Rukun-Rukun Dan Syarat-Syarat Sahanya Perkawinan

5. sightijab qabul

B. Rukun-Rukun Dan Syarat-Syarat Sahanya Perkawinan

rukun dan syarat dalam islam merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antar satu dan lainnya, karena setiap aktivitas ibadah yang ada dalam ajaran islam senantiasa ada yang namanya rukun dan syarat. Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah, dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Adapun syarat adalah sesuatu yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah, tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkain pekerjaan itu. Dan suatu pekerjaan ibadah yang telah memenuhi rukun dan syaratnya baru dikatakan sah 20 kaitannya dengan perkawinan, rukun perkawinan merupakan sebagian dari hakikat perkawinan. Seperti harus adanya pihak laki-laki dan perempuan, wali, saksi, dan akad ijab dan qabul semua rukun itu harus terpenuhi dan tidak dapat terjadi suatu perkawinan kalau tidak ada salah satu dari rukun perkawinan itu. Adapun syarat yang merupakan keharusan akan sesuatu dalam perkawinan itu, seperti syarat wali itu adalah laki-laki. Untuk lebih lanjutnya, penulis akan mencoba menjelaskan lebih rinci :

a. Rukun Perkawinan

dalam islam sebenarnya banyak perbedaan pendapat yang terjadi antara imam mazhab, akan tetapi penulis hanya 20 Abd. Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta : Kencana 2006 Cet. Ke- 2 h 45-46 mengemukakan pendapat yang berkembang di Indonesia yang telah menjadi hukum yang tertulis. Semua ulama sependapat dalam hal-hal yang terlibat dan yang harus ada dalam suatu perkawinan adalah akad perkawinan, calon mempelai laki-laki, calon mempelai perempuan, wali dari mempelai perempuan, saksi yang menyaksikan akad perkawinan. Hal ini sejalan dengan hukum positif yang ada di Indonesia, yaitu kompilasi hukum islam KHI dalam pasa 14 disebutkan bahwa ;”untuk melaksanakan perkawinan harus ada : a calon suami, b calon isteri, c wali nikah, d dua orang saksi, dan e ijab dan qabul. Walaupun ketentuan mengenai rukun nikah itu telah diatur dan disepakati bersama. Namun, tidak bias dipungkiri bahwa dalam prakteknya dalam melaksanakan perkawinan dengan memakai ketentuan mazhab lain. Maksdunya, masih banyak pasangan yang melakukan perkawinan dengan tidak menyempurnakan lima rukun nikah di atas. Seperti perkawinan yang dilangsunkan tanpa adanya wali nikah dari calon mempelai itu.

