Studi Tumbuhan Herba di Kawasan Hutan Sibayak I

(1)

STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I

TESIS

Oleh

MELFA AISYAH HUTASUHUT

097030036/ BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2011


(2)

STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I

TESIS

Oleh

MELFA AISYAH HUTASUHUT

097030036/ BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2011


(3)

STUDI TUMBUHAN HERBA DI KAWASAN HUTAN

SIBAYAK I

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Megister Sains dalam Progam Studi Magister Ilmu Biologi pada Program Pascasarjana

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

MELFA AISYAH HUTASUHUT

097030036/ BIO

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2011


(4)

PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : STUDI TUMBUHAN HERBA DI KAWASAN

HUTAN SIBAYAK I

Nama Mahasiswa : MELFA AISYAH HUTASUHUT

Nomor Induk Mahasiswa : 097030036 Program Studi : Magister Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengethuan Alam Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Nursahara Pasaribu, M. Sc) (Dr. Suci Rahayu, M. Si

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan


(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

STUDI TUMBUHAN HERBA DI KAWASAN HUTAN

SIBAYAK I

TESIS

Dengan ini nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah di jelaskan sumbernya dengan benar

Medan, Oktober 2011

(Melfa Aisyah Hutasuhut) NIM. 097030036


(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademia Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Melfa Aisyah Hutasuhut

NIM : 097039936

Program Studi : Biologi Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul :

Studi Tumbuhan Herba di Kawasan Hutan Sibayak I

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya

Medan, Oktober 2011

(Melfa Aisyah Hutasuhut) NIM. 097030036


(7)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 September 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Nursahara Pasaribu, M. Sc Anggota : Dr. Suci Rahayu, M. Si

Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed Dr. Salomo Hutahaean, M. Si


(8)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Melfa Aisyah Hutasuhut

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 7 Januari 1985

Alamat Rumah : Jl. Baru No. 43 Medan-20225

Telepon / Hp : 061-7380609 / 085297972897

e-mail

DATA PENDIDIKAN

SD : SDN No. 064974 Medan Tamat : 1997

SMP : MTSN 2 Medan Tamat : 2000

SMA : MAN 2 Medan Tamat : 2003


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Studi Tumbuhan Herba Di Hutan Sibayak I. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam menempuh Magister Sains di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Nursahara Pasaribu, M. Sc dan Dr. Suci Rahayu, M. Si selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi dan arahan dan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Kepada Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed dan Dr. Salomo Hutahaean, M. Si selaku Dosen penguji yang telah memberi koreksi dan saran pada penyempurnaan tesis ini. Seluruh dosen dan staff yang terlibat dalam pengajaran di Program Pasca Sarjana Biologi yang telah memberikan ilmunya. Kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, BAPEDASU yang telah memberi beasiswa kepada penulis. Kepala Sekolah SMK Sandhy Putra yang telah memberikan Ijin mengikuti perkuliahan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ayah dan Bunda tercinta (alm) Iman Hutasuhut dan Rukiah Siagian atas segala do’a, dukungan, perhatian serta kasih sayang yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis. Kepada suami Junaidi Salat atas perhatian dan dukungannya dan kepada abang dan adik-adik tersayang Anggia Putra Hutasuhut, Dina Rizkiah Hutasuhut dan Budi Kurniawan Hutasuhut atas kasih sayang dan dukungannya dan juga kepada seluruh keluarga besar tercinta.

Kepada teman-teman dan adik-adik yang membantu terlaksananya penelitian di hutan Sibayak I seperti Maini, Yudi cimot, Dika, bang Lepot, Eka, Reza Jack, Riwil, Anti, Ade Eka, Dwi, Sari dan Abel terima kasih atas kebersamaannya. Teman-teman semua di Program Studi Biologi tahun 2009 Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara atas kebersamaan di kelas selama perkuliahan berlangsung. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada teman baikku Incung, Edem, Edonk, yang telah mendukung serta memberi motivasi selama ini dan kepada semua yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.


(10)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian dalam tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi kehidupan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2011 Penulis


(11)

STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I

ABSTRAK

Studi Tumbuhan Herba di hutan Sibayak I Kabupaten Deli Serdang telah diteliti dari bulan Maret sampai Juni 2011. Areal pengamatan ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 134 plot berukuran 2 x 2 m. Didapatkan 136 jenis herba yang termasuk kedalam 44 famili dandua kelompok (Pteridophyta &

Spermatophyta). Jumlah jenis terbanyak dari Pterydophyta adalah Polypodiaceae

sebanyak 18 jenis dan Spermatophyta adalah Poaceae sebanyak 10 jenis dan

Urticaceae 5 jenis. Indeks Nilai Penting (INP) dari seluruh jenis berkisar antara 0,216 - 26,332%. Jenis yang paling dominan adalah Micania micrantha dengan INP 26,332 %. Indeks Keanekaragaman dan Indeks keseragaman jenis-jenis herba berturut-turut adalah 3,083 dan 0,321.


(12)

STUDY OF HERBACEOUS PLANTS IN SIBAYAK I

ABSTRACT

Study of Herbaceous plants in Sibayak I forest Deli Serdang District had been studied from March to June 2011. Study site was settled using purposive sampling with 134 plot of 2 x 2 m size. There are 136 species of herbs recorded in the study area belonging to 44 families and two groups (Pteridophyta & Spermatophyta). The largest species of the group Pterydophyta is Polypodiaceae with 18 species and Spermatophyta group are Poaceae 10 species and Urticaceae 5 species. Index of importance values range from 0,216 to 26,332%. Micania micrantha is the most dominant species with index of importance values is 26,332%. The index of diversity and index of equitability of species are 3.083, and 0.321, respectively.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Tumbuhan Herba 4

2.2 Peranan Tumbuhan Herba 5

2.3 Faktor Lingkungan Herba 6

2.4 Keanekaragaman Tumbuhan Herba 7

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 9

3.1 Waktu dan Tempat 9

3.2 Deskripsi Area 9

3.2.1 Letak dan Luas 9

3.2.2 Tipe Iklim 9


(14)

3.4.4 Vegetasi 10

3.3 Metode Penelitian 10

3.4 Pelaksanaan Penelitian 11

3.4.1 Penelitian di Lapangan 11

3.4.2 Penelitian di Laboratorium 12

3.5 Analisis Data 12

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14

4.1 Ekologi Herba 14

4.1.2. Kekayaan Jenis Herba 14

4.1.2 Jenis Herba dengan nilai KR, FR dan INP 21

4.1.3 Indeks keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Herba 25

4.2 Taksonomi Herba 27

4.2.1 Kunci Determinasi Tumbuhan Herba di Sibayak I 27

4.2.2 Deskripsi Jenis Tumbuhan Herba di Sibayak I 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 48

5.1 Kesimpulan 48

5.2 Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Judul Halaman

1 Jenis-jenis Herba di Sibayak I 14


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

1 Angiopteris evecta 28

2 Bolbitis apendiculata 29

3 Dryopteris subarborea 30

4 Selaginella biformis 31

5 Selaginella wildenowi 32

6 Tricomones maximum 33

7 Colocasia esculenta 34

8 Echinocloa sp 35

9 Elatostema acuminatum 36

10 Elastostemma paludosum 37

11 Elatostema rostrarum 38

12 Freycinetia sumatrana 39

13 Hedyotis philipinensis 40

14 Hymenachne acutigluma 41

15 Impatien balsamina 42

16 Impatien platypetala 43

17 Lophaterum gracile 44

18 Mikania micrantha 45

19 Panicum repens 46


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

A Peta Lokasi Pengamatan L-1

B Plot Pengamatan L-2

C Jenis Herba dengan nilai K, KR, F, FR dan INP di Sibayak I, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

L-3

D Tabel Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) Dan Indeks

Keseragaman (E) Tumbuhan Herba Di Hutan Sibayak I

L-7

E Data Faktor Fisik di Cagar Alam Sibolangit L-11

F Contoh Perhitungan Nilai K, KR, F, FR, INP, H’, E dan IS L-12

G Hasil Indentifikasi Spesimen L-15


(18)

STUDI TUMBUHAN HERBA DI HUTAN SIBAYAK I

ABSTRAK

Studi Tumbuhan Herba di hutan Sibayak I Kabupaten Deli Serdang telah diteliti dari bulan Maret sampai Juni 2011. Areal pengamatan ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 134 plot berukuran 2 x 2 m. Didapatkan 136 jenis herba yang termasuk kedalam 44 famili dandua kelompok (Pteridophyta &

Spermatophyta). Jumlah jenis terbanyak dari Pterydophyta adalah Polypodiaceae

sebanyak 18 jenis dan Spermatophyta adalah Poaceae sebanyak 10 jenis dan

Urticaceae 5 jenis. Indeks Nilai Penting (INP) dari seluruh jenis berkisar antara 0,216 - 26,332%. Jenis yang paling dominan adalah Micania micrantha dengan INP 26,332 %. Indeks Keanekaragaman dan Indeks keseragaman jenis-jenis herba berturut-turut adalah 3,083 dan 0,321.


(19)

STUDY OF HERBACEOUS PLANTS IN SIBAYAK I

ABSTRACT

Study of Herbaceous plants in Sibayak I forest Deli Serdang District had been studied from March to June 2011. Study site was settled using purposive sampling with 134 plot of 2 x 2 m size. There are 136 species of herbs recorded in the study area belonging to 44 families and two groups (Pteridophyta & Spermatophyta). The largest species of the group Pterydophyta is Polypodiaceae with 18 species and Spermatophyta group are Poaceae 10 species and Urticaceae 5 species. Index of importance values range from 0,216 to 26,332%. Micania micrantha is the most dominant species with index of importance values is 26,332%. The index of diversity and index of equitability of species are 3.083, and 0.321, respectively.


