D. TUJUAN DAN HIKMAH PERKAWINAN
1. Tujuan Perkawinan Tujuan perkawinan menurut ajaran agama islam ialah untuk
memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmois, sejahtera, dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan
kewajiban anggota; sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batinnya,
sehingga timbulah kebahagiaan, yakni kasih saying antar anggota keluarga
manusia diciptakan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu mendapat pemenuhan. Dalam itu menusia diciptakan oleh allh
SWT untuk mengabdikan dirinya kepada khaliq penciptanya dengan segala aktivitas hidupnya. Pemenuhan naluri manusiawi manusia antara
lain kebutuhan biologisnya termasuk aktivitas hidup, agar manusia menuruti tujuan kejadiannya, Allah SWT mengatur hidup menusia dengan
aturan perkawinan. Jadilah aturan perkawinan menurut islam merupakan tuntunan
agama yang perlu mendapat perhatian, sehingga tujuan melangsungkan perkawinan pun hendaknya ditujukan untuk memenuhi petunjuk agama.
Sehingga kalau diringkas ada dua tujuan orang melangsungkan perkawinan yaitu memenuhi nalurinya dan memenuhi petunjuk agama
BAB III PERCERAIAN DAN AKIBAT HUKUMNYA
1 Pengertian Perceraian Dan Dasar Hukumnya 1. Pengertian Perceraian
Perceraian dalam istilah fiqih di sebut ‘talak’ atau ‘furqah’. Talak berarti “membuka ikatan”, “membatalkan perjanjian”,
sedangkan furqah berarti ‘bercerai’ lawan dari ‘berkumpul’. Kemudian kedua perkataan ini dijadikan istilah oleh ahli-ahli fiqih
yang berarti “perceraian antara suami isteri”.
23
Dalam undang-undang no. 1 tahun 1974 pasal 38 tentang perkawinan, hanya membutkan sebab-sebab putusan perkawinan,
yaitu : a. Karena kematian
b. Karena perceraian dan c. Karena putusan pengadilan fasakh
2. Dasar Hukum Perceraian
Salah satu asas perkawinan yang disyariatkan ialah perkawinan untuk selama-lamanya yang diliputi oleh rasa kasih sayag
dan saing cinta mencintai. Karena itu agama islam mengharamkan perkawinan yang tujuannya untuk sementara dalam waktu-waktu yang
tertentu sekedar untuk melepaskan hawa hafsu saja ; seperti nikah mut’ah, nikah muhalil,nikah nuwaqqat dan sebagainya.
23
Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentasng perkawinan, Jakarta : Bulan bintang, 1978, cet.Ke-2.h.156a