperbaiki negara, seringkali mendatangkan kebaikan bagi negara seluruhnya (Shadily, 1953 : 34).

Teori atomistis atau individualis yang mengatakan bahwa dalam masyarakat hanya terdapat perseorangan, yang masing-masing berdiri sendiri dengan tiada perhubungan satu sama lain. Teori atomistis ini mendatangkan sifat statis dalam pelajarannya, karena dengan demikian maka hanya perseorangan yang dipentingkan, sehingga orang seolah-olah membuta terhadap proses sosial dasn pengaruhnya dalam masyarakat sebagai wujud hidup bersama secara golongan (Shadily, 1953 : 34).

Unsur atau ciri masyarakat menurut konsep Horton dan Hunt (Setiadi, 2008 : 81) adalah :

1. Kelompok manusia.

2. Yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal. 3. Menempati suatu kawasan.

4. Memiliki kebudayaan.

5. Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.

Berdasarkan penjelasan mengenai konsep masyarakat yang telah dikemukakan diatas, tidak ada perbedaan ungkapan yang mendasar, justru yang ada yaitu mengenai persamaannya. Yang utama masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang


(30)

relatif lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama dimana mereka menciptakan nilai, norma dan kebudayaan (Setiadi, 2008 : 81-82).

2.3. Jamkesmas

Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

Menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas, adapun tujuan penyelenggaraan Jamkesmas yaitu :

a. Tujuan Umum :

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

b. Tujuan Khusus:

1. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit.

2. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. 3. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

Sasaran program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 61 juta jiwa

2.3.1. Landasan Hukum Jamkesmas

Menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas, adapun pelaksanaan program Jamkesmas berdasarkan pada :


(31)

1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara, sedangkan ayat (3) bahwa negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495)

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286)

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355)

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400)

6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 116, Tambahan Lembaran Negara No. 4431)

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi


(32)

Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara No. 4548)

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)

9. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4778)

10.Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 No.49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)

11.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737)

12.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 No.89, Tambahan Lembaran Negara No. 4741)

13.Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 94 Tahun 2006 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan


(33)

2.3.2.Tata Laksana Kepesertaan

Menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas, untuk menetapkan keanggotaan peaerta Jamkesmas terdapat beberapa ketentuan umum yaitu : 1. Peserta program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya

disebut peserta Jamkesmas, yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Jumlah sasaran peserta program Jamkesmas tahun 2008 sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes).Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota. Jumlah sasaran peserta (kuota) masing-masing Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir.

3. Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2 diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Apabila jumlah peserta Jamkesmas yang ditetapkan Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat.

4. Bagi Kabupaten/kota yang telah menetapkan peserta Jamkesmas lengkap dengan nama dan alamat peserta serta jumlah peserta Jamkesmas yang sesuai dengan kuota, segera dikirim daftar tersebut dalam bentuk dokumen elektronik (soft copy) dan dokumen cetak (hard copy) kepada :

a. PT Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan di distribusikan kartu ke peserta, sebagai bahan analisis dan pelaporan.


(34)

b. Rumah sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta Jamkesmas yang dapat dilayani di Rumah Sakit, bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus sebagai bahan analisis.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota setempat sebagai bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan bahan analisis.

d. Dinas Kesehatan Propinsi atau Tim Pengelola Jamkesmas Propinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis,pelaporan serta pengawasan.

e. Departemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional, bahan dasar verifikasi Tim Pengelola Pusat, pembayaran klaim Rumah Sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan.

5. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menetapkan jumlah dan nama masyarakat miskin (no, nama dan alamat), selama proses penerbitan distribusi kartu belum selesai, kartu peserta lama atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) masih berlaku sepanjang yang bersangkutan ada dalam daftar masyarakat miskin yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

6. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan jumlah, nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap diberikan waktu sampai dengan akhir Juni 2008. Sementara menunggu surat keputusan tersebut sampai dengan penerbitan dan pendistribusian kartu peserta, maka kartu peserta lama atau SKTM masih diberlakukan. Apabila sampai batas waktu tersebut pemerintah Kabupaten/Kota belum dapat menetapkan sasaran masyarakat miskinnya, maka terhitung 1 Juli 2008 pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin di wilayah tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat.


(35)

7. Pada tahun 2008 dilakukan penerbitan kartu peserta Jamkesmas baru yang pencetakan blanko, entry data, penerbitan dan distribusi kartu sampai ke peserta menjadi tanggungjawab PT Askes (Persero).