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia terletak di daerah tropis karena itu hutannya bertipe hutan tropik. Hutan tropik sangat heterogen, hutan yang bentuknya sangat dipengaruhi faktor iklim dan edafik yang mempengaruhi pertumbuhan dan menentukan komposisi jenis berbagai komunitas tumbuhan dan juga menentukan kehadiran suatu tumbuhan atau komunitas tumbuhan (Soemarwoto et al., 1992)

Menurut Resosoedarmo, et al., (1989), luas hutan tropik di Indonesia adalah seluas 143.970 juta ha atau sekitar 75 % dari seluruh daratan Indonesia (191 juta Ha). Hutan tropik di Indonesia juga mempunyai keunikan tersendiri dan keanekaragaman vegetasi yang cenderung membentuk strata-strata seperti pohon, semak, herba, lumut dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena kompetisi antara masing-masing tumbuhan tersebut dalam memenuhi kebutuhan akan cahaya yang penuh, sehingga pertumbuhaannya dapat berlangsung dengan baik (Daunbenmire, 1974).

Ewusie (1990) menambahkan bahwa belukar teduhan hutan hujan bukan hanya terdiri semak, herba dan kecambah pohon muda, tetapi termasuk juga paku-pakuan dan perdu. Menurut Richards (1981), tumbuhan bawah yang sering dijumpai di kawasan hutan hujan tropik terdiri dari famili Araceae, Gesneriaceae, Commelinaceae, Urticaceae, Achanthaceae, Zingiberaceae, Begoniaceae,


(21)

Rubiaceae, dan tumbuh-tumbuhan tingkat rendah seperti Dryopteris, Polypodium, Sellaginella dan lain-lain.

Herba adalah tumbuhan pendek (0,3-2 meter) tidak mempunyai kayu dan berbatang basah karena banyak mengandung air. Menurut Syahbuddin (1992), herba merupakan tumbuhan tidak berkayu yang tersebar dalam bentuk kelompok individu atau soliter pada berbagai kondisi habitat seperti tanah yang lembab atau berair, tanah yang kering, batu-batuan dan habitat dengan naungan yang rapat.

Herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan yang ukurannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan semak ataupun pohon yang batangnya basah dan tidak berkayu (Nadakuvaren &McCracken, 1985). Herba juga memiliki daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap tumbuhan disekitarnya (seperti semak, perdu, bahkan pohon) sehingga mampu tumbuh di tempat yang kosong. Hutan Sibayak I, terletak di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 7.030 Ha. Hutan Sibayak I merupakan bagian dari Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang memiliki kekayaan jenis-jenis tumbuhan yang sangat tinggi. Kawasan ini merupakan hutan yang memiliki peranan penting bagi daerah sekitarnya. Fungsi ekologis kawasan hutan tersebut adalah sebagai tempat tangkapan air (Cacthment Area), perlindungan mata air serta mencegah terjadinya erosi. Melihat potensi yang dimiliki kawasan ini dan penelitian yang berhubungan dengan herba belum pernah diteliti, maka perlu dilakukan penelitian tentang Studi Tumbuhan Herba di Hutan Sibayak I.

1.1Permasalahan

Keanekaragaman herba di Sumatera telah diketahui dari beberapa sumber, diantaranya hutan Taman Nasional Gunung Leuser (Handayani, 2004). Di hutan Taman Nasional Gunung Leuser Desa Telagah (Andriani, 2006). Laporan Dinas Kehutanan (2001) di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Propinsi Sumatera Barat.


(22)

Kusuma (2004) di Taman Nasional Kerinci Seblat, 115 jenis di Cagar Alam Rimbo Paganti, dan di Taman Hutan Raya Muhammad Hatta. Budiwarman (1988) di kawasan hutan Kebun Raya Setia Mulia Padang.

Hutan Sibayak I merupakan salah satu hutan yang memiliki keanekaragaman tinggi khususnya tumbuhan herba. Tumbuhan herba umumnya banyak ditemukan di daerah aliran sungai. Di hutan Sibayak ada empat lokasi yang berbeda sehingga dapat mewakili seluruh kawasan.

Dari uraian di atas dapat diperoleh permasalahan yaitu Bagaimana keanekaragaman tumbuhan herba di kawasan Hutan Sibayak I dan herba apa saja yang dominan Hutan Sibayak I ?

1.2Tujuan

a. Untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan herba dan jenis-jenis yang dominan yang terdapat di hutan Sibayak I.

b. Untuk membuat kunci determinasi jenis herba dominan dan deskripsinya.

1.3Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai tumbuhan herba yang terdapat di kawasan Hutan Sibayak I dan sebagai masukan bagi peneliti, pemerintah, instansi atau lembaga terkait yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai tumbuhan herba.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Herba

Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter, kecuali permudaan pohon atau seedling, sapling dan tumbuhan tingkat rendah biasanya banyak ditemukan di tempat yang ternaungi kecuali pada tempat yang sangat gelap di hutan (Richards, 1981). Tumbuhan ini memiliki organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak (Wilson & Loomis, 1962). Menurut Longman & Jenik (1987) sejumlah herba menunjukkan bentuk-bentuk yang menarik, warna serta struktur permukaan daun yang sebagian besar darinya telah menjadi tanaman rumah yang popular seperti jenis dari suku Araceae, Gesneriaceae Urticaceae dan lain-lain.

Tumbuhan herba memiliki organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak (Wilson & Loomis, 1962). Menurut Soemarwoto et al (1992), herba mempunyai akar dan batang di dalam tanah yang tetap hidup di musim kering dan akar akan menumbuhkan tajuk barunya di permukaan pada musim hujan.

Berdasarkan masa hidupnya tumbuhan herba terbagi menjadi 3 diantaranya annual, perenial dan bienial. Herba annual menghasilkan biji-biji dan mati seluruhnya setelah tumbuh selama satu musim. Perennial atau herba yang hidup lebih dari 2 tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak


(24)

terbatas. Beberapa jenis herba ini mungkin secara alami berkembang biak dengan biji, tetapi sangat reproduktif dengan potongan batang, umbi, rhizome, stolon dan daun. Terdapat tumbuhan lain yang masa hidupnya terletak antara kedua jenis tumbuhan di atas. Pada tahun pertama di bentuk tajuk yang kemudian pada tahun kedua diikuti dengan alat perkembangbiakannya. Tumbuhan tersebut mati setelah biji terbentuk dan tumbuhan ini disebut herba dua tahun atau biennial

(Soemarwoto et al., 1992).

2.2. Peranan Tumbuhan Herba

Kehadiran herba dalam suatu kawasan hutan mempunyai peranan yang sangat penting (Anwar et al., 1987). Hutan yang baru mengalami suksesi di tandai dengan banyaknya tumbuhan pionir dan tumbuhan kecil lainnya seperti herba dan semak.

Herba berperan penting dalam siklus hara tahunan. Serasah herba yang dikembalikan pada tanah mengandung unsur-unsur hara yang cukup tinggi. Selain itu herba juga dimanfaatkan sebagai sumber pakan satwa, obat-obatan dan sumber kekayaan plasma nutfah misalnya kelestarian satwa liar sebagai komponen ekosistem dipengaruhi oleh kehadiran dan keanekaragaman tumbuhan bawah sebagai tempat hidup dan sumber pakan yang tinggi (Handayani, 2004).

Soeriaadmadja (1997), mengatakan bahwa herba berfungsi sebagai penutup tanah yang sangat berperan dalam mencegah rintikan air hujan dengan tekanan keras yang langsung jatuh ke permukaan tanah, sehinggga akan mencegah hilangnya humus oleh air.

Herba beserta tumbuhan lain berperan besar dalam menentukan corak suatu ekosistem. Daun-daun tumbuhan dan herba menyaring teriknya sinar matahari sehingga hanya sebagian sinar matahari yang sampai pada lahan terbuka, dan dengan penyaringan sinar matahari tersebut maka suhu udara dan tanah tidak terlalu tinggi.


(25)

2.3. Faktor Lingkungan Herba

Ismal (1979) dalam Fithriadi (1996), mendefenisikan lingkungan sebagai alam di luar organisme yang efektif mempengaruhi organisme. Tumbuh-tumbuhan dalam kehidupannya perlu alam lingkungan yang cocok atau yang sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan minimum yang dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupannya. Bila alam lingkungan di luar batas yang diinginkan oleh tumbuh-tumbuhan maka pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu atau mungkin musnah sama sekali.

Pada bagian hutan yang lapisan pohonnya tidak begitu lebat dan cahaya matahari yang dapat menembus lantai hutan dalam jumlah cukup, kemungkinan di dalam hutan tersebut dapat berkembang vegetasi tanah yang tumbuh subur terutama ditemukan di tempat-tempat yang hutannya terbuka dan dekat aliran-aliran sungai.

Pertumbuhan herba sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Holtum (1989), pada umumnya penyebaran tumbuhan herba adalah di hutan-hutan dan kawasan yang lembab baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, tetapi ada juga yang tumbuh baik pada kondisi alam yang terbuka dengan intensitas cahaya matahari yang tidak terlalu tinggi. Jenis-jenis herba seperti famili Araceae, Zingiberaceae, Polypodiaceae mempunyai penyebaran yang cukup luas dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap faktor lingkungan. Jenis-jenis tersebut dapat hidup pada kondisi lingkungan yang lembab sampai pada kondisi lingkungan yang kelambabannya rendah (Syahbudin, 1992).

