Dasar Hukum Perkawinan Pengertian Perkawinan dan Dasar Hukumnya 1. Pengertian Perkawinan

laki-laki dengan seorang perempuan, membentuk keluarga yang kekal, santun-menyantuni. Kasih mengasihi, tentram dan bahagia. 9 Adapun menurut undang-undang no. 1 tahun 1974 pasal 1 Tentang dasar-dasar perkawinan, perkawinan itu ialah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan wanitan sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhan yang maha Esa. 10

2. Dasar Hukum Perkawinan

Dalil-dalil yang dijadikan dasar hukum perkawinan dapat dilihat antara lain al-qur’an dan beberapa hadist rasul yaitu :                                Artinya Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. An-Nisa 74:1 9 Sayuti Thalib. Hukum Kekeluargaan Indonesia Jakarta :1974 cet. Ke-2h.47 10 M. Idrus Ramulyo. Hukum Perkawinan Islam : Suatu analisis undang-undang no. 1 1974 dan kompilasi hukum islam. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1996 cet.Ke-4 h.2. Sedangkan syarat-syarat nikah tersebut telah dikonkritkan dan diperincikan sebagai berikut : 1. Calon suami, syarat-syaratnya antara lain : 1. Beragama islam 2. Laki-laki bukan banci atau belum jelas ia laki-laki 3. Bukan mahramnya 4. Mengetahui bahwa bakal isterinya itu tidak haram untuk dinikahinya 11 2. Calon isteri, syarat-syaratnya antara lain : a. beragama islam b. bukan mahramnya c. terang bahwa ia perempuan bukan banci yang belum jelas jenisnya 12 3. Wali Wali adalah satu unsur yang harus ada pada saat berlangsungnya suatu pernikahan. Jika tidak ada wali maka pernikahan tidak dapat dilangsungkan. Jadi wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya pasal 19 KHI. Apabila tidak dipenuhi maka status perkawinanya tidak sah 13 ketentuan ini didasarkan kepada sabda rasulullah SAW : حﺎﻜﻧﻻ ﻰﻟاﻮﺑﻻا هاور ﮫﻌﺑرﻻا و ﺪﻤﺣا 14 Artinya : “Tidak sah nkah kecuali telah dinikahkan oleh wali “’ 11 Ibid.h.19 12 Ibid.h.20 13 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia.Jakarta : PT. Rajawali Grafindo Persada. 2000 cet. Ke-4. h.83 14 Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwayniey, Beirut : Darul FIkr 1998 M1415 H. Juz 1. H. 590 Riwayat Imam Ahmad Dan Imam Empat Wali bertanggung jawab atas sahnya akad nikah. Oleh karena itu tidak semua orang dapat diterima menjadi wali, wali hendaklah orang yang memiliki syarat-syarat di bawah ini : a.Islam b.Baligh c.Berakal d.Merdeka e.Bersifat adil f. Laki-laki 15 Sedangkan mengenai uruta wali, tidak terdapat suatu nash yang menerangkan urutan wali dengan jelas. Oleh karena itu, para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan urutan para wali sesuai dengan dasar-dasar yang mereka gunakan. 16 Pada umumnya di Indonesia yang dikuti ialah urutan para wali menurut mazhab Safi’i yang urutan tersebut adalah : a.bapak, kakek dan seterusnya ke atas b.suadara laki-laki sekandung seibu sebapak c.saudara laki-laki sebapak d.anak dari saudara laki-laki sekandung dan seterusnya ke bawah e.anak dari saudara laki-laki sebapak dan seterusnya ke bawah f. paman saudara dari bapak sekandung g.paman saudara dari bapak sebapak 15 Moh. Rifai, Ilmu Fiqh Islam. Semarang : CV, Toha Putra. H. 458 16 Kamal Mukhtar, Op.Cit.h.100 h.anak laki-laki paman sekandung i. anak laki-laki dari paman sebapak 17 Apabila wali-wali yang tersebut di atas tidak ada, maka yang menjadi wali ialah “sultan” atau “hakim” yang disebut wali hakim. Dasarnya adalah hadist rasulullah SAW : ﻦﻋ ةﺎﺸﺌﺌﻋ ﻦﺑاز سﺎﺒﻋ لﺎﻗ لﻮﺳر ﷲا ص .م : نﺎﻄﻠﺴﻟا ﻲﻟو ﻦﻣ ﻻ ﻲﻟو ﮫﻟ ﻦﺑاﻮﯾﺪﯿﻣﺮﺘﻟاودوادﻮﺑاةاؤر ﮫﺠﻣ Artinya : Dari ‘aisyah dan ibn abbas ra. Berkata, sabda rasulullah SAW “sultan adalah wali orang yang tidak berwali “Riwayat Abu Daud At-Turmudi Dan Ibn Majah Yang di utamakan menjadi wali adalah bapak. Apabila tidak ada maka kakek yang menjadi wali dan apapbila kakek tidak ada maka yang menjadi wali adalah saudara laki-laki sebapak-seibu, demikin seterusnya sampai ke bawah. 4. Dua Orang Saksi para ahli fiqih sepakat bahwa saksi dalam pernikahan merupakan rukun perlaksanaan akad nikah. Karena itu pernikahan harus disaksikan oleh 17 Ibid.h.101 dua orang saksi. Apabila saksi tidak hadir pada saat akad nikah dilaksanakan maka pernikahan tersebut hukumnya tidak sah. 5. Sighat Ijab Kabul] sighat akad nikah adalah perkataan yang diucapkan oleh pihak-pihak calon suami dan pihak-pihak calon isteri diwaktu melaksanakan akad nikah. Sight akad nikah terdiri dari ijab dan qabul. Ijab adalah pernyataan pihak calon isteri bahwa ia bersedia dinikahkan dengan calon suaminya, sedangkan qabul ialah pernyataan atau jawaban pihak calon suami ia menerima kesediaan calon isterinya untuk menjadi isterinya. 18 Sighat akad nikah mempunyai beberapa syarat yaitu : a. kedua belah pihak sudah tamyiz apabila satu ada yang gila atau masih kecil dan belum tamyiz bias membedakan mana yang benar mana yang salah maka pernikahan tidak sah b. ijab qabul dilakukan dalam satu majelis, yaitu ketika mengucapkan ijab qabul tidak boleh diselingi dengan kata-kata lain. Atau menurut ada dianggap penyelingan yang menghalang-halangi ijab qabul. 19 c. Hendaklah ucapan Kabul tidak menyalahi ucapan ijab kecuali kalau lebih baik dari ucapan ijabnya sendiri yang menunjukan pernyataan persetujuan lebih tegas d. Pihak yang melakukan akad harus dapat mendengarkan penyataan masing-masignya. Dengan kalimat yang maksudnya menyatakan pelaksanaan akad nikah. 18 Kamal Mukhtar Op.cid h.76 19 Sayid Sabiq Op.cid. H. 49 Menurut Imam Hambali rukun nikah : a. kedua calon mempelai b. wali c. dua saksi d. sighatijab qabul dengan lafadz yang khusus menurut Imam Hanafi rukun nikah antara lain ; a. kedua calon mempelai b. sighatijab dengan lafadz yang khusus c. dua saksi d. tidak ada paksaan menurut Imam Maliki rukun nikah ada 5 yaitu ; 1. wali dari mempelai perempuan 2. mahar mas kawin 3. mempelai laki-laki 4. mempelai perempuan 5. sight, ungkapan kata yang menyatakan maksud akad menurut imam syafi’I dan juga jumhur ulama bahwa rukun nikah itu ada lima perkara : 1. calon suami 2. calon isteri 3. wali 4. dua orang saksi 5. sightijab qabul

