2.2.2. Deskripsi Pembebanan
Beban – beban yang bekerja pada struktur bangunan ini adalah sebagai berikut:
2.2.2.1. Beban Mati DL
Beban mati yang diperhitungkan dalam struktur gedung bertingkat ini merupakan berat sendiri elemen struktur bangunan yang memiliki fungsi
struktural menahan beban. Beban dari berat sendiri elemen – elemen tersebut diantaranya sebagai berikut :
Beton = 2400 kgm
3
Tegel + Spesi = 45 kgm
2
Plumbing =
10 kgm
2
Ducting AC =
20 kgm
2
Plafon + Penggantung =
18 kgm
2
Dinding ½ bata =
250 kgm
2
hanya dipasang pada bagian samping bangunan, dan pada lantai ke 5 dipasang setinggi 1,2 meter
Beban tersebut harus disesuaikan dengan volume elemen struktur yang akan digunakan. Karena analisis dilakukan dengan program SAP2000, maka berat
sendiri akan dihitung secara langsung. 2.2.2.2.
Beban Hidup LL
Beban Hidup yang diperhitungkan adalah beban hidup selama masa layan. Beban hidup selama masa konstruksi tidak diperhitungkan karena diperkirakan
beban hidup masa layan lebih besar daripada beban hidup pada masa konstruksi. Beban hidup yang direncanakan adalah sebagai berikut :
a Beban Hidup pada Lantai Gedung
Beban hidup yang digunakan mengacu pada standar pedoman pembebanan yang ada, yaitu sebesar 250 kgm
2
.
b Beban Hidup pada Atap Gedung
Beban hidup yang digunakan mengacu pada standar pedoman pembebanan yang ada, yaitu sebesar 100 kgm
2
.
Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus SRPMK Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah SRPMM, 2010.
2.2.2.3. Beban Gempa
Beban gempa adalah beban yang timbul akibat percepatan getaran tanah pada saat gempa terjadi. Untuk merencanakan struktur bangunan tahan gempa,
perlu diketahui percepatan yang terjadi pada batuan dasar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, wilayah Indonesia dapat dibagi ke dalam 6
wilayah zona gempa. Struktur bangunan yang akan direncanakan terletak pada wilayah gempa
3 dan wilayah gempa 5. Berikut ini adalah grafik dan table Respons Spektra pada wilayah gempa Zona 3 dan wilayah gempa Zona 5 untuk kondisi tanah
lunak, sedang, dan keras.
Gambar 2.1 Respons Spektrum Gempa Rencana
Sumber: SNI 1729-2002
Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus SRPMK Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah SRPMM, 2010.
Analisis yang digunakan dalam perencanaan beban gempa ini adalah metode analisis Statik Ekivalen yang bekerja pada gedung yang menirukan
pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa tersebut. Berdasarkan SNI 1726-2002, beban geser dasar nominal statik ekivalen
V yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung berdasarkan persamaan : Wt
R I
c V
[10]
Dimana: V
adalah gaya geser dasar rencana total, N R
adalah faktor modifikasi respon lihat tabel 2.2 Wt
adalah berat total struktur, N I
adalah Faktor keutamaan gedung C
adalah Nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons Gempa Rencana untuk waktu getar alami fundamental dari
struktur gedung. Berat total struktur Wt ditetapkan sebagai jumlah dari beban – beban berikut ini:
1 Beban mati total dari struktur bangunan ;
2 Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka harus
diperhitungkan tambahan beban sebesar 0,5 kPa ; 3
Pada gudang – gudang dan tempat penyimpanan barang maka sekurang – kurangnya 25 dari beban hidup rencana harus diperhitungkan ;
4 Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur bangunan harus
diperhitungkan.
Sistem Struktur Deskripsi
R O
Sistem rangka Pemikul Momen Sistem Rangka yang pada
dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi
secara lengkap. Beban Lateral dipikul rangka
terutama melalui mekanisme lentur.
1.Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus 8,5
2,8 2.Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
5,5 2,8
3.Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa 3,5
2,8 Tabel 2.1. Klasifikasi Sistem Rangka Pemikul Momen Beserta faktor R dan O
Sumber: SNI 1729-2002
Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus SRPMK Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah SRPMM, 2010.
Kategori Gedung Faktor Keutamaan
I
1
I
2
I Gedung umum seperti untuk penghunian , perniagaan dan perkantoran
1,0 1,0
1,0 Monumen dan bangunan monumental
1,0 1,6
1,6 Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih,
pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio, dan televisi
1,4 1,0
1,4 Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak
bumi, asam, dan beracun 1,6
1,0 1,6
Cerobong, tangki diatas menara 1,5
1,0 1,5
Tabel 2.2. Faktor Keutamaan I
Sumber: SNI 1729-2002
Gaya geser nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen Fi yang menangkap pada
pusat massa lantai tingkat ke i menurut persamaan : V
Zi Wi
Zi Wi
Fi
n i 1
[10]
Keterangan : W
i
= berat lantai tingkat ke i, termasuk beban hidup yang sesuai ; z
i
= ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral ; n
= nomor lantai tingkat paling atas. Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam
arah pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus dianggap sebagai beban horizontal terpusat yang menangkap pada pusat massa
lantai tingkat paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen.
Untuk menentukan waktu getar alami struktur gedung beraturan dalam arah masing-masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Reyligh
sebagai berikut :
n i
n i
di Fi
g di
Wi T
1 2
1
3 ,
6
[10]
Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus SRPMK Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah SRPMM, 2010.
Keterangan : W
i
= berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai ; z
i
= ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral ; n
= nomor lantai tingkat paling atas ; d
i
= simpangan horizontal lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm ; g
= percepatan gravitasi sebesar 9810 mmdetik
2
2.2.2.4. Arah Pembebanan Gempa