8. Setelah peserta menerima kartu baru maka kartu lama yang diterbitkan sebelum tahun 2008, dinyatakan tidak berlaku lagi meskipun tidak dilakukan penarikan kartu dari peserta.

9. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar, yang karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam Surat Keputusan Bupati/walikota, akan dikoordinasikan oleh PT Askes (Persero) dengan Dinas Sosial setempat untuk diberikan kartunya.

14.Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas langsung menjadi peserta baru sebaliknya bagi peserta yang meninggal dunia langsung hilang hak kepesertaannya

2.3.3. Administrasi Kepesertaan

Menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas, administrasi kepesertaan meliputi: registrasi, penerbitan dan pendistribusian kartu sampai ke peserta sepenuhnya menjadi tanggung jawab PT Askes (Persero) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Data peserta yang telah ditetapkan Pemda, kemudian dilakukan entry oleh PT Askes (Persero) untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota.

2. Entry data setiap peserta meliputi antara lain : a. nomor kartu

b. nama peserta c. jenis kelamin


(36)

d. tempat dan tanggal lahir/umur e. alamat

3. Berdasarkan database tersebut kemudian kartu diterbitkan dan didistribusikan sampai ke peserta.

4. PT Askes (Persero) menyerahkan Kartu peserta kepada yang berhak, mengacu kepada penetapan Bupati/Walikota dengan tanda terima yang ditanda tangani/cap jempol peserta atau anggota keluarga peserta.

5. PT Askes (Persero) melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada Bupati/Walikota, Gubernur, Departemen Kesehatan R.I, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/ Kota serta Rumah Sakit setempat

2.3.4.Tatalaksana Pelayanan Kesehatan

Adapun yang menjadi ketentuan umum dalam tata pelaksanaan pelayanan kesehatan menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas yaitu :

1. Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat.

2. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan.

3. Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di puskesmas dan jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan rumah sakit.

4. Pelayanan rawat inap diberikan di puskesmas perawatan dan ruang rawat inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/POLRI dan RS Swasta yang


(37)

bekerjasama dengan Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas nama Menteri Kesehatan membuat perjanjian kerjasama (PKS) dengan RS setempat yang diketahui kepala dinas kesehatan Propinsi meliputi berbagai aspek pengaturan.

5. Pada keadaan gawat darurat (emergency ) seluruh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun tidak memiliki perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud butir 4. Penggantian biaya pelayanan kesehatan diklaimkan ke Departemen Kesehatan melalui Tim Pengelola Kabupaten/kota setempat setelah diverifikasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada program ini.

6. RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM melaksanakan pelayanan rujukan lintas wilayah dan biayanya dapat diklaimkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang bersangkutan ke Departemen Kesehatan.

7. Pelayanan obat di puskesmas beserta jaringannya dan di rumah sakit dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk memenuhi kebutuhan obat generik di puskesmas dan jaringannya akan dikirim langsung melalui pihak ketiga franko Kabupaten/Kota.

b. Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di rumah sakit, Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit bertanggungjawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang diperlukan. Agar terjadi efisiensi pelayanan obat dilakukan dengan mengacu kepada Formularium obat pelayanan kesehatan program ini. (Sebagaimana terlampir)

c. Apabila terjadi kekurangan atau ketiadaan obat sebagaimana butir b diatas maka rumah sakit berkewajiban memenuhi obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait.


(38)

d. Pemberian obat untuk pasien RJTP dan RJTL diberikan selama 3 (tiga) hari kecuali untuk penyakit-penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 (tiga) hari sesuai dengan kebutuhan medis.

e. Apabila terjadi peresepan obat diluar ketentuan sebagaimana butir b diatas maka pihak RS bertanggung jawab menanggung selisih harga tersebut.

f. Pemberian obat di RS menerapkan prinsip one day dose dispensing.

g.Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit dapat mengganti obat sebagaimana butir b diatas dengan obat-obatan yang jenis dan harganya sepadan dengan sepengetahuan dokter penulis resep.