Gusmaylina (1983) dalam Handayani (2004) menyatakan bahwa

keanekaragaman jenis herba sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti cahaya, kelembaban, pH tanah, tutupan tajuk dari pohon sekitarnya, tingkat kompetisi dari masing-masing jenis herba tersebut. Bagi tumbuhan, cahaya


(26)

matahari merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi. Menurut Baker et al., (1979) dalam Indriyanto et al., (1993) pengaruh radiasi matahari bergantung pada intensitas, kualitas, atau panjang gelombang, lama periodesitasnya serta penutupan vegetasi yang ada.

Pada suatu komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya matahari yang sampai pada lantai hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena terhalang oleh lapisan tajuk yang ada pada hutan tersebut, sehingga tumbuhan bawah yang tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat cahaya matahari. Menurut Polunin (1990) jika penetrasi tidak cukup herba tidak dapat berkembang dengan baik, sehingga tumbuhan ini lebih subur di tempat hutan terbuka atau di tempat lain yang tanahnya lebih banyak mendapat cahaya (Ewusie, 1990). Dengan demikian vegetasi herba pada hutan hujan dataran rendah ditemukan pada hutan yang terbuka, dekat aliran-aliran air, dan tempat-tempat yang terbuka tetapi sempit (seperti jalan-jalan setapak, sungai-sungai) dengan penyinaran yang cukup baik, sedangkan pada bagian dalam hutan hujan vegetasi herba yang berwarna hijau ditemukan jauh terpencar-pencar atau sama sekali langka (Arief, 1994).

2.4. Keanekaragaman Tumbuhan Herba

Menurut Polunin (1990) vegetasi herba dalam hutan hujan tropika kurang beraneka ragam dibandingkan dengan vegetasi pohon pada kondisi yang relatif terbuka, sehingga besar kemungkinannya membentuk satu suku saja. Ini berbeda dengan herba di lereng-lereng yang lebih terjal dengan penterasi cahaya yang lebih banyak menyebabkan keanekargaman herba lebih melimpah, tetapi tetap saja jauh lebih kecil dari pada jenis pohon-pohonnya.

Mackinnon et al., (2000) menyatakan bahwa banyak suku tumbuhan yang memberikan sumbangan bagi lapisan herba, termasuk Monocotiledone seperti jahe-jahean, pisang liar, Begonia, Gesneriaceae, Melastomataceae, Rubiaceae,

berbagai jenis paku dan anggrek. Walaupun dalam kondisi ternaung, banyak herba yang secara teratur menghasilkan bunga dan buah meskipun perkembangbiakan secara vegetatif juga umum terjadi. Daerah yang terbuka pada sisi-sisi jalan selalu


(27)

ditumbuhi oleh pohon pisang liar, pohon yang lebih kecil dan berbagai anggota dari Zingiberaceae dan Poaceae (Anwar et al.,1987).


(28)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2011 di kawasan Hutan Sibayak I, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

3.2 Deskripsi Area 3.2.1 Letak dan Luas

Lokasi Penelitian terletak Di hutan Sibayak I, secara administrasi pemerintahan terletak di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, berjarak kira-kira 52 km di sebelah selatan kota Medan, dan secara geografis terletak pada 03°13’ s/d 03°18’20” LU dan 98°28’ s/d 98°37’20” LS, dengan luas 7.030 Ha.

3.2.2 Tipe Iklim

Berdasarkan Schmidt-ferguson, tipe iklim di kawasan Sibayak I adalah tipe A dengan rata-rata curah hujan 3,995 m3 pertahun. Berdasarkan kelembaban maksimum dapat mencapai 100%, sedangkan kelembapan minimum 80-90%. Hal ini menunjukkan bahwa daerah hutan ini sangat tinggi kelembabannya, dimana kabut turun hampir setiap sore. Suhu udara maksimum pada siang hari kurang lebih 25°C. Sedangkan suhu minimum pada malam hari berkisar antara 13°C s/d 14°C (Dinas Kehutanan Sumatera Utara, 2002)


(29)

3.2.3 Topografi

Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada umumnya areal lapangan memiliki topografi bergelombang sampai dengan curam dan sebagian datar dengan kemiringan 15-40°.

3.2.5 Vegetasi

Berdasarkan pengamatan pra penelitian di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum ditemukan yaitu dari Pteridophyta yang umumnya adalah dari famili

Aspleniaceae, Aspidiaceae, Athyriaceae dan Polypodiaceae, Monokotil yang umumnya adalah dari famili Araceae dan Zingiberaceae dan Dikotil yang umumnya adalah dari famili Balsaminaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae, Lauraceae,Moraceae, Rubiaceae dan Urticaceae.

3.3 Metode Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara Purposive Sampling, yaitu ditentukan secara sengaja dimana lokasi yang dipilih dapat mewakili atau mendekati kebenaran populasi herba secara keseluruhan. Analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat yaitu berdasarkan suatu luasan petak contoh. Dalam hal ini ditentukan empat lokasi yang berbeda sehingga dapat mewakili seluruh kawasan Sibayak I diantaranya:

Lokasi I terletak di daerah aliran sungai Dam atas, yang berada di titik koordinat 030 16’183’’ dan 0980 32’ 666’’, suhu udara 21,3 0C , suhu tanah 18 0C, kelembaban 91%, intensitas cahaya 569 luxmeter, pH tanah 6,5.

Lokasi II di daerah aliran sungai dam bawah dengan titik koordinat 030 16’ 365’’ dan 0980 32’ 115’’, suhu udara 21,6 0C , suhu tanah 18,3 0C, kelembaban 87,6% , intensitas cahaya 521,7 luxmeter, pH tanah 6,5

Lokasi III yaitu di daerah aliran sungai pasir putih. Lokasi ini merupakan hutan terbuka karena adanya proses penambangan pasir dan tidak banyak


(30)

pohon-pohon yang membentuk kanopi sehingga intensitas cahaya tinggi dengan titik koordinat 030 16’ 593’’ dan 0980 31’ 913’’, suhu udara 23,50C, suhu tanah 21,50C, kelembaban 82 % , intensitas cahaya 696,6 luxmeter, pH tanah 6,7.

Lokasi IV di daerah aliran sungai Ptimus dengan titik koordinat 030 16’ 509’’ dan 0980 32’ 142’’, suhu udara 23,30C, suhu tanah 190C, kelembaban 87,6 % , intensitas cahaya 228,6 luxmeter, pH tanah 6,7.

Jumlah plot dari masing-masing lokasi ditentukan dengan kurva minimum area, dimana pembuatan plot dilanjutkan sampai saat dimana penambahan luas plot tidak menyebabkan penambahan yang berarti banyaknya jenis. Biasanya luas minimum ini ditetapkan dengan dasar : penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 10 % atau 5 % (Soerianegara & Indrawan, 1988). Dalam hal ini jumlah plot dari seluruh lokasi berjumlah 134 plot.

3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Penelitian Di Lapangan

Pengamatan dilakukan di sepanjang sisi kiri dan kanan keempat daerah aliran sungai Sibayak I dengan membuat plot 2 x 2 m. Pada setiap plot pengamatan jenis herba yang ditemukan dan jumlah individu dari tiap jenis dicatat. Suhu udara diukur dengan termometer, kelembaban udara dengan

Higrometer, pH dan suhu tanah dengan Soil Termometer, intensitas cahaya dengan Lux meter, ketinggian dengan Altimeter.

Tumbuhan yang dijumpai pada setiap lokasi pengamatan, dikoleksi dan diberi label gantung. Ciri morfologi yang terdapat pada semua jenis yang ditemukan di lokasi penelitian dicatat. Spesimen dibungkus dengan koran, diberi alkohol 70% dan dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian ditutup dengan lakban dan dibawa ke laboratorium Sistematika Tumbuhan FMIPA USU.


(31)

3.4.2 Di Laboratorium

Spesimen yang didapat kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven dan selanjutnya diidentifikasi di laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan buku-buku acuan antara lain:

a. Plant Classification, (Benson, 1957).

b. Taxonomy Of Vascular Plants, (Lawrence, 1958). c. Malayan Wild Flowers Didotyledon, (Henderson, 1959). d. Flora Malesiana seri I. Vol II. (Holtum, 1967)

e. Collection Of Illustrated Tropical Plant, (Corner and Watanabe, 1969) f. Flora, (Van Steenis, 1987).

g. Fern of Malaysia in color, (Piggot, 1988)

3.5 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan nilai Kerapatan mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Mutlak (FM), Frekuensi Relatif (FR), Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’) dari lokasi penelitian.

a. Kerapatan

Kerapatan Mutlak (KM) =

Kerapatan Relatif (KR) = x100 %

b. Frekuensi

Frekuensi Mutlak (FM) =

Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %

c. Indeks Nilai Penting

Kerapatan mutlak suatu jenis Jumlah total kerapatan mutlak seluruh jenis

Frekuensi suatu jenis Frekuensi total seluruh jenis

Jumlah individu suatu jenis Luas Plot Pengamatan

Jumlah plot yang ditempati suatu jenis Jumlah seluruh plot pengamatan


(32)

INP = KR + FR

d. Indeks Keanekaragaman dari Shannon-Wiener

H’

pi =

= -Σpi ln pi

dengan :

ni = jumlah individu suatu jenis

N = jumlah total individu seluruh jenis

e. Indeks Keseragaman

H’

E =

H maks

E = Indeks keseragaman ; H’= indeks keanekaragaman H maks = Indeks keanekaragaman maksimum, sebesar Ln S S = jumlah Genus/ jenis

f. Deskripsi Jenis

Jenis herba dengan famili yang dominan disajikan dalam bentuk kunci determinasi yang dilengkapi dengan deskripsi morfologi dan gambaran habitat secara umum dari masing-masing jenis.

