Latar Belakang Ganda Hadi Kusumah, yang telah memberikan perhatian, motivasi dan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah segenap usaha perubahan yang diinginkan dan direncanakan intended and planned changes untuk mencapai kemakmuran material standart of life dan sosial quality of life yang lebih baik, lebih maju, dan lebih diharapkan dari kondisi sebelumnya Suharto, 1997:1. Tidak ada satu Negara di dunia ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Pada dasarnya pembangunan harus ditujukan untuk membangun kehidupan penduduk yang bermartabat, berkualitas secara berkelanjutan, antara lain menyangkut akses penduduk khususnya penduduk miskin terhadap pemenuhan hak dasar atas pangan, kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, air bersih, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, perlindungan hak atas tanah, rasa aman, serta kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pembangunan http:www.menkokesra.go.id . Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan hak asasi manusia. Pembangunan yang tidak mengindahkan dampak positif dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, kesehatan lingkungan, kesehatan sosial, dan kesehatan budaya merupakan bentuk dari pelanggaran hak asasi manusia. Dari pernyataan tersebut, dapat di ketahui bahwa kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia yang harus di penuhi. Namun, masih banyak masyarakat yang belum mampu untuk memenuhinya terutama masyarakat miskin. Pembangunan untuk jangka panjang di bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut : a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. b. Perbaikan mutu perbaikan hidup yang dapat menjamin kesehatan. c. Peningkatan status gizi masyarakat d. Pengurangan kesakitan morbiditas dan kematian mortalitas http:id.wikipedia.org. Jumlah penduduk miskin penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta 13,33 persen. Sedangkan di Sumatera Utara pada Maret 2010 sebesar 1.490.900 orang 11,31 persen http:www.bps.go.id. Kemiskinan dan kesehatan saling mempengaruhi. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena mereka mengalami berbagai gangguan yaitu menderita gizi buruk, pengetahuan tentang kesehatan kurang, perilaku kesehatan kurang, lingkungan pemukiman yang buruk, serta biaya kesehatan yang tidak tersedia. Kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena orang yang sehat memiliki kondisi seperti : produktifitas tinggi, pengeluaran berobat rendah, tingkat pendidikan maju, tingkat fertilitas dan kematian rendah, investasi dan tabungan memadai. Derajat kesehatan masyarakat miskin di Indonesia masih rendah, hal tersebut dapat di lihat berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi AKB dan Angka Kematian Ibu AKI di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun http:www.jpkm-online.net. Hal tersebut diakibatkan karena sulitnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga status kesehatan mereka masih tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang lebih mampu. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Beberapa data empiris global menemukan hubungan seperti kematian bayi keluarga miskin tiga kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin, kematian balita keluarga miskin lima kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin, pertumbuhan ekonomi negara dengan tingkat kesehatan lebih baik Infant Mortality Rate antara 50-1001000 kelahiran hidup adalah 37 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara dengan tingkat kesehatan lebih buruk Infant Mortality Rate lebih besar dari 1501000 kelahiran hidup http:www.jpkm-online.net. Penurunan angka kematian merupakan salah satu masalah besar di Indonesia. Hal tersebut karena angka kematian ini menunjukkan gambaran derajat kesehatan di suatu wilayah, sebagai gambaran indeks pembangunan di Indonesia. Untuk mendapatkan standar kesehatan diperlukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama masyarakat miskin dan merupakan dorongan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dikatakan bahwa setiap orang berhak mendapat pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin. Dalam rangka menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes Persero dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Dalam perjalanannya, program ini terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahan-perubahan. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan PPK dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di rumah sakit, penempatan pelaksana verifikasi di setiap rumah sakit, pembentukan tim pengelola dan tim koordinasi di tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten atau kota serta penugasan PT Askes Persero dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Jamkesmas dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran http:www.jpkm-online.net. Penyelenggaran Jamkesmas mempunyai tujuan yaitu meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Program Jamkesmas telah berjalan dan telah mencapai banyak hasil. Hal ini terbukti dengan terjadinya kenaikan dari pemanfaatan program Jamkesmas dari tahun ke tahun oleh masyarakat miskin dan pemerintah telah meningkatkan pendanaan dari tahun ke tahun. Walaupun banyak keberhasilan yang telah di capai, masih terdapat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan Jamkesmas. Permasalahan tersebut seperti masyarakat miskin yang menggunakan kartu Jamkesmas masih mengahadapi berbagai hal yang tidak menyenangkan dari pihak rumah sakit. Salah satu diantaranya adalah proses administrasi yang masih berbelit-belit. Rumitnya proses administrasi tersebut terungkap melalui survei Citizen Report Card CRC yang dilaksanakan Indonesia Corruption Watch selama November 2009. Survei tersebut mengambil sampel 738 pasien miskin. Mereka merupakan pasien rawat inap dan rawat jalan yang memegang kartu Jamkesmas di 23 rumah sakit yang ada di lima daerah yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Dalam survei terungkap, pengurusan administrasi awal, misalnya, masih kurang baik dengan masih adanya calo, panjangnya antrian, dan rumitnya pengurusan administrasi. Pasien miskin menyatakan bahwa pengurusan administrasi rumah sakit masih rumit dan berbelit-belit 28,4 serta dengan antrean yang panjang 46,9. Rata-rata lama pengurusan administrasi satu pasien miskin adalah 1 jam 45 menit. Sebanyak 10,2 responden pasien miskin menyatakan, rumah sakit meminta uang muka sebagai persyaratan mendapatkan perawatan. Di samping itu, masih terdapat keluarga miskin yang ditolak rumah sakit 12 dengan alasan tidak ada tempat tidur, peralatan tidak lengkap, kurang lengkap administrasi, tidak ada dokter spesialis, dan harus ada uang muka. Dalam survei itu juga diketahui, pasien miskin masih mengeluhkan tidak ramahnya pelayanan di rumah sakit. Pasien rawat inap, misalnya, mengeluhkan rendahnya kunjungan dan disiplin dokter terhadap mereka http:www.kompas.com. Peserta program Jamkesmas di Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 61 juta orang. Menurut data Komisi E DPRD Sumut, jumlah peserta Jamkesmas provinsi sumatera utara sebanyak 4.123.000 jiwa http:www.antarasumut.com. Sementara itu untuk wilayah Kota Binjai berjumlah 33.480 jiwa sebagai peserta Jamkesmas http:www.inimedanbung.com. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai respon masyarakat terhadap program Jamkesmas khususnya di Kecamatan Binjai Timur Kelurahan Dataran tinggi dengan judul “Respon Masyarakat Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai Terhadap Program Jaminan Kesehatan Masyarakat”.

1.2 Perumusan Masalah