8. Pelayanan kesehatan RJTL di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan di Rumah Sakit, serta pelayanan RI di Rumah Sakit yang mencakup tindakan, pelayanan obat, penunjang diagnostik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya (kecuali pelayanan haemodialisa) dilakukan secara terpadu sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut Jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas Tahun 2008 (lampiran III), atau penggunaan INA-DRG (apabila sudah diberlakukan), sehingga dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosa sebagai dasar pengajuan klaim.

9. Apabila dalam proses pelayanan terdapat kondisi yang memerlukan pelayanan khusus dengan diagnosa penyakit/prosedur yang belum tercantum dalam Tarif Paket INA-DRG sebagaimana butir 8, maka Kepala Balai/Direktur Rumah Sakit memberi keputusan tertulis untuk sahnya penggunaan pelayanan tersebut setelah mendengarkan pertimbangan dan saran dari Komite Medik RS yang tarifnya sesuai dengan Jenis Paket dan Tarif Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas Tahun 2008.

10. Pada kasus-kasus dengan diagnosa sederhana, dokter yang memeriksa harus mencantumkan nama jelas.


(39)

11. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks harus dicantumkan nama dokter yang memeriksa dengan diketahui oleh komite medik RS.

12. Untuk pemeriksaan/pelayanan dengan menggunakan alat canggih (CT Scan, MRI, dan lain-lain), dokter yang menangani harus mencantumkan namanya dengan jelas dan menandatangani lembar pemeriksaan/pelayanan kemudian diketahui oleh komite medik.

13. Pembayaran pelayanan kesehatan dalam masa transisi sebelum pola Tarif Paket Jamkesmas.

14. Verifikasi pelayanan di Puskesmas (RJTP, RITP, Persalinan, dan Pengiriman Spesimen, trasnportasi dan lainnya) di laksanakan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota.

15. Verifikasi pelayanan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan RS dilaksanakan oleh Pelaksana Verifikasi.

16. Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun.

17. Dalam hal terjadi sengketa terhadap hasil penilaian pelayanan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan RS maka dilakukan langkah-langkah penyelesaian dengan meminta pertimbangan kepada Tim Ad-Hoc yang terdiri dari unsur-unsur DinasKesehatan Propinsi, IDI wilayah, Arsada dan MAB (Medical Advisor Board) dan keputusannya bersifat final

2.3.5.Prosedur Pelayanan

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas adalah sebagai berikut:

1. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke Puskesmas dan jaringannya.

2. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar masyarakat miskin yang ditetapkan


(40)

oleh Bupati/Walikota setempat. Penggunaan SKTM hanya berlaku untuk setiap kali pelayanan kecuali pada kondisi pelayanan lanjutan terkait dengan penyakitnya.

3. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, kecuali pada kasus emergency.

4. Pelayanan rujukan sebagaimana butir ke-3 (tiga) diatas meliputi :

a. Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit, BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM.

b. Pelayanan Rawat Inap kelas III di Rumah Sakit c. Pelayanan obat-obatan

d. Pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik

5. Untuk memperoleh pelayanan rawat jalan di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.

6. Untuk memperoleh pelayanan rawat inap di BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan SKP dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan rawat inap.


(41)

7. Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD termasuk kasus gawat darurat di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan Rumah Sakit peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes (Persero) mengeluarkan surat keabsahan peserta. Bagi pasien yang tidak dirawat prosesnya sama dengan proses rawat jalan, sebaliknya bagi yang dinyatakan rawat inap prosesnya sama dengan proses rawat inap sebagaimana item 5 dan 6 diatas.

8. Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sejak awal sebalum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan di beri waktu maksimal 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu dimana ybs belum mampu menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud diatas maka Direktur RS dapat menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan

2.4.Pelayanan Kesehatan

2.4.1.Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 1995 : 1).

2.4.2. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan

Suatu pelayanan kesehatan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan, terdapat beberapa persyaratan pelayanan yang harus diterapkan yaitu :


(42)

1. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat.

2. Kewajaran Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

3. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut bersifat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu maupun kebutuhan pelayanan kesehatan.

4. Penerimaan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut harus dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.

5. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat dicapai oleh pemakai pemakai jasa pelayanan kesehatan.

6. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat terjangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan, dalam arti biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan pemakai jasa pelayanan kesehatan.

