Implementasi Program Jaminan Persalinan Di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Binjai

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS TANAH TINGGI KECAMATAN BINJAI TIMUR

BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Administrasi Negara

OLEH

090903055

SITI AISYAH HARAHAP

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Siti Aisyah Harahap

NIM : 090903055

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Binjai

Medan, April 2013

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Dra. Asima Yanti Siahaan, MA., PhD

NIP. 196401261988032002 NIP.196401081991021001

Drs.M.Husni Thamrin Nasutin,M.Si

Dekan FISIP USU

NIP.196805251992031002 Prof.Dr.Badaruddin,M.Si


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan, semangat dan ketekunan kepada penulis selama masa penyelesaian skripsi yang berjudul “Implementasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Binjai”. Adapun penulisan skripsi ini sebgai syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Sebagai suatu karya ilmiah, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan adanya kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi perbaikan skripsi ini.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, semangat dan dorongan, baik itu secara moral maupun secara materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih sedalam-dalamnya kepada pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengerjaan skripsi ini, hanya Yesus Kristus yang dapat membalasnya.Skripsi ini saya dedikasikan untuk semua pihak yang telah banyak membantu, yaitu :

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara , Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si.

2. Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara , Bapak Drs.M.Husni Thamrin


(4)

3. Kepada Ibu Elita Dewi,M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

4. Kepada Ibu Dra.Februati Trimurni,M.Si selaku dosen wali penulis yang memberikan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.

5. Kepada Dra. Asimayanti Siahaan,M.,PhD selaku dosen pembimbing skripsi saya yang selalu meluangkan waktu dan memberikan masukan yang membangun dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah memberikan banyak ilmu selama perkuliahan.

7. Staff administrasi di Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU, khusus untuk Ka Dian dan Ka Mega yang elah banyak membantu penulis dalam urusan administrasi.

8. Untuk Ibu Arlina selaku Kepala Puskesmas Tanah Tinggi yang telah bersedia meluangkan waktu dan banyak memberikan informasi kepada penulis untuk keperluan penyusunan skripsi ini.

9. Untuk Ibu Suci dan Ibu Nita selaku bidan Puskesmas Tanah Tinggi yang juga telah banyak memberikan bantuan dan informasi kepada penulis selama penelitian.

10.Untuk seluruh Pegawai Puskesmas Tanah Tinggi yang sangat ramah dan berbaik hati dalam memberikan setiap data dan informasi yang dibutuhkan peneliti.

11.Untuk kedua orang tua saya Bapak R.E. Harahap dan Ibu M. Lubis. Terima kasih sedalam-dalamnya untuk semua doa dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini . Terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang


(5)

kalian berikan untuk ku, terima kasih untuk pengorbanan kalian yang tiada habis nya . Doa kalian yang mengantar ku ke jalan kesuksesan . Semoga Bapak dan Mamak selalu diberikan kesehatan dan perlindungan dari Allah SWT.

12.Untuk Abang, Kakak dan adik ku, Ilham Harahap, Rahmat Saleh Harahap, Safrida Ariani Harahap dan M. Syahrial Harahap, terima kasih untuk dukungan nya kalian selama ini dalam hal apapun dan semoga sukses buat kita

13.Untuk kesayangan ku Fachrizal Fahmi Siregar, terima kasih untuk semangat doa dan support nya, terima kasih untuk cinta, kasih sayang , semangat, canda tawa, suka duka, semoga semakin mendewasakan kita . Segera menyusul jadi Sarjana nya  . Amin

14.Untuk sahabat-sahabat ku tersayang Yunita Adela Keliat dan Erni Simanjuntak , terima kasih sedalam-dalamnya untuk hari-hari yang telah kita lalui bersama . Kalian yang mengajarkan aku menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Terima kasih untuk semangat , doa, dukungan , tawa canda, suka duka, terima kasih untuk setiap permasalahan yang pernah kita alami bersama, yang membuat kita jadi lebih dewasa .

Terima kasih untuk kebersamaan kita selama hampir 4 tahun ini , jalan kesuksesan telah membentang di depan kita. Longlast buat persahabatan kita . Peluk sayang buat kalian ({}) .

15.Terkhusus untuk sahabat-sahabat yang selalu buat hidup ku jadi lebih berwarna karena canda tawanya , untuk Manguhal Nikolas Sitompul, Fachrizal Fahmi Siregar, Waldy Syahputra Aritonang , dan Revelino


(6)

Beginta Sembiring, lelaki-lelaki terhebat ku , terimakasih untuk semua kebersamaan kita, terima kasih karena selalu ada setiap aku butuh, terimakasih karena selalu melindungi ku dimana pun . Cepat menyusul ya sobat 

16.Buat teman-teman Magang ku di Desa Pantai Cermin Kanan Serdang Bedagai, Icha, Erni, Tika, Asri, Christin, Mentari, Niko, Fahmi, Waldy, Suheiri dan Zikri . Terimakasih untuk 2 minggu kebersamaan kita, untuk setiap perbedaan pendapat, untuk kerjasama dalam mencari data , untuk liburan singkat di sela magang kita . Untuk semua nya terima kasih, sukses buat kita 

17.Untuk temen kesayanganku, Ebbita Margareta Purba terimakasih dukungan dan doa nya, terimakasih untuk hari-hari yang kita lewati untuk curhat dan canda tawa bersama. Sukses buat kita , segera menyusul ya  18.Dan kepada seluruh teman-teman ku AN 2009 yang selalu menemani

penulis dalam masa perkuliahan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan kita setiap hari nya, terima kasih untuk semua nya . Sukses buat stambuk 2009 “AN Satu AN Jaya”.

Medan, April 2013 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI……….……… v

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

ABSTRAK……… x

BAB I PENDAHULUAN………..………… 1

I.1 Latar Belakang………..…………. 1

I.2 Fokus Masalah………..……. 7

I.3 Perumusan Masalah………...………. 8

I.4 Tujuan Penelitian……….……….. 8

I.5 Manfaat Penelitian………..……… 8

BAB II KERANGKA TEORI……….…………... 10

II.1 Kerangka Teori………..………..………. 10

II.1.1 Implementasi Kebijakan……… 10

II.1.1.1 Defenisi Implementasi Kebijakan……… 10

II.1.1.2 Model-model Implementasi Kebijakan……….. 14

II.1.2 Pelayanan Publik ………...……. 18

II.1.2.1 Defenisi Pelayanan……….……… 18


(8)

