BAB II HUKUM PERNIKAHAN BEDA AGAMA
A. Pengertian
Pernikahan adalah sunnatullah, yang dilakukan oleh manusia, hewan atau tumbuhan. Manusia adalah makhluk yang paling mulia diantara yang ada di dunia,
maka dari itu Allah meletakkan aturan pernikahan khusus bagi mereka, tidak seperti makhluk lain, yang aturan-aturan itu tidak boleh dilanggar.
Secara bahasa nikah adalah Ad-dhammu dan Al-wath’u yang berarti berkumpul dan bersetubuh. Sedangkan secara syara’ nikah adalah akad yang
mengandung kebolehan untuk bersetubuh dengan lafadz Inkah dan Tazwij. Dikalangan ahli fiqih tidak ada perbedaan yang signifikan dalam definisi pernikahan,
kecuali pada redaksi saja. Mereka sepakat bahwa nikah adalah akad yang diatur oleh agama untuk memberikan kepada pria hak untuk memilliki penggunaan terhadap
faraj perempuan dan seluruh tubuhnya untuk penikmatan sebagai tujuan primer.
10
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
10
Ahmad Sukardja dan Bakri A. Rahman, Hukum Perkawinan Menurut Islam, UU Perkawinan, dan Hukum PerdataBW,
Jakarta: Hidayah Karya Agung, 1981, h. 11-12
Sedangkan dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat
kuat atau miitsaaqan gholiidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Adapun agama-agama yang dimaksud adalah agama yang mempunyai kitab yang jelas diberikan oleh Allah SWT, seperti agama Islam, Yahudi, dan Nasrani dan
ada pula agama yang mempunyai kitab yang mirip dengan kitab wahyu seperti agama Zoroaster Majusi dan mani.
11
Selain itu agama yang disebut dalam al- Qur’an, tetapi beberapa agama dalam al-Qur’an tersebut bukan berarti dapat
dikatakan pemberian legitimasi atas keabsahan eksistensi agama tersebut. Diantaranya adalah QS. al-Baqarah ayat 62, QS. al-Maidah ayat 69, QS. al-Hajj
ayat 17. Dilihat secara global dari penjelasan al-Qur’an, dari kepercayaan yang dianut
oleh manusia ada empat kelompok, yaitu: Pertama, Allazina amanu yaitu orang- orang beriman pengikut Nabi Muhammad SAW; Kedua, Allazina hadu yaitu
pengikut Nabi Musa a.s.; Ketiga, Wa al-Nashara yaitu pengikut Nabi Isa a.s.; Keempat,
As-sabi’in orang-orang yang keluar dari kelompok yahudi dan nasrani dan mereka menyembah Malaikat.
12
11
Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, terj. Asywadie Syukur, Surabya: Bina Ilmu, 2006, h. 29
12
Basiq Djalil, Penikahan Lintas Agama dalam perspektif Fiqh dan KHI, h. 111-114
Menurut penelitian Taib Taher Abdul Muin, orang-orang Yahudi atau Bani Isra’il di sekitar Palestina mempunyai kitab suci yang disebut Taurat, yang
diturunkan kepada Nabi Musa di gunung Tursina. Mereka terus menerus berselisih karena perubahan kitab suci, sehingga menjadi terpecah-pecah. Adapun agama
Nasrani, agama yang diamanatkan kepada Nabi Isa dan diturunkan di Palestina ketika agama yang dibawa Nabi Musa telah diselewengkan. Kitab yang dibawa Nabi
Isa adalah Injil. Sepeninggal Nabi Isa, agama Nasrani mengalami perubahan berangsu-angsur, sehingga menimbulkan beberapa golongan. Hampir dari semua
golongan mengakui bahwa setelah Nabi Isa bangkit dari kubur ia mi’raj ke langit. Sejak itulah kaum Nasrani berbeda pendapat tentang sifat ketuhanan dan
kemanusiaan dalam diri al-Masih. Salah satu penyimpangan agama Nasrani sampai sekarang adanya pembangkangan terhadap agama monoteis yang menjadi ciri-ciri
agama samawi saat ini, yaitu paham trinitas yang diyakini kaum Nasrani saat ini. Selain itu ada juga agama Hindu. Hindu adalah agama yang mempercayai tiga Tuhan
yang dianggap suci. Ketiganya bersatu dan tidak dapat dipisahkan, karena asal kejadiannya satu, tapi mereka tetap berpendapat bahwa tiga itu adalah satu.
13
Hakikat agama yang diwahyukan adalah monoteisme atau bertauhid kepada Allah, baik itu Yahudi, Nasrani maupun Islam. Walaupun ada yang memasukkan
agama Hindu sebagai agama monoteisme, tapi tidak satu rumpun seperti ketiga agama di atas. Dalam perjalanannya agama yang masih menjaga keesaan Tuhan
13
Ibid., h. 114-120
tersebut hanya dipegang oleh agama Islam dan Yahudi. Sedangkan Kristen dan Hindu dengan paham trinitas dan tiga dalam satu tidak dapat dikatakan agama
monoteisme.
14
Maka yang dimaksud dengan pernikahan beda agama di sini adalah perkawinan orang Islam priawanita dengan orang bukan Islam priawanita.
Mengenai masalah ini Islam membedakan hukumnya sebagai berikut : Pernikahan antar seorang pria muslim denga wanita ahli kitab, Pernikahan antar seorang pria
muslim dengan wanita musyrik; perkawinan antar wanita muslimah dengan pria non muslim.
15
B. Pernikahan Pria dengan Wanita Ahli Kitab