7. Efisiensi Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan secara efisien.


(43)

8. Mutu Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.

Secara umum dimensi kepuasan pasien bervariasi sekali. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standard dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang mengacu pada standard dan kode etik profesi pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien (Azwar, 1995 : 31-33).

a. Hubungan Dokter-Pasien

Terbinanya hubungan dokter-pasien yang baik, adalah salah satu dari kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, hubungan dokter-pasien ini tetap dapat dipertahanakan. Diharapkan setiap dokter dapat dan bersedia memberikan perhatian yang cukup terhadap pasien secara pribadi, serta menjawab dan memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal yang ingin diketahui oleh pasien.

b. Kenyamanan Pelayanan

Mengupayakan terselenggaranya pelayanan yang nyaman, adalah salah satu kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan yang bermutu, suasana pelayanan yang nyaman tersebut harus dapat dipertahankan. Kenyamanan yang dimaksud tidak hanya menyangkut fasilitas yang disediakan tetapi yang terpenting menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

c. Kebebasan Melakukan Pilihan

Memberikan kebebasan pada pasien untuk memilih serta menentukan pelayanan kesehatan, adalah salah satu kewajiban etik. Suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu


(44)

apabila kebebasan memilih ini dapat diberikan dan karena itu harus dilaksanakan oleh setiap penyelenggara pelayanan kesehatan.

d. Pengetahuan dan Kompetensi Teknis

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang didukung oleh pengetahuan dan kompetensi teknis bukan saja merupakan prinsip pokok penerapan standard profesi. Secara umum disebutkan makin tinggi tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis maka makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.

e. Efektitas Pelayanan

Sama halnya dengan pengetahuan dan kompetensi teknis, maka efektifitas pelayanan juga merupakan kode etik serta prinsip pokok penerapan standar pelayanan. Secara umum disebutkan makin efektif pelayanan kesehatan tersebut, makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.

f. Keamanan tindakan

Pelayanan kesehatan yang bermutu dapat terselenggara apabila aspek keamanan tindakan ini dilaksanakan. Pelayanan kesehatan yang membahayakan pasien, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik, dan karena itu tidak boleh dilakukan.

Kriteria pelayanan kesehatan yang memuaskan menurut DR. Bob Woworuntu (Noveniawanata, http://one.indoskripsi.com) adalah :

a. Kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi b. Mampu memberikan pelayanan yang baik c. Tidak berbelit-belit

d. Menyingkat waktu tunggu masyarakat e. Dapat menguntungkan semua pihak

Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian terhadap standard yang telah ditetapkan. Namun, melakukan penilaian ini tidaklah semudah


(45)

yang diperkirakan. Hal ini dikarenakan dimensi kepuasan setiap orang sangat bervariasi yang artinya setiap orang dapat saja melakukan penilaian yang berbeda-beda tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-masing (Azwar, 1995 : 30-31).

2.5.Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Jamkesmas

Menurut departemen kesehatan RI dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas, adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan Jamkesmas yaitu :

a. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), meliputi:

1. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis/umum.

2. Rehabilitasi medic

3. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik 4. Tindakan medis kecil dan sedang

5. Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan

6. Pelayanan KB, termasuk kontap efektif, kontap pasca persalinan/keguguran, penyembuhan efek samping dan komplikasinya (alat kontrasepsi disediakan oleh BKKBN).

7. Pemberian obat yang mengacu pada Formularium Rumah Sakit 8. Pelayanan darah

9. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan penyulit b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), meliputi :

1. Akomodasi rawat inap pada kelas III

2. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan

3. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik. 4. Tindakan medis


(46)

5. Operasi sedang dan besar 6. Pelayanan rehabilitasi medis

7. Perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU) 8. Pemberian obat mengacu Formularium RS program ini 9. Pelayanan darah

10.Bahan dan alat kesehatan habis pakai

11.Persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit (PONEK)

2.6.Kerangka Pemikiran

Kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia yang harus dipenuhi. Karena itu setiap individu, keluarga maupun masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. Dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak untuk hidup sehat bagi penduduknya termasuk masyarakat miskin.

Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan menyebabkan masyarakat sulit untuk mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan terutama oleh masyarakat miskin. Derajat kesehatan masyarakat miskin yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya mengakibatkan beban bagi masyarakat itu sendiri dan juga pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah telah mengambil kebijakan yang strategis untuk menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin sejak 1 januari 2005. Program ini menjadi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) yang popular dengan nama Askeskin yang kemudian pada tahun 2008 diubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas.