ni


(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Ekologi Herba

4.1.1. Kekayaan Jenis Herba

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di hutan Sibayak I yang dilakukan di empat aliran sungai diperoleh 136 jenis herba yang terdiri dari dua divisi yaitu Pteridophyta dan Spermatophyta. Jenis-jenis vegetasi yang ditemui tersebut termasuk ke dalam 44 famili seperti yang tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Herba di Sibayak I

No Kelas Famili Jenis

Pteridophyta

1 Filicinae Aspidiaceae Diacalpe aspidioides

2 Dryopteris subarborea

3 Didymochlaena truncatula

4 Heterogonium pinnatum

5 Tectaria sp.

6 Tectaria melanocaula

7 Tectaria crenata

8 Tectaria barberi

9 Tectaria angulata

10 Aspleniaceae Asplenium tenerum

11 Asplenium affine

12 Asplenium batuense

13 Asplenium normale


(34)

No Kelas Famili Jenis

15 Asplenium unilaterale

16 Aslenium pellucidum

17 Athyriaceae Diplazium sp.

18 Diplazium angustipinna

19 Diplazium subintegrum

20 Diplazium riparum

21 Diplazium crenatoseratum

22 Diplazium pallidum

23 Pleocnemia olivaceae

24 Cyatheaceae Cyathea hymenodes

25 Cyathea latebrasa

26 Cyathea contaminans

27 Davaliaceae Humata repens

28 Denniscaeadtiaceae Orthiopteris kingii

29 Hemionitidaceae Pityragramma calomelanus

30 Hymenophyllaceae Trichomones maximum

31 Tricomones singaporeaunum

32 Lindsaeaceae Lindsaea ensifolia

33 Lindsaea lucida

34 Sphenomeris chinensis

35 Lomaroipsidaeceae Bolbitis appendiculata

36 Marattiaceae Angiopteris evecta

37 Angiopteris angustifolia

38 Nephrolepidaceae Nephrolepis davalioides

39 Nephrolepis dicksonioides

40 Nephrolepis biserrata

41 Ophioglossaceae Ophioglossum sp.

42 Polypodiaceae Aglomorpha heraclea

43 Belvisia califolia

44 Belvisia sp.

45 Cheiropleuria bicusppis

46 Dipteris conjugate

47 Lemmaphyllum accedens

48 Laxogramme avenic

49 Leptochilus decurrens

50 Microsorum heterocarpum

51 Microsorum musifalium

52 Phymatosorus longissima

53 Pyrrosia sp.


(35)

No Kelas Famili Jenis

55 Thelypteridaceae Christella papilio

56 Pronephrium menisciicurpon

57 Pneumatopteris truncata

58 Pneumatopteris ecallosa

59 Pneumatopteris evecta

60 Spharostephonos polycarpus

61 Thelypteris ciliate

62 Vittariaceae Monograma trichoidea

63 Vitis sp.

64 Lycopodiinae Selaginellaceae Selaginella willdenowii

65 Selaginella biformis

66 Selaginella sp.

Spermatophyta

67 Monocotyledonae Araceae Colocasia esculenta

68 Colocasia longevaginata

69 Homalonema propinqua

70 Homalonema humilis

71 Rhapidophora sp.

72 Schismatoglotis triandra

73 Schismatoglotis sp.

74 Schismatoglotis calyptrate

75 Scindapsus rupestris

76 Scindapsus pictus orgyraeus

77 Scindapsus officinalis

78 Cyperaceae Cyperus sp.

79 Costaceae Costus sp. 1

80 Costus sp. 2

81 Commelinaceae Forestia marginata

82 Graminaceae Sclerria palmifolia

83 Hypoxidaceae Curculigo latifolia

84 Musaceae Musa sp.

85 Orchidaceae Angectochilus sp.

86 Cymbidium sp.

87 Pandanaceae Freycinetia sumatrana

88 Poaceae Axonophus sp.

89 Digitaria wallichiana

90 Erichloa polustachya

91 Echinochloa sp.

92 Hierochloe horsfieldi


(36)

No Kelas Famili Jenis

94 Lophaterum gracile

95 Panicum sp.

96 Panicum repens

97 Pogonatherum paniceum

98 Zingiberaceae Amomum sp.

99 Etlingera sp.

100 Hedycium coronarium

101 Globa pendula

102 Globa patens

103 Globa marantina

104 Globa panniculata

105 Dicotyledonae Achantaceae Asystasia intrusa

106 Asteraceae Ageratum conyzoides

107 Crassochepalum crepidioides

108 Mikania micrantha

109 Spilanthes penniculata

110 Apiaceae Centella asiatica

111 Balsaminaceae Impatiens mirabilis

112 Impatiens balsamina

113 Impatiens javensis

114 Impatiens platypetala

115 Begoniaceae Begonia huttumii

116 Begonia sp. Aff. Areolata

117 Begonia deccariana

118 Begonia sp.

119 Campanulaceae Lobelia angulata

120 Euphorbiaceae Phyllonthus niruri

121 Fabaceae Vigna sinensis

122 Gesneriaceae Achimenes grandiflora

123 Agalmyla parasitica

124 Holoragaceae Gunnera macrophylla

125 Melastomataceae Clidemia hirta

126 Pasifloraceae Pasiflora edulis

127 Piperaceae Piper methysticum

128 Heckcria peltata

129 Rubiaceae Chinconna succirubra

130 Hedyotis philippensis

131 Mitragyna spesiosa

132 Urticaceae Elatostema rostrarum


(37)

No Kelas Famili Jenis

134 Elatostema cuneatum

135 Elatostema acuminatum

136 Elatostema nigrescens

Berdasarkan Tabel 1 di atas diperoleh 136 jenis dan 44 famili yang dibagi dalam dua Divisi yaitu Pteridophyta dan Spermatophyta. Pterydophyta terdiri dari dua kelas yaitu Filicinae dan Lycopodinae. Kelas Filicinae terdiri dari 18 famili yaitu Aspidiaceae, Aspleniaceae, Athyriaceae, Cyatheaceae, Davaliaceae, Denniscaeadtiaceae, Hemionitidaceae, Hymenophyllaceae, Lindsaeaceae, Lomaroipsidaeceae, Marattiaceae, Neprolephidaceae, Ophioglossaceae, Polypodiaceae, Pteridaceae dan Thelypteridaceae, Vittariaceae. Sedangkan dari Kelas Lycopodinae hanya diperoleh 1 famili yaitu

Selaginellaceae. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah family

Polypodiaceae sebanyak 12 jenis diikuti oleh Aspidiaceae dengan 9 jenis.

Jumlah famili dengan jenis terbanyak menunjukkan bahwa famili

Polypodiaceae dan Aspidiaceae memiliki tingkat toleransi yang tinggi untuk dapat tumbuh dan berkembang mempunyai kemampuan untuk menguasai suatu kawasan. Banyaknya jumlah jenis dari kedua famili juga disebabkan oleh kodisi faktor abiotik lokasi pengamatan sesuai bagi kehidupan dan perkembangan jenis famili tersebut. Menurut Haupt (1956), Filicinae merupakan paku-pakuan yang jumlah jenis terbanyak dan tersebar pada daerah tropis dan kebanyakan tumbuh pada daerah yang lembab dan ternaung. Selanjutnya Holtum (1967) juga menyatakan bahwa famili Polypodiaceae mempunyai jumlah anggota terbesar di kawasan Malesia, yang sebagian besar terdapat di kepulauan Indonesia.

Divisi Spermatophyta juga diperoleh 2 Kelas yaitu Monocotyledonae dan

Dicotyledonae. Kelas Monocotyledonae diperoleh 11 famili, yaitu Araceae, Commelinaceae, Costaceae, Cyperaceae, Graminaceae, Hypoxidaceae, Musaceae, Orchidaceae, Pandanaceae, Poaceae, dan Zingiberaceae. Jumlah jenis yang terbesar dari kelas Monocotyledonae yaitu pada famili Araceae


(38)

sebanyak 11 jenis, Poaceae sebanyak 10 jenis dan Zingiberaceae sebanyak 7 jenis. Henderson (1959) mengatakan bahwa kelompok tumbuhan Araceae dan

Poacaea ini banyak ditemukan pada tempat-tempat teduh, lembab atau basah, karena jenis-jenis ini tidak banyak membutuhkan cahaya matahari untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini sesuai dengan keadaan habitat dimana pohon-pohon dengan tajuk yang rapat membatasi penetrasi sinar matahari penuh ke lapisan bawah sehingga menyebabkan kondisi di lapisan ini menjadi sejuk dan teduh.

Kelas Dicotyledonae diperoleh 15 famili, yaitu Achantaceae, Apiaceae, Asteraceae, Balsaminaceae, Begoniaceae, Campanulaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Gesneriaceae, Holoragaceae, Melastomataceae, Pasifloraceae , Piperaceae, Rubiaceae, Urticaceae. Jumlah jenis terbanyak yaitu dari famili

Asteraceae sebanyak 4 jenis, Balsaminaceae sebanyak 4 jenis, dan Urticaceae

sebanyak 5 jenis. Lemmens & Bunyaprahatsara (2003) mengatakan bahwa pada umumnya Urticaceae terdapat di daerah hutan hujan daratan rendah maupun pegunungan bawah. Jenis dari suku Urticaceae ini sering terdapat di sepanjang daerah ekstrem, di batu-batuan atau dasar hutan.

Tabel 1 menunjukkan jumlah tumbuhan herba di hutan Sibayak I sangat beraneka ragam. Hal ini menandakan bahwa aliran sungai di hutan Sibayak I sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan herba. Secara keseluruhan kondisi fisik di hutan Sibayak I adalah sebagai berikut : Suhu Udara 22,4 0C, Suhu Tanah 19,2 0

C, Kelembapan Udara 87,1 %, Intensitas cahaya 503,225 luxmeter, pH Tanah 6,6 (Lampiran E). Berdasarkan pengamatan tersebut dapat dinyatakan bahwa kondisi lingkungan di Sibayak I tergolong lembab dengan intensitas cahaya yang tinggi, dan tempat yang relatif terbuka terhadap cahaya serta tiupan angin yang kuat sehingga sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan herba tersebut.


