Data di atas menunjukkan bahwa nilai kerugian yang dialami Malaysia akibat kabut asap Indonesia tahun 1997 cukup besar. Apalagi,
dana untuk menutupi kerugian tersebut dikeluarkan dengan mengorbankan beberapa proyek sosialnya. Berdasarkan Rencana Keenam Malaysia
Malaysia Sixth Plan, biaya tersebut dialokasikan dari dana penanggulangan kemiskinan sebesar US 5,6 milyar.
130
Menurut Deny Haryanto, Ketua Pelaksana Pemantauan Hotspot Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia,
Malaysia mengalami gangguan kabut asap yang parah dari Indonesia sebanyak lima kali selama periode 1997-2006.
131
Kabut asap di Malaysia tersebut terjadi pada tahun 1997, 1998, 2004, 2005 dan 2006. Hal ini
dikarenakan tingkat kebakaran hutan di Indonesia dan faktor alam yang telah mempengaruhi kabut asap sampai ke negara Malaysia.
132
C. Diplomasi Indonesia dan Malaysia Mengenai Isu Kabut Asap
Permasalahan kabut asap di Indonesia bukanlah isu yang baru. Masalah kabut asap ini sudah terjadi sejak tahun 1982.
133
Namun, kabut asap yang paling parah terjadi di Indonesia yaitu pada tahun 1997. Sebagaimana yang dijelaskan
pada bab II mengenai permasalahan kabut asap di Indonesia, bahwa kabut asap yang dihasilkan berasal dari kegiatan pembakaran hutan dan lahan. Isu kabut asap
130
Glover and Jessup, Ibid, h. 56.
131
Wawancara Ketua Pelaksana Pemantauan Hotspot Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, 02 Maret 2011.
132
Menurut Deny Haryanto, Ketua Pelaksana Pemantauan Hotspot Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, total kerugian yang dialami oleh Malaysia
akibat kabut asap Indonesia tahun 1998-2006, tidak disebutkan jumlahnya dikarenakan data yang sangat terbatas.
133
Harry Suryadi dan Hira Jhamtani, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Rencana Tindak Penanggulangan Bencana
, h. 1.
ini cenderung melintasi batas negara Malaysia setiap tahunnya pada tahun 1997- 2006, sehingga Indonesia dan Malaysia melakukan langkah diplomasi dalam
menyelesaikan isu tersebut. Pada isu kabut asap di Indonesia, first track diplomacy dalam bentuk
diplomasi bilateral dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Malaysia sejak tahun 1985.
134
Diplomasi yang dilakukan antara lain adalah melakukan patroli di udara dalam menangani kabut asap dan memberi peringatan
kepada masyarakat untuk tidak beraktivitas di luar rumah.
135
Diplomasi diantara keduanya mengalami perkembangan, berupa perjanjian bilateral mengenai
penanggulangan kabut asap dari kebakaran hutan. Pada tahun 1997, terjadi perjanjian bilateral yang menghasilkan MoU mengenai penanggulangan bersama
masalah kabut asap.
136
Israr Albar, Kepala Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, memperjelas bahwa
Memorandum of Understanding MoU tersebut berisi ketentuan pembukaan
lahan tanpa membakar zero burning, pemantauan, pencegahan melalui pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan peatland management,
pemadaman, pengembangan sistem peringatan dini, penegakan hukum, peningkatan kerjasama menangani kabut asap di daerah rawan kebakaran,
mempersiapkan sukarelawan petugas kebakaran, dan tenaga medis.
137
Selanjutnya pada tahun 2006, diplomasi yang dilakukan antara lain adalah lebih meningkatkan
kembali pelatihan terhadap masyarakat sekitar hutan dengan cara pembukaan
134
“Environment Aspect”, diakses dari http:www1.american.edutedicekaliman.htm, pada tanggal 15 Maret 2011, pukul 22.20 WIB.
135
Ibid.
136
Mohd Shahwahid H.O, World Conference on Land and Forest Fire Hazard 2002, Putra World Trade Centre: Malaysia, 2002, h. 331.
137
Wawancara Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, pada tanggal 02 Maret 2011.
lahan tanpa membakar zero burning, peningkatan sukarelawan petugas kebakaran dan tenaga medis.
138
Diplomasi multilateral mengenai isu kabut asap di Indonesia dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Malaysia, Singapura, Brunei
Darussalam, dan Thailand sejak tahun 1997.
139
Diplomasi tersebut menetapkan langkah-langkah penanggulangan kabut asap. Di antaranya adalah mencegah,
memantau, menegakan hukum, mengelola lahan gambut secara berkelanjutan peatland management, pemadaman dan tanggap darurat.
140
Selain itu, terdapat diplomasi multilateral yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan organisasi regional Association of Southeast Asia Nations
ASEAN sejak tahun 1985.
141
Diplomasi tersebut menghasilkan ASEAN Agreement on The Conservation of Nature And Natural Resource
.
142
Namun, pelaksanaan diplomasi tersebut belum terwujud sehingga ASEAN melakukan
diplomasi kembali yang menghasilkan ASEAN Agreement on Trnasboundary Haze Pollution
AATHP pada tahun 2002.
143
AATHP ini berisi langkah-langkah untuk mencegah, mengawasi, memantau, mengendalikan kebakaran hutan,
mengurangi kabut asap, melakukan sistem peringatan dini, pertukaran informasi dan teknologi dalam menanggulangi kabut asap, serta meningkatkan penegakan
hukum terhadap pelaku pembakaran hutan.
144
Hingga saat ini, AATHP masih
138
“Haze Issue: Malaysia to Sign Mou with Indonesia”, diakses dari http:www.thestaronline.co.mynewstory.asp, pada tanggal 13 Maret 2011, pukul 13.56 WIB.
139
“Situasi Lingkungan Strategis”, diakses dari www.deplu.go.idDocuments Kerjasama20Fungsional20ASEAN.rtf, pada tanggal 13 Februari 20011, pukul 20.31 WIB.
140
Ibid.
141
“Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources”, diakses dari http:www.aseansec.org1490.htm, pada tanggal 04 April 2011, pukul 17.12 WIB.
142
Ibid.
143
“ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution”, diakses dari http:haze.asean.orghazeagreement, pada tanggal 10 Maret 2011, pukul 10.25 WIB.
144
Ibid.
dalam proses ratifikasi karena proses pengambilan kebijakan di Indonesia membutuhkan persetujuan di tingkat eksekutif dan legislatif.
145
Sedangkan, second track diplomacy Indonesia dan Malaysia dalam isu kabut asap di Indonesia ini dilakukan sejak tahun 1998 oleh beberapa organisasi
non-pemerintah seperti: Greenpeace, Center for International Forestry Research CIFOR, World Wide Fund WWF Indonesia,
146
World Wind Fund for Nature WWF Malaysia dan Global Envoronment Centre GEC.
147
Organisasi non- pemerintah tersebut membantu first track diplomacy dalam mewujudkan
negosiasi, berupa mencegah, memberikan informasi penyebab, dampak, kerugian kabut asap, melakukan kerjasama teknis, dan penelitian ilmiah tentang kebakaran
hutan yang dapat mengakibatkan kabut asap.
148
D. Analisis Permasalahan Kabut Asap Dalam Hubungan Indonesia dan