sesuai urutannya dengan posita gugat dapat mengakibatkan gugat dianggap tidak sejalan dengan posita gugat sehingga gugatan
tersebut tidak dapat diterima.
59
Hal itu pula dikemukakan oleh bapak Muhammad abduh, seorang haim di pengadilan agama Jakarta selatan. Beliau
mengemukakan bahwa :”seseorang yang akan mengajukan gugatan atau permohonan cerai ke pengadilan agama, maka
gugatannya tersebut harus di formulasikan secara tepat dan sistematik sesuai dengan undang-undang”. Dan masih menurut
beliau Apabila gugatannya itu dibarengi dengan gugat harta
bersama komulasi objektif, maka di dalam positanya harus disusun secara tepat dimulai dari pencantuman gugatan pokok
yaitu, gugatan perceraian beserta alasannya, baru kemudian menyusul gugatan yang bersifat assessor dalam hal ini gugat harta
bersama diserai dengan menyebutkan satu persatu harta bersama. Begitu juga dalam petitum gugat harat bersama harus sesuai
dengan sejalan dengan postia. Karena jika tidak maka gugatan tersebut akan mengandung cacat abscur libel.
60
Demikian bentuk formulasi gugatan perceraian apabila digabung dengan pembagian harta bersama yang tepat dan
memenuhi syarat. Kemudian penggugat dapat mengajukannya ke pengadilan agama.
2. Cara Pemeriksaan Dan Penyelesaian Perkara Perceraian Bersamaan Dengan Gugatan Harta Bersama
59
Ibid, h. 237
60
Abduh, Muhammad, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, wawacara pribadi, Jakarta, 22 januari 2007
Dalam perkara perceraian baik itu cerai talak maupun cerai gugat, proses pemeriksaanya mengacu kepada undang-undang no. 7
tahun 1989 tentang peradilan agama sbagaimana yang diatur dalam pasal 66, 68, 70, 73, 70 dan pasal 82. teknik pemeriksaanya
sebagaimana diatur sebagaimana layaknya dalam perkara perdata lainnya, dengan memperhatikan peraturan yang terdapat dalam HIR
dan juga Rgb. Pemeriksaanya sebagai berikut : a.
Pemeriksaan oleh majelis hakim, seperti yang telah disebutkan terdahulu. Dalam pemeriksaan ini yang bertindak
sebagai majelis hakim terdiri dari 3 orang hakim, asalkan jumlahnya ganjil pasal 68 ayat 1 undang-undang no. 7 tahun
1989 jo tentang peradilan agama, pasal 15 undang-undang no. 14 tahun 1970 tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman
dan penjelasan pasal 40 undang-undanng no. 14 tahun 1985 tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman.
b. Pemeriksaan yang dilakukan dalam siding tertutup unutk
umum. Walaupun mungkin hal tersebut seperti menyalahi asas umum persidangan perdata yang mengharuskan siding
terbuka untuk umum. Dalam pasal 68 ayat 2 jo pasal 80 ayat 2 jo pasal 33 peraturan pemerintah no. 9 tahun 1975 tentang
peradilan agama, ditegaskan bahwa :”apabila tidak terjadi perdamain, pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan secara
tertutup”.
c. Pemeriksaan dilakukan setelah 40 hari pendaftaran. Hal ini
sesuai dengan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan pasal 4 ayat 2 undang-undang no. 14 tahun 1970
tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman, jo apasal 57 undang-undang no. 7 tahun 1989 tentang peradilan agama
d. Pemeriksaan dilakukan in person sendiri atau juga melalui
kuasa hukum namun khusus masalah perceraian ini dalam proses perdamaian tidak boleh diwakili oleh orang lain atau
kuasanya pasal 82 ayat 2 Berdasarkan pada teori yang ada dan berdasarkan hasil
penelitian yang penulis lakukan di pengadilan agama jakarta selatan, pada dasarnya proses pemeriksaan perkara perceraian yang dibarengi
dengan gugatan harta bersama tidak berbeda dengan proses pemeriksaan perkara perdata lainnya.
