BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk. adalah salah satu perusahaan perkebunan terbesar yang ada di Indonesia. Perusahaan ini memiliki area perkebunan yang tersebar
dibeberapa propinsi yang ada di Indonesia, yakni di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Jawa Barat. Sebagai perusahaan
yang bergerak dalam bidang perkebunan, PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk. menghasilkan berbagai macam produk perkebunan, yakni kelapa sawit Oil Palm, karet
Rubber, coklat Cocoa, teh Tea, kopi Coffee, dan kelapa Coconut Untuk memproses produk hasil perkebunan tersebut, PT. PP. London Sumatra
Indonesia Tbk. juga memiliki beberapa macam pabrik yang mengolah produk itu menjadi produk jual. Yakni pabrik kelapa sawit Oil Palm Mill, pabrik karet Crumb Rubber
Factory, pabrik coklat Cocoa factory, pabrik teh Tea Factory dan pabrik kopi Coffee Factory. Hasil-hasil olahan dari pabrik-pabrik tersbut kemudian dijual. Penjualan dapat
berupa penjualan luar negeri export sales maupun penjualan dalam negeri local sales. Penjualan hasil produk pabrik ini secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni
penjualan dimana pembayarannya diterima dimuka atau dengan cara panjar advance received dan penjualan dimana pembayarannya diterima dibelakang atau setelah kontrak
penjualan selesai trade debtors. Dalam proses penjualan ini ada 4 empat bagian yang terkait yaitu Bagian Penjualan
Sales Operations, Bagian Penagihan Invoicing and Collection, Bagian Pencatatan
Penerimaan Cash Treasury Departement dan Bagian Pencatatan Piutang Financial Accounting Departement.
Semua penjualan tender baik dalam negeri maupun luar negeri diatur oleh Sales Operations, yakni bagian dari Sales Departement. Besarnya penjualan yang dapat
ditetapkan oleh Sales Operations, berasal dari laporan stock produksi yang dikirimkan oleh pabrik setiap 2 dua kali dalam sebulan. Penjualan yang sudah dilakukan kemudian
akan dicatat oleh Financial Accounting Departement. Selanjutnya Invoicing and Collection akan menerbitkan tagihan kepada para pembeli buyer. Invoicing and
Collection juga merupakan bagian dari Sales Departement. Kemudian pembeli akan melakukan pembayaran dengan cara mentransfer ke bank. Penerimaan uang di Bank
akan dicatat oleh bagian Treasury Departement yang ada di Jakarta yang mana saat ini difungsikan sebagai kantor pusat.
Untuk setiap satu transaksi penjualan dilibatkan 4 empat departement. Hal ini membuat penulis tertarik untuk mengetahui apakah keempat departemen ini mencatat
data informasi yang sama ataukah mungkin ada perbedaan. Sebab masih ditemui jurnal koreksi atas piutang yang tertagih oleh Financial Accounting Departement. Ini
dikarenakan besarnya nilai penerimaan Bank oleh Treasury Departement tidak sama dengan jumlah piutang yang dicatat oleh Financial Accounting Departement. Hal inilah
yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat sistem penjualan di PT. PP. London Sumatra Indonesia ini menjadi objek penelitian.
Semua pencatatan data transaksi baik itu pencatatan penjualan oleh Sales Operations, pencatatan tagihan oleh Invoicing and Collection, pencatatan pelunasan tagihan oleh
Financial Accounting Departement maupun pencatatan penerimaan bank atas penjualan
oleh Treasury Departement Jakarta dicatat kedalam satu program aplikasi accounting yang disebut IFS Finacial. Dalam aplikasi IFS Financial ini dapat dihasilkan laporan
mengenai besarnya tingkat penjualan dan juga besarnya jumlah tagihan atas Piutang. Agar seluruh penjualan dan piutang dapat dicatat secara benar perlu diperhatikan
sistem akuntansi yang mengarah pada aktifitas tersebut dan seluruh bidang yang terlibat dalam kegiatan penjualan serta penagihan piutang juga perlu diawasi agar tidak terjadi
kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggungjawab. Jika semua departement tersebut dapat berkoordinasi dengan baik dalam mencatat
data atau informasi yang sama dan akurat, tentu laporan yang dihasilkan oleh IFS Finacial Application ini juga akan dapat menghasilkan laporan yang benar, dan
selanjutnya akan sangat tepat dan bermanfaat untuk digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan dalam pengambilan keputusan. Baik dalam kebijakan peningkatan
penjualan, penilaian atas kinerja pembeli dan juga untuk mengendalikan besarnya piutang yang belum ditagih atas adanya penjualan yang sistem pembayarannya diterima
setelah kontrak selesai. Berdasarkan uraian yang diuraikan diatas penulis tertarik untuk membahas masalah
tersebut dengan judul “Analisa Sistem Informasi Akuntansi Penjualan CPO Terhadap Proses Penagihan Piutang Pada PT. PP. London Sumatra Indonesia
Tbk.”.
B. Perumusan Masalah