Pohon Kesuksesan Adversity Quotient .1 Definisi Adversity Quotient

Oleh karena itu semakin tinggi adversity quotient dan skor individu dalam dimensi ini, maka semakin besar kemungkinannya individu memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama, atau bahkan permanen. Individu juga akan mengangap kesulitan dan penyebab-penyebabnya sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu, dan kecil kemungkinannya terjadi lagi. Hal ini akan meningkatkan energi, optimisme, dan kemungkinan individu untuk bertindak. Sebaliknya individu yang memiliki adversity quotient dan skor dalam dimensi ini yang rendah, maka semakin besar kemungkinannya individu memandang kesulitan dan penyebab-penyebabnya sebagai peristiwa yang berlangsung lama, dan mengaggap peristiwa-peristiwa positif sebagai sesuatu yang bersifat sementara. Ini bisa menunjukkan jenis respon-respon yang memunculkan perasaan tak berdaya atau hilangnya harapan. Lama-kelamaan, individu akan merasa sinis terhadap aspek-aspek tertentu dalam hidupnya. Individu mungkin akan cenderung kurang bertindak melawan kesulitan sebagai sesuatu yang permanen.

2.2.4 Pohon Kesuksesan

Menurut Stoltz 2007 hampir kebanyakan orang mengetahui apa yang dibutuhkan agar dapat sukses. Karena menurutnya setiap manusia diberkahi berbagai macam unsur penting untuk mencapai kesuksesan. Tetapi, kenyataannya adalah, jika seseorang memiliki adversity quotient yang relatif rendah dan karenanya tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam kesulitan, potensinya juga akan tetap kerdil. Sebaliknya, orang dengan adversity quotient yang cukup tinggi akan berkembang pesat seperti pohon di gunung. Oleh karena itu Stoltz membagi potensi yang seseorang miliki seperti bagian- bagian dari pohon dibawah ini; a. Daun : Kinerja Daun diberi label kinerja karena merujuk pada bagian dari individu yang paling mudah terlihat oleh orang lain. Bagian ini yang paling sering dinilai atau dievaluasi. Namun daun tidak begitu saja tumbuh tanpa adanya cabang pohon. b. Cabang : Bakat dan Kemauan Cabang pertama dapat disebut sebagai bakat yang menggambarkan keterampilan, kompetensi, dan pengetahuan individu. Cabang kedua disebut hasrat yang menggambarkan motivasi, antusiasme, gairah, dorongan, ambisi, dan semangat individu. Kedua cabang ini saling mempengaruhi kesuksesan, seseorang yang memiliki bakat akan tetapi tidak mempuyai kemauan sulit untuk menjadi sukses. Seorang harus mempunyai kemauan yang mungkin disertai bakat untuk mencapai kesuksesan. c. Batang : Kecerdasan, Kesehatan, dan Karakter Kecerdasan Howard Gardner dalam Stoltz, 2007 memperluas pengertian kecerdasan bahwa kecerdasan mempunyai tujuh bentuk; Linguistic, kinestetik, spasial, logika matematis, musik, interpersonal dan intrapersonal. Setiap individu memiliki semua kecerdasan tersebut. Namun dalam diri individu beberapa diantara kecerdasan itu ada yang lebih dominan. Kecerdasan yang lebih dominan tersebutlah yang mempengaruhi karir, pelajaran-pelajaran yang dipilih, dan hobi-hobi yang dinikmati. Ini berkaitan dengan cabang pohon yang akan mempengaruhi kesuksesan seseorang. Kesehatan Kesehatan emosi dan fisik mempengaruhi kemampuan individu dalam menggapai kesuksesan. Jika individu sakit, penyakitnya akan mengalihkan perhatian individu dari gunung yang sedang didaki atau tujuan yang akan dicapai. Karena sakit itu pendakian individu bisa menjadi sekedar perjuangan hari demi hari untuk bertahan hidup. Emosi dan fisik yang sehat dapat sangat membantu pendakian diri individu. Karakter Positif Karakter positif juga mempengaruhi kesuksesan individu, menurut Aristoteles dalam Stoltz, 2007 kejujuran, keadilan, kelurusan hati, kebijaksanaan, kebaikan, keberanian, dan kedermawanan, semuanya penting untuk menuju kesuksesan dan hidup berdampingan secara damai. d. Akar :Genetika, Pendidikan, dan Keyakinan. Genetika Meskipun genetis tidak akan menentukan nasib seseorang namun menurut penelitian yang telah ada ternyata menunjukkan pengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Dalam satu contoh, sepasang anak kembar yang terpisah selama empat puluh tahun saling menceritakan tentang diri mereka, dan ternyata mereka memiliki kesamaan- kesamaan. Pendidikan. Seperti genetika, pendidikan bisa juga mempengaruhi kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat, perkembangan watak, keteramplian, hasrat, dan kinerja yang dihasilkan. Keyakinan Menurut Peck dalam the call to community dalam Stoltz, 2007 menganggap keyakinan sebagai hal yang sangat penting demi kelangsungan hidup masyarakat. Apa pun jenis keyakinannya, sebagian besar orang yang sangat sukses memiliki faktor akar ini. Sedangkan menurut Herbert Benson dalam Stoltz, 2007 seorang peneliti yang mempelopori riset tentang peran keyakinan dalam kesehatan seseorang. Menurutnya berdoa akan mempengaruhi epinefrin dan hormon-hormon kortikosteroid pemicu stres, yang kemudian akan menurunkan tekanan darah serta membuat detak jantung dan pernapasan lebih santai.

2.3.2 Penanganan Penyalahgunaan dan Ketergantungan Zat untuk Pulih