Produksi ASI 1. Defenisi TINJAUAN PUSTAKA

7. Praktis ASI mudah dibawa kemana-mana, siap kapan saja dan dimana saja dibutuhkan. Pada saat bepergian tidak perlu membawa peralatan untuk menghangatkan suhu Roesli, 2000. 8. Memberi Kepuasan kepada Ibu Ibu yang berhasil memberikan ASI, akan merasa puas, bangga dan bahagia yang mendalam Roesli, 2000. 3. Produksi ASI 3.1. Defenisi Produksi ASI adalah proses mengeluarkan hasil, penghasilan ASI KBBI, 2005. Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan hormon Kari, dalam Soetjiningsih 1997 ; Thompson, 1995. 3.2. Fisiologi Laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan Ambarwati Wulandari, 2008. Refleks maternal yang berperan dalam proses laktasi adalah refleks produksi dan refleks pengeluaran ASI. Refleks tersebut responsif terhadap kekuatan yang mengatur laktasi, yaitu isapan. Keduanya melibatkan hormon prolaktin, yang merangsang produksi air susu, dan oksitosin, yang berperan dalam ejeksi penyemprotan air susu Anhari dkk, 1994 ; Coad Dunstall, 2006. Universitas Sumatera Utara Selama kehamilan,hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi Suradi Tobing, 2004. Hambatan diproduksinya ASI menghilang setelah kelahiran dan pengeluaran plasenta, saat kadar progesteron turun praktis Christine Jones, 2005; Saryono Pramitasari, 2008. Setiap kali bayi menghisap payudara, akan merangsang ujung saraf sensoris di sekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara sehingga menyebabkan sel sekretori di alveoli menghasilkan ASI Christine Jones, 2005. Hormon prolaktin diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior. Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah bayi menyusu, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk konsumsi berikutnya, sedangkan untuk konsumsi pada saat sekarang, bayi meminum ASI yang sudah ada yaitu yang disimpan pada sinus laktiferus Roesli Yohmi, 2008. Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari sinus laktiferus makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusu makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya makin jarang bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasilkan ASI King,1991 ; Danuatmaja Meiliasari, 2003 ; Derek Jones, 2005 ; Roesli Yohmi, 2008. Universitas Sumatera Utara Hormon prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Prolaktin juga akan menekan ovulasi fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur, sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid, karena itu, menyusui pada malam hari penting untuk tujuan menunda kehamilan Newman Pitman, 2008 ; Roesli Yohmi, 2008. Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisis posterior. oksitosin dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju payudara yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli dan mengeluarkan ASI ke duktus laktiferus King, 1991 ; Nolan, 2003. Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk dihisap.Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui sebelum bayi menghisap. Aliran ASI sebagai respon terhadap oksitosin disebut let down reflexmilk ejection reflex. Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar. Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan sehingga membantu mengurangi perdarahan Neilson, 1990 ; Moody dkk., 2005 ; Roesli Yohmi, 2008. Universitas Sumatera Utara 3.3. Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI terdiri dari : 3.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kuantitas ASI A. Frekuensi Menyusui Menyusui yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi on demand karena secara alami bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari lima kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu Hopkinson et al., 1988 dalam ACCSCN, 1991. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 - 13 kali perhari selama dua minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup De Carvalho, et al., 1982 dalam ACCSCN, 1991. Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit delapan kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara Ambarwati Wulandari, 2009. Universitas Sumatera Utara B. Berat Lahir Prentice 1984 mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho 1982 menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah BBLR mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi dengan berat lahir normal 2500 gr. Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI Ambarwati Wulandari, 2009. C. Umur Kehamilan Saat Melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intake ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur umur kehamilan kurang dari 34 minggu sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ Aritonang, 2007. Universitas Sumatera Utara D. Faktor psikologis Keadaan psikologis ibu mempengaruhi pengeluaran ASI. Pikiran dan perasaan seorang ibu sangat mempengaruhi refleks let down yaitu refleks yang berperan dalam pengeluaran ASI. Keadaan psikologis ibu yang dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin antara lain peraaan dan curahan kasih saying ibu terhadap bayinya, mendengar celotehan atau tangisan bayi, memikirkan bayi dan ibu merasa tenang. Sedangkan keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin adalah rasa sedih, marah, kesal atau bingung, cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan bentuk tubuh, meninggalkan bayi karena harus bekerja, takut ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi dan adanya rasa sakit terutama saat menyusui Derek jones, 2005. E. Konsumsi Rokok Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,1983; Matheson, 1989 menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al. 1982 mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokokhari mempunyai prolaktin 30-50 lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok Arifin, 2004. Universitas Sumatera Utara F. Konsumsi Alkohol Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 grkg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62 dari normal, dan dosis 0,9-1,1 grkg mengakibatkan kontraksi rahim 32 dari normal Matheson, 1989 dalam Arifin 2004. G. Pil Kontrasepsi Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan penurunan volume ASI Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam ACCSCN, 1991, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume ASI WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam ACCSCN, 1991 dalam Arifin, 2004. 3.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas ASI A. Status Gizi Ibu Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah asupan pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang, kadar zat gizi Universitas Sumatera Utara dalam ASI dan volume ASI tidak berubah. Zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Hanya pada kasus yang sangat ekstrim, status gizi ibu mempunyai pengaruh yang merugikan bagi produksi ASI Anhari dkk, 1994. B. Penggunaan Obat-obatan Selama Masa Menyusui Hampir semua obat yang diminum ibu menyusui terdeteksi di dalam ASI dan umumnya berada dalam konsentrasi rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu akan ditransfer ke dalam ASI. Kadar puncak obat di dalam ASI adalah sekitar satu sampai tiga jam setelah ibu meminum obat. Hal ini dapat dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan agar ibu tidak memberikan ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus meminum obat yang potensial toksik terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tdak diberikan tetapi tetap harus dipompa. ASI dapat diberikan kembali setelah tubuh bersih dari obat dan ini dapat diperhitungkan setelah lima kali waktu paruh obat Depkes, 2006. 3.2. Pengukuran Produksi ASI Produksi ASI adalah Proses mengeluarkan hasil, penghasilan ASI KBBI, 2005. Produksi ASI dapat diukur melalui kualitas proses menyusui dan kuantitasnya. Untuk mengetahui banyaknya kuantitas produksi ASI, beberapa kriteria dapat digunakan sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak Suraatmaja, dalam Soetjiningsih, 1997 yaitu: 1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting. 2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang. Universitas Sumatera Utara 3. Jika ASI cukup, setelah bayi menyusu bayi akan tertidurtenang selama 3-4 jam. 4. Bayi BAK 6-8 kali dalam satu hari. 5. Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam. 6. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI. 7. Ibu dapat merasakan rasa seperti diperas pada payudara ketika bayi menyusu. 8. Urin bayi biasanya kuning pucat. Menurut BK-PP-ASI yang bekerja sama dengan WHO dan UNICEF 2003, penilaian proses menyusui berdasarkan kualitas adalah dengan Observasi BREAST, yaitu: 1. Body Position Posisi Tubuh Aspek yang dinilai adalah : A. Ibu santai dan nyaman. B. Badan bayi dekat dengan ibu, menghadap payudara. C. Kepala dan badan bayi lurus D. Dagu menyentuh payudara. E. Bagian belakang bayi ditopang. 2. Responses Respon Aspek yang dinilai adalah : A. Bayi mencari payudara ketika lapar. B. Ada refleks rooting. Universitas Sumatera Utara C. Bayi mencari payudara dengan lidah. D. Bayi tenang dan siaga pada payudara. E. Bayi tetap melekat pada payudara. F. Tanda-tanda pengeluaran susu menetes, after pain. 3. Emotional Bonding Ikatan emosi Aspek yang dinilai adalah : A. Pelukan yang mantap dan percaya diri. B. Perhatian dan tatap muka dari ibu. C. Banyak sentuhan atau belaian dari ibu. 4. Anatomy Anatomi Aspek yang dinilai adalah : A. Payudara lembek setelah menyusui. B. Puting menonjol keluar dan memanjang. C. Kulit tampak sehat. D. Payudara tampak membulat sewaktu menyusui. 5. Sucking Mengisap Aspek yang dinilai adalah : A. Mulut terbuka lebar. B. Bibir bawah membuka lebar. C. Lidah berlekuk di sekitar payudara. D. Pipi membulat. Universitas Sumatera Utara E. Lebih banyak areola di atas mulut bayi. F. Menghisap pelan dan dalam, diselingi istirahat. G. Melihat atau mendengar bayi menelan. 6. Time Spent Sucking lamanya menghisap Aspek yang dinilai adalah : A. Bayi melepaskan payudara. B. Bayi menghisap selama beberapa menit.

4. Perawatan Rooming-in