(39)

Menurut Indriyanto (2009), luasnya penyebaran jenis tumbuhan bergantung kepada kemampuan jenis tersebut untuk beradaptasi terhadap tempat tumbuh dan berasosiasi dengan tumbuhan lainnya. Kemampuan jenis tersebut disebabkan lebarnya toleransi nisbi terhadap berbagai faktor ekologinya sebagaimana sifat tumbuhan kosmopolit seperti anggota famili Graminae, Polypodiaceae dan Passifloraceae.

Menurut Richard (1981), jenis tumbuhan herba yang sering ditemukan di kawasan hutan hujan tropis terdiri dari famili Araceae, Achantaceae, Gesneriaceae, Urticaceae, Zingiberaceae, Begoniaceae, Orchidaceae, Rubiaceae,

Piperaceae. Rifai (1993) menyatakan bahwa di tempat-tempat yang tidak ternaungi akan banyak ditemukan famili Melastomataceae, Poaceae, dan

Asteraceae

Secara hidrologis, tumbuhan herba penting dalam pengaturan hidro-orologis hutan dan dalam menambah kesuburan tanah terutama bahan organik. Selanjutnya Polunin (1994), menyatakan bahwa di bagian-bagian hutan dengan lapisan pohon yang tidak begitu lebat, sehingga cukup cahaya matahari yang dapat menembus ke dasar hutan. Oleh karena itu di hutan tropik basah umumnya vegetasi tanah yang tumbuh subur terutama ditemukan di hutan terbuka dan dekat aliran-aliran air.

Menurut Resosoedarmo et al., (1989), karakteristik dari hutan hujan tropis adalah mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi dan hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat toleran dan mampu hidup pada habitat yang sangat ekstrim (tempat terbuka, cahaya matahari penuh, temperatur tinggi, dampak air hujan tinggi, tekstur tanah padat dan keras, dan hara makanan masih terikat pada batu-batuan). Bagi vegetasi yang memang membutuhkan kondisi lingkungan yang demikian untuk pertumbuhannya akan tumbuh dengan baik dan bagi jenis yang tidak toleran tidak akan ditemui.


(40)

Selain itu iklim mikro yang berbeda-beda pada lokasi penelitian membentuk suatu mikrohabitat yang berbeda pula. Kondisi mikrohabitat ini sesuai dengan besar kecilnya rumpang (tempat yang terbuka pada suatu hutan). Herba yang dijumpai pada rumpang yang kecil berbeda dengan herba di rumpang yang lebih besar. Karena banyaknya cahaya matahari sampai ke lantai hutan menyebabkan suhu tanah menjadi lebih tinggi sehingga kelembaban lebih rendah. Dengan demikian rimpang cukup mendukung dalam memperkaya jenis herba dalam suatu hutan. Bahkan jumlah jenis pada ekosistem hutan makin besar apabila masing-masing komponen dalam sistem itu mewakili habitat dengan kondisi ekologi yang berbeda-beda (Soemarwoto, 2004).

4.1.2 Jenis Herba dengan nilai KR, FR dan INP

Indeks nilai penting menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting itu didapat dari hasil penjumlahan Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR). Dari penelitian yang dilakukan di hutan Sibayak I diperoleh nilai KR, FR dan INP untuk herba yang disajikan pada Lampiran C. Sedangkan jumlah INP tertinggi pada 20 jenis tumbuhan herba di Sibayak I disajikan pada Tabel 2.

Tabel2. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Herba

No Famili Jenis

Jumlah individu / 536 m

KR (%) 2 FR (%) INP (%)

1 Asteraceae Micania micrantha 2758 18,382 7,950 26,332 2 Poaceae Lophaterum gracile 2571 17,135 1,464 18,600 3 Poaceae Hymenachne acutigluma 1623 10,817 1,046 11,863 4 Selaginellaceae Selaginella wildenowii 592 3,946 6,904 10,849 5 Urticaceae Elastostemma paludosum 919 6,125 4,603 10,728 6 Poaceae Panicum repens 740 4,932 1,674 6,606


(41)

No Famili Jenis Jumlah individu / 536 m

KR (%) 2 FR (%) INP (%)

7 Rubiaceae Hedyotis philippensis 579 3,859 2,301 6,160 8 Balsaminaceae Impatiens balsamina 361 2,406 2,929 5,335 9 Hymenofillaceae Trichomones maximum 219 1,460 3,766 5,225 10 Urticaceae Elatostema acuminatum 288 1,919 3,138 5,058 11 Aspidiaceae Dryopteris subarborea 245 1,633 2,929 4,562 12 Araceae Colocasia esculenta 92 0,613 3,766 4,379 13 Poaceae Echinochloa sp 409 2,726 1,255 3,981 14 Araceae Scindapsus officinalis 200 1,333 2,510 3,843 15 Selaginellaceae Selaginella biformis 181 1,206 2,510 3,717 16 Marattiaceae Angiopteris evecta 155 1,033 2,510 3,544 17 Balsaminaceae Imaptiens platypetala 201 1,340 2,092 3,432 18 Urticaceae Elatostema rostrarum 259 1,726 1,674 3,400 19 Pandanaceae Freycinetia sumatrana 117 0,780 2,510 3,290 20 lomariosidaceae Bolbitis appendiculata 81 0,540 2,510 3,050

Pada Tabel 2 dapat dilihat 20 jenis tumbuhan herba yang memiliki INP tertinggi dari 136 jenis tumbuhan herba lainnya dengan jumlah individu/536 m2,

jumlah KR (%), FR (%), dan INP terbesar yaitu pada Micania micrantha..

Kerapatan Relatif menunjukkan jumlah individu yang menjadi suatu komunitas tumbuhan dalam areal penelitian. Secara keseluruhan dari semua jenis herba yang terdapat di hutan Sibayak I (Lampiran C ) memiliki jumlah KR antara 0,007- 18,382%. Jenis yang memiliki KR tertinggi yaitu Micania micrantha

dengan nilai 18,382%, Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran jenis ini merata. Sedangkan jenis yang memiliki KR terendah adalah Asplenium normale, Asplenium subnormale, Angectochilus sp, Begonia sp Aff Areolata, Diplazium sp, Elatostema nigrescens, Homalonema propinqua, Leptochilus decurrens, Sphenomeris chinensis,Tectaria sp, Tectaria angulata dengan nilai 0,007%. Tinggi rendahnya nilai KR suatu jenis menunjukkan keadaan lingkungan yang berubah. Perubahan tersebut meliputi penurunan suhu, kelembaban, nutrisi tanah seiring dengan laju penambahan ketinggian tempat dan daya tumbuh serta penyebaran biji. Menurut Suseno & Riswan dalam Sofyan (1991), kerapatan


(42)

tumbuhan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan serta tersedianya biji.

Frekuensi Relatif merupakan perbandingan antara frekuensi mutlak suatu jenis dengan frekuensi total seluruh jenis pada seluruh areal penelitian. Semakin tinggi frekuensi suatu jenis menunjukkan semakin cocok faktor lingkungan yang ada guna mendukung pertumbuhan herba di kawasan hutan tersebut. Frekuensi kehadiran suatu jenis organisme di suatu habitat menunjukkan keseringhadiran jenis tersebut di habitatnya. berdasarkan tumbuhan herba yang ditemukan (Lampiran C ) dapat dilihat bahwa nilai FR antara 0,209 - 7,95 %. Nilai tertinggi terdapat pada Micania micrantha (7,950%) dan FR terendah diantaranya

Asplenium normale, Belvisia califolia, Digitaria wallichiana, Globba pendulla, Heckcria peltata, Homalonema propinqua, Monograma trichoidea, Nephrolepis biserrata, Tectaria sp, Sphenomeris chinensis,Asplenium normale, Belvisia califolia, Digitaria wallichiana, Globba pendulla, Heckcria peltata, Homalonema propinqua, Monograma trichoidea, Nephrolepis biserrata, Tectaria

sp, Sphenomeris chinensis,dengan nilai 0,209%.

Nilai Frekuensi Relatif (FR) tertinggi suatu jenis dapat dikatakan bahwa jenis tersebut memiliki penyebaran yang cukup luas sesuai dengan Whitmore (1984) dalam Sagala (1997) bahwa suatu jenis dikatakan memiliki penyebaran yang luas apabila terdapat nilai frekuensi yang tinggi pada jenis tersebut. Penyebaran yang luas dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, alat reproduksi, interaksi beberapa jenis dan kompetisi.

Jenis herba dengan nilai FR yang rendah menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut mempunyai jumlah yang paling sedikit. Nilai FR yang rendah diduga karena faktor lingkungan yang kurang cocok sebagai syarat tumbuh dari tumbuhan tersebut hidup. Jenis yang memiliki nilai FR terendah menunjukkan tumbuhan itu tidak tersebar merata. Hal ini mungkin disebabkan kondisi lingkungan yang ekstrim dan juga aktifitas manusia. Menurut Tjondronegoro


(43)

(1979), penyebaran tumbuhan selain karena sebab-sebab yang terjadi secara alami juga dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia.

