Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai literatur memberikan istilah berbeda mengenai kabut asap. Berdasarkan Kamus Bahasa Inggris Oxford, kabut asap diterjemahkan dari tiga istilah dalam bahasa inggris, yaitu 1 haze, yang berarti kabut tipis slight mist; 2 smoke yang berarti subtansi hasil pembakaran berupa gas yang terlihat oleh mata visible vapour from burning subtance; dan 3 smog adalah kabut asap tebal dense smoky fog. 1 Menurut Winarso, haze, smog smoke and fog adalah berbagai macam polutan yang berasal dari beragam sumber yang berbeda dengan fenomena atau proses fisik yang berbeda pula. 2 World Resources Institute WRI memperjelas istilah kabut asap sebagai smog karena kategori kabut asap sudah termasuk pencemaran udara urban air pollution yang mengandung zat kimia berbahaya bagi manusia dan hewan. 3 Sementara dalam istilah meteorologi, kabut asap menggunakan istilah smog, yaitu debu halus atau partikel garam salt particle yang berbahaya dan cenderung mengurangi jarak pandang. 4 1 A.S. Homby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, New York: Oxford University Press, 2000, h. 622 1268. 2 P.A Winarso, Several Aspect of Haze, Fog, and Smog, Possibility Occurrence Over Tropical Region of Indonesia , In Proceeding The ASEAN Workshop on The Transboundary Pollution of Haze, Balikpapan: Indonesia, 1992, h. 11. 3 Charles Victor Barber dan James Schweithelm, Penggunanaan Oleh Api: Kebakaran Hutan dan Kebijakan Kehutanan di Masa Krisis dan Reformasi Indonesia, edisi terjemahan dari Trial by Fire: Forest Fires and Forestry policy in Indonesia’s Era of Crisis and Reform, Washington D.C: World Resources Institute, 2000, h. 10. 4 “Weather Words”, diakses dari http:www.bom.gov.auweather-servicesabout definitions.shtml, pada tanggal 02 Mei 2011, pukul 11.09 WIB. Permasalahan kabut asap mendapat perhatian khusus aktor internasional karena memiliki potensi melintasi batas negara. Menurut Elliot, pencemaran udara lintas batas transboundary air pollution bukan masalah baru dalam politik internasional. 5 Masalah ini telah menjadi pembicaraan dalam hubungan internasional sejak tahun 1960 6 dan menjadi salah satu agenda yang diangkat dalam Konferensi Stockholm tahun 1972. 7 Konferensi ini dihadiri oleh 114 kepala negara, kepala pemerintahan, dan beberapa Non Government Organization NGO dari seluruh dunia yang melakukan negosiasi untuk merumuskan perjanjian- perjanjian internasional. Salah satu isu yang dibahas dalam konferensi ini isu pencemaran lintas batas atau yang dikenal dengan kabut asap. Hasil dari konferensi tersebut adalah dibentuknya sebuah badan internasional yaitu United Nations Environmental Programme UNEP. 8 Internasionalisasi masalah kabut asap ini, dianggap penting karena berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi, sosial, dan ekologi di dalam negeri maupun negara tetangga. Secara umum, terjadinya kabut asap bersumber dari kegiatan industri, kegiatan transportasi, kebakaran hutan dan lahan. Pada kegiatan industri, kabut asap bersumber dari proses produksi yang dilakukan oleh pabrik-pabrik. 9 Pada kegiatan transportasi, sumber utama kabut asap berasal dari transportasi darat, 5 Lorraine Elliot, The Global Politics of The Environment, Second Edition, New York: Washington Squere, 2004, h. 7. 6 Ditandai oleh pesatnya proses industrialisasi di Eropa Barat, seperti Inggris, Jerman, dan sejumlah negara Eropa Tengah yang berimplikasi pada pencemaran udara. Polutan yang dihasilkan mengandung sulfur dioksida dan nitrogen oksida berasal dari asap pabrik, kendaraan bermotor, stasiun pembangkit tenaga listrik, dan pembakaran dengan menggunakan energi batubara yang dilepas ke udara sehingga mencemari udara di negara Skandinavia, dikutip dalam Elliot, Ibid, h. 7. 