transportasi yang disebabkan oleh kebakaran hutan. Karena besarnya dampak yang ditimbulkan akibat kabut asap yang terjadi di Indonesia, maka diperlukan
penanganan serius oleh Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Bakornas PB yang memiliki perangkat operasional dengan melibatkan berbagai
institusi pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
98
Dengan demikian, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia melakukan mitigasi yang didasari oleh Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah.
99
Adapun mitigasi kabut asap dari kebakaran hutan di Indonesia, dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu pencegahan dan
penanggulangan.
a. Pencegahan
Pencegahan kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dapat diminimalkan atau bahkan dihindari, apabila
dilaksanakan dengan baik sesuai teknisnya. Pencegahan ini telah diupayakan pemerintah Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2004 Pasal 23 tentang pencegahan kebakaran hutan.
100
Hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara Dinas Kehutanan, perusahaan kehutanan seperti HPH, Hak Pengusahaan Hutan
Taman Industri HPHTI, dan masyarakat sekitar hutan.
101
Menurut
98
Harry Suryadi dan Hira Jhamtani, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Rencana Tindak Penanggulangan Bencana,
h. 22.
99
Lihat lampiran.
100
Lihat lampiran.
101
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Analisis Kebijakan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan,
h. 38.
Soemarsono, pencegahan dimulai “sejak awal proses pembangunan
sebuah wilayah, perencanaan penggunaan hutan atau lahan, pemberian izin kegiatan perkebunan, pemantauan, hingga evaluasi”.
102
Sementara, menurut penelitian Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia,
terdapat beberapa kegiatan untuk mencegah timbulnya kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, antara lain:
103
“a pengembangan program pada masyarakat akan pentingnya informasi iklim, bahaya kebakaran, kerugian yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan kabut
asap; b pengembangan sistem budi daya tanaman perkebunan dan sistem produksi kayu yang tidak rentan terhadap kebakaran; c pengembangan teknik
pembukaan lahan tanpa membakar; c pelarangan terhadap pembukaan lahan dengan membakar pada musim kemarau; d pembangunan sarana dan
prasarana untuk pencegahan kabut asap dari kebakaran hutan seperti menara pemantau api, dan pemboman air dari udara dengan menggunakan pesawat Be-
200; dan e pengembangan sistem penegakan hukum bagi pelanggaran peraturan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan
PPKHL.
b. Penanggulangan
Selain melakukan pencegahan, terdapat upaya penanggulangan dalam melakukan mitigasi kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di
Indonesia. Penanggulangan kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan telah dilakukan pemerintah Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 4 Tahun 2001 Pasal 17-19 tentang penanggulangan kebakaran hutan, dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 78 tentang
penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan.
104
Penanggulangan tersebut merupakan tanggung jawab Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana Bakornas PB dengan melibatkan berbagai
102
Soemarsono, Kebakaran Lahan, Semak Belukar dan Hutan di Indonesia: Penyebab, Upaya dan Perspektif Upaya di Masa Depan
, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1997, h. 7.
103
Harry Suryadi dan Hira Jhamtani, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Rencana Tindak Penanggulangan Bencana,
h. 23.
104
Lihat lampiran.
Dinas Kehutanan, Greenpeace, Center for International Forestry Research
CIFOR, World Wide Fund WWF Indonesia, Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Satkorlak PB di tingkat
Propinsi, dan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Satlak PB di tingkat Kabupaten.
105
Penanggulangan dimulai dari “tahap sebelum, pada saat, dan setelah terjadinya kabut asap dari kebaran hutan dan lahan”.
106
Menurut penelitian Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, terdapat beberapa kegiatan untuk menanggulangi kabut asap dari
kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, antara lain:
107
“a pengembangan sistem teknologi yang mampu memadamkan kebakaran hutan secara cepat dan tepat; b pengembangan sistem informasi dengan cara
pemberian pertolongan pertama bagi para korban yang mengalami gangguan kesehatan akibat kabut asap; dan c peningkatkan koordinasi penanggulangan
kebakaran hutan dan lahan dengan instansi terkait di tingkat pusat melalui Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan Nasional Pusdalkarhutnas dan di tingkat
daerah melalui Pusat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Daerah P
usdalkarhutda”.
Dalam kegiatan mitigasi kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan tersebut, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia telah
menganggarkan dana setiap tahunnya untuk mencegah kebakaran hutan dan menanggulangi kabut asap, sebagaimana pada tabel II.4.1 berikut
ini:
108
105
Harry Suryadi dan Hira Jhamtani, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Rencana Tindak Penanggulangan Bencana,
h. 22.
106
Soemarsono, Kebakaran Lahan, Semak Belukar dan Hutan di Indonesia: Penyebab, Upaya dan Perspektif Upaya di Masa Depan
, h. 14.
107
Harry Suryadi dan Hira Jhamtani, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Rencana Tindak Penanggulangan Bencana,
h. 26.
108
Data pendanaan mitigasi kabut asap diperoleh dari Ditjen Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia pada tanggal 02 Maret 2011.
Tabel 2. Pendanaan Mitigasi Kabut Asap dari Kebakaran Hutan dan
Lahan di Indonesia Tahun 1997-2006
No Tahun
Pendanaan Mitigasi Kabut Asap dari Kebakaran Hutan dan
Lahan di Indonesia Milyar Rp
1 1997
5,61 2
1998 1,93
3 1999
3,33 4
2000 1,84
5 2001
1,18 6
2002 1,25
7 2003
2,73 8
2004 4,28
9 2005
2,48 10
2006 2,18
Sumber: Badan Litbang Kehutanan Indonesia
Besarnya pengalokasian dana untuk mitigasi kabut asap dari kebakaran hutan di Indonesia, disesuaikan dengan kondisi kerawanan dan
kebakaran yang terjadi di masing-masing Propinsi di seluruh wilayah Indonesia. Namun, pengalokasian dana tersebut, mengalami hambatan di
beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera.
109
Hal ini disebabkan pencairan anggaran dana yang disediakan untuk mitigasi kabut asap tidak tepat waktu disaat kebakaran terjadi.
Selain itu, sebagaimana menurut Deny Haryanto, masih rendahnya dana yang diberikan oleh pemerintah menyebabkan penanganan kebakaran
hutan dan lahan tidak maksimal.
110
109
Wawancara Deny Haryanto, Ketua Pelaksana Pemantauan Hotspot Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, 02 Maret 2011.
110
Ibid.
BAB III KEBIJAKAN INDONESIA DAN MALAYSIA DALAM MERESPON