Sumber-sumber Kabut Asap di Indonesia

A. Sumber-sumber Kabut Asap di Indonesia

Seringkali, manusia dalam beraktivitas menghasilkan zat kimia berbahaya yang dilepas ke udara, diantaranya partikel debu halus PM 10 , karbon monoksida CO, nitrogen oksida NOx, dan sulfur dioksida SO 2 . Zat-zat berbahaya tersebut dapat menimbulkan kabut asap dan mengganggu kesehatan manusia antara lain infeksi saluran pernapasan atas ISPA, iritasi kulit, dan iritasi mata. 52 Selain itu, zat tersebut juga dapat mengganggu jarak pandang atau penglihatan terhadap aktivitas manusia di luar rumah. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia sumber kabut asap di Indonesia terdiri dari kegiatan industri, transportasi, dan kebakaran hutan. 53 A.1 Kegiatan Industri Pada kegiatan industri, kabut asap bersumber dari proses produksi seperti pada mesin manufaktur, pemurnian petroleum, dan peleburan baja yang dilakukan oleh pabrik-pabrik. Aktivitas pabrik tersebut, telah menghasilkan zat kimia berbahaya yaitu NOx dan SO 2 yang dilepas ke udara. Zat berbahaya ini, mengakibatkan kabut asap yang bersifat lokal- domestik dan tidak melintasi batas negara. Meskipun begitu, kabut asap dapat mengganggu kesehatan manusia dan menyebabkan penyakit seperti ISPA. 54 52 “Mutu Udara Kota”, diakses dari http:www.hpli.org., pada tanggal 24 November 2010, pukul 23.24 WIB. 53 Adang Sutisna, et.al, Status Lingkungan Hidup Indonesia 2003, Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2004, h. 46. 54 Sutisna, Ibid, h. 46-48. Berdasarkan data statistik Perindustrian Indonesia pada tahun 1997-2006, kegiatan industri tertinggi terjadi di Pulau Jawa, khususnya di Propinsi DKI Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang. 55 Ilustrasinya sebagai berikut: Grafik 1. Jumlah Industri di Pulau Jawa dan di Luar Pulau Jawa Tahun 1997-2006 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Data statistik di atas menunjukkan, pada tahun 2006 jumlah industri di Pulau Jawa mengalami peningkatan sebanyak 29.412 industri. Peningkatan tersebut terjadi pada sektor industri makanan, minuman, dan pakaian dengan total sebanyak 9.871. 56 Sedangkan, yang terendah terjadi pada sektor industri peralatan kedokteran sebanyak 61. 57 Menurut penelitian Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, peningkatan jumlah industri pada tahun 2006 ini dikarenakan bertambahnya jumlah 55 “Jumlah Industri Pengolahan Besar dan Sedang, Jawa dan Luar Jawa”, diakses dari http:www.bps.go.id, pada tanggal 06 Februari 2011, pukul 23.25 WIB. 56 “Unit Usaha Industri Manufaktur Skala Besar dan Menengah”, diakses dari http:www.kemenperin.go.id, pada tanggal 06 Februari 2011, pukul 11.07 WIB. 57 Ibid. 10,000 20,000 30,000 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 18,521 18,709 17,925 21,228 17,413 17,118 16,607 16,901 16,995 29,412 3,847 2,741 4,145 964 3,983 4,028 3,717 3,784 3,734 56 Jumlah Industri di Pulau Jawa 1997-2006 Jumlah Industri di Luar Pulau Jawa 1997-2006 penduduk di Pulau Jawa. Implikasinya, terjadi peningkatan permintaan terhadap barang dan bertambahnya jumlah tenaga kerja pada sektor industri. 58 Oleh karena itu, Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia melakukan upaya penanggulangan industri di Indonesia. Ini berupa penataan peraturan perundang-undangan pada kegiatan industri yang mengeluarkan emisi gas buang ke udara. Mereka harus memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: KEP- 13MENLH31995. Peraturan tersebut menjadi acuan “baku mutu emisi industri, 59 pemantauan pada kegiatan industri, pengujian secara berkala pada mesin industri, dan penetapan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar sulfur rendah”. 60 A.2 Kegiatan Transportasi Kegiatan transportasi di darat, air, dan udara menggunakan bahan bakar sebagai tenaga penggerak yang dapat menghasilkan asap. Transportasi darat, khususnya pada kendaraan bermotor, merupakan sumber utama kabut asap di kota-kota besar. Asap tersebut dihasilkan dari gas buang setelah mengalami pembakaran, seperti Pb, PM 10 , CO, NOx, dan SO 2 . 61 Menurut Kartodihardjo, faktor yang mempengaruhi kabut asap dari kegiatan kendaraan bermotor adalah meningkatnya jumlah kendaran 58 Ibid. 59 Lihat lampiran. 60 Hariadi Kartodihardjo, et.al, Status Lingkungan Hidup Indonesia 2002, Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2003, h. 54. 61 Kartodihardjo, Ibid, h. 36. bermotor, minimnya budaya perawatan kendaraan bermotor secara teratur, dan rendahnya kualitas Bahan Bakar Minyak BBM. 62 Bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia didominasi oleh premium dan solar. Sebagian besar bahan bakar premium tersebut, belum ramah lingkungan karena masih menggunakan Pb yang termasuk penghasil zat terbesar dari kendaraan bermotor. 63 Gas-gas yang terdapat dalam asap kendaraan bermotor tersebut berdampak pada kesehatan manusia, seperti saluran pernafasan, iritasi mata, dan paru-paru. 64 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Lingkungan Hidup Indonesia pada tahun 1997-2006, di Indonesia khususnya DKI Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya jumlah kendaraan bermotor selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. 65 Ilustrasinya sebagai berikut: Grafik 2. Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia Tahun 1997-2006 Unit Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia. 62 Kartodihardjo, et.al, Ibid, h. 37. 63 Kartodihardjo, et.al, Ibid, h. 37. 64 “Pencemaran Udara dari Sektor Transportasi”, diakses dari http:www.bplhdjabar. go.id, pada tanggal 03 Maret 2011, pukul 01.24 WIB. 65 “Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun 1987-2008”, diakses dari http:www.bps.go.id, pada tanggal 06 Februari 2011, pukul 10.50 WIB. 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 16,535,119 17,611,767 18,224,149 18,975,344 21,201,272 22,985,193 26,706,705 30,769,093 38,156,278 45,081,255 Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia Tahun 1997-2006 Unit Data statistik di atas menunjukkan, pada tahun 2006 jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 45.081.255 kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor tersebut meliputi mobil penumpang sebanyak 6.615.104, bus sebanyak 1.511.129, truk sebanyak 3.541.800, dan sepeda motor sebanyak 33.413.222. 66 Menurut penelitian Kementerian Lingkungan Hidup, peningkatan jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2006 ini dikarenakan semakin padatnya penduduk di kota-kota besar dalam beraktivitas dengan menggunakan kendaraan bermotor, khususnya sepeda motor. 67 Oleh karena itu, Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia melakukan upaya penanggulangan terhadap kendaraan bermotor di Indonesia. Ini berupa penataan peraturan perundang-undangan pada kendaraan bermotor yang mengeluarkan emisi gas buang ke udara. Mereka harus memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: KEP- 35MENLH10 1993. Peraturan tersebut menetapkan tentang “batas emisi gas buang kendaraan bermotor, pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor, pengembangan manajemen transportasi melalui pengelolaan lalu lintas di jalan, dan pengalihan model transportasi ke jenis angkutan kereta api. Selain itu, terdapat pula ketentuan penyesuaian angkutan umum dengan kebijakan tata ruang kota, dan peningkatan peran masyarakat melalui komunikasi untuk memberikan informasi pengendalian emisi kendaraan bermotor”. 68 66 Ibid. 67 Hendra Setiawan, et.al, Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006, Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007, h. 74. 68 Hariadi Kartodihardjo, et.al, Status Lingkungan Hidup Indonesia 2002, h. 52-54. A.3 Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sebagai sumber penyebab kabut asap yang bersifat lintas batas negara. Musim kemarau panjang di Indonesia seringkali menyebabkan kebakaran hutan dan lahan berasal dari ranting-ranting pohon kering, akibat panas yang ditimbulkan oleh batu atau benda lainnya yang dapat menghantarkan panas. Menurut penelitian David Glover, pada dekade terakhir ini, kebakaran hutan dan lahan seringkali disebabkan oleh faktor manusia yang membuka lahan hutan dengan cara membakar dan penebangan liar. 69 Pembakaran hutan dan lahan tersebut dapat menghasikan kabut asap dan zat berbahaya, seperti PM 10 , CO, NOx, dan SO 2 . Zat berbahaya ini dapat mengganggu kesehatan manusia, antara lain memicu ISPA, asma, iritasi kulit, iritasi mata, dan paru-paru. 70 Berdasarkan data statistik Kementerian Kehutanan Indonesia , kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tahun 1997-2006 terjadi hampir setiap tahun di beberapa Propinsi, khususnya Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan. 71 69 David Glover and Timothy Jessup, Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia, h. 5. 70 Glover and Jessup, Ibid, h. 10. 71 Yetti Rusli, Data Strategis Kehutanan 2008, h. 153. Grafik 3. Luas Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Tahun 1997-2006 Ha Sumber: Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam PHKA Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Data statistik di atas menunjukkan, kebakaran hutan dan lahan pada tahun 1997 mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu sekitar 263.991 ha lahan. 72 Peningkatan ini disebabkan cuaca yang sangat panas akibat fenomena El-Nino. Selanjutnya, peningkatan kebakaran hutan kembali terjadi secara berangsur pada tahun 1999, 2002, dan 2006. Namun, kenaikan pada periode tersebut tidak sebesar pada tahun 1997. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa kebakaran hutan dan lahan di Indonesia mengalami fluktuasi dalam periode 10 tahun dimulai dari tahun 1997-2006. Oleh karena itu, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia melakukan upaya penanggulangan kebakaran hutan, sebagaimana terdapat pada: 73 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 78 tentang penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan; 2 Peraturan 72 Rusli, Ibid, h. 153. 73 Lihat lampiran. 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 Luas Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia Tahun 1997-2006 Ha Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Pasal 17-19 tentang penanggulangan kebakaran hutan; dan 3 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Pasal 23 tentang pencegahan kebakaran hutan.

B. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Kebakaran Hutan dan Lahan di