7 Lorraine Elliot, The Global Politics of The Environment, London: Mac Millan Press LTD, 1998, h. 37-39. 8 Lorraine Elliot, The Global Politics of The Environment, Second Edition, h. 11-12. 9 Lailan Syaufina, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia, Prilaku Api, Penyebab dan Dampak Kebakaran , Malang: Bayumedia, 2008, h. 62. khususnya kendaraan bermotor. 10 Sedangkan, pada kegiatan kebakaran hutan dan lahan, kabut asap bersumber dari aktivitas manusia yang membuka lahan hutan dengan cara membakar dan penebangan liar. 11 Salah satu negara yang menjadi sumber kabut asap di Asia Tenggara adalah di kawasan Indonesia. Sumber penyebab dominan kabut asap di Indonesia yaitu dari kebakaran hutan dan lahan. 12 Indikasi ini terlihat nyata sejak Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan yang cukup besar, sekitar 161.798 ha lahan pada tahun 1982. Kebakaran tersebut, khususnya terjadi di Pulau Kalimantan dan Sumatera. 13 Kemudian, tercatat beberapa kebakaran hutan dan lahan lainnya yang cukup besar pada tahun 1997 hingga 2006. Pada periode tersebut, setidaknya terjadi sepuluh kali kebakaran hutan dan lahan dengan kerugian sekitar 526.945 ha lahan. 14 Kebakaran hutan dan lahan yang paling besar terjadi pada tahun 1997 yang membakar sekitar setengah dari total keseluruhan lahan di Indonesia yakni 263.991 ha. Berdasarkan penelitian Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, 90 persen penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang terjadi tahun 1997- 2006 adalah faktor manusia dan 10 disebabkan oleh faktor alam. 15 Faktor 10 Syaufina, Ibid, h. 63. 11 David Glover and Timothy Jessup, Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia, edisi terjemahan dari Indonesian’s Fires and Haze The Cost of Catastrophe, Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2002, h. 5. 12 Isu kabut asap dari kebakaran hutan mulai mendapat perhatian di Asia Tenggara pada tahun 1985, melalui organisasi di Asia Tenggara yaitu Association of South East Asian Nations ASEAN yang menghasilkan ASEAN Agreement on The Conservation of Nature And Natural Resource . Perjanjian tersebut berisi kebijakan-kebijakan negara anggota ASEAN untuk mencegah kebakaran hutan yang dapat mengakibatkan kabut asap, dikutip dalam “Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources 9 Juli 1985 ”, diakses dari http:www.aseansec.org1490.htm, pada tanggal 04 April 2011, pukul 18.20 WIB. 13 Harry Suryadi dan Hira Jhamtani, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Rencana Tindak Penanggulangan Bencana , Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 1998, h. 1. 14 Yetti Rusli, Data Strategis Kehutanan 2008, Jakarta: Departemen Kehutanan, 2008, h. 153. 15 Rusli, Ibid, h. 151. manusia tersebut biasanya berbentuk aktivitas pembukaan lahan dengan cara membakar. Pada umumya, lahan atau hutan sengaja dibakar dengan alasan berikut: 1 kegiatan perladangan oleh masyarakat sekitar hutan di Pulau Kalimantan dan Sumatera; 2 pengembangan Hutan Tanaman Industri HTI; 3 pembukaan lahan untuk kelapa sawit; dan 4 konflik atau pertikaian hak tanah antara pemilik Hak Pengusaha Hutan HPH dengan penduduk asli sekitar hutan di Kalimantan dan Sumatera. 16 Sedangkan, faktor alam biasanya timbul dari kondisi cuaca yang sangat panas akibat fenomena El Nino. 17 Fenomena El Nino adalah gejala alam yang disebabkan naiknya suhu dipermukaan laut hingga mencapai sekitar 5-6 derajat Celcius di wilayah khatulistiwa dan timur laut Lautan Pasifik. 