b. Syarat-Syarat Perkawinan

syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila syarat-syarat terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami isteri. Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan memberikan keterangan mengenai syarat-syarat perkawinan yang dituangkan pada bab II pasa 6 UU ini. Sejalan dengan itu kompulasi hukum islam KHI juga menjelaskan mengenai syarat-syarat perkawinan dalam pasal 15-pasal 29. menurut ahmad rafik, adapaun syarat-syarat perkawinan yang telah disepakati oleh jumhur ulama adalah : i. calon suami, syarat-syaratnya : 1. beragama islam; 2. laki-laki, 3. jelas orangya; 4. dapat memberikan persetujuan ; 5. tidak terdapat halangan perkawinan. ii. calon isterinya, syarat-syaratnya: 1 beragama, meskipun yahudi dan nasrani 2 perempuan; 3 jelas orangnya; 4 dapat dimintai persetujuannya; 5 tidak terdapat halangan perkawinan iii. wali nkah, syarat-syaratnya : 1 laki-laki; 2 dewasa; 3 mempunyai hak perwalian; 4 tidak terdapat halangan perwalian. iv. saksi nikah, syarat-syaratnya : 1 minimal dua orang laki-laki 2 hadir dalam ijab qabul 3 dapat mengerti maksud akad; 4 islam; 5 dewasa. v. ijab dan qabul, syarat-syaratnya : 1 adanya pernyataan mengawinkan dari wali ; 2 adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai 3 memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut: 4 antara ijab dan qabul bersambung: 5 antar ijab dan qabul jelas maksudnya; 6 orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang ihram haji atau umrah 7 majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu ; calon mempelai dan walinya, wali dari mempelai wanita, dan dua orang saksi Pendapat lain menyebutka bahwa tujuan perkawinan pada umumnya tergantung kepada masing-masing individu yang akan melakukannya, karena lebih bersifat subjektif. Cukup logis islam menetapkan berbagai ketentuan untuk mengatur berfungsinya keluarga sehingga dengan perkawinan yang sah inilah kedua belah pihak ; suami dan isteri dapat memperoleh kedamain, kecintaan, keamanan dan ikatan kekerabatan. Unsure-unsur ini sangat diperlukan untuk mencapai tujuan perkawinan yang paling besar yaitu ibadah kepada alloh. Ibadah disini tidak hanya berarti ucapan ritual belaka seperti hubungan kelamin suami isteri, melainkan pada hakikatnya mencakup berbagai amal yang baik dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan begitu mereka dapat belajar saling menghargai satu sama lain, mencintai Allah dalam keluarga mereka dan terhadap yang lainnya, serta mengatasi kesulitan-kesulitan, dan kekurangan mereka. Tujuan perkawinan kedua adalah untuk memenuhi kebutuhan biologis mendasar manusia dalam rangka keturunan. Anak-anak merupakan pernyataan rasa keibuan dan kebapakan. Islam memperhatikan kemungkian tersedianya lingkungan yang sehat dan nyaman untuk membesarkan anak keturunannya. Oleh karena itu secara luas perkawinan dalam islam mempunyai arti : 21 21 A. Rahman I Doi. Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah Syariahjaklarta : Rahaqali press. 2002h.154 a. merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan emosi dan seksual yang sah dan benar b. suatu mekanisme untuk mengurangi ketegangan c. cara unutk memperolah keturuan yang sah ; d. mempunyai fungsi social e. mendekatkan hubungan antar keluarga dan solidaritas kelompok ; f. merupakan perbuatan menuju takwa. Menurut asaf A.A fyzee, tujuan perkawinan itu dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu : 22 1 Aspek Agama ibadah a. Perkawinan merupakan pertalain yang teguh antara suami isteri dan turunan; pertalian yang erat dalam hidup dan kehidupan merupakan perpaduan yang suci dan kebiasaan yang bermutu tinggi dalam memperkembangbiakan manusia sebagai karunia tuhan . sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. An-Nahl hl                 Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Q.S 16:72 22 Rahman Yusuf Rangkuti. Problematika Hukum Islam Kontemporer I : Nikah mut’ah dalam perspektif Hukum Islam Jakarta : Pustaka Firdaus. 1996.h. 42-46 b. Perkawinan merupakan salah satu sunnah Nabi, dan mereka dijadikan tauladan dalam kehidupan c. Perkawinan mendatangkan rezeki dan menghilangkan kesulitan- kesulitan. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S An-Nuur ayat 32 :                     dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian] diantara kamu, dan orang- orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.Q.S An-nur 32 d. isteri merupakan simapan yang paling baik. 2 Aspek Social 1 Memberikan perlindungan kepada kaum wanita yang secara umum fisiknya lemah karena setelah kawin, ia mendapat perlindungan dari suami, baik nafkah maupun gangguan dari orang lain. Sebagaimana diungkapkan pada QS An Nisa ayat 34               kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. 2 mendatangkan sakinah ketenangan hati serta rahmah kasih sayang antara suami isteri, anak-anak, dan seluruh anggota keluarga. Sesuai dengan Q.S Ar-Ruum ayat 21 :                       dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.Q.S. Ar-Ruum 21 3 Memelihara kerukunan hidup berumah tangga dan keturunan sehingga terciptanya stabilitas keluarga dan masyarakat, tolong-menolong dalam menyelesaikan masalah, dan berbagai rasa dalam hal senang dan duka 4 Aspek hukum Perkawinan sebagai akad , yaitu perikatan dan pernjanjian yang luhur antara suami dan isteri untuk membina rumah tangga bahagia. Karena itu, dengan akad nikah menimbulkan hak dan kewajiban antara suami isteri. Sebagaimana disebutkan pada QS An-Nisa ayat 21             bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul bercampur dengan yang lain sebagai suami- isteri. dan mereka isteri-isterimu telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat. Q.S An-Nisa :21