Tahap-tahap pemeriksaan tersebut ialah : upaya perdamain, pembacaan gugata, jawaban gugatan, replik penggugat, duplik
tergugat, pembuktian kesimpulan, dan putusan hakim. a. tahap siding peratma sampai sebelum siding
1 tugas panitera sesaat sebelum siding
panitera siding pada hari, tanggal dan jam siding yang telah ditentukan mempersiapkan dan memeriksa segala sesuatunya
untuk siding, setelah siap panitera melapor kepada ketua majelis. Selanjutnya majelis hakim memasuki ruangan siding
melalui pintu yang khusus untuknya.
2 Ketua majelis membuka siding
Ketua majelis membuka siding dan sekaligus dinyatakan dibuka untuk umum dengan membaca basmAllah dan ketukan
palu 1 atau 3 kali. Setelah siding dinyatakan dibuka untuk umum oleh ketua majelis, kemudian katua majelis
mengizinkan pihak-pihak unutk memasuki ruangan siding. Atas izin ini panitera siding atau petugas lainnya yang ditunjuk
memerintahkan pihak-pihak untuk masuk dan duduk pada kursi yang telah disediakan dengan menempatkan penggugat
duduk disebelah kiri dari tergugat. 3
Ketua majelis menanyakan indentitas pihak-pihak ketua majelis menanyakan identitas piak-pihak, dimulai dari
penggugat seterusnya tergugat yaitu meliputi nama, binbinti umur, agama, kedudukan atau gelar, pekerjaan dan tempat
tinggal terakhir. Setelah selesai masalah identitas, hakim menanyakan kepada
pihak apakah tidak ada hubungan keluarga atau dengan para hakim dan panitera yang menyidangkan perkara. Kalau
dijawab ada, siding akan diperbincangkan sejenak apakah ada kewajiban hakim untuk mengundurkan diri sehubungan
dengan adanya hubungan itu, selanjutnya hakim akan mengajurkan damai antara pihak yang berperkara.
4 Anjuran damai
menurut HIR anjuran damai dari hakim sudah dilakukan sebelum pembacaan surat gugatan. Anjuran damai sebenarnya
dapat dilakukan kapan saja sepanjang perkara belum diputus, tetapi anjuran damai pada permulaan siding pertama adalah
bersifat “mutlak atau wajib”. Menurut pasal 31 peraturan pemerintah no. 9 tahun 1975
tentang peraturan pelaksanaan undang-undang no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan serat penjelasannya menegaskan
bahwa “hakim yang memeriksa gugatan perceraian berusaha mendamaiakn kedua belah pihak. Selama perkara belum
diputuskan, usaha mendamaikan dilakukan pada tiap siding pemeriksaan. Jika tidak terjadi perdamaian, hal itu harus
dicantumkan dalam berita acara siding. Kemudian siding akan dilanjutkan.
5 Pembacaan Surat Gugatan
pembacaan surat gugatan ini sebagaimana sudah diungkapkan sebaiknya dilakukan mendahului dari anjuran damai.
Permbacaan surat gugatan ini selalu dilakukan oleh penggugat atau kuasanya yang sah.
b. Tahap jawab menjawab repblik-duplik Sesudah permbacaan surat gugatan atau permohonan cerai dan
anjuran damai tidak berhasil, maka ketua majelis akan menanyakan kepada penggugat atau pemohon apakah ia akan
menjawab lisan atau tulisan.