Pelaksanaan program Jamkesmas dilakukan oleh Departemen Dinas Kesehatan, PT.Askes (Persero) dan verifikator independen. Tugas dari ketiga lembaga tersebut adalah


(47)

membantu masyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan dengan cara mendata dan mengikutsertakan mereka menjadi peserta Jamkesmas. Apabila masyarakat terdaftar sebagai peserta Jamkesmas maka mereka berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Tujuan penyelenggaraan program Jamkesmas adalah meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Dapat diketahui bahwa keseluruhan program yang dibuat oleh pemerintah pasti menimbulkan respon tersendiri bagi masyarakat. Begitu juga program Jamkesmas yang dibuat oleh pemerintah. Respon masyarakat terhadap program Jamkesmas dapat diketahui melalui persepsi, sikap dan partisipasi. Untuk itulah peneliti ingin mengetahui respon masyarakat Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur terhadap program Jamkesmas.


(48)

Untuk memperjelas alur pemikiran diatas, dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut :

Respon Masyarakat

Partisipasi Sikap

Program Jamkesmas

Persepsi

1. Penglihatan dan pendengaran

2. Atensi

1. Penilaian

2. Penerimaan atau penolakan

3. Mengharapkan atau

1. Menikmati

2. Menilai


(49)

2.7.Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989 : 33).

Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Respon adalah suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2. Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

3. Pengguna atau peserta Jamkesmas adalah orang yang tergolong miskin serta memiliki Kartu Jamkesmas.

4. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

2.7.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau criteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasinalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati ( Silalahi, 2009 : 120).


(50)

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variable dalam penelitian ini,maka diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon masyarakat pengguna Jamkesmas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, meliputi :

1. Persepsi penerima program terhadap program Jamkesmas meliputi : a. Pengetahuan tentang program

b. Pemahaman tentang manfaat program c. Pemahaman tentang tujuan program.

2. Sikap penerima program terhadap program Jamkesmas meliputi : a. Penilaian terhadap program

b. Penerimaan atau penolakan terhadap program c. Pengharapkan atau menghindari program.

3. Partisipasi penerima program terhadap program Jamkesmas meliputi : a. Menilai hasil dari program

b. Menikmati hasil program


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang sekedar untuk melukiskan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, tanpa mempersoalkan hubungan antar variabel atau jalin menjalinnya antar variabel (Faisal, 2008 : 20). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu membuat gambaran secara menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat terhadap program Jamkesmas di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.

3.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai dan Rumah Sakit Bangkatan Binjai. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Rumah Sakit Bangkatan merupakan salah satu rumah sakit yang melaksanakan program Jamkesmas dan aktif dalam pelaksanaannya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti secara langsung bagaimana respon masyarakat terhadap program Jamkesmas di daerah tersebut.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau kelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak secara mendua (Silalahi, 2009 : 253). Populasi dalam penelitian adalah seluruh peserta Jamkesmas di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai yang berobat di Rumah Sakit Bangkatan Binjai mulai Januari 2009 sampai Oktober 2010 yaitu berjumlah 122 orang.


(52)

3.3.2.Sampel

Menurut suharsimi arikunto jika jumlah populasi lebih dari seratus, maka dianjurkan untuk menentukan jumlah sampel antara 10-15% dan 20-25% dari jumlah populasi dan ini di anggap representative (arikunto,1993:149). Teknik dalam pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik simple random sampling, dimana setiap populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk menjadi sampel. Berdasarkan ketentuan diatas, maka peneliti menetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 20 % dari jumlah populasi yaitu 20% x 139= 27,8 dibulatkan jadi 28 orang.

3.4.Teknik Pengumpulan data

Teknik Pengumpulan Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Data Primer diperoleh dari penelitian lapangan yang dilakukan turun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data melalui :

a) Penyebaran angket langsung (kuesioner), yaitu alat mengumpulkan data dengan menyebarkan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau angket secara tertulis yang harus diisi oleh responden

b) Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan langsung kepada responden guna memperoleh keterangan dalam menyimpulkan data yang terkumpul

c) Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, mencatat kejadian yang berkaitan dengan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu dengan membuka, mencatat, mengutip, data dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal-jurnal, pendapat-pendapat


(53)

para ahli/pakar dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian dan dapat mendukung terlaksananya penelitian ini.