Micania micrantha adalah jenis herba yang memiliki INP tertinggi dari seluruh jenis herba yaitu 26,332%. Ini di dukung dari jumlah individu dari

Micania micrantha yang tertinggi dari semua jenis tumbuhan herba yaitu sebanyak 2758. Hal ini mencerminkan bahwa jenis Micania micrantha memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan. Micania micrantha juga memiliki kemampuan dapat bersaing terhadap jenis lainnya. Menurut Setiadi (1989) dalam

Sofyan (1991), jenis tumbuhan yang mempunyai indeks nilai penting yang tertinggi diantara vegetasi sesamanya disebut jenis yang dominan. Jenis dominan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan serta tersedianya biji. Hal ini mencerminkan tingginya kemampuan jenis tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada dan dapat bersaing terhadap jenis lainnya.

Jumlah INP dari seluruh jenis berkisar antara 0,216 - 26,332%. INP tertinggi yaitu Micania micrantha (26,332%), Lophaterum gracile (18,600%), Hymenachne acutigluma (11,863 %) . Tingginya indeks Nilai penting dari ketiga jenis ini menunjukkan bahwa jenis ini sangat stabil dalam menyusun ekosistem dan menunjukkan dominansi dari jenis yang lain, selain itu juga pengaruh faktor fisik lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Indriyanto (2009) menyatakan bahwa suatu jenis dapat tumbuh baik dan memiliki penyebaran yang luas apabila telah mengalami penyesuaian dengan lingkungan. Apabila lingkungannya sesuai maka ia akan tumbuh baik dan memiliki jumlah yang besar dalam populasi.

Jenis herba dengan INP terendah yaitu nilai 0,216% diantaranya

Asplenium normale, Asplenium subnormale, Diplazium sp, Elatostema nigrescens, Homalonema propinqua, Leptochilus decurrens, Sphenomeris chinensis, Tectaria sp, Tectaria angulata, dan lainnya. Nilai INP yang rendah menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut mempunyai jumlah yang paling sedikit.


(44)

Ini juga diduga karena faktor lingkungan yang kurang cocok dengan syarat tumbuh dari tumbuhan itu. Menurut Indriyanto (2006), keberhasilan jenis-jenis ini untuk tumbuh dan bertambah banyak tidak lepas dari daya mempertahankan diri pada kondisi lingkungan. Resosoedarmo et al.,(1989) menambahkan bahwa suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa suhu atau beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat atau juga disebabkan oleh aktifitas para pendaki gunung. Penyebaran tumbuhan selain karena sebab-sebab yang alami juga dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia (Tjondronegoro, 1979).

4.1.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Herba

Indeks keanekaragaman jenis berfungsi untuk menandai jumlah jenis dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah jenis di antara jumlah total individu seluruh jenis yang ada. Michael (1994) mengemukakan bahwa keanekaragaman jenis juga sangat penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam oleh campur tangan manusia atau alam itu sendiri.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, indeks keanekargaman herba di hutan Sibayak I sebesar 3,083 (Lampiran D). Nilai indeks keanekaragaman ini menunjukkan herba di kawasan hutan Sibayak I memiliki keanekaragaman jenis yang melimpah. Menurut Fachrul (2007) jika nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah. jika H’ 1 ≤ H’ ≤ 3 keanekaragaman adalah melimpah sedang dan jika nilai H’ > 3 maka keanekaragaman spesies adalah melimpah tinggi. Berdasarkan pernyataan Fachrur tersebut dapat dilihat bahwa indeks keanekaragaman tumbuhan herba di hutan Sibayak I memiliki indeks keanekaragaman melimpah tinggi.

Kawasan hutan Sibayak I yang terbuka memungkinkan cahaya lebih banyak masuk, dan aliran memungkinkan mendukung pertumbuhan dan perkembangan herba di dalam hutan tersebut. Fachrul (2007), mengemukakan bahwa indeks keanekaragaman merupakan parameter vegetasi yang sangat berguna untuk membandingkan berbagai komunitas tumbuhan, terutama untuk


(45)

mempelajari pengaruh gangguan faktor-faktor lingkungan atau abiotik terhadap komunitas atau untuk mengetahui keadaan suksesi atau stabilitas komunitas. Pada umumnya dalam suatu komunitas terdapat berbagai jenis tumbuhan, maka makin tua atau semakin stabil keadaan suatu komunitas, makin tinggi keanekaragaman jenis tumbuhannya.

Menurut Soeryaadmadja (1997) dengan memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh gambaran tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut. Biasanya makin beranekaragam suatu komunitas, makin tinggi organisasi di dalam komunitas tersebut.

Hasil pengamatan menunjukkan nilai keseragaman pada tumbuhan herba adalah sebesar 0,321 (Lampiran D). Analisis data menunjukkan bahwa nilai keseragaman pada hutan Sibayak I adalah rendah. Menurut Krebs (1985), keseragaman rendah apabila E bernilai 0-0.5 dan keseragaman tinggi apabila E bernilai 0.5-1. Nilai ini dapat menyatakan herba pada kawasan hutan Sibayak memiliki penyebaran jenis yang rendah.


(46)

4.2. Taksonomi Herba

4.2.1. Kunci Determinasi Famili Tumbuhan Herba di Sibayak I

Berdasarkan hasil perhitungan INP dari seluruh jenis tumbuhan herba (Tabel 2) diperoleh 20 jenis dengan nilai INP tertinggi dari 12 famili. Jumlah famili dengan INP tertinggi disajikan dalam bentuk kunci determinasi.

1 a. Tumbuhan berspora... 2 b. Tumbuhan berbunga... 6 2 a. Rhizom menjalar ... 3 b. Rhizom tegak... 4 3 a. Tangkai ental dilapisi daun ventral dan lateral... Selaginellaceae

b. Tangkai ental licin ... Hymenafillaceae

4 a. Tepi ental integer ... 5 b. Tepi ental serratus... Lomariopsidaceae

5 a. Spora sepanjang pinggir daun... Marattiaceae

b. Spora dipertulangan daun ... Aspidiaceae

6 a. Pertulangan daun menyirip menjari, tunggal, majemuk…... 7

b. Pertulangan daun sejajar, daun tunggal………... 9

7 a. Daun berbentuk hati, perisai, jantung ... Araceae

b.Daun berbentuk linearis ... 8 8 a. Tangkai daun memiliki auricle... Pandanaceae

b. Tangkai daun licin... Poaceae 9 a. Memiliki stipula interpetiolaris ... Rubiaceae b. Pertulangan daun garis... Poaceae

10 a. Perbungaan terminal, tunggal, majemuk... 11 b. Perbungaan axilar, majemuk... Urticaceae

11 a. Bunga cawan, pita ... Asteraceae


(47)

4.2.2. Deskripsi Jenis Tumbuhan Herba di Sibayak I 1. Pteridophyta

a. Angiopteris evecta Persl

Herba teresterial. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh batang tegak lurus, permukaan batang licin, hijau muda. Panjang tangkai ental 80 cm. Ental; panjang 15 cm, lebar 1,5 cm, majemuk, bentuk lanset dengan ujung daun meruncing, pangkal daun membulat. Tepi daun rata, pertulangan daun menyirip (pinnenervis),

permukaan daun licin daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), letak daun pada ental berseling. Spora; letak sorus rapat di bawah permukaan sepanjang pinggir daun, bentuk sorus lonjong, coklat tua. (Gambar I)

Spesimen : MH 07 (MEDA USU)

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Filipina dan Sumatera (Holtum, 1968)


(48)

b. Bolbitis apendiculata (Wild) Watsuki

Herba teresterial. Batang; bentuk batang bulat, arah tumbuh tegak lurus, permukaan batang licin, batang coklat. Panjang tangkai ental 15 cm. Ental; panjang 2 cm, lebar 0,5 cm, majemuk, bentuk jorong, ujung daun membulat, pangkal tumpul, tepi beringgit dengan pertulangan daun menyirip (pinnenervis),

permukaan daun licin, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus) dengan letak daun pada ental berseling. (Gambar 2)

Spesimen : MH 50 (MEDA USU)

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, jawa, Sumatera (Holtum, 1968)


(49)

c.Dryopteris subarborea Baker C. Chr

Herba teresterial. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh tegak lurus, permukaan batang licin, coklat. Panjang tangkai 10 cm. Ental; panjang ental 5 cm dan lebar ental 1 cm, majemuk, bentuk lanset, ujung daun membulat, pangkal daun tumpul, tepi daun beringgit, pertulangan daun menyirip (pinnenervis) dan permukaan daun licin, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), letak daun pada ental berseling. Spora; Letak sorus tersebar di bawah permukaan daun bentuk sorus, coklat tua. (Gambar 3)

Spesimen : MH 105 (MEDA USU)

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, jawa, Sumatera


(50)

d.Selaginella biformis (Des v) Backer

Herba teresterial. Batang; bulat dilapisi sisik ventral, arah tumbuh tegak lurus, coklat. Panjang tangkai ental 5-8 cm, bersisik. Ental; bentuk jorong sampai lanset, tersusun majemuk menyirip anak daun sangat banyak, tepi bertoreh dan berbagi, ujung runcing, anak daun lonjong, percabangan anak tulang daun menggarpu, terdapat daun sporofil di ujung daun tropofil. Spora; diujung daun, bentuk elips,hijau. (Gambar 4)

Spesimen : MH 10 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera


(51)

e.Selaginella wildenowii A Br. Exkhan

Herba teresterial. Batang; bulat, dilapisi daun ventral dan lateral,arah tumbuh tegak lurus, hijau kecoklatan. Panjang tangkai 60 cm, di sepanjang tangkai ental terdapat anak daun kecil-kecil. Ental; panjang ental 10-15 cm, ental tersusun majemuk menyirip dengan anak daun sangat banyak berbentuk jorong sampai lanset, tepi bertoreh dan berbagi, ujung tumpul , anak daun membulat dengan percabangan anak tulang daun menggarpu, warna ental hijau sampai merah hati. Spora; terminal, berbentuk elips, hijau. (Gambar 5)

Spesimen : MH 03 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera


(52)

f. Tricomones maximum BL

Herba teresterial. Batang; bulat, arah tumbuh tegak lurus, hijau. Panjang tangkai ental 28 cm, tangkai bersisik halus. Ental; panjang 3 cm, tersusun majemuk menyirip ganda, ental sempit, bentuk keseluruhan seperti segitiga memanjang, entalnya berdekatan satu sama lain sehingga membentuk rumpun. Spora; Sori terletak pada anak daun dalam indusium yang bentuknya seperti tabung, bersayap dan sempit. (Gambar 6)

Spesimen : MH 110 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Australia, Malaya, Sumatera


(53)

2. Spermatophyta

g. Colocasia esculenta (L) Schott

Herba teresterial, tinggi tanaman 60 cm. Batang; bulat, arah tumbuh batang tegak lurus, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 10-15 cm, lebar 20-23 cm, tunggal, bangun daun perisai, ujung meruncing, pangkal berlekuk (emarginatus), tepi daun rata, pertulangan daun menyirip (pinnenervis),

daging daun tipis lunak, permukaan daun licin, daun hijau, letak daun berhadapan, panjang pelepah daun 25 cm, hijau muda. (Gambar 7)

Spesimen : MH 100 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera


(54)

h. Echinocloa sp.