B. Rukun-Rukun Dan Syarat-Syarat Sahanya Perkawinan

Dokumen yang terkait

Penyelesaian Harta Bersama Gugatan Pasca Perceraian Di Pengadilan Jakarta Selatan

0 8 90

Penyelesaian gugatan harta bersama pasca perceraian di pengadilan agama Jakarta Timur

0 6 82

Penyelesaian Harta Bersama Dalam Perceraian (Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta Perkara No: 126/Pdt.G/2013/PTA.JK)

2 18 0

Penerapan Hermeneutika Hukum di Pengadilan Agama Dalam Penyelesaian Sengketa (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Bekasi Tentang Harta Bersama)

0 12 172

PROSES PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SUAMI ISTERI DALAM PERKAWINAN SETELAH BERCERAI (Studi Kasus di Pengadilan Agama Karanganyar) Proses Penyelesaian Pembagian Harta Bersama Suami Isteri Dalam Perkawinan Setelah Bercerai (Studi Kasus di Pengadila

0 3 19

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SUAMI ISTERI Proses Penyelesaian Pembagian Harta Bersama Suami Isteri Dalam Perkawinan Setelah Bercerai (Studi Kasus di Pengadilan Agama Karanganyar).

3 12 11

BERSAMA SETELAH BERCERAI” (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) Proses Penyelesaian Perkara Perebutan Harta Bersama Setelah Bercerai Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta.

0 3 17

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PEREBUTAN HARTA BERSAMA SETELAH BERCERAI Proses Penyelesaian Perkara Perebutan Harta Bersama Setelah Bercerai Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta.

0 4 12

PENDAHULUAN Proses Penyelesaian Perkara Perebutan Harta Bersama Setelah Bercerai Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta.

0 2 12

PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT DARI PERCERAIAN (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kota Surakarta) Pembagian Harta Bersama Akibat Dari Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Kota Surakarta).

0 2 19