Perawatan Rooming-in Produksi ASI

bedah caesar akan meminimalisasi masalah-masalah tersebut. Bahkan beberapa ibu yang melahirkan dengan bedah caesar memiliki produksi ASI yang berlimpah Anida, 2008. Hal ini sesuai dengan data hasil penelitian yakni walaupun kebanyakan jenis persalinan responden adalah sectio caesaria 73,3 tetapi produksi ASI mayoritas dikategorikan cukup 83,3. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa rata-rata ASI keluar pada hari kedua 40 dan ketiga 33,3 postpartum. Hal ini adalah normal karena biasanya ASI baru keluar dua sampai tiga hari setelah kelahiran. Air susu yang dikeluarkan diatur oleh kebutuhan bayi, proses ini dibantu jika ibu ingin menyusui dan jika bayi tetap bersama ibu sehingga dapat menyusui sesering mungkin sepanjang hari Derek Jones, 2005 ; Junaedi, 2008.

2.2. Perawatan Rooming-in

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari 30 sampel, tidak semua pelaksanaan perawatan rooming-in dilakukan dengan baik, dimana tidak semua ibu dan bayi segera ditempatkan dalam satu ruangan sesuai dengan pendapat Marjono 1999, yang menyatakan rooming-in merupakan perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam sehari. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa hanya 20 bayi yang lahir segera ditempatkan satu ruangan dengan ibunya atau tepat waktu pelaksanaan rooming-in nya. Universitas Sumatera Utara Namun setelah ibu dan bayinya ditempatkan dalam satu ruangan walaupun sebagian besar waktunya kurang tepat 80, Ibu dan bayi berada di ruangan yang sama selama 24 jam dalam sehari dan bebas menyusui tanpa adanya penetapan jadwal. Hal ini sesuai dengan pendapat Hopkinson et al. 1998 yakni Menyusui yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi on demand karena secara alami bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.

2.3. Produksi ASI

Setelah dilakukan rooming-in dan Ibu telah menyusui maka dilihat pengaruh perawatan rooming-in terhadap produksi ASI. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa segera setelah bayi lahir tidak langsung disusukan. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Hanjani 2007 yang menyatakan bahwa setelah lahir bayi sebaiknya segera disusui pada 30 menit pertama yang merupakan kesempatan emas dalam kehidupan seorang bayi. Refleks isap bayi yang paling kuat adalah 30 menit setelah dilahirkan. Isapan bayi pada puting ibunya akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI dan hormon oksitosin yang merangsang refleks pengeluaran ASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan ASI pertama kali keluar pada hari kedua 40 dan ketiga 33,3 postpartum, tetapi ada juga Ibu yang sudah keluar air susunya pada hari pertama postpartum 10. Hal ini berarti bahwa Universitas Sumatera Utara ada ibu yang belum menyusui walaupun air susunya sudah keluar, karena kebanyakan rooming-in baru dilakukan pada hari kedua dan ketiga postpartum. Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas kuantitas produksi ASI dikategorikan cukup 83,3. Hal ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya frekuensi menyusui, dengan dilakukannya perawatan rooming-in maka ibu bebas menyusui sesering mungkin. Selain itu produksi ASI dalam penelitian ini dapat juga dilihat dari kualitas proses menyusui, dimana dari data kualitas proses menyusui berdasarkan observasi BREAST diperoleh bahwa mayoritas kua litas menyusui adalah baik 73,3. Hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam Perinasia 2004 bahwa menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Pendapat ini juga didukung oleh penelitian Susanti 2006 berjudul Hubungan Teknik Menyusui dengan Produksi ASI pada Ibu Postpartum Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Sawoo menyatakan bahwa teknik menyusui berpengaruh pada produksi ASI yang berarti bahwa ibu yang memiliki teknik menyusui buruk cenderung memperoleh produksi ASI yang buruk.

2.4. Pengaruh Perawatan Rooming-in terhadap Produksi ASI