Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Kebakaran Hutan dan Lahan di

Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Pasal 17-19 tentang penanggulangan kebakaran hutan; dan 3 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Pasal 23 tentang pencegahan kebakaran hutan.

B. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Kebakaran Hutan dan Lahan di

Indonesia. Sebagaimana pemaparan di atas, kabut asap yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh banyak faktor. Akan tetapi, yang paling dominan menyebabkan kabut asap di Indonesia tahun 1997-2006 adalah kebakaran hutan dan lahan. Terdapat dua faktor yang melatarbelakangi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tahun 1997-2006, yaitu faktor manusia dan faktor alam. B.1 Faktor Manusia Berdasarkan penelitian Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, 90 dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tahun 1997- 2006 disebabkan oleh faktor manusia. 74 Adapun 47 pembakaran hutan dan lahan tersebut dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan, sedangkan 43 dilakukan oleh pengusaha perkebunan. 75 Penelitian Rusli mengungkapkan bahwa pembakaran lahan banyak dilakukan untuk menghemat biaya dan mempercepat proses pembakaran lahan. 76 74 Rusli, Ibid, h. 151. 75 Rusli, Ibid, h. 151. 76 Rusli, Ibid, h. 150. Pada umumnya, menurut David Glover, hutan dan lahan sengaja dibakar dengan alasan berikut: 77 pertama, kegiatan perladangan khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Pembakaran dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan untuk penyiapan lahan pemukiman, transmigrasi, perindustrian, dan pertanian yang dibiayai oleh pemilik modal dengan sistem ijon atau sistem bagi hasil. Penyiapan lahan dengan membakar tersebut sudah menjadi tradisi masyarakat sekitar hutan di Pulau Kalimantan dan Sumatera sejak tahun 1982 dengan menggunakan api. Bagi masyarakat sekitar hutan, penggunaan api dalam penyiapan lahan cukup membantu memperbaiki kesuburan tanah untuk meningkatkan kandungan unsur hara dan mengurangi kemasaman. Sampai tahun 2006, kegiatan ini masih terus berlangsung di Pulau Kalimantan dan Sumatera sehingga meningkatkan resiko kebakaran dan menghasilkan kabut asap. 78 Alasan kedua, hutan dan lahan dibakar untuk pengembangan Hutan Tanaman Industri HTI sejak tahun 1996. 79 Pengembangan HTI di Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 10. 80 Pengembangan HTI pada tahun 1997-2006, dilakukan oleh 3.378 pemegang Hak Pengusahaan Hutan HPH. Kegiatan ini bertujuan memanfaatkan hutan produksi berupa penebangan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengelolaan, dan pemasaran hasil hutan kayu. Namun, selama periode 1996-2006 77 David Glover and Timothy Jessup, Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia , h. 6. 78 Yetti Rusli, Data Strategis Kehutanan 2008, h. 154. 79 Glover and Jessup, Ibid, h. 7. 80 “Terus Berlangsung Pembakaran Limbah Kehutanan”, diakses dari http:www.kompas.comkompas-cetak010728IPTEKteru10.htm, pada tanggal 02 Mei 2011, pukul 22.38 WIB. terjadi sebanyak 2.931 kasus penyalahgunaan HTI. Kasus tersebut diantaranya adalah menebang habis kayu yang masih produktif sebanyak 1.536 kasus dan membuka lahan dengan membakar sebanyak 1.395 kasus. 81 Hal ini menunjukkan bahwa banyak pemegang HPH yang justru melakukan pembakaran sehingga menghasilkan kabut asap. Selanjutnya alasan ketiga, pembukaan lahan untuk kelapa sawit sejak tahun 1997. 82 Pembukaan lahan untuk kelapa sawit di Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera, mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 10-12. 83 Kegiatan pembukaan lahan ini dilakukan oleh perusahaan kelapa sawit karena menguntungkan baik dalam pasar domestik maupun internasional. Selama periode 1997-2006, terjadi kasus kebakaran hutan akibat pembukaan lahan yaitu sebanyak 1.193 kasus. 84 Namun, praktek pembukaan lahan dengan cara membakar tersebut tidak mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan, yaitu menghasilkan kabut asap. Sedangkan alasan keempat, hutan dan lahan dibakar karena konflik atau pertikaian hak tanah sejak tahun 1998. 85 Konflik ini terjadi antara pemilik Hak Pengusaha Hutan HPH seperti perusahaan industri perkayuan, perusahaan kelapa sawit dengan penduduk asli sekitar hutan di Kalimantan dan Sumatera. Selama periode 1998-2006, terjadi setidaknya 81 Yetti Rusli, Data Strategis Kehutanan 2008, h. 152. 82 Glover and Jessup, Ibid, h. 8. 83 Harry Suryadi dan Hira Jhamtani, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Rencana Tindak Penanggulangan Bencana, h. 6. 84 Yetti Rusli, Data Strategis Kehutanan 2008, h. 152. 85 Glover and Jessup, Ibid, h. 9. 912 kasus kebakaran hutan akibat konflik tersebut. 86 Penduduk asli di sekitar hutan merasa kepemilikan atas lahan, hutan dan tanah mereka telah dikuasai oleh HPH, pihak yang diberi pengesahan melalui hukum negara. 87 Akibatnya, penduduk asli membakar hutan dan lahan untuk mempertahankan semua lahan yang telah mereka miliki secara turun menurun tersebut. Masalah ketidakadilan atas kepemilikan hak tanah ini menjadi pemicu kebakaran hutan. Semua penduduk asli sekitar hutan, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera, tidak berpartisipasi untuk memadamkannya sehingga mengakibatkan kabut asap. 88 B.2 Faktor Alam Selain faktor manusia, menurut penelitian Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 10 kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tahun 1997-2006 disebabkan juga oleh faktor alam. 89 Faktor alam ini terjadi karena kondisi cuaca yang sangat panas akibat fenomena El Nino. Fenomena El Nino adalah gejala alam akibat naiknya suhu permukaan laut yang diperkirakan mencapai 5-6 derajat Celcius, di wilayah khatulistiwa dan timur laut Lautan Pasifik. 90 Naiknya suhu permukaan laut ini berakibat pada turunnya tekanan udara yang menyebabkan perubahan arus angin timur ke barat. Dengan demikian, uap air atau awan di wilayah Indonesia, khususnya Kawasan Timur 86 Yetti Rusli, Data Strategis Kehutanan 2008, h. 152. 87 Harry Suryadi dan Hira Jhamtani, Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia: Rencana Tindak Penanggulangan Bencana , h. 10. 88 David Glover and Timothy Jessup, Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia, h. 9. 89 Yetti Rusli, Data Strategis Kehutanan 2008, h. 154. 90 Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Analisis Kebijakan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan , h. 14. Indonesia terbawa oleh angin ke kawasan Lautan Pasifik sehingga hampir di seluruh wilayah Indonesia menjadi panas. 91 Berdasarkan data Southern Oscillation Index SOI, El Nino di Indonesia terjadi setiap 3-7 tahun sekali, yaitu pada tahun 1997, 2000 dan 2003. 92 Walaupun pada awalnya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia disebabkan oleh kegiatan manusia, tetapi kebakaran menjadi lebih besar ketika didukung juga oleh kondisi cuaca yang sangat panas.

C. Dampak Kabut Asap di Indonesia