2 Tidak menuntut PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung, apabila keluarga atau anak kami tersebut di atas meninggal dunia, karena komplikasi atau
penyakit yang diderita dan sebab-sebab lainnya. 3 Bersedia menerima kembali apabila ternyata anak kami tersebut telah
sampai atau selesai perawatan atau pembinaan sesuai dengan surat pernyataan yang berlaku.
Jadi, anak-anak yang berstatus titipan harus dijenguk oleh keluarganya.
38
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA
A. PROFIL
Sebelumnya penulis akan terlebih dahulu membahas informan yang akan menjadi obyek dari skripsi ini. Yaitu dua anak terlantar dari Panti
Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa yang saat ini telah diadopsi serta dua dari delapan pasangan suami istri yang bersedia penulis
wawancara. 1. H
Nama : H
Tanggal lahir : 26 November 2009
Tanggal masuk panti : 15 Januari 2010 Umur
: 1 tahun 6 bulan Fisik
: Kulit hitam, rambut ikal. Psikis
: Sensitif, periang. 2. Bapak angkat H
Nama : DZ
Umur : 37 tahun
Pendidikan terakhir : S1 akuntansi
Usia perkawinan : 7 tahun
Ibu angkat H Nama
: WS Umur
: 34 tahun
Pendidikan terakhir : S1 Akuntansi
Usia perkawinan : 7 tahun
Klien adalah satu dari delapan anak yang diadopsi per bulan Desember 2010. Setelah dilahirkan H ditinggal di rumah sakit
RSIB Budi Kemuliaan oleh kedua orangtuanya dan akhirnya pihak rumah sakit menyerahkan H ke panti. Dengan keinginan serta
ketertarikan DZ dan WS akhirnya merekapun mengadopsi H 1. P
Nama : P
Tanggal Lahir : 31 Agustus 2009
Tanggal Masuk Panti : 26 Juli 2010 Umur
: 1 tahun 9 bulan Fisik
: Kulit sawo matang, rambut lurus. Psikis
: Riang, tidak takut pada orang yang baru dikenalnya.
2. Bapak angkat P Nama
: S Umur
: 34 tahun Pendidikan terakhir
: S1 Teknik Usia perkawinan
: 10 tahun 3. Ibu angkat P
Nama : KI
Umur : 32 tahun
Pendidikan terakhir : D1 PAUD
Usia perkawinan : 10 tahun
Sama halnya dengan H, klien P juga termasuk salah satu dari delapan anak yang diadopsi perbulan Desember 2010. Ibunda
klien dahulu sempat stress karena ditinggal suaminya dan dijaring razia pada saat hamil P. Kemudian ibunda klien dikirim ke panti
khusus rehabilitasi “Panti Kebun Kosong”, pihak panti menemani ibu klien sampai klien dilahirkan kemudian karena jiwa ibunda
klien masih terganggu akhirnya klien diserahkan ke Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa.
Setelah kedua klien diasuh oleh pihak panti, pihak pantipun berusaha mencari keluarga besar lainnya, cara terakhir yang
ditempuh pihak panti ialah mengiklankan klien dalam kolom panggilan sebuah surat kabar. Jika sampai dengan jangka waktu
hampir dua bulan tidak ada pihak yang mencari maka status H dan P dinyatakan aman dan berhak untuk diasuh atau diangkat sebagai
anak asuh atau anak angkat orang lain sesuai dengan UU RI no.23 tahun 2002 pasal 7 ayat 2 tentang perlindung anak yang berbunyi :
“ Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin
tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau
anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
”
B. TEMUAN DAN ANALISIS
Pada bab ini penulis akan membahas tentang peran orangtua angkat dalam melindungi hak anak terlantar yang diadopsi. Dengan
cara menggabungkan dan mengkaji antara temuan hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan teori-teori yang
telah dijelaskan dibab II. Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan beberapa hal mengenai peran orangtua angkat dalam melindungi hak
anak terlantar yang diadopsi juga sekilas tentang proses pengangkatan anak.
Ketika anak tersebut terlantar atau ditelantarkan oleh orangtuanya, melindungi hak anak pun lalu menjadi tanggung jawab
keluarga, masyarakat, juga negara. Dalam pasal 72 disebutkan bahwa Masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk
berperan dalam perlindungan anak. Masyarakat bisa perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga sosial masyarakat dan lain-lain.
Dalam hal ini peranan yang bisa masyarakat lakukan demi terjaminnya perlindungan anak salah satu caranya adalah dengan
mengangkat anak sebagai anak asuh, yang kemudian masyarakat tersebut dinamakan orangtua angkat.