Herba teresterial, tinggi tanaman 20 cm. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh tegak lurus, permukaan batang licin, tidak bergetah, hijau muda. Pelepah; panjang 3 cm, permukaan licin, hijau. Daun; Panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm, tunggal, bentuk linearis, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, pertulangan sejajar, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), letak daun berseling, permukaan daun licin, warna daun hijau. (Gambar 8)

Spesimen : MH 26 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera


(55)

i. Elatostema acuminatum (Poir) Brogn

Herba teresterial. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh tegak lurus, permukaan batang licin, tidak bergetah, warna hijau. Daun; panjang 6-7 cm, lebar 2-3 cm, tunggal, bangun daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi daun bergerigi dengan pertulangan daun menyirip, permukaan daun licin, daging daun tipis lunak, hijau, tangkai daun pendek, letak daun berseling. (Gambar 9)

Spesimen : MH 47 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera


(56)

j. Elastostemma paludosum Miq

Herba teresterial. Batang; bulat, arah tumbuh tegak lurus, permukaan batang licin, tidak bergetah, hijau. Daun; panjang 15-20 cm, lebar 3-4 cm, bangun daun jorong, tunggal, ujung dan pangkal daun runcing, tepi bergerigi, pertulangan daun menyirip, daging daun tipis lunak, permukaan daun licin, tangkai daun pendek, letak daun berseling, hijau. (Gambar 10)

Spesimen : MH 22 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera


(57)

k. Elatostema rostrarum Hassk

Herba teresterial, tinggi tanaman 40 cm. Batang; bulat, arah tumbuh tegak lurus, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 15-17 cm, lebar 5-8 cm, tunggal, bangun daun jorong , ujung merucing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan daun menyirip, daging daun tipis lunak, permukaan licin, tangkai daun pendek, letak daun berseling, hijau. (Gambar 11)

Spesimen : MH 36 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera


(58)

l. Freycinetia sumatrana Hemsl

Herba teresterial, tinggi tanaman 75 cm. Batang; membulat, arah tumbuh batang tegak lurus, permukaan batang licin, coklat. Daun; Panjang 20-23 cm, lebar 0,5 cm, tunggal, bangun daun lanset, daun tersusun membentuk spirostik, ujung runcing, tepi daun rata, pertulangan daun sejajar, daging daun tipis lunak, hijau, letak daun berseling. (Gambar 12)

Spesimen : MH 34 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Jawa, Sumatera


(59)

m. Hedyotis philipinensis

Herba teresterial, tinggi tanaman 30 cm. Batang; bulat, arah tumbuh memanjat, bergetah, permukaan batang licin, hijau kecoklatan. Daun; panjang daun 4-6 cm, lebar daun 1,5-2 cm, tunggal, bangun daun memanjang, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip, daging daun tipis lunak, permukaan licin, letak daun berhadapan, hijau. Bunga; axilaris, bunga putih bergelombol. (Gambar 13)

Spesimen : MH 09 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera


(60)

n. Hymenachne acutigluma (Steud) Gilliland

Herba teresterial, tegak dengan tinggi tanaman 60 cm. Batang; bersegi, arah tumbuh tegak lurus, Permukaan batang licin, tidak bergetah, batang coklat. Daun; Panjang daun 30-35 cm dan lebar daun 1,5-2 cm, tunggal, bentuk linearis, dengan ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, pertulangan daun sejajar, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), permukaan daun licin, tangkai daun tidak jelas, letak daun berhadapan, hijau. (Gambar 14)

Spesimen : MH 44 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera


(61)

o. Impatien balsamina

Herba teresterial, tinggi tanaman 60 cm. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh tegak, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau. Daun; Panjang 10-15 cm, lebar daun 2-4 cm, tunggal, bangun daun memanjang, ujung daun runcing dan pangkal runcing, tepi daun bergerigi, pertulangan daun menyirip, daging daun tipis lunak, permukaan daun berbulu halus dan rapat, letak daun berhadapan, hijau. (Gambar 15)

Spesimen : MH 14 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera


(62)

p. Impatien platypetala Lind

Herba teresterial, tinggi tanaman 30 cm. Batang; bentuk batang bersegi, arah tumbuh batang lurus, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang daun 6-7 cm, lebar daun 2-3 cm,tunggal, bangun daun memanjang, ujung daun dan pangkal daun runcing. tepi daun bergerigi dengan pertulangan daun menyirip dan daging daun tipis lunak, Permukaan daun berbulu halus dan rapat, letak daun berkarang. daun hijau. Bunga; Letak bunga di ujung batang, warna bunga putih. (Gambar 16)

Spesimen : MH 92 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera


(63)

q. Lophaterum gracile

Herba teresterial, tinggi tanaman 50 cm. Batang; bentuk batang bersegi, arah tumbuh tegak lurus, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 10-15 cm, lebar 1-2 cm, tunggal, bangun daun linearis, ujung daun dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan daun sejajar, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), permukaan daun licin, letak daun berseling hijau. (Gambar 17)

Spesimen : MH 95 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera


(64)

r. Micania micrantha

Herba teresterial, merambat. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh menjalar, tidak bertgetah, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 5-7 cm, lebar 2-4 cm, tunggal, bangun daun delta, ujung meruncing, pangkal daun berlekuk, tepi daun bergerigi, pertulangan daun melengkung, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), permukaan daun licin, letak daun berseling, hijau. (Gambar 18)

Spesimen : MH 12 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : daun merdeka

Distribusi : Paraguay, Jawa, Sumatera


(65)

s. Panicum repens L

Herba teresterial, tinggi tanaman 10 cm. Batang; bentuk batang bulat dan arah tumbuh batang lurus, tidak bergetah, Permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang daun 3-5 cm dan lebar daun 2-3 cm, tunggal, bangun daun bentuk jorong, ujung daun runcing, pangkal tumpul, tepi daun rata, pertulangan daun sejajar, daging daun tipis seperti selaput (membranaceus), permukaan daun licin, panjang pelepah pendek,letak daun berseling, hijau. Bunga; majemuk, tersusun dalam bulir yang terletak di ujung batang (flos terminalis). (Gambar 19)

Spesimen : MH 31 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Jawa, Sumatera


(66)

t. Scindapsus officinalis

Herba teresterial, tinggi tanaman 30 cm. Batang; bentuk bulat, arah tumbuh tegak lurus, tidak bergetah, permukaan batang licin, hijau muda. Daun; panjang 8-10 cm, lebar 5-7 cm, tunggal, bangun daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip (pinnenervis). Daging daun tipis lunak, letak daun berhadapan, permukaan daun lici, hijau. (Gambar 20)

Spesimen : MH 114 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 0 -2000 mdpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Irian Jaya, Jawa, Sumatera


(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5,1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Studi Tumbuhan Herba di Hutan Sibayak I Kabupaten Deli Serdang, disimpulkan bahwa :

a. Ditemukan 136 jenis tumbuhan herba yang terdiri dari 44 famili (18 famili

Pterydophyta dan 26 famili Spermatophyta).

b. Jumlah jenis terbanyak dari kelompok Pterydophyta yaitu 12 jenis dari famili Polypodiaceae dan jumlah jenis terbanyak dari kelompok

Spermatophyta yaitu 10 jenis dari famili Poaceae dan 5 jenis Urticaceae c. Kerapatan Relatif dari tumbuhan herba berkisar 0,007 - 18,382% dengan

jenis tumbuhan dengan KR terbesar yaitu Micania micrantha.

d. Frekuensi Relatif dari tumbuhan herba berkisar 0,209 - 7,950% dengan FR terbesar yaitu Micania micrantha.

e. INP dari seluruh jenis tumbuhan herba berkisar antara 0,216 -26,332% dan INP terbesar terdapat pada Micania micrantha.

f. Indeks keanekaragaman herba di hutan Sibayak I tergolong tinggi dengan nilai 3,083 dan indeks keseragaman herba tergolong rendah dengan nilai 0,321.

5.2. Saran.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang keterkaitan antara keanekaragaman tumbuhan herba dengan faktor-faktor biotik dan kandungan unsur hara pada hutan Sibayak I


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, G. 2006. Komposisi dan Keanekaragaman Herba di Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Desa Telagah Kabupaten Langkat.

Skripsi Sarjana Biologi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anwar, J. S. J. Damanik, N. Hisyam & A. J. Witten. 1987. Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: UGM Press.

