12 hari dan kemiskinan relatif.
24
Kemiskinan absolut adalah ukuran poverty band yang digunakan untuk menentukan tingkat kemiskinan individu dengan
menggunakan indikator seperti kapasitas untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, akses terhadap air bersih dan kesehatan. Individu yang tidak
memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan dasar ini diasumsikan sebagai miskin dan hidup dalam garis kemiskinan. Sedangkan kemiskinan relatif, kategori
ini cenderung bersifat subjektif karena lebih merupakan kemiskinan yang dirasakan sendiri secara subjektif oleh individu yang bersangkutan; dan terdapat
unsur kecemburuan sosial serta dorongan untuk membandingkan dirinya dengan yang lain.
25
I.3.2 Bantuan Luar Negeri
Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen kebijakan yang sering digunakan dalam hubungan luar negeri. Secara umum bantuan luar negeri dapat
didefinisikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah lain yang dapat berbentuk barang atau dana. Ada empat teori mengenai bantuan
luar negeri menurut Pearson dan Payasilian yang sebagaimana dikutip oleh Anak Agung dan Yanyan, yaitu:
Aliran realis menyatakan bahwa tujuan utama dari bantuan luar negeri adalah bukan untuk menunjukkan idealisme abstrak aspirasi kemanusiaan tetapi
24
The World Bank, 2000, Making Transition Work For Everyone Poverty and Inequality In Europe And Central Asia
, The International Bank For Reconstruction and DevelopmentThe World Bank, Washington DC. Hal. 370.
25
Dewi Sinorita Sitepu, 2005, “Utang Luar Negeri dan Problem Kemiskinan Negara Berkembang”, Global: Jurnal Politik Internasional Kompleksitas Kemiskinan: Tanggung Jawab
Komunitas Global , vol. 8, no. 1, Departemen Ilmu hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial
dan ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok. Hal. 4.
13 untuk proyeksi power nasional. Bantuan luar negeri merupakan komponen
penting bagi kebijakan keamanan internasional. Teori ketergantungan dependensia menyatakan bahwa bantuan luar negeri
digunakan oleh negara kaya untuk mempengaruhi hubungan domestik dan luar negeri negara penerima bantuan, merangkul elit politik lokal di negara
penerima bantuan untuk tujuan komersil dan keamanan nasional. Kemudian, melalui jaringan internasional, keuangan internasional dan struktur produksi,
bantuan luar negeri ditujukan untuk mengeksploitasi sumber daya alam negara penerima bantuan. Sehingga, para penganut teori dependensia menganggap
bahwa bantuan luar negeri dapat digunakan sebagai sebuah instrumen untuk perlindungan dan ekspansi negara kaya ke negara miskin, sebuah sistem untuk
mengekalkan ketergantungan. Aliran moralisidealis menyatakan bahwa bantuan luar negeri secara esensial
merupakan gerakan kemanusiaan yang menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan internasional. Menurut aliran idealis, negara yang lebih kaya memiliki
tanggungjawab moral untuk mempererat kerjasama Utara-Selatan yang lebih besar dan merespon kebutuhan pembangunan ekonomi dan sosial di Selatan.
Maka itu, moralis berpendapat bahwa bantuan luar negeri mendorong dukungan yang saling menguntungkan mutual supportive dan hubungan
menguntungkan sejalan dengan pembangunan ekonomi dan hak asasi manusia, hukum dan ketertiban internasional.
Teori bureaucratic incrementalist menyatakan bahwa bantuan luar negeri sebagai kebijakan publik, produk dari politik domestik yang melibatkan opini
publik, kelompok kepentingan, dan institusi pemerintah yang secara langsung
14 terlibat dalam proses pembuatan kebijakan yang mempromosikan kepentingan
nasional melalui agenda politik. Teori ini juga menyatakan bahwa tujuan yang dikejar negara donor dalam lingkup kepentingan ekonomi politik
internasional, antara lain kombinasi tujuan kemanusiaan, geopolitik, ideologi, kepentingan komersil, masalah lingkungan, dan berbagai faktor dalam politik
domestik.
26
Di dalam buku Ekonomi Politik Internasional 2 yang ditulis oleh Yanuar Ikbar bahwa pengertian bantuan luar negeri itu sendiri sesungguhnya bermacam-
macam, tergantung pada konteks dan tujuan analisisnya. Secara sederhana, bantuan luar negeri dapat didefinisikan sebagai:
Segala sesuatu yang berurusan dengan pemindahan sumber-sumber kebendaan material dan jasa-jasa dari negara tertentu terhadap negara
lainnya yang memerlukannya dalam suatu ikatan transaksi berbentuk pinjaman, pemberian, dan penanaman modal asing
. Kemudian ada pula definisi atau pun pemahaman mengenai hal diatas
menurut Michael Todaro yang sebagaimana dikutip oleh Yanuar Ikbar, bahwa bantuan luar negeri sebagai setiap arus modal yang mengalir ke negara Dunia
Ketiga, intinya memenuhi kriteria: a.
Dari segi negara donor pemberi bantuan, tujuan-tujuan itu haruslah nonkomersial; dan
b. Bantuan itu harus memenuhi syarat-syarat konsesional, dengan suku bunga
dan jangka waktu pembayaran kembali modal yang dipinjamkan secara lunak atau tidak memberatkan negara peminjam.
26
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional
, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal. 81-82.
15 c.
Sebaliknya dengan syarat-syarat pinjaman poin b, ialah pinjaman komersial dengan suku bunga lunak dan jangka pengembalian berjangka pendek atau
menengah.