II.1.2.3 Konsep Pelayanan Publik…………...….…...……….. 20

II.2.1.3 Pelayanan Kesehatan………...……… 23

II.2.1.4 Sasaran Pelayanan Kesehatan………….……… 24

II.2.1.5 Stratifikasi Pelayanan Kesehatan………... 26

II.2.1.6 Tujuan Pelayanan Kesehatan……….. 27

II.1.3 Program Jaminan Persalinan..………...… 28

II.1.3.1 Pengertian Program Jaminan Persalinan……….. 28

II.1.3.2 Tujuan Program Jaminan Persalinan ………..……… 29

II.1.3.3 Sasaran Program Jaminan Persalinan ………. 29

II.1.3.4 Kebijakan Operasional………. 29

II.1.3.5 Ruang Lingkup Pelayanan Jampersal ………. 31

II.1.3.6 Manfaat Program Jaminan Persalinan ……...………….. 33

II.2 Defenisi Konsep……….. 34

BAB III METODE PENELITIAN……….. 36

III.1. Bentuk Penelitian……….……….. 36

III.2. Lokasi Penelitian………. 36

III.3. Informan Penelitian………. 37

III.4 Karakteristik Informan………. 39

III.5. Teknik Pengumpulan Data………. 42


(9)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI………..……... 44

IV.1 Letak……… 44

IV.2 Keadaan Demografi……… 45

IV.3 Keadaan Penduduk………. 46

IV.4 Visi dan Misi Puskesmas Tanah Tinggi………. 48

IV.5 Fasilitas Sumber Daya Manusia………. 48

IV.6 Fasilitas Gedung………. 49

IV.7 Fasilitas Administrasi………. 51

IV.8 Fasilitas Alat Kesehatan………. 51

IV.9 Fasilitas Obat-obatan……….. 52

IV.10 Fasilitas Imunisasi……….. 52

IV.11 Program Kerja di Puskesmas Tanah Tinggi………..……. 52

IV.11.1 Upaya Kesehatan Wajib………..……….. 52

IV.11.2 Upaya Kesehatan Pengembangan………..……… 53

IV.12 Struktur Organisasi Puskesmas Tanah Tinggi………..….. 54

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS TANAH TINGGI………. 56

V.1 Komunikasi………... 57

V.2 Sumber Daya………. 62

V.3 Disposisi/Kecenderungan……….. 67

V.4 Struktur Birokrasi……….. 72

V.5 Inkonsistensi Jaminan Persalinan dengan Program KB……… 74

V.6 Kurangnya Data atau Informasi mengenai Juknis Jampersal……... 78

V.7 Persepsi Masyarakat terhadap Program Jampersal………... 80

BAB VI PENUTUP………. 84

VI.1 Kesimpulan……… 84

VI.2 Saran……….. 85


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Informan Berdasarkan Usia……… 40 Tabel 3.2 Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan……… 40 Tabel 3.3 Distribusi Informan Berdasarkan Pekerjaan Suami……... 41 Tabel 4.1 Data Demografi Wilayah Kerja Puskesmas

Tanah Tinggi……… 45 Tabel 4.2 Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelurahan

Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi……… 47. Tabel 4.3 Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Tanah Tinggi……… 49 Tabel 4.4 Jumlah Fasilitas Gedung Puskesmas Tanah Tinggi…..….. 50


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Puskesmas Tanah Tinggi………... 6 Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Tanah Tinggi………...…... 55 Gambar 3. Plang Jampersal………. 61 Gambar 4. Pemeriksaan Kehamilan oleh Ibu Hamil…………..……… 71


(12)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS TANAH TINGGI KECAMATAN BINJAI TIMUR

BINJAI Nama : Siti Aisyah Harahap

Nim : 090903055

Departemen :Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik DosenPembimbing : Dra.Asimayanty,MA,PhD

Kesehatan adalah salah satu factor terpenting dan dominan dalam mendukung kelancaran setiap orang dalam beraktifitas, karena dengan tubuh yang sehat maka setiap orang mampu berkonsentrasi dalam menjalankan tugas yang dibebankan dipundaknya secara optimal. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk cukup banyak dan memiliki angka kelahiran yang cukup tinggi. Namun di balik itu semua diketahui bahwa jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia cukup tinggi. Tingkat kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih tinggi. Untuk itu, upaya besar dalam menekan laju pertambahan penduduk sangat diperlukan dengan harapan target MDGs (Millenium Development Goals) untuk menurunkan AKI pada tahun 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup menjadi kenyataan.

Keywords : Implementasi, Program Jaminan Persalinan.

Untuk itu MDGs berkerja sama dengan Kementrian Kesehatan dan BKKBN membentuk suatu program yang akan menjamin persalinan para ibu yang melahirkan guna menekan AKI dan melahirkan seorang bayi yang sehat yaitu Jaminan Persalinan atau Jampersal. Program ini menangani pembiayaan pemerikasaan kehamilan sebanyak empat kali, pertolongan persalinan, pelayanan bayi baru lahir, pelayanan nifas dan KB pasca persalinan. Namun dalam pengimplementasiannya, ternyata program ini belum berjalan dengan baik di Puskesmas Tanah Tinggi. Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut, digunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi. Teknik penentuan informan untuk pegawai Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai, secara purposive sedangkan untuk informan utama atau penerima jaminan persalinan dilakukan secara acak. Proses analisis data dilakukan dengan mengelompokkan serta mengkombinasikan data yang diperoleh, dan juga menetapakn serangkaian hubungan keterkaitan dengan data tersebut. Berdasarkan temuan data di lapangan menunjukkan bahwa Implementasi program jaminan persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi belum berjalan secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dalam proses sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat belum maksimal dan semua proses dari jaminan persalinan ini belum berjalan dengan baik. Namun dari segi pelayanan pegawai kepada masyarakat sudah maksimal.


(13)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS TANAH TINGGI KECAMATAN BINJAI TIMUR

BINJAI Nama : Siti Aisyah Harahap

Nim : 090903055

Departemen :Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik DosenPembimbing : Dra.Asimayanty,MA,PhD

Kesehatan adalah salah satu factor terpenting dan dominan dalam mendukung kelancaran setiap orang dalam beraktifitas, karena dengan tubuh yang sehat maka setiap orang mampu berkonsentrasi dalam menjalankan tugas yang dibebankan dipundaknya secara optimal. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk cukup banyak dan memiliki angka kelahiran yang cukup tinggi. Namun di balik itu semua diketahui bahwa jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia cukup tinggi. Tingkat kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih tinggi. Untuk itu, upaya besar dalam menekan laju pertambahan penduduk sangat diperlukan dengan harapan target MDGs (Millenium Development Goals) untuk menurunkan AKI pada tahun 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup menjadi kenyataan.

Keywords : Implementasi, Program Jaminan Persalinan.

Untuk itu MDGs berkerja sama dengan Kementrian Kesehatan dan BKKBN membentuk suatu program yang akan menjamin persalinan para ibu yang melahirkan guna menekan AKI dan melahirkan seorang bayi yang sehat yaitu Jaminan Persalinan atau Jampersal. Program ini menangani pembiayaan pemerikasaan kehamilan sebanyak empat kali, pertolongan persalinan, pelayanan bayi baru lahir, pelayanan nifas dan KB pasca persalinan. Namun dalam pengimplementasiannya, ternyata program ini belum berjalan dengan baik di Puskesmas Tanah Tinggi. Untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut, digunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi. Teknik penentuan informan untuk pegawai Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai, secara purposive sedangkan untuk informan utama atau penerima jaminan persalinan dilakukan secara acak. Proses analisis data dilakukan dengan mengelompokkan serta mengkombinasikan data yang diperoleh, dan juga menetapakn serangkaian hubungan keterkaitan dengan data tersebut. Berdasarkan temuan data di lapangan menunjukkan bahwa Implementasi program jaminan persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi belum berjalan secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dalam proses sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat belum maksimal dan semua proses dari jaminan persalinan ini belum berjalan dengan baik. Namun dari segi pelayanan pegawai kepada masyarakat sudah maksimal.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan suatu bangsa, serta menjadi salah satu dari tiga faktor utama selain factor pendidikan dan pendapatan yang menentukan indeks pembangunan sumber daya manusia. Kesehatan adalah salah satu factor terpenting dan dominan dalam mendukung kelancaran setiap orang dalam beraktifitas, karena dengan tubuh yang sehat maka setiap orang mampu berkonsentrasi dalam menjalankan tugas yang dibebankan dipundaknya secara optimal. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia diamanatkan bahwa Kesehatan merupakan salah satu aspek hak asasi manusia, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam pasal 28 H ayat (1) : “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Salah satu upaya pemerintah untuk mengimplementasikan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan undang-undang yang mengatur jaminan atas perlindungan social untuk seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar


(15)

hidupnya yang layak diselenggarakan oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial. Dalam undang-undang ini, jenis program jaminan sosial meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pension dan jaminan kematian. Jaminan kesehatan diberikan pada seluruh warga Negara yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah.

Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia dan memiliki angka kelahiran yang cukup tinggi. Namun di balik itu semua didapati bahwa jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia cukup tinggi. Tingkat kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih tinggi.

Dilihat berdasarkan propinsi di Indonesia, jumlah kematian ibu diperkirakan mencapai 11.534 di tahun 2010. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 memperlihatkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedang angka kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Sementara itu, hasil Sensus Indonesia 2010 menunjukkan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun. Kondisi ini mempersulit upaya menekan AKI di Indonesia. Untuk itu, upaya besar dalam menekan laju pertambahan penduduk sangat diperlukan dengan harapan target MDGs (Millenium Development Goals) untuk menurunkan AKI pada tahun 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup menjadi

kenyataan.

Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi itu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pendarahan pada saaat persalinan (blooding), masih adanya ibu yang mempercayakan persalinannya kepada dukun beranak bukan pada petugas kesehatan, biaya persalinan yang tinggi, keterlambatan penanganan pada saat


(16)

persalinan dikarenakan jauhnya jarak puskemas terdekat, usia ibu saat melahirkan masih terlalu muda, kesehatan ibu saat mengandung yang kurang baik dan faktor-faktor lainnya.

Pada salah satu sasaran pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) yaitu mencapai Angka Kesehatan Ibu dan Bayi yang tinggi maka MDGs ingin menekan Angka Kematian Ibu (AKI) 103 per 100 ribu kelahiran tahun 2015. Untuk itu MDGs berkerja sama dengan Kementrian Kesehatan (KEMENKES) dan BKKBN membentuk suatu program yang akan menjamin persalinan para ibu yang melahirkan guna menekan AKI dan melahirkan seorang bayi yang sehat yaitu Jaminan Persalinan atau Jampersal. Program ini menangani pembiayaan pemerikasaan kehamilan sebanyak empat kali, pertolongan persalinan, pelayanan bayi baru lahir, pelayanan nifas dan KB pasca persalinan. Bahkan program ini ditujukan untuk melayani semua pasien di kelas III baik yang berlatar belakang ekonomi mampu atau tidak mampu. diakses pada tanggal 17 November 2012 pukul 20.30 wib

Kematian ibu diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan (Tiga Terlambat), di antaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan (terlambat mengambil keputusan), terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi. Salah satu upaya pencegahannya adalah melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, sesuai dengan Standar Pelayanan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Dengan demikian dalam penyelenggaran Jaminan Persalinan semua atribut program


(17)

seperti Buku KIA, partograf dan kohort menjadi kewajiban untuk dilaksanakan meskipun harus dibedakan dengan syarat kelengkapan lain.

Jampersal ini akan dilaksanakan secara bertahap mulai 2011, dengan prioritas dalam perkiraan ibu bersalin dalam 1 tahun adalah 4,6 juta ibu hamil. Persalinan yang sudah dibiayai Jamkesmas mencapai 1,7 juta ibu hamil pertahun. Dan tambahan dari jaminan persalinan 2011 ini bagi 900 ibu hamil. Hal ini merupakan tahap awal mengingat terbatasnya anggaran. Seperti yang diketahui, pemerintah menyediakan dana 1,2 triliun untuk perlindungan ibu hamil melalui program Jampersal. Dana tersebut diambil dari dana yang dialokasikan untuk Kementerian Kesehatan melalui APBN 2011. Alokasi dana tersebut akan digunakan untuk pelaksanaan paket Jampersal antara lain, pendataan ibu hamil, pemeriksaan ibu hamil sebanyak 4 kali ANC (antenatal care), persalinan ditolong tenaga kesehatan, penanganan komplikasi dan rujukannya, nifas, dan penanganan bayi baru lahir sebanyak 3 kali, termasuk pelayanan KB pasca persalinan. pukul 20.30wib)

Daerah yang memiliki AKI yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata AKI di Indonesia ialah daerah Sumatera Utara dimana menurut Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Sumatera Utara, pada tahun 2007, AKI mencapai 231/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2008 meningkat menjadi 258/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2009 menjadi 260/100.000. pukul 21.10 wib)


(18)

Adanya Program Jaminan Persalinan ini, pemerintah berharap Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dapat menurun serta dapat mendukung program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang semakin padat. Dalam mewujudkan tujuan dari program jaminan persalinan ini, peran Puskesmas dan Rumah Sakit pemerintah sangat diharapkan dapat melaksanakan program ini secara efektif sehingga program dapat berhasil dalam pelaksanaaanya di masyarakat.

Puskesmas adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksaan teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan, dan penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya secara terpadu dan terkoordinasi. Berdasarkan Kepmenkes No 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, Puskesmas diartikan sebagai unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatn. Puskesmas hadir sebagai upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memadai dan memiliki jangkauan luas bagi masyarakat. Tujuan umum pelayanan kesehatan melalui puskesmas adalah untuk terselenggaranya upaya kesehatan masyarakat yang bermutu, merata, terjangkau, dan peran serta masyarakat.

Puskesmas Tanah Tinggi merupakan satu-satunya puskesmas yang terdapat di Kecamatan Binjai Timur dan terletak di Jalan Cut Nyak Dien Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai. Puskesmas ini termasuk puskesmas yang banyak dikunjungi masyarakat dikarenakan cukup padatnya penduduk di


(19)

Kecamatan Binjai Timur dan lokasi puskesmas ini cukup strategis. Berikut gambar lokasi Puskesmas Tanah Tinggi

Gambar 1. Puskesmas Tanah Tinggi

Program jaminan persalinan ini secara nasional sudah dimulai April 2011, namun berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan bahwa program jaminan persalinan ini mulai dilaksanakan oleh puskesmas Tanah Tinggi Januari 2012. Waktu pelaksanaan tersebut dilaksanakan berdasarkan perintah yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kota Binjai.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana implementasi program jaminan persalinan di puskesmas Tanah Tinggi, maka penulis mengambil judul tentang Implementasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.


(20)

I.2 Fokus Masalah

Dalam penelitian kualitatif ada yang disebut dengan batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang bersifat umum. Fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain terkait dari situasi sosial. Pada penelitian kualitatif, penemuan fokus berdasarkan hasil stdi pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh pembimbing atau orang yang dipandang ahli. Fokus dalam penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara dan akan berkembang dilapangan (Sugiono, 2008 : 28).

Adapun fokus masalah pada penelitian ini adalah mengenai bagaimana implementasi program jaminan persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi, Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai dilihat dari segi sosialisasi tentang adanya program jaminan persalinan, tujuan dan prosedur jaminan persalinan. Selain itu peneliti ingin melihat pelayanan dari sisi kapabilitas implementor dalam pelaksanaan kegiatan jampersal dan kelengkapan fasilitas di Puskesmas Tanah Tinggi.

I.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian adalah “Bagaimanakah Implementasi Program Jaminan Persalinan Di Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai?