Jika tergugat sudah mengajukan jawaban yang pertama, penggugat dapat diberi giliran untuk mengeluarkan pendapatnya
tenang jaawban tergugat tersebut. Hal inilah yang disebut replik. Setelah penggugat mengajukan replik dalam siding maka ketua
majelis memberi kesempatan kepada tergugat untuk memberi jawaban terhadap replik penggugat, yang disebut duplik. Begitulah
seterusnya sehingga kedua belah pihak akhirnya mengajukan kesimpulan masing-masing, dan sesudah itu ketua majelis
menganggap bahwa kedua belah pihak tidak akan berbicara lagi. Dan untuk selanjutnya pemeriksaan dapat dilakukan kedalam
tahap pembuktian. c. Tahap Pembuktian
Sesudah tergugat atau termohon tidak ada lagi yang akan dikemukakannya dan hakim pun tidak ada lagi yang akan
ditanyakan, maka mulailah memasuki tahap pembuktian ini, penggugat dan tergugat harus mengajukan alat-alat bukti untuk
menguatkan apa-apa yang mereka kemukakan dalam tahap jawab menjawab. Baik alat bukti tentang alas an perceraian maupun alat
bukti tentang harta bersama. Pada hakekatnya kedua belah pihak harus membuktikan segala sesuatu yng kebenarannya adalah perlu
bagi hakim untuk mengambil suatu keputusan yang seadil-adilnya. Penggugat wajib membuktikan kebenaran gugatannya apabila
tergugt membantah atau tidak menerima gugatannya, oleh karena itu penggugat harus membuktikan dengan ‘baiyinah’ yaitu :
keterangan atau alat bukti yang diperlukan dalam mengajukan suatu perkara gugatan kepada pengadilan agama. Dalam praktek
pengadilan agama Jakarta selatan yang dimaksud dengan baiyinah adalah 2 dua orang saksi laki-laki dan surat-surat.
Oleh karena itu dalam perkara perceraian yang dibarengi dengan gugatan hara bersama komulasi, pembuktiannya dilakukan
secara bersama-sama dimulai dari pembuktian pokok perkara yaitu percraian, baru kemudian pembuktian terhadap hal-hal yang
bersifat assessor yaitu harta bersama. Ada bebrapa hal yang perlu diingat dalam pembuktian ini, yaitu :
a Setiap para pihak mengajukan bukti, maka hakim perlu menanyakan kepada pihak lainnya apakah ia keberatan
atau tidak. Jika alat bukti saksi yang dikemukakan, hakim juga harus memberi kesempatan kepada pihak lawannya
untuk menanyakan sesuatu hal kepada saksi tersebut. b Semua alat bukti yang diajukan oleh pihak harus
disampaikan kepada ketua majelis kemudian ketua majelis memperlihatkannya kepada para hakim dan pihak lawan
yang mengajukan bukti. c Keaktifan mencari dan mengahidrkan bukti dimuka siding
adalah fungsi tugas pihak itu sendiri dan hakim hanya membantu kalau diminta oleh pihak, seperti memanggil
saksi.
Setelah tahap pembuktian berakhir maka tahap pemeriksaan selanjutnya adalah tahap kesimpulan dan putusan hakim.
d. Tahap kesimpulan dan putusan hakim setelah tahap pembuktian berakhir, maka penggugat dan
tergugat dapat mengajukan kesimpulannya masing-masing yang pada umumnya kesimpulan para pihak tersebut tetap pada dalil atau
pendapat masing-masing dan memohon keputusan. Setelah para pihak sudah mengajukan kesimpulan masing-
masing berdasarkan pada alat-alat bukti yang telah diajukan oleh penggugat maupun tergugat maka hakim dapat memutus perkara
perceraian sekaligus dengan perkara harta bersama dengan adil. Akan tetapi sebelum hakim menetapkan putusan yang adil dalam seidang,
hakim ketua dan hakim anggota memusyawarhkan segala hal ihwal tenatng perkara yang sedang diperiksa. Musyawarah majelis hakim ini
dilakukan secara rahasia berdasarkan pasal 17 ayat 3 undang-undangn no. 14 tahun 1970. hasil musyawarah tersebut ditandatangani oelh
semua anggota dan dimasukan dalam lampiran berita acara siding kemudian hakim dapat membacakan putusan. Pembacaan putusan ini
dilakukan dalam siding terbuk untuk umum. Berdasarkan tahapan-tahapan penyelesaian yang sudah
dijelaskan diatas. Dapat dipahami bahwa dalam penyelesaian perkara perceraian yang bersamaan dengan gugatan harta bersama. Pengadilan
agama Jakarta selatan dapat memeriksa dan memutuskan kedua
perkara tersebut secara bersama-asma, kaena gugatan harta bersama tersebut bersifat assessor atau menempel dengan gugatan perceraian,
artinya apabila gugatan perceraian ditolak maka gugatan harta bersama pun ditolak dan sebaliknya apabila gugatan perceraian
diterima maka gugatan harta bersama pun diterima.’
B. Penentuan Status Harta Bercerai Akibat Perceraian Di Pangadilan Agama