3.5.Teknik Analisa Data

Penelitian ini akan menggunakan teknik analisa deskriptif, yaitu dengan pendekatan kualitatif dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing, yaitu meneliti data-data yang diperoleh dari penelitian 2. Koding, yaitu mengklasifikasi jawaban-jawaban menurut macamnya 3. Skala likert, untuk mengukur variable-variabel.

4. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan agar data mudah dianalisis dan disimpulkan serta untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam dapat di singkat.


(54)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1.Letak dan Batas Wilayah Kecamatan Binjai Timur Batas wilayah Kecamatan Binjai Timur adalah :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai Kota. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

4. Sebelah Barat berbatasan Kecamatan Binjai Utara dan Kabupaten Deli Serdang.

4.2.Keadaan Demografis

Dilihat dari segi keadaan demografis dapat kita uraikan keadaan Kecamatan Binjai Timur berdasarkan luas dan wilayah penggunaan lahan, Pembagian wilayah dalam Desa Sei Semayang tersebut. Komposisi penduduk berdasarkan usia, Jenis Kelamin, Agama yang dianut, Etnis atau Suku, dan yang terakhir dilihat berdasarkan Mata Pencaharian.

4.2.1 Luas dan Wilayah Penggunaan Lahan

Luas wilayah Kecamatan Binjai Timur adalah 2.170.00, adapun potensi lahan yang dimiliki oleh Kecamatan Binjai Timur adalah sebagai berikut :


(55)

Tabel 4.1

Kelurahan Luas

Kelurahan(Ha)

Luas Lahan Sawah(Ha)

Luas Pertanian Bukan Sawah(Ha)

Lahan untuk Non Pertanian(Ha)

(1) (2) (3) (4) (5)

Mencirim Tunggurono Timbang Langkat Tanah Tinggi Sumber Mulyorejo Dataran Tinggi Sumber Karya 1,42 10,66 2,31 0,80 2,58 0,81 3,12 4 66 3 5 10 4 10 5 135 9 1 83 2 37 133 865 219 74 165 75 265 Kecamatan Binjai Timur

21,70 102 272 1796

Sumber: Profil Kecamatan Binjai Timur 2010

Sebagaian besar lahan yaitu sebanyak 1796 ha dipergunakan untuk non pertanian yaitu perumahan penduduk. Akan tetapi luas lahan yang digunakan untuk pertanian bukan sawah juga cukup besar yaitu 272 ha yang menghasilkan tanaman padi, tanaman palawija, tanaman sayur, buah-buahan dan sebagainya. Begitu juga dengan luas lahan sawah yaitu 102 ha.

4.2.2. Pembagian Wilayah

Kecamatan Binjai Timur membawahi 7 kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh lurah.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(56)

No Nama Kelurahan Nama Lurah 1 2 3 4 5 6 7 Mencirim Tunggurono Timbang Langkat Tanah Tinggi Sumber Mulyorejo Dataran Tinggi Sumber Karya

Erwinsyah Putra Hrp,S.Sos Sugiono

Hotlan Jaya Sitorus,SH Muhammad Riduan,S.Sos Asnawi Siregar

Afrizon Yumarar Sitorus,S.Sos H.Panjaitan

Sumber: Profil Kecamatan Binjai Timur 2010

4.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Jumlah penduduk Kecamatan Binjai Timur terdiri dari berbagai kelompok usia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3

Kelurahan Usia 0-14 th Usia 15+th Jumlah

Mencirim Tunggurono Timbang Langkat Tanah Tinggi Sumber Mulyorejo Dataran Tinggi Sumber Karya 2.122 2.241 1240 1.349 2.441 1.378 2.487 6.638 7.010 3886 4.215 7.638 4.307 7.781 8.760 9.259 5.126 5.564 10.079 5.685 10.268

Jumlah 13.258 41.483 54.741


(57)

Berdasarkan tabel di atas kelompok usia yang dominan di Kecamatan Binjai Timur adalah 15 tahun keatas yang berjumlah 41.483 orang. Sedangkan kelompok usia 0-14 tahun merupakan yang terkecil dengan jumlah 13.258 orang.

