engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, malakukan hal-hal yang sama. Tetapi kita tahu bahwa hukuman Allah berlangsung
secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. …….” Rm 2:1-11
2. Menurut Agama Budha
Menurut ajaran agama Budha, mengenai kebebasan beragama dan sikap terhadap agama lain menyebutkan bahwa umat Budha Indonesia menyadari bahwa
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah pribadi yang paling dalam bagi seseorang, yang merupakan salah satu hak yang paling asasi di antara
hak-hak asasi manusia, yang tidak dapat ditiadakan atau dicampuri oleh siapa pun juga. Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila di tanah air di Indonesia terdapat
berbagai agama dan kepercayaan. Menyadari kenyataan demikian di dalam masyarakat, maka umat Budha Indonesia memupuk sikap menghormati kebebasan
setiap orang untuk memeluk agama dan kepercayaannya yang diyakininya dan untuk beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu. Umat Budha Indonesia
tidak sekali-kali ingin memaksaan keyakinannya dengan cara-cara apapun kepada orang yang memeluk agama yang berbeda, sehingga dapat selalu terbina kerukunan
hidup beragama.
85
Sikap hormat-menghormati dan bekerja sama antara pemeluk-pemeluk agama yang berbeda itu merupakan sikap umat Budha di seluruh dunia sejak zaman
85
Ibid, h. 236
dahulu. Hal itu terbukti dengan adanya prasasti Batu Kalinga No. XXII dari Raja Asoka aba ketiga sebelum masehi yang berbunyi antara lain:
“…..janganlah kita menghormati agama Mazhab sendiri dan mencela agama orang lain tanpa sesuatu dasar yang kuat….sebaliknya, agama orang lain
pun hendaknya dihormati atas dasar tertentu. Dengan berbuat demikian, kita telah membantu agama kita sendiri untuk berkembang, disamping menguntungkan pula
agama orang lain. dengan berbuat sebaliknya, maka kita telah merugikan agama kita sendiri, disamping merugikan agama orang lain. Oleh karena itu, barang siapa
menghormati agamanya sendiri dan mencela agama orang lain semata-mata karena terdorong oleh rasabakti kepada agamanya sendiri,dengan berfikir, “bagaimana
aku dapat memuliakan agamaku sendiri, dengan berbuat demikian ia malah amat merugikannya sendiri. Oleh karena itu, kerukunanlah yang dianjurkan dengan
pengertian bahwa semua orang hendaknya mendengarkan dan bersedia medengarkan ajaran yang dianut oleh orang lain
.
86
86
Pedoman Penghayatan dan Pembabaran Agama Budha Mazhab Theravada di Indonesia, h. 13-14
3. Menurut Agama Kong Hu Chu