(21)

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi program jaminan persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi

2. Untuk mengetahui proses sosialisasi jaminan persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi.

3. Untuk mengetahui kapabilitas pegawai dalam pemberian pelayanan jampersal .

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara ilmiah, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta mengembangkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah di bidang ilmu sosial.

2. Manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dapat memberikan masukan bagi instansi terkait demi peningkatan pelaksanan program.

3. Manfaat secara akademis, secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang Efektivitas Jaminan Persalinan dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan, selain itu juga sebagai salah satu syarat penyelesaian studi program Sarjana Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara.


(22)

BAB II

KERANGKA TEORI

II.1 Kerangka Teori

Menurut Kerlinger dalam Singarimbun (1999:37) teori adalah rangkain asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. (Singarimbun, 1999 : 37)

II.1.1 Implementasi Kebijakan

II.1.1.1 Defenisi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Van Meter dan Van Horn membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya (Winarno, 2004:102).


(23)

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakan publik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan (Winarno, 2002:29).

Implementasi atau pelaksanaan merupakan kegiatan yang penting dari keseluruhan proses perencanaan program/kebijakan. Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy makers bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Ada banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan baik bersifat individual maupun kelompok atau institusi. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya-upaya policy makers untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran. (Subarsono, 2005 : 87)

Patton dan Sawicki dalam Tangkilisan (2003:9) meyatakan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatur secara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukug pelaksanaan program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yang telah dibuat, dan petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasi program yang dilaksanakan.

Pressman dan Wildavsky (Solichin, 1997:65) menyatakan bahwa sebuah kata kerja mengimplementasikan itu sudah sepantasnya terkait langsung dengan


(24)

kata benda kebijaksanaan. Senada dengan ini, Van Meter dan Van Horn memberikan batasan terhadap konsep implementasi dengan menyatakan bahwa implementasi kebijakan adalah: tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok), pemerintah, atau swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Lineberry dalam Putra (2003:81) menyatakan implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran, yang menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan. Sedangkan menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabartier dalam Wahab (2005:51) implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-Undang namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan Undang-Undang kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksana, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting terhadap Undang-Undang atau peraturan yang bersangkutan. Tujuannya ialah untuk mengientifikasi masalah yang terjadi sehingga tercipta rangkaian yang terstruktur dalam upaya penyelesaian masalah tersebut.

Sebelum dilakukan pelayanan publik, tentunya akan dirumuskan kebijakanuntuk mengatur teknis pelayanan tersebut kepada masyarakat pengguna.


(25)

Bagaimana agar kebijakan public yang dirumuskan sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat, adalah merupakan titik pangkal dari keberhasilan Pemerintah Daerah dalam menerima dan mengimplementasikannya.

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan adalah:

1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan.

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lain-lain (Tangkilisan, 2003:19).

Yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut (Winarno, 2002:102).

Dengan demikian kebijakan publik merupakan sebuah awal dan belum dapat dijadikan indikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan. Proses yang jauh lebih esensial adalah pada tahapan implementasi kebijakan yang ditetapkan. Karena kebijakan adalah suatu perkiraan akan masa depan yang lebih bersifat semu, abstrak dan konseptual. Namun ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadi interaksi antara berbagai faktor yang


(26)

mempengaruhi kebijakan, barulah keberhasilan maupun ketidakberhasilan akan diketahui.

Suatu kebijakan (publik) dikatakan berhasil bila dalam implementasinya mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Pertanyaannya adalah ketika suatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan publik, bagaimana bisa disebut sebagai kebijakan yang berhasil? Peters (dalam Tangkilisan, 2003:22) mengatakan bahwa:

“Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan intern ataupun ekstern kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi di antaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang”.

II.1.1.2 Model-model Implementasi Kebijakan

Untuk melaksanakan kegiatan dalam tahap implementasi maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi kebijakan. Berikut ini model-model implementasi kebijakan:

1. Model Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Donal S Van Meter dan Carl E Van Horn menerapkan model implementasi dengan lebih


(27)

memfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meter dan Horn (Indiahono, 2009 :38), ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

a. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan pada dsarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan. b. Sumber daya. Sumber daya menunjuk kepada seberapa besar

dukungan financial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.

c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas. Hal ini menunjuknkepada mekanisme prosedur yang dicanagkan untuk mencapai sasaran dan tujuan program.

d. Karakterisktik agen pelaksana. Hal ini menunjuk seberapa besar daya dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang terjadi di internal birokrasi.

e. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Menunjuk bahwa kondisi dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu sendiri.

f. Disposisi implementor. Hal ini menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi variabel penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, antusias, dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang dapat ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.


(28)

2. Model Merilee S. Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan mencakup tentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat yang akan dihasilkan, derajad perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan, siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan. Sementara itu, konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat; karakteristik lembaga dan penguasa; kepatuhan dan daya tanggap (Dwidjowijoto, 2006:175).

3. Model Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Mazmanian dan Sabatier (Dwidjowijoto, 2006:169) menklasifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel. Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman obyek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan hierarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, dukungan publik, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen serta kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.

Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan. Yaitu, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaan


(29)

atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.

4. Model George C. Edwards III

Model implemetasi dalam pandangan George C.Edwards ini lebih melihat dari sisi administrasinya .Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:

a. Komunikasi. Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

b. Sumberdaya. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi bila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan dengan efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal diatas kertasdan menjadi dokumen saja. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial serta fasilitas-fasilitas.

c. Disposisi. Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis.


(30)

Apabila implementator memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

d. Struktur Birokrasi. Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standart operating procedures atau SOP). Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. (Subarsono, 2005:94).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model implementasi George C. Edward III. Alasan peneliti mengadopsi model tersebuk karena indikator dalam model ini dapat menjelaskan secara komprehensif tentang implementasi program jaminan persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi.

II.1.2 Pelayanan Publik II.1.2.1 Defenisi Pelayanan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Pelayanan adalah kegiatan yang diteruskan oleh organisasi atau perseorangan kepada konsumen yang bersifat tidak berwujud atau tidak dapat dimiliki, konsumen yaitu masyarakat yang mendapat manfaat dan


(31)

aktifitas yang dilakukan oleh organisasi yang memberikan pelayanan. (Moenir, 2002 : 6)

Menurut Sinambela (2006 :5) Pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik.

Pelayanan didefenisikan Soetopo dalam Napitupulu (2007:164) adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Berdasarkan batasan ini pelayanan adalah serangkaian kegiatan atau proses pemenuhan kebutuhan orang lain secara lebih memuaskan produk jasa dengan sejumlah ciri seperti tidak terwujud, cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, dan pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.

Menurut Keputusan Menteri Negara Aparatur Negara No. 63 tahun 2003 pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, dan dilingkungan badan usaha milik Negara/daerah dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan.

II.1.2.2 Defenisi Pelayanan Publik

Pelayanan publik merupakan salah satu cabang pembahasan yang cukup aktual dalam kajian birokrasi. Pelayanan publik menjadi ujung tombak interaksi antara masyarakat dan pemerintah. Pelayanan publik adalah suatu pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas-fasilitas umum,


(32)

baik jasa maupun non jasa yang dilakukan oleh organisasi publik dalam hal ini adalah suatu pemerintahan. (Rohman, 2008 : 3)

Menurut Kurniawan (2005: 4) pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 2009, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka ditarik kesimpulan bahwa pelayanan publik merupakan seluruh kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai penyelenggaraan pelayanan dalam suatu organisasi atau instansi dalam memenuhi kebutuhan penerima pelayanan publik atau masyarakat.