4.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Adapun komposisi penduduk Kecamatan Binjai Timur berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini sebagai berikut:

Tabel 4.4

Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

Mencirim Tunggurono Timbang Langkat Tanah Tinggi Sumber Mulyorejo Dataran Tinggi Sumber Karya 4.482 4.627 2.607 2.791 5.021 2.932 4.950 4.278 4.624 2.519 2.773 5.058 2.753 5.318 8.760 9.251 5.126 5.564 10.079 5.685 10.268

Jumlah 27.410 27.371 54.741

Sumber: Profil Kecamatan Binjai Timur 2010

Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa kelurahan yang memiliki proporsi terbesar dalam Kecamatan Binjai Timur adalah Sumber Karya yang memiliki jumlah laki-laki sebesar 4.950 jiwa dan jumlah perempuan 5.318 jiwa yang total keseluruhannya berjumlah 10.268 jiwa. Sedangkan kelurahan yang memiliki proporsi terkecil adalah Timbang Langkat, yang memiliki jumlah laki-laki 2.607 jiwa dan jumlah perempuan 2.519 jiwa, yang total jumlah keseluruhannya adalah 5.126 jiwa.


(58)

4.2.5.Komposisi penduduk berdasarkan Agama yang Dianut

Di Kecamatan Binjai Timur agama mayoritas yang di anut adalah islam. Namun ada juga masyarakat yang menganut agama lain, seperti yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 4.5

No. Agama Jumlah(%)

1. 2. 3. 4. 5 6..

Islam

Kristen Katolik Kristen Protestan Hindu

Budha Lainnya

83,861 3,389 10,159

0,592 1,958 0,041

Jumlah 100,00

Sumber: Profil Kecamatan Binjai Timur 2010

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk Kecamatan Binjai Timur dengan jumlah 83,861%. Adapun agama lain yang menjadi bagian dari masyarakat Kecamatan Binjai Timur yaitu Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha dan lainya.

4.2.6.Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/ Suku.

Di Kecamatan Binjai Timur suku mayoritas adalah jawa. Namun ada juga masyarakat yang bersuku lain, seperti yang tertera pada tabel berikut:


(59)

Tabel 4.6

No. Suku Jumlah(%)

1. 2. 3. 4. 5 6. 7.

Jawa Karo

Mandailing/angkola Melayu

Batak tapanuli/toba Nias

Lainnya

53,946 4,533 7,746 2,121 12,480

0,287 18,886

Jumlah 100,00

Sumber: Profil Kecamatan Binjai Timur 2010

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa suku Jawa merupakan suku mayoritas penduduk Kecamatan Binjai Timur dengan jumlah 53,946%. Adapun suku lain yang memiliiki jumlah terkecil adalah suku Nias dengan 0,287%. Namun, ada juga berbagai macam suku lain yang menjadi bagian dari masyarakat Kecamatan Binjai Timur seperti Suku Karo, Mandailing, Melayu, Batak, dan lainnya.

4.2.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Seperti yang dijelaskan pada tabel bahwa jumlah penduduk Kecamatan Binjai Timur berjumlah 54.741 jiwa. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka mata pencaharian mereka pun bermacam-macam, diantaranya sebagai PNS, Karyawan Swasta, Pedagang, TNI, Polri, dan lain-lain. Hal ini dapat di lihat pada tabel 4.7 di bawah ini.


(1)

5.3.3. Partisipasi Responden Terhadap Program Jamkesmas

Data hasil pemberian skor variable partisipasi responden terhadap program Jamkesmas merupakan hasil rata-rata ∑ skor variabel partisipasi (V3):jumlah sub variabel partisipasi. Jumlah sub variabel partisipasi ada 10 sub variabel, sehingga rata-rata V3= ∑ skor variabel : 10 (lihat lampiran). Data hasil pengukuran partisipasi masyarakat terhadap program Jamkesmas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.20

Partisipasi Responden Terhadap Program Jamkesmas

No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 2 Positif Netral 26 2 92,9 7,1

Jumlah 28 100,00

Sumber : Kuesioner 2010

Tabel 5.20, menunjukkan bahwa terdapat 26 orang atau 92,9% responden memiliki partisipasi yang positif terhadap program Jamkesmas. Responden dalam kategori ini memahami dan mengerti maksud dan tujuan program Jamkesmas serta berpartisipasi secara aktif menggunakan fasilitas program Jamkesmas.

Responden yang berpartisipasi dengan netral sebanyak 2 orang atau 7,1%. Responden dalam kategori ini memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang program, akan tetapi jarang menggunakan fasilitas program Jamkesmas. Tidak ada responden yang berpartisipasi negatif terhadap program Jamkesmas. Dalam kategori ini tidak ada responden yang tidak memahami dan mengerti maksud dan tujuan program Jamkesmas.

