BAB III KEBIJAKAN INDONESIA DAN MALAYSIA DALAM MERESPON
ISU KABUT ASAP
Masalah kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia merupakan salah satu masalah yang masih mengganggu hubungan antara
Indonesia dengan Malaysia. Permasalahan kabut asap terhadap hubungan Indonesia dan Malaysia akan menjadi pembahasan bab III. Pada bab III ini
membahas mengenai kebijakan Indonesia dan Malaysia dalam merespon isu kabut asap. Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu 1 kebijakan luar negeri Indonesia dan
Malaysia; 2 kepentingan nasional Indonesia dan Malaysia; 3 diplomasi Indonesia dan Malaysia berkaitan dengan kabut asap; serta 4 analisis
permasalahan kabut asap dalam hubungan Indonesia dan Malaysia. Tujuan dari bab ini antara lain untuk mengetahui kebijakan Indonesia dan Malaysia dalam
menanggapi isu kabut asap.
A. Kebijakan Luar Negeri Indonesia dan Malaysia Mengenai Isu Kabut
Asap
Berdasarkan pada pemikiran James N. Rosenau yang mendefinisikan konsep kebijakan luar negeri terdiri dari tiga elemen yaitu orientasi, komitmen
dan rencana tindakan, serta perilaku.
111
Orientasi adalah hasil dari serangkaian keputusan kumulatif yang dibuat untuk menyelaraskan tujuan, nilai, dan
kepentingan terhadap kondisi lingkungan domestik maupun lingkungan
111
James N. Rosenau, Gavin Boyd, and Kenneth W. Thompson, World Politics: An Introduction
, h. 16-17.
eksternal.
112
Salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi kebijakan luar negeri adalah dinamika politik domestik, dimana tuntutan dari dalam negeri dapat
mempengaruhi kebijakan luar negeri yang akan diambil.
113
A.1 Indonesia
Di Indonesia, orientasi kebijakan luar negeri Indonesia dalam merespon isu kabut asap tercantum dalam UU Nomor 23 Tahun 1997
Pasal 1 ayat 12 tentang pengelolaan lingkungan hidup. UU lingkungan hidup tersebut berbunyi: “Pencemaran lingkungan adalah masuknya zat,
energi, atau komponen lain dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya”.
114
Pencemaran yang dimaksud adalah berasal dari udara, air, dan makanan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
115
Dalam kaitannya dengan kabut asap, pencemaran berasal dari udara akibat pembakaran hutan yang
dilakukan oleh manusia sehingga dapat mengganggu aktivitas makhluk hidup, khususnya manusia yang menghirup zat dari pencemaran tersebut.
Selain UU Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997, diperlukan juga Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Pasal 7. Peraturan
Pemerintah tentang kehutanan tersebut berbunyi: “Mencegah dan
membatasi kerusakan hutan akibat pembakaran hutan yang dilakukan oleh
112
Rosenau, Boyd, and Thompson, Ibid, h. 16.
113
“Enam Dekade Dinamika Persahabatan Indonesi-Rusia”, diakses dari http:www.politik.lipi.go.id, pada tanggal 02 Februari 2011, pukul 02.15 WIB.
114
“Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang: Pengelolaan Lingkungan Hidup”, diakses dari http:www.menlh.go.idPeraturanUUUU23-1997.pdf, pada tanggal 04 Mei 2011,
pukul 15.26 WIB.
115
Ibid.
perbuatan manusia”.
116
Menurut Kementerian Kehutanan, pembakaran hutan dilarang. Namun, pembakaran hutan secara terbatas diperbolehkan
hanya untuk tujuan khusus, antara lain pembasmian hama dan penyakit tumbuhan.
117
Oleh karena itu, UU kehutanan ini diperlukan untuk mengurangi dampak pembukaan lahan dengan cara membakar hutan.
Selain itu, diperlukan juga UU Nomor 37 Tahun 1999 Pasal 1 tentang hubungan luar negeri. UU tersebut berbunyi: “Kebijakan, sikap,
dan langkah yang diambil pemerintah Indonesia dalam melakukan hubungan dengan negara lain menghadapi masalah internasional bertujuan
untuk mencapai kepentingan nasional”.
118
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, UU ini menyatakan bahwa Indonesia turut
berpartisipasi di tingkat internasional dalam menangani masalah lingkungan hidup, salah satunya adalah masalah kabut asap.
119
Bahwasannya, UU tersebut memberikan landasan hukum yang kuat bagi pelaksanaan hubungan luar negeri dan merupakan penyempurnaan
terhadap peraturan-peraturan yang ada mengenai lingkungan hidup, khususnya kabut asap.
116
Departemen Kehutanan, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan
, Jakarta: Manggala Agni, 2008, h. 5-6.
117
Departemen Kehutanan, Ibid, h. 14.
118
“Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 37 Tahun 1997 tentang Hubungan Luar Negeri”, diakses dari http:www.kemlu.go.idPeraturanTerkaitUU20No.3720Tahun
201999.pdf, pada pukul 16.28 WIB.
119
Adang Sutisna, et.al, Status Lingkungan Hidup Indonesia 2003, h. 25.
A.2 Malaysia
Di Malaysia, orientasi kebijakan luar negeri dalam merespon isu kabut asap diperlukan untuk memelihara, mengelola, dan meningkatkan
kemajuan sektor kehutanan tanpa membakar.
120
Oleh karena itu, terdapat beberapa kebijakan luar negeri Malaysia dalam merespon isu kabut asap
ini, di antaranya adalah: 1 Melakukan pembangunan kehutanan dan produk hutan
dimanfaatkan secara optimal oleh manusia dengan tidak membakarnya yang dapat mengakibatkan kabut asap.
121
Oleh karena itu, dalam memanfaatkan sumber daya hutan diperlukan pemahaman oleh seluruh
masyarakat akan pentingnya lingkungan hutan bagi kelangsungan hidup manusia.
2 Melakukan peningkatan keunggulan dalam pengelolaan hutan berdasarkan standar Malaysia yang sesuai dengan strategi dan dasar
negara. Strategi yang dilakukan Malaysia adalah mencegah kabut asap akibat kebakaran hutan dari Indonesia dengan prinsip “prevention is better
than cure ”. Hal ini diterapkan bagi industri yang akan melakukan investasi
di Malaysia.
122
3 Meningkatkan sektor kehutanan melalui program penghijauan nasional dan internasional. Pemerintah Malaysia secara aktif telah
mendidik perusahaan kehutanan yang menyebabkan kabut asap untuk memahami dan menyadari akan pentingnya pelestarian lingkungan di
120
Sekretariat Kerjasama Pelestarian Hutan Indonesia, Hutan Kita di Bakar, Jakarta: Skephi, 1999, h. 193.
121
David Glover and Timothy Jessup, Kerugian Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia
, h. 31.
122
Glover and Jessup, Ibid, h. 37.
kawasan hutan.
123
Apabila kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hutan telah tumbuh, maka kabut asap dari kebakaran hutan dan
pelanggaran terhadap peraturan lingkungan akan berkurang.
B. Kepentingan Nasional Indonesia dan Malaysia Mengenai Isu Kabut