II.1.2.3 Konsep Pelayanan Publik

Pelayanan umum yang diselenggarakan pemerintah Indonesia mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Agar pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah berjalan dengan baik, maka diperlukannya penerapan prinsip-prinsip pelayanan prima dalam menjalankan pelayanan publik tersebut.

Berikut ini penjelasan mengenai prinsip-prinsip pelayanan prima berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Nomor 63 Tahun 2003 yakni sebagai berikut:


(33)

1. Kesederhanan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan:

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. 3. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah. 5. Keamanan.

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelayanan publik.


(34)

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10.Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Setiap implementor diharapakan dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa .Untuk itu, penyelenggara pelayanan harus memenuhi azas-azas pelayanan sebagai berikut:

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(35)

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan public dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membeda-bedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

f. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan public harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak. (Ratminto, 2005 :19 )

Lembaga administrasi Negara membuat beberapa kriteria pelayanan publik yang baik, antara lain meliputi, kesederhanaan, kejelasan dan kepastian, kemauan ketebukaan, efisiensi, ekonomis, dan keadilan merata, ketepatan waktu serta kriteria kuantitatif.

II.1.2.3 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat. (Azwar, 1996 : 1)


(36)

Pelayanan kesehatan menurut Sutadi (2005 : 10) merupakan komoditi yang unik dan khusus, tidak dapat disamakan dengan komoditi lain karena pelayanan yang diberikan berupa jasa, sehingga sulit untuk mencapai kepuasan pelanggan.

Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif ( peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan menurut Levey dan Loomba, Pelayanan Kesehatan

(diakses dari

adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.

Menurut Depkes RI (2009) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.

II.1.2.4 Sasaran Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dapat dibagi menjadi 2 bagian utama jika dilihat berdasarkan sasarannya:

1. Pelayanan Kesehatan Personal (Personal Healthy Service), sasaran pelayanan kesehatan ini adalah untuk pribadi atau perorangan.


(37)

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan (Environmental Healthy Service), sasaran pelayanan kesehatan ini adalah lingkungan, kelompok atau masyarakat. (Hodgetts dan Cascio dalam Anwar, 1996: 36)

Dalam menjalankan pelayanan kesehatan yang baik maka ada beberapa syarat pokok yang perlu diterapkan. Adapun syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik antara lain:

1. Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat. 2. Dapat diterima dengan wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar. 3. Mudah dicapai

Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting.


(38)

4. Mudah dijangkau

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang keempat adalah mudah dijangkau oleh masyarakat. zpengertian keterjangkauan disini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

5. Bermutu

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu. Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan (Azwar, 1996: 36).

II.1.2.5 Stratifikasi Pelayanan Kesehatan

Dalam Azwar (1996 : 41) stratifikasi kesehatan yang dianut oleh setiap warganegara tidaklah sama, namun secara umum berbagai strata ini dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat


(39)

kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.

2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua

Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan tenaga spesialis.

3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompeks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga sub spesialis.

II.1.2.6 Tujuan Pelayanan Kesehatan

Tujuan pelayanan kesehatan sejalan dengan visi dan misi pembangunan kesehatan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Visi pembangunan kesehatan yaitu: “Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan yakni gambaran masyarakat Indonesia yang dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pola kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia.” 2013 pukul 20.30 wib)

Visi pelayanan kesehatan Indonesia tersebut dilaksanakan melalui misi yang juga ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Misi Pembangunan Kesehatan Republik Indonesia yaitu:


(40)

1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan madani.

Kesehatan para penanggungjawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Program yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan diharapkan untuk tidak dilaksanakan.

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup mandiri

Kesehatan merupakan tanggungjawab individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Jadi, kesehatan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, masyarakat juga harus mandiri menjaga kesehatan.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.

Menjangkau dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungan tanpa meninggalkan upaya penyembuhan penyakit. 20.30 wib)

II.1.3 Program Jaminan Persalinan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562 tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan, dijelaskan bahwa :

II.1.3.1 Pengertian Program Jaminan Persalinan

Program Jaminan Persalian (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562 tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan) .


(41)

Pada dasarnya Jaminan Persalinan adalah perluasan kepesertaan dari Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang diterima oleh penerima manfaat Jaminan Persalinan terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.

II.1.3.2 Tujuan Program Jaminan Persalinan 1. Tujuan Umum

Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

b. Meningkatnya cakupan pelayanan : 1) bayi baru lahir.

2) Keluarga Berencana pasca persalinan.

3) Penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

II.1.3.3 Sasaran Program Jaminan Persalinan

Sesuai dengan tujuan Jaminan Persalinan yakni untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, maka sasaran Jaminan Persalinan dikaitkan dengan pencapaian tujuan tersebut.

Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah: 1. Ibu hamil

2. Ibu bersalin

3. Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan) 4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)

Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau resiko tinggi untuk mencegah AKI dan AKB dari suatu proses persalinan.


(42)

II.1.3.4 Kebijakan Operasional

1. Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap jenjang pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) yang merupakan bagian integral dari Jamkesmas dan dikelola mengikuti tata kelola Jamkesmas.

2. Jaminan Persalinan adalah perluasan kepesertaan dari Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Manfaat yang diterima oleh penerima manfaat Jaminan Persalinan terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. 3. Penerima manfaat Jaminan Persalinan mencakup seluruh sasaran yang

belum memiliki jaminan persalinan.

4. Penerima manfaat Jaminan Persalinan didorong untuk mengikuti program KB pasca persalinan (Dengan membuat surat pernyataan) 5. Penerima manfaat Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan

di seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama pemerintah (puskesmas dan jaringannya) dan swasta serta fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (Rumah Sakit) pemerintah dan swasta (berdasarkan rujukan) di rawat inap kelas III.

6. Fasilitas kesehatan tingkat pertama swasta seperti Bidan Praktik Mandiri, Klinik Bersalin, Dokter praktik yang berkeinginan ikut serta dalam program ini harus mempunyai perjanjian kerja sama (PKS) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK atas nama Pemerintah Daerah setempat yang mengeluarkan ijin praktiknya. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan baik pemerintah maupun swasta harus mempunyai Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota yang diketahui oleh Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK Provinsi

7. Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

8. Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan dengan cara klaim.

9. Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani sasaran Jaminan Persalinan dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim kepada Tim Pengelola/Dinas Kesehatan setempat dan bukan pada daerah asal sasaran Jaminan Persalinan tersebut.

10.Bidan Desa dalam wilayah kerja Puskesmas yang melayani Jaminan Persalinan diluar jam kerja Puskesmas yang berlaku di wilayahnya, dapat menjadi Bidan Praktik Mandiri sepanjang yang bersangkutan memiliki Surat Ijin Praktik dan mempunyai Perjanjian Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK atas nama Pemerintah Daerah.

11.Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan Pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan dan prinsip Portabilitas dengan demikian jaminan persalinan tidak mengenal batas wilayah (lihat angka 8 dan 9).


(43)

12.Untuk menjamin kesinambungan dan pemerataan pelayanan, Tim Pengelola Jamkesmas Pusat dapat melakukan realokasi dana antar kabupaten/kota, dengan mempertimbangkan penyerapan dan kebutuhan daerah serta disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada secara nasional.

II.1.3.5 Ruang Lingkup Pelayanan Jampersal A. Pelayanan persalinan tingkat pertama

Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin) tingkat pertama. Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas Pelayanan Obsterik Neonatal Emergensi Dasar (PONED) untuk kasus-kasus tertentu, serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta (bidan, dokter, klinik, rumah bersalin) yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.