Arief, A. 1994. Ekologi dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Benson, L. 1957. PlantClassification. Boston: D. C. Heath and Company.

Budiwarman, 1988. Analisis Vegetasi Dasar di Hutan Rimbo Kamulau Limau Manis Kotamadya Padang. Skripsi Sarjana Biologi. Padang: Universitas Andalas.

Corner, E. J. H & Watanabe. 1969. Collection of Illustrated Tropical Plants.

Kyoto

Dinas Kehutanan Sumatera Utara. 2002. Data dan informasi kehutanan propinsi Sumatera Utara. Medan : Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan Badan Planologi Kehutanan

Dinas Kehutanan Sumatera Barat. 2001. Laporan Naskah Rencana Pengelolaan Taman Wisata Alam Rimbo Panti Propinsi Sumatera Barat.

Daubenmire, R. F. 1974. Plant and Environment A Text Book of Aut-ecology.

New York: Third Edition

Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Penerjemah Usman Tanuwijaya. Bandung. Penerbit ITB.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Ekologi. Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Fithriadi, R. 1996. Studi Beberapa Aspek Ekologi Tumbuhan Amorphophalus companulatus BL. di Batu Anjing Maninjau. Skripsi Sarjana Biologi. Padang: Universitas Andalas.


(69)

Handayani, K. 2004. Inventarisasi Jenis-Jenis Herba di Kawasan Hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat.

Skripsi Sarjana Biologi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Haupt, A.W. 1956. An Introduction to Botany. Toronto, New York: Third Edition. Mc Graw Hill Book Company Inc.

Henderson, M. R. 1959. Malayan Wild Flowers Monocotyledons. Singapore: Tien Wah Press.

Holtum, R. E. 1967. Flora of Malaya. second Edition. Government Printing office. Singapore. Pp. 115-215, 299-349.

________.1989 A. Revised Flora of Malaya. Vol. II. Fern of Malaya. Government Printing office. Singapore. Pp. 115-215, 299-349.

Indriyanto, S. P. Harianto & M. S. Hadi. 1993. Pengaruh Penaungan Tajuk Sonokeling, Kayu Putih dan Mahoni terhadap Pertumbuhan Lempuyang Wangi. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Indriyanto, S. P. Harianto. 2006. Ekologi Hutan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara

_______. 2009. Komposisi Jenis dan Pola Penyebaran Tumbuhan Bawah pada Komunitas Hutan yang Dikelola Petani di Register 19 Provinsi Lampung. Lampung: Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat. Jurusan Kehutanan fakultas Pertanian Universitas lampung. Krebs, C. J. 1985. Ecology: Experimental Analysis of Distribution and

Abundance. Philadelphia: Harper and Row Publisher. pp 23.

Kusuma, B. D. M. 2004. Lingkungan Bagi Kehidupan : Panduan

Keanekaragaman Hayati Bagi Para Pemuka Agama. Jakarta: INFORM Project.

Lawrence, G. H. M. 1958. Taxonomy of Vascular Plants. New York: The Macmillan Company. Pp. 428

Lemmens, R. H. M. J. &Bunyaprahatsara. 2003. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (3). Medical and Poisonous Plant 3. Bogor : Prosea Fondation

Longman, K. A & J. Jenik. 1987. Tropikal Forest Ecology. An Imprint of Champman & Hall. Boundary Row. London. p.111-112.

Mackinnon, K., G. Hatta, H. Halim, A. Mangalik. 2000. Ekologi Kalimantan. Alih Bahasa Gembong Tjitrosoepomo. Jakarta: Penerbit Prenhallindo.


(70)

Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R. Koestoer. Yogyakarta : UI Press Nadakavukaren & McCracken. 1985. An Introduction to Plant Biology. New

York: West Pumblishing Company.

Polunin, N. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

_________. 1994. Teori Ekosistem dan Penerapannya. Cetakan I. Yogyakarta : UGM Press

Piggot, A. G. 1988. Fern of Malaysia in color. English: Dawlish

Richard, P. W. 1981. The Tropical Rain Forest. London: Cambridge University Press. hlm. 96-98

Rifai, A. M. 1993. Peri Kehidupan Alam Sepanjang Jalan Pegunungan. Jakarta: panitia Program Nasional UNESCO-MAB Indonesia

Resosoedarmo, S., K. Kartawinata., & A. Soegiarto. 1989. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Karya.

Sagala, E. H. P. 1997. Analisis Vegetasi Hutan Sibayak II Pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Soemarwoto, O., E. Guharja., & A. H. Nasution. 1992. Melestarikan Hutan Tropika. Ed I. Cet I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

_________, O. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Edisi ke-10. Jakarta : Djambatan

Soeriaadmadja, R. E. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB.

Soerynegara, I & A. Indrawan. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan.

Sofyan, M. Z. 1991. Analisis Vegetasi Pohon di Hutan Salogumo. Padang:Tesis Sarjana Biologi FMIPA UNAND.

Syahbudin, M.S. 1992. Kekayaan Flora Bukit Pinang-Pinang. Padang : Pusat Penelitian UNAND


(71)

Tjondronegoro, P. D. 1979. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bagian Ekologi, Departemen Botani Fakultas Pertanian Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Van Steenis. C, G. G. J. 1987. Flora. Jakarta: Pt. Pradnya Paramita

Wilson, C. L. & W. E. Loomis. 1962. Botany. 3rd Edition. New York:Jon Wiley and Sons.


(72)

LAMPIRAN A. Peta Lokasi Pengamatan


(73)

2 m

2 m

2 m

2 m

LAMPIRAN B. Plot Pengamatan

5 m

5 m 5 m

5 m

5 m


(74)

Lampiran C

Jenis Herba dengan nilai K, KR, F, FR dan INP pada aliran sungai Sibayak I, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

No Jenis Jumlah KM KR FM FR INP

1 Asplenium normale 1 0,002 0,007 0,007 0,209 0,216

2 Asplenium subnormale 1 0,002 0,007 0,007 0,209 0,216

3 Begonia sp Aff Areolata 1 0,002 0,007 0,007 0,209 0,216

4 Diplazium sp 1 0,002 0,007 0,007 0,209 0,216

5 Elatostema nigrescens 1 0,002 0,007 0,007 0,209 0,216

6 Homalonema propinqua 1 0,002 0,007 0,007 0,209 0,216

7 Leptochilus decurrens 1 0,002 0,007 0,007 0,209 0,216

8 Sphenomeris chinensis 1 0,002 0,007 0,007 0,209 0,216

9 Tectaria sp 1 0,002 0,007 0,007 0,209 0,216

10 Tectaria angulata 1 0,002 0,007 0,007 0,209 0,216

11 Belvisia sp 2 0,004 0,013 0,007 0,209 0,223

12 Cheiropleuria bicusppis 2 0,004 0,013 0,007 0,209 0,223

13 Dipteris conjugata 2 0,004 0,013 0,007 0,209 0,223

14 Microsorum musifalium 2 0,004 0,013 0,007 0,209 0,223

15 Hedycium coronarium 2 0,004 0,013 0,007 0,209 0,223

16 Digitaria wallichiana 2 0,004 0,013 0,007 0,209 0,223

17 Dryopteris subarborea 245 0,457 1,633 0,104 2,929 4,562

18 Didymochlaena truncatula 4 0,007 0,027 0,007 0,209 0,236

19 Heterogonium pinnatum 3 0,006 0,020 0,007 0,209 0,229

20 Diacalpe aspidioides 25 0,047 5,146 0,007 0,209 0,376

21 Tectaria melanocaula 4 0,007 0,027 0,015 0,418 0,445

22 Tectaria crenata 3 0,006 0,020 0,015 0,418 0,438

23 Tectaria barberi 8 0,015 0,053 0,030 0,837 0,890

24 Asplenium tenerum 70 0,131 0,467 0,045 1,255 1,722

25 Asplenium affine 20 0,037 0,133 0,007 0,209 0,343

26 Asplenium batuense 15 0,028 0,100 0,022 0,628 0,728

27 Asplenium unilaterale 18 0,034 0,120 0,037 1,046 1,166

28 Asplenium pellucidum 4 0,007 0,027 0,007 0,209 0,236

29 Diplazium angustipinna 18 0,034 0,120 0,045 1,255 1,375

30 Diplazium subintegrum 17 0,032 0,113 0,015 0,418 0,532

31 Diplazium riparum 6 0,011 0,040 0,022 0,628 0,668

32 Diplazium crenatoseratum 3 0,006 0,020 0,015 0,418 0,438

33 Diplazium pallidum 5 0,009 0,033 0,015 0,418 0,452

34 Pleocnemia olivaceae 2 0,004 0,013 0,007 0,209 0,223


(1)

Kepala Herbarium Medanense.

NIP. 1963 01 23 1990 03 2001 Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc

No No

Koleksi

Spesies Famili

129 MH 129 Asplenium pellucidum Aspleniaceae

130 MH 130 Cymbidium sp Orchidaceae

131 MH 131 Humata repens Davaliaceae

132 MH 132 Agalmyla parasitica Gesneriaceae

133 MH 133 Ophioglossum sp Ophioglossaceae

134 MH 134 Orthiopteris kingie Denniscaeadtiaceae 135 MH 135 Globba paniculata Valeton Zingiberaceae 136 MH 136 Digitaria wallichiana Poaceae


(2)

LAMPIRAN H. FOTO-FOTO PENELITIAN

a. Lokasi Pengamatan I


(3)

c. Lokasi Pengamatan III


(4)

e. Plot Pengamatan 2 x 2 m dengan menggunakan metode Kuadrat


(5)

g. Pengukuran Faktor Fisik diantaranya mengukur suhu tanah dengan Soil Termo


(6)