18 Kenyataannya, baik faktor alam dan manusia bisa terjadi secara bersamaan. 19 Biasanya, hutan dan lahan di Indonesia dibakar untuk kegiatan pembukaan lahan. Namun, kebakaran menjadi meluas karena didukung juga oleh kondisi cuaca yang sangat panas akibat fenomena El Nino. Menurut penelitian David Glover tahun 2002, kabut asap dari kebakaran hutan di Indonesia tahun 1997 telah membawa kerugian cukup besar bagi Indonesia, yaitu sekitar US 4 milyar. 20 Kerugian tersebut mencakup kerugian kayu, pertanian, perkebunan, produksi hutan, keanekaragaman hayati, pelepasan karbon, biaya pemadaman kebakaran, kesehatan, transportasi, dan pariwisata. 21 16 David Glover and Timothy Jessup, Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia , h. 6-9. 17 Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Analisis Kebijakan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan , Jakarta: Kantor Negara Lingkungan Hidup, 1998, h. 8. 18 Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Ibid, h. 14-15. 19 Harry Suryadi dan Hira Jhamtani, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Rencana Tindak Penanggulangan Bencana , h. 20. 20 David Glover and Timothy Jessup, Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia , h. 135. 21 Glover and Jessup, Ibid, h. 105. Ini menunjukkan bahwa permasalahan kabut asap memiliki implikasi yang luas dan lintas sektor. Selanjutnya, kabut asap di Indonesia tidak hanya berpengaruh didalam negeri, tetapi di beberapa negara tetangga, khususnya Malaysia. Menurut penelitian David Glover, Malaysia adalah korban terparah dari kabut asap Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga lain. 22 Misalnya saja pada tahun 1997, Malaysia mengalami kerugian akibat kabut asap Indonesia sekitar US 321 juta. 23 Kerugian ini mencakup biaya kesehatan, pengeluaran untuk masker, pemadaman kebakaran, penyemaian awan, pembatalan penerbangan, penurunan jumlah wisatawan, produktivitas, dan penurunan jumlah tangkapan ikan. 24 Masalah kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu masalah yang belum memiliki penyelesaian jangka panjang dan cenderung terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat Malaysia yang tergabung dalam Partai Aksi Demokrasi Democratic Action Party mengirim nota protes dan aksi protes ke Kedutaan Besar Republik Indonesia KBRI di Malaysia. Mereka menuntut pemerintah Indonesia untuk mengambil sikap tegas terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan di Indonesia. Nota protes dan aksi protes tersebut dilakukan oleh masyarakat Malaysia pada tahun 1997 25 dan 2005 ketika kabut asap yang paling parah melintasi batas negara mereka. 26 22 Glover and Jessup, Ibid, h. 29. 23 Glover and Jessup, Ibid, h. 57. 24 Glover and Jessup, Ibid, h. 29. 25 “Kabut Asap Juga Dari Lahan perkebunan Investor Malaysia”, diakses dari http:www.gatra.comartikel.php?pil=23id=87332, pada tanggal 5 Maret 2011, pukul 13.24 WIB. 26 “Kabut Asap: Rakyat Malaysia Marah”, diakses dari http:www.suarakarya- online.comnews.html?id=118116, pada tanggal 5 Maret 2011, pukul 16.33 WIB. Adanya reaksi dari Malaysia terhadap masalah kabut asap di Indonesia tersebut merupakan indikasi bahwa isu kabut asap sudah memiliki implikasi internasional. Ini menarik untuk diteliti karena isu ini memiliki potensi mengganggu hubungan bilateral kedua negara. Skripsi ini akan menginvestigasinya dengan analisa dan paparan data di bagian-bagian selanjutnya.

B. Pertanyaan Penelitian