c. Hikmah perkawinan ;

hikmah yang paling mudah untuk ditunjukan ialah bahwa perkawinan yang terjadi pada makhluk hidup, baik manusia, tetumbuhan maupun binatang adalah untuk menjaga kelangsungan hidup atau mengembang biakkan makhluk yang bersangkutan. Sebagaimana ditegaskan dalam QS An Nisa ayat 1                                Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain], dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. Q.S An-Nisa :1 Selain itu perkawinan merupakan jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia, serta memelihara nasab yang oleh islam sangat diperhatikan. Disamping itu, supaya manusia itu hidup berpasangan menjadi suami dan isteri membangun rumah tangga yang damai dan tentram, untuk itu haruslah diadakan ikatan pertalian yang kokoh dan tidak mudah putus dan diputuskan. Ikatan itu ialah ikatan akad nikah bila akad nika telah dilangsungkan maka mereka telah berjanji dan setia akan membangun satu rumah tangga yang damai dan teratur, akan sehidup semati, sesakit dan sesenang, sehingga mereka menjadi satu keluarga. Selain hikmah-hikmat diatas, sayyid sabiq menyebutkan pula hikmah-hikmah lain, diataranya yaitu ; a. kawin merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunaan, melestarikan hidup menusia serta memelihara nasab yang oleh islam sangat diperhatikan b. naluri kepabakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasanan hidup dengan anak-anak dan akan tumuh pula perasaan-perasaan ramah, cinta dan saying yang merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang. c. Dengan perkawinan, diantaranya dapat membuahkan tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga, dan dapat memperkuat hubungan kemasyarakatan yang oleh islam direstui, ditopang dan ditunjang. Karena kemasyarakatan yang saling menunjang lagi saling menyayangi akan terbentuk masyarakat yang kuat dan bahagia.

D. TUJUAN DAN HIKMAH PERKAWINAN

Dokumen yang terkait

Penyelesaian Harta Bersama Gugatan Pasca Perceraian Di Pengadilan Jakarta Selatan

0 8 90

Penyelesaian gugatan harta bersama pasca perceraian di pengadilan agama Jakarta Timur

0 6 82

Penyelesaian Harta Bersama Dalam Perceraian (Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta Perkara No: 126/Pdt.G/2013/PTA.JK)

2 18 0

Penerapan Hermeneutika Hukum di Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian Sengketa (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Tentang Harta Bersama)

0 12 172

PROSES PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SUAMI ISTERI DALAM PERKAWINAN SETELAH BERCERAI (Studi Kasus di Pengadilan Agama Karanganyar) Proses Penyelesaian Pembagian Harta Bersama Suami Isteri Dalam Perkawinan Setelah Bercerai (Studi Kasus di Pengadila

0 3 19

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SUAMI ISTERI Proses Penyelesaian Pembagian Harta Bersama Suami Isteri Dalam Perkawinan Setelah Bercerai (Studi Kasus di Pengadilan Agama Karanganyar).

3 12 11

BERSAMA SETELAH BERCERAI” (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) Proses Penyelesaian Perkara Perebutan Harta Bersama Setelah Bercerai Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta.

0 3 17

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PEREBUTAN HARTA BERSAMA SETELAH BERCERAI Proses Penyelesaian Perkara Perebutan Harta Bersama Setelah Bercerai Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta.

0 4 12

PENDAHULUAN Proses Penyelesaian Perkara Perebutan Harta Bersama Setelah Bercerai Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta.

0 2 12

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT DARI PERCERAIAN (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kota Surakarta) Pembagian Harta Bersama Akibat Dari Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Kota Surakarta).

0 2 19