Berikut ini jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:

a. Pelayanan ANC (antenatal care) sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;

b. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir;

c. Pertolongan persalinan normal;

d. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang merupakan kompetensi Puskesmas PONED. e. Pelayanan Nifas atau postnatal care (PNC) bagi ibu dan bayi

baru lahir sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;

f. Pelayanan KB paska persalinan serta komplikasinya.

g. Pelayanan rujukan terencana sesuai indikasi medis untuk ibu dan janin/bayinya.


(44)

B. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan rujukan atas indikasi medis. Pada kondisi kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal tidak diperlukan surat rujukan. Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana atas indikasi ibu dan janin/bayinya. Pelayanan tingkat lanjutan untuk rawat jalan diberikan di poliklinik spesialis Rumah Sakit, sedangkan rawat inap diberikan di fasilitas perawatan kelas III di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.

Berikut ini jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi: a. Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan risiko tinggi (risti)

b. Pertolongan persalinan dengan risti dan penyulit yang tidak mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.

c. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir dalam kaitan akibat persalinan.

d. Pemeriksaan paska persalinan (PNC) dengan risiko tinggi (risti). e. Penatalaksanaan KB paska salin dengan metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP) atau kontrasepsi mantap (Kontap) serta penanganan komplikasi.

C. Pelayanan Persiapan Rujukan

Pelayanan persiapan rujukan adalah pelayanan pada suatu keadaan dimana terjadi kondisi yang tidak dapat ditatalaksana secara paripurna di fasilitas kesehatan tingkat pertama sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kasus tidak dapat ditatalaksana paripurna di fasilitas kesehatan karena keterbatasan SDM dan keterbatasan peralatan dan obat-obatan.

2. Dengan merujuk dipastikan pasien akan mendapat pelayanan paripurna yang lebih baik dan aman di fasilitas kesehatan rujukan 3. Pasien dalam keadaan aman selama proses rujukan

Untuk memastikan bahwa pasien yang dirujuk dalam kondisi aman sampai dengan penanganannya di tingkat lanjutan, maka selama pelayanan persiapan dan proses merujuk harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Stabilisasi keadaan umum: Tekanan darah stabil/ terkendali, Nadi teraba, pernafasan teratur dan jalan nafas longgar, terpasang infus, tidak terdapat kejang/kejang sudah terkendali


(45)

2. Perdarahan terkendali: Tidak terdapat perdarahan aktif, atau perdarahan terkendali, terpasang infus dengan aliran lancar 20-30 tetes per menit

3. Tersedia kelengkapan ambulasi pasien: Petugas kesehatan yang mampu mengawasi dan antisipasi kedaruratan, cairan infus yang cukup selama proses rujukan atau sesuai kondisi pasien, Obat dan Bahan Habis Pakai (BHP) emergensi yang cukup untuk proses rujukan.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas atau meneliti tentang pelayanan yang diberikan di tingkat pertama saja. Alasannya karena peneliti hanya akan membahas pelayanan yang diberikan puskesmas dalam mengimplementasikan program jaminan persalinan ini. sedangkan pelayanan pada tingkat lanjut, pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit.

II.1.3.6 Manfaat Program Jaminan Persalinan

A. Manfaat yang diterima oleh penerima Jaminan Persalinan yaitu sebagai berikut :

1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini mengacu pada buku Pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan frekuensi: a. 1 kali pada triwulan pertama

b. 1 kali pada triwulan kedua c. 2 kali pada triwulan ketiga .

Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi diatas pada tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini.

2. Pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

3. Pelayanan nifas (postnatal care atau PNC) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan ibu nifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca salin. Pelayanan nifas diintegrasikan antara pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir dan pelayanan KB pasca salin. Tatalaksana asuhan PNC merupakan pelayanan Ibu dan Bayi baru lahir sesuai dengan Buku Pedoman KIA. Pelayanan bayi baru lahir dilakukan pada saat lahir dan kunjungan neonatal. Pelayanan nifas dilakukan 3 kali oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan


(46)

Sebagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk dan keterkaitannya dengan Jaminan Persalinan, maka pelayanan KB pada masa nifas perlu mendapatkan perhatian. Tatalaksana pelayanan KB mengacu kepada Pedoman Pelayanan KB dan KIA yang diarahkan pada Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap (Kontap). Jenis Pelayanan KB Pelayanan Keluarga Berencana pasca salin antara lain; Kontrasepsi mantap (Kontap), IUD, Implant, dan Suntik

5. Pelayanan rujukan tingkat lanjutan di fasilitas perawatan kelas III Rumah Sakit

B. Manfaat Jampersal bagi dinas dan tenaga kesehatan

Manfaat Jampersal yang dirasakan oleh dinas maupun tenaga kesehatan yaitu dinas dan tenaga kesehatan dapat turut serta untuk mendukung dan melaksanakan program pemerintah dalam rangka menurunkan AKI, AKB dan juga dapat mendukung program KB demi menekan laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya .

II.2 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secar abstrak kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan emnghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. (Singarimbun, 1995 : 37)

Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan definisi konsep dari penelitian, yaitu


(47)

1. Implementasi adalah tindakan yang dilakukan untuk merealisasikan program atau kebijakan sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Program Jaminan Persalian (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.

3. Implementasi program jaminan persalinan adalah tindakan yang dilakukan implementor untuk merealisasikan program jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pembiayaan pemerikasaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir di Puskesmas Tanah Tinggi.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif. Sebagaimana yang dikatakan bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. (Nawawi, 1993 : 140)

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan gejala / keadaan sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi. Peneliti memilih bentuk penelitian dekriptif dengan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin memaparkan/mendeskripsikan bagaimana implementasi program Jaminan Persalinan dan fenomena/kendala yang terjadi ketika pelaksanaan program tersebut.

III.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tanah Tinggi terletak di Jalan Cut Nyak Dien Kecamatan Binjai Timur, Binjai. Lokasi ini peneliti pilih dengan alasan bahwa Puskesmas Tanah Tinggi merupakan satu-satunya puskesmas yang ada di Kecamatan Binjai Timur. Selain


(49)

itu puskesmas ini juga baru saja menjadi puskesmas rawat inap pada Januari 2012. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Implementasi Program Jaminan Persalinan” di puskesmas ini.

III.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal dengan adanya populasi dan sampel (Bagong Suryanto, 2005 : 171). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ini ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama penelitian. Informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu informan kunci dan informan utama.

Menurut Bagong Suyanto (2005: 172) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu 1) Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; 2) Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi social yang diteliti; 3) Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang teliti.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini penulis menetapkan subjek penelitian yang terdiri dari tiga kelompok informan yakni:


(50)

1. Kepala Puskesmas adalah orang yang bertanggung jawab akan seluruh aktivitas yang berjalan dalam Puskesmas Tanah Tinggi. Kepala Puskesmas Tanah Tinggi adalah ibu Arlina.

2. Bidan Puskesmas terdiri dari bidan Kesehatan Ibu dan Bayi (KIA) dan bidan Keluarga Berencana (KB) adalah orang-orang yang melaksanakan tugasnya untuk melayani ibu hamil maupun ibu-ibu ber-KB. Dalam hal ini bidan KIA adalah ibu-ibu Suci, sedangkan bidan KB adalah ibu Nita

3. Kader Posyandu adalah pelaksana teknis yang membantu petugas pelayanan kesehatan (puskesmas) untuk terjun kelapangan yang berhubungan dengan masyarakat. Dalam hal ini kader posyandu adalah ibu Sulasmi.