27
Carol Lancaster melihat bantuan luar negeri adalah sebuah konsep yang rumit. Kadang-kadang dianggap sebagai sebuah kebijakan. Hal ini bukanlah
sebuah kebijakan tetapi sebagai alat kebijakan. Kadang-kadang bantuan luar negeri dianggap sebagai untuk kebutuhan perdagangan dan militer. Bantuan luar
negeri juga dapat didefinisikan sebagai: Sebuah transfer sukarela untuk mengembangkan sumber daya
masyarakat, dari sebuah LSM Lembaga Swadaya Masyarakat atau sebuah organisasi internasional seperti Bank Dunia atau Program
Pembangunan PBB dengan setidaknya 25 persen unsur hibah, yang salah satu tujuannya untuk kondisi manusia dengan lebih baik di negara
penerima bantuan.
28
Bantuan luar negeri umumnya tidak ditujukan untuk kepentingan politik jangka pendek melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau pembangunan
ekonomi jangka panjang. Dalam jangka panjang bantuan luar negeri dimaksud- kan untuk membantu menjamin beberapa tujuan politik negara donor yang tidak
dapat dicapai hanya melalui diplomasi, propaganda atau kebijakan publik. Paling tidak ada dua syarat aliran modal dari luar negeri merupakan bantuan luar negeri,
yaitu: Aliran modal dari luar negeri tersebut bukan didorong untuk mencari
keuntungan;
27
Yanuar Ikbar, 2007, Ekonomi Politik Internasional 2 Implementasi Konsep dan Teori, PT Refika Aditama, Bandung. Hal. 188-189.
28
Carol Lancaster, 2007, Foreign Aid: Diplomacy, Development, Domestic Politics, The University Of Chicago Press, London. Hal. 9.
16 Aliran modal dari luar negeri atau dana tersebut diberikan kepada negara
penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku dalam pasar internasional.
Karena itu, aliran modal dari luar negeri yang tergolong sebagai bantuan luar negeri dapat berupa pemberian grant dan pinjaman luar negeri loan yang
diberikan oleh negara-negara donor atau badan-badan internasional yang khusus dibentuk untuk memberikan pinjaman luar negeri, seperti Bank Dunia World
Bank , Bank Pembangunan Asia Asian Development Bank, Dana Moneter
International International Monetary Fund, dan sebagainya.
29
Program bantuan luar negeri ini biasanya saling menguntungkan kedua pihak. Pihak penerima memperoleh pinjaman dana, perlengkapan, pengetahuan
yang diharapkan mampu mengikuti dinamika ekonomi modern, stabilitas politik dan keamanan militer. Sedangkan pihak pemberi atau donor tanpa
memperhitungkan jenis-jenis persyaratannya selalu mengharapkan keuntungan politik dan ekonomi baik langsung maupun jangka panjang, yang tidak bisa
diperoleh sepenuhnya melalui diplomasi, propaganda atau kebijakan militer. Hal itu dikarenakan sebagai instrumen kebijakan luar negeri, bantuan luar negeri
merupakan tindakan ekonomi yang memiliki sifat dan efektivitas berbeda dibandingkan diplomasi dan propaganda. Diplomasi dan propaganda
mengandalkan personel untuk memanfaatkan situasi dan tatanan internasional yang ada. Sedangkan bantuan luar negeri lebih mengandalkan kapabilitas dalam
bentuk modal, sumber daya serta kemampuan manajerial.
29
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional
, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal. 82-83.
17 Teknik pemberian bantuan luar negeri dapat dilakukan secara bilateral
maupun multilateral. Dengan kata lain, pemberian bantuan luar negeri dapat dilakukan antar pemerintah government to government atau melalui lembaga
keuangan internasional, seperti International Monetary Fund IMF, World Bank Bank Dunia, Asian Development Bank ADB, dan sebagainya. Namun, dikaji
dari segi urgensinya bantuan luar negeri secara bilateral memiliki ikatan politik yang lebih kuat daripada bantuan luar negeri secara multilateral dan juga secara
khusus lebih sensitif terhadap kondisi politik domestik. Sifat urgensi di atas tidak terlepas juga dari motivasi para pemberi bantuan
luar negeri negara donor. Terdapat empat kategori motivasi negara donor, yaitu: Pertama, motif kemanusiaan yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan di
negara dunia ketiga melalui dukungan kerjasama ekonomi. Kedua, motif politik yang memusatkan tujuan untuk meningkatkan image
negara donor. Peraihan pujian menjadi tujuan dari pemberian bantuan luar negeri baik dari politik domestik dan hubungan luar negeri donor.
Ketiga, motif keamanan nasional, yang mendasarkan pada asumsi bahwa bantuan luar negeri dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang akan
mendorong stabilitas politik dan akan memberikan keuntungan pada kepentingan negara donor. Dengan kata lain, motif keamanan memiliki sisi
ekonomi. Keempat, motif yang berkaitan dengan kepentingan nasional negara donor.
Dari keempat motivasi di atas terlihat bahwa pada hakikatnya bantuan luar negeri foreign aid merupakan bantuan yang diberikan kepada suatu negara oleh
pemerintah negara lainnya atau lembaga internasional berupa bantuan ekonomi,
18 sosial, dan militer yang diberikan secara bilateral atau multilateral oleh badan
internasional. Tujuan pemberian bantuan luar negeri antara lain mendukung persekutuan, membangun ekonomi, meraih dukungan ideologis, memperoleh
bahan baku strategis, kemanusiaan, serta menyelamatkan kehidupan bangsa dari bahaya keruntuhan ekonomi ataupun bencana alam.
30
I.3.3 Neoliberalisme