Dari data di atas, dapat kita analisis apakah partisipasi responden termasuk respon positif atau negatif, dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral dan nilai -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden. Hasil


(2)

akhir dapat dilihat apakah partisipasi positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert.

Partisipasi positif : 26 x 1 = 26 Partisipasi netral : 2 x 0 = 0 Partisipasi negatif : 0 x -1 = 0 +

= 26 / 28


(3)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa data, maka dapat disimpulkan bahwa respon masyarakat terhadap program Jamkesmas adalah positif. Hal ini tergambar dari tiga variabel yaitu :

1. Persepsi

Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui bahwa responden memiliki persepsi yang positif terhadap program jamkesmas dengan nilai 0,96. Persepsi memiliki nilai yang positif diukur berdasarkan pengetahuan responden tentang program Jamkesmas, pemahaman responden tentang informasi mengenai Jamkesmas, pengetahuan responden tentang tujuan dari program Jamkesmas, tanggapan responden atas informasi tentang program Jamkesmas, tanggapan responden mengenai pelaksanaan program Jamkesmas, sejak tahun berapa responden menerima program Jamkesmas, serta mengenai pungutan kepada responden bila berobat menggunakan kartu Jamkesmas.

2. Sikap

Bedasarkan hasil analisa data dapat diketahui bahwa sikap masyarakat terhadap program jamkesmas adalah positif dengan nilai 1. Sikap memiliki nilai yang positif diukur berdasarkan penilaian responden tentang pelaksanaan program Jamkesmas, sikap responden terhadap program Jamkesmas, sikap responden tentang keberlanjutannya program Jamkesmas, peran program Jamkesmas terhadap responden dalam menanggulangi biaya kesehatan, tanggapan responden tentang prosedur administrasi pada program Jamkesmas, tanggapan responden mengenai pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, serta tanggapan responden tentang manfaat program Jamkesmas terhadap kehidupannya.


(4)

3. Partisipasi

Hasil analisa data menunjukkan responden memiliki partisipasi positif terhadap program jamkesmas dengan nilai 0,92. Partisipasi memiliki nilai yang positif diukur berdasarkan frekuensi responden menggunakan kartu Jamkesmas, frekuensi dokter dalam menangani pasien penggguna kartu Jamkesmas, tanggapan responden mengenai sikap dokter atau petugas kesehatan lain terhadap pasien Jamkesmas selama mendapat pelayanan, tanggapan atau kepedulian dokter dalam menangani keluhan penyakit responden, penjelasan yang diberikan dokter atau petugas kesehatan yang lain mengenai penyakit responden, frekuensi perlakuan tidak baik dari petugas rumah sakit kepada responden, tanggapan responden tentang alat-alat pengobatan program Jamkesmas di rumah sakit, tanggapan responden tentang ketersediaan obat-obatan program jamkesmas di rumah sakit, tingkat kesembuhan penyakit responden setelah berobat di rumah sakit, serta tingkat kepuasan responden terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit.

Maka dapat dilihat secara rata-rata respon masyarakat adalah positif dengan nilai (0,96 + 1 + 0,92/3 = 0,96.

6.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran penulis adalah :

1. Disarankan kepada pemerintah Kecamatan Binjai Timur agar program Jamkesmas tetap dilaksanakan dan dilanjutkan. Adapun yang menjadi alasan saran ini karena program tersebut merupakan kebutuhan dan sangat membantu bagi masyarakat miskin.


(5)

2. Diharapkan bagi penerima program Jamkesmas agar memanfaatkan program ini dan menggunakan program ini sebagai kesempatan untuk dapat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan lainnya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 1994. Pskologi Pekerja Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Jakarta : PT Raja Grafindo

Arikunto, Suharsini. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, Azrul. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Sosial

Djamarah,Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Faisal, Sanapiah. 2008. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang : UMM Press

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta

Setiadi, Elly M. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Group Shadily, Hasan. 1953. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta : PT Pembangunan Silalahi, Ulber. 2008. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika Aditama

Singarimbun, Nasri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES

Suharto, Edi. 1997. Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Spektrum Pemikiran. Bandung : LSP-STKS

Sumber Lain

10.36 WIB

http