Alasan peneliti memilih kepala puskesmas, bidan bagian KB dan KIA serta kader posyandu adalah karena mereka yang mengetahui dan memiliki informasi mengenai bagaimana pelaksanaan program jampersal di puskesmas. Selain itu, kepala puskesmas juga bertanggung jawab akan seluruh aktivitas yang berjalan dalam puskesmas itu sendiri dan segala sesuatu kebijakan pemerintah yang dijalankan oleh pihak puskesmas terlebih dahulu diketahui dan disetujui oleh kepala puskesmas.

b. Informan Utama dalam penelitian ini adalah masyarakat atau ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi yang menjadi penerima jaminan persalinan (jampersal) dengan alasan bahwa mereka lah yang mendapatkan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas.


(51)

Untuk informan utama tidak ditentukan jumlah yang membatasi dilakukannya penelitian. Adapun wawancara terhadap informan utama dilakukan kepada beberapa masyarakat wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi yang ditemui langsung oleh peneliti. Adapun masyarakat yang berhasil dilakukan wawancara adalah sebanyak 15 orang dimana pada saat penelitian dilakukan, peneliti merasa telah mendapatkan informasi jenuh pada informan yang kelima-belas.

c.Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi social yang teliti. Dalam hal ini yang menjadi informan tambahan dalam penelitian adalah masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi yang tidak menggunakan jaminan persalinan.

III.4 Karakteristik Informan

Adapun informan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berikut ini data hasil penelitian dilapangan mengenai karakteristik informan.

1. Identitas Informan Berdasarkan Usia

Usia masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah masyarakat dalam usia yang dianggap sebagai masa produktif, dimana masyarakat yang berhasil ditemui oleh peneliti dengan usia berkisar antara 20 tahun sampai 38 tahun. Untuk lebih jelasnya tabel berikut menyajikan data tentang usia informan.


(52)

Tabel 3.1

Distribusi Informan Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase (%)

1. 20-24 3 20

2. 25-29 7 47

3. 30-34 4 27

4. 35-39 1 6

5. 39 tahun ke atas - -

Jumlah 15 100

Sumber: Hasil Penelitian 2013

2. Identitas Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Data Informasi tentang tigkat pendidikan adalah sebagai berikut

Tabel 3.2

Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SD 2 13

2 SMP/ Sederajat 7 47

3 SMA/ Sederajat 6 40

4 Akademi/ Diploma 0 0

5 S1 0 0

Jumlah 15 100

Sumber: Hasil Penelitian 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase tingkat pendidikan informan adalah tamatan SD berjumlah 2 orang (13%), SMP/Sederajat berjumlah 7 orang (47%), tamatan SMA/Sederajat berjumlah 6 orang (40%), tamatan


(53)

Akademi/Diploma dan S1 tidak ada. Dari tabel diatas terlihat bahwa pendidikan informan terbanyak adalah pada tingkat SMP/Sederajat.

3. Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan Suami.

Berikut ini data mengenai pekerjaaan suami informan yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3

Distribusi Informan Berdasarkan Pekerjaan Suami

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 PNS 0 0

2 Karyawan Swasta 2 13

3 Wiraswasta 12 80

4 Buruh Pabrik 1 7

Jumlah 15 100

Sumber : Hasil Penelitian 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa suami informan penelitian memiliki pekerjaan yang beraneka-ragam. Dari persentase tersebut terlihat bahwa pekerjaan suami informan yang terbanyak mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu berjumlah 12 orang (80%), kemudian dilanjutkan dengan karyawan swasta dengan jumlah 2 orang (13%), kemudian buruh pabrik dengan jumlah 1 orang (7%).


(54)

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Teknik Pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara mendalam yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang realtif lama (Bungin, 2007: 108).

b. Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian (Bungin, 2007: 116).

2. Teknik Pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder merupakan tekniki pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut :

a. Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi


(55)

penelitian atau sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti (Bagong Suryanto, 2005 : 55-56).

III.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode analisis data kualitatif. Data diperoleh, kemudian diolah secara sistematis. Menurut Moleong (2006: 274) teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya dalam satu-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

Menganalisis data dengan menggunakan model interaktif, yang terdiri dari 3 hal utama yaitu :

1. Reduksi Data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyerdehanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung.


(56)

2. Penyajian Data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan, yaitu penarikan arti data yang telah ditampilkan. Penarikan makna ini tentunya sejauh pemahaman peneliti dan interpretai yang dibuat (Idrus, 2009: 147-150).


(57)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan data mengenai gambaran lokasi penelitian. Dalam hal ini yang menjadi lokasi penelitian yaitu Puskesmas Tanah Tinggi. Berikut ini data mengenai gambaran lokasi Puskesmas Tanah Tinggi.

IV..1 Letak

Puskesmas Tanah Tinggi adalah salah satu sarana kesehatan yang ada di kecamatan Binjai Timur dan merupakan Puskesmas Induk yang membawahi 5 Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Tunggurono, Dataran Tinggi, Mencirim, Sumber Karya, dan SM. Rejo. Puskesmas Tanah Tinggi terletak di Jalan Cut Nyak Dien Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai.

Puskesmas Tanah Tinggi ini memiliki wilayah kerja sebanyak 7 Kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Tanah Tinggi 2. Kelurahan Timbang Langkat 3. Kelurahan Mencirim

4. Kelurahan Dataran Tinggi 5. Kelurahan Sumber Mulyo Rejo 6. Kelurahan Tunggurono


(58)

Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi terdiri dari 7 kelurahan dengan luas wilaah 1.211 Km2 yang terdiri dari 65 lingkungan, jumlah penduduk 48.486 jiwa dan 10.514 rumah tangga.

V..2 Keadaan Demografi

Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi terdiri dari 7 kelurahan dengan luas wilayah 1.211 km2

Tabel 4.1

, terdiri dari 65 lingkungan, jumlah penduduk 53.926 jiwa dan 12.480 rumah tangga. Lebih lengkap gambaran wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Data demografi wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Tahun 2012

Kelur ahan L u as W il a y a h (k m ) L i n g k u n g a n Ju mla h Pen dud uk J u m l a h R T R a t a j i w a / R T Ke pad ata n Pen dud uk/ km2 Tanah Tinggi 0, 8 0 5 5.7 50 1 . 3 1 3 4 , 3 8 7.1 88 Timba ng Langk at 2, 3 1 1 0 4.9 06 1 . 1 5 2 4 , 2 6 2.1 24


(59)

Menci rim 1, 4 2 9 8.5 34 1 . 9 5 5 4 , 3 7 6.0 10 Datara n Tinggi 0. 8 1 5 5.2 43 1 . 2 2 4 4 , 2 8 6.4 73 SM.Re jo 2. 5 8 1 0 10. 811 2 . 5 1 2 4 , 3 0 4.1 90 Tungg urono 1 0, 6 6 1 6 8.6 71 2 . 0 9 8 4 , 1 3 813 Sumbe r Karya 3, 1 2 1 0 10. 514 2 . 4 1 3 4 , 3 6 3.3 70 Jumla h 2 1, 7 0 6 5 54. 429 1 2 . 6 6 7 4 , 3 0 2.5 08

