20
c. Teori dua factor Herzberg Menurut Herzberg factor yang dapat memotvasi karyawan dalam
bekerja atau yang lebih dikenal dengan motivator yang kira-kira sama dengan tingkat yang lebih tinggi dari hirarki kebutuhan Maslow. Menurut
teori Herzberg , agar para karyawan dapat termotivasi, maka mereka hendaknya mempunyai suatu pekerjaan dengan isi yang selalu merangsang
untuk berprestasi. d Teori Motivasi Prestasi McClelland
Menurut Thoha 2003 : 235 Teori McClelland mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas
kemampuan orang lain. Menurut Mc Clelland, seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk
melakukan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain.
3. Pengertian kinerja
Mangkunegara 2006: 67 mengemukakan bahwa kinerja karyawan prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya’’. Maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja SDM adalah prestasi kerja atau hasil kerja output baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu
dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang
21
diberikan kepadanya. kinerja maupun prestasi kerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja oleh seseorang.
Lawler dan Porter dalam bukunya Sutrisno 2011:170, menyatakan bahwa kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugas.
Prawirosentono dalam bukunya Sutrisno 2011:170, mengemukakan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hokum, dan sesuai dengan moral ataupun etika.
Dengan demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja merupakan cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja
perorangan individual performance dengan kinerja lembaga institutional performance atau kinrja perusahaan corporate performance terdapat
hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja karyawan individual performance baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan
corporate performance juga baik. Rivai 2006:309 mengatakan bahwa kinerja merupakan perilaku nyata
yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.Menurut Miner dalam
bukunya Sutrisno 2011:170, kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah
dibebankan kepadanya. Amstrong 2004:29 lebih melihat manajemen
22
kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim, dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja
dalam suatu kerangka tujuan, standart, dan persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati. Menurut Stolovith and Keeps dalam buku performance
appraisal, menyatakan bahwa, kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu
pekerjaan yang diminta. Mathis and Jackson 2000:381 mengemukakan bahwa kinerja adalah
hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu
tertentu. Beberapa faktor yang menjadi indikator dari kinerja adalah sebagai berikut :
1 Kuantitas pekerjaan
Yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang karyawan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan standar kerja yang ditetapkan
perusahaan. 2
Kualitas pekerjaan Yaitu kualitas hasil dari pekerjaan yang dihasilkan oleh karyawan dalam
waktu tertentu berdasarkan standar kerja perusahaan. 3
Ketepatan waktu Yaitu ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas yang menjadi
tanggung jawab seseorang karyawan dan pencapaian target berdasarkan standar kerja waktu perusahaan.
23
4 Kerjasama
Kerjasama dengan rekan kerja yaitu kemampuan karyawan dalam bekerjasama dengan rekan kerja dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat serta adanya pembagian tugas dalam setiap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan job description masing-masing
karyawan. Sumber daya manusia sebagai aktor yang berperan aktif dalam
menggerakkan perusahaan organisasi dalam mencapai tujuannya. Tercapainya tujuan perusahaan hanya dimungkinkan karena upaya para
pelaku yang terdapat dalam perusahaan, untuk berkinerja dengan baik. Rummler dan Brache dalam Sudarmanto 2009:7 mengemukakan ada 3
tiga level kinerja, yaitu : 1.
Kinerja organisasi; merupakan pencapaian hasil outcome pada level atau unit analisis organisasi. Kinerja pada level organisasi ini terkait
dengan tujuan organisasi, rancangan organisasi, dan manajemen organisasi.
2. Kinerja proses; merupakan kinerja pada proses tahapan dalam
menghasilkan produk atau pelayanan. Kinerja pada level proses ini dipengaruhi oleh tujuan proses, rancangan proses, dan manajemen
proses. 3.
Kinerja individu; merupakan pencapaian atau efektivitas pada tingkat pegawai atau pekerjaan. Kinerja pada level ini dipengaruhi oleh
24
tujuan pekerjaan, rancangan pekerjaan, dan manajemen pekerjaan serta karakteristik individu.
Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada di bawah
pengawasannya. Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka tidaklah sama. Secara garis besar
perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor As’ad 2001:49, yaitu: faktor individu dan situasi kerja.
Menurut Mahmudi 2005:20, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah terdiri dari lima faktor, sebagai berikut.
1. Faktor personalindividual, meliputi : pengetahuan, keterampilan,
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
2. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan
semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
4. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur
yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi.
25
5. Faktor kontekstual situasional, meliputi: tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal. Menurut Gibson, dalam Srimulyo, 2009:39, ada tiga perangkat
variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu: 1.
Variabel individual, terdiri dari: a.
Kemampuan dan ketrampilan: mental dan fisik. b.
Latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian. c.
Demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin. 2.
Variabel organisasional, terdiri dari: a.
Sumberdaya. b.
Kepemimpinan. c.
Imbalan. d.
Struktur. e.
Desain pekerjaan. 3.
Variabel psikologis, terdiri dari: a.
Persepsi. b.
Sikap. c.
Kepribadian. d.
Belajar. e.
Motivasi. Menurut Richard Wilams dalam Jiwo Wungu Hartanto Brotoharsojo
2003:49 menunjukkan bahwa performance atau hasil kinerja dihasilkan adanya tiga hal, yaitu:
26
1. Kemampuan atau ability dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk
berprestasi capacity to perform. 2.
Kemauan, semangat, hasrat atau motivation dalam wujudnya sebagai kesediaan untuk berprestasi willingness to perform.
3. Kesempatan untuk prestasi opportunity to perform
Kinerja karyawan juga sangat dipengaruhi pengetahuan. Kreativitas dan keterampilan serta keinginan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Dengan
kata lain untuk dapat bekerja dengan baik diperlukan kemampuan yang handal serta motivasi yang kuat dan kedua hal tersebut dapat diperoleh
melalui pelatihan. Kaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yang efektif yang akan dipilih untuk disesuaikan harus tergantung pada
kebutuhan dan tujuan masing-masing organisasi.
4. Tujuan penilaian kinerja