Sumber: Kantor Camat Binjai Timur 2012

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada kelurahan Tanah Tinggi luas wilayah 0,80 km dengan jumlah penduduk 5.750 jiwa dan kepadatan penduduk 7.188 km2 yang terdiri dari 5 lingkungan dan 1.313 jumlah rumah tangga. Pada kelurahan Timbang Langkat luas wilayah 2,31 km dengan jumlah penduduk 4.906 jiwa dan kepadatan penduduk 2.124 km2 yang terdiri dari 10 lingkungan dan 4.906 jumlah


(60)

rumah tangga. Pada kelurahan Mencirim luas wilayah 1,42 km dengan jumlah penduduk 8.534 jiwa dan kepadatan penduduk 6.010 km2 yang terdiri dari 9 lingkungan dan 1.955 jumlah rumah tangga. Pada kelurahan Dataran Tinggi luas wilayah 0,81 km dengan jumlah penduduk 5.243 jiwa dan kepadatan penduduk 6.473 km2 yang terdiri dari 5 lingkungan dan 1.224 jumlah rumah tangga. Pada kelurahan Sumber Mulyo Rejo luas wilayah 2,58 km dengan jumlah penduduk 10.811 jiwa dan kepadatan penduduk 4.190 km2 yang terdiri dari 10 lingkungan dan 2.512 jumlah rumah tangga. Pada kelurahan Tunggurono luas wilayah 10,66 km dengan jumlah penduduk 8.671 jiwa. Pada kelurahan Sumber Karya luas wilayah 3,12 km dengan jumlah penduduk 10.514 jiwa dan kepadatan penduduk 3.370 km2

IV.3 Keadaaan Penduduk

yang terdiri dari 10 lingkungan dan 2.413 jumlah rumah tangga.

Pada tahun 2012, Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi berjumlah 54.429 jiwa dengan rincian 27.083 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 27.346 jiwa yang berjenis kelamin perempuan. Angka tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini :


(61)

Tabel 4.2

Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Tahun 2012

N o. Kelurah an Laki -laki Perempu an Jumla h

1. Tanah

Tinggi 2.780 2.970 5.750

2. Timbang

Langkat 2.426 2.480 4.906

3. Mencirim 4.189 43.45 8.534

4. Dataran

Tinggi 2.518 2.725 5.243

5.

Sumber Mulyo

Rejo

5.426 5.385 10.81

1

6. Tungguo

no 4.449 4.222 8.671

7. Sumber

Karya 5.295 5.219

10.51 4

Jumlah 27.08

3 27.346

54.42 9 Sumber: Kantor Camat Binjai Timur 2012

Dari tabel diatas diketahui bahwa penduduk pada kelurahan Tanah Tinggi sejumlah 5.750 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.780 jiwa dan perempuan 2.970 jiwa. Pada kelurahan Timbang Langkat sejumlah 4.906 jiwa terdiri dari laki-laki 2.426 jiwa dan perempuan 2.480 jiwa. Pada kelurahan Mencirim sejumlah 8.534 jiwa terdiri dari laki-laki 4.189 jiwa dan perempuan 4.345 jiwa. Pada kelurahan Dataran Tinggi sejumlah 5.243 jiwa terdiri dari laki-laki 2.518 jiwa dan


(1)

BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk

pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.

Implementasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanah Tinggi

kurang berjalan dengan maksimal. Ini terlihat dari:

1. Sosialisasi yang dilaksanakan dilaksanakan oleh puskesmas kurang maksimal.

Pemahaman masyarakat mengenai maksud dan tujuan diadakannya program

jampersal tidak jelas diketahui masyarakat.

2. Pelayanan KB dalam program jaminan persalinan yang tidak berjalan dengan

baik. Tujuan dari pelayanan KB untuk menekan laju pertumbuhan penduduk,

mengingat pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat.

Namun dalam pelaksanaannya masyarakat tidak membatasi kehamilan

sehingga memiliki jumlah anak yang banyak. Hal ini tidak sesuai dengan

tujuan program jaminan persalinan yang ingin mendukung program Keluarga

Berencana.

3. Juknis (Petunjuk Teknis) Jampersal tidak terdapat di Puskesmas Tanah Tinggi.


(2)

pernyataan. Namun karena pegawai tidak pernah mengetahui hal itu terdapat

di juknis maka hal tersebut tidak terlaksana.

Untuk pelayanan yang diberikan puskesmas kepada masyarakat sudah

baik. Masyarakat menilai pelayanan dari pegawai bidan baik dan masyarakat

merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Begitu pula dengan prosedur yang

harus dilakukan oleh peserta jampersal agar dapat dilayani oleh puskesmas, dinilai

masyarakat mudah dan tidak berbelit-belit.

VI.2 Saran

A. Bagi masyarakat

1. Sebaiknya masyarakat dapat mencari informasi mengenai tujuan

dari program jampersal ini dan memahami tujuannya. Sehingga

masyarakat mengetahui bahwa jampersal ini tidak hanya untuk

membantu biaya persalinan gratis saja, melainkan untuk

menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta mendukung

program KB.

2. Sebaiknya masyarakat dapat melaksanakan program KB untuk

mendukung program pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan

penduduk. Sadar akan program KB ini sebaiknya tidak hanya

dilakukan oleh ibu-ibu saja tetapi suami harus dapat melakukan


(3)

B. Bagi Puskesmas

1. Sebaiknya pihak puskemas meningkatkan sosialisasi tentang

program jampersal ini sehingga masyarakat dapat mengetahui

secara jelas dan menyeluruh mengenai program ini.

2. Puskesmas juga sebaiknya lebih meningkatkan sosialisasi melalui

posyandu sehingga tidak hanya masyarakat yang bertempat tinggal

disekitar Puskesmas Tanah Tinggi saja yang mengetahui adanya

program, melainkan masyarakat yang tinggal di sekitar posyandu

atau pedalaman juga dapat mengetahui adanya program jampersal

ini.

3. Puskesmas sebaiknya tidak hanya menekankan sadar akan KB

pada ibu-ibu saja tetapi juga pada suami mereka. Karena diketahui

program KB kurang terlaksana juga karena para suami yang tidak

mengizinkan istri mereka untuk KB. Maka dari itu para suami juga

sebaiknya melakukan program KB.

C. Bagi Pemerintah.

1. Pemerintah sebaiknya memperhatikan Jaminan Persalinan

(Jampersal) harus mendukung program Keluarga Berencana (KB).

Jika Jampersal tidak memasukkan program KB akan mengancam


(4)

2. Pemerintah juga seharusnya memberikan buku petunjuk teknis atau

juknis jampersal kepada puskesmas agar pihak puskesmas lebih


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. 2000. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijkan Negara. Bumi Aksara : Jakarta

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa : Jakarta

Bungin, M Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta : Erlangga

Moenir, H.A.S. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Napitupulu, Paimin. 2007. Pelayanan Publik dan Customer Satisfaction. Bandung : PT. Alumni

Nawawi, Hadari. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik: Perubahan dan inovasi kebijakan Publik dan Ruang Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar dan Universitas Sunan Giri Surabaya

Ratminto dan Atik Septiwinarsi. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rohman, Ahmad Ainun, dkk .2008. Reformasi Pelayanan Publik. Malang : Averos

Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara


(6)

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada

Sutadi, Idup dan Fernando. 2005. Dasar-Dasar Good Governance. Lembaga Administrasi Negara : Jakarta

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset

Wahab, Solichin. 2001. Implementasi Kebijakan Publik. Malang: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.

.

Sumber Perundang-undangan

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Nomor 63 Tahun 2003

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2562 tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan

Sumber Internet

pukul 20.30wib)