5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KELAPA SAWIT
Pohon kelapa sawit terdiri dari 2 spesies yaitu Elaeis guineensis dan Elaeis oleifera. Spesies pertama adalah Elaeis guineensis yang berasal dari Angola dan
Gambia dan merupakan spesies yang pertama kali dan terbanyak dibudidayakan orang. Spesies Elaeis oleifera berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan
dan sekarang mulai banyak dibudidayakan untuk menambah kekurangan sumber genetik. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon, tingginya mencapai 24 meter,
bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman, dan daging buahnya padat, daging dan
kulit buahnya mengandung minyak. Minyak ini digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampas dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya
sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang [5] .
Gambar 2.1 Kelapa Sawit Di Indonesia tanaman kelapa sawit terbesar di daerah Aceh, pantai timur
Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis Guineensis
Dewasa ini perkebunan kelapa sawit telah menyebar di 22 propinsi, yang pada tahun 2011, luasnya mencapai 8,3 juta Ha, yang mana sekitar 41 ha
merupakan perkebunan rakyat [4]. Semakin luasnya perkebunan kelapa sawit akan diikuti dengan peningkatan produksi dan jumlah limbah kelapa sawit. Dalam
produksi minyak kelapa sawit, TKKS merupakan limbah padat terbesar yaitu sekitar 23 Tandan Buah Segar TBS. TKKS merupakan bagian dari kelapa
sawit yang berfungsi sebagai tempat untuk buah kelapa sawit. Setiap pengolahan 1 ton TBS dihasilkan TKKS sebanyak 22–23 atau sebanyak 220 – 230 Kg
TKKS [14]. Komponen utama limbah pada kelapa sawit ialah selulosa, hemiselulosa
dan lignin, sehingga limbah ini disebut limbah lignoselulosa [14]. Dalam satu ton kelapa sawit terdapat 220-230 kg tandan kososng kelapa sawit, 130-150 kg serat,
65 kg cangkang dan 55-60 kg biji dan 160-200 kg minyak mentah [14]. Sebagai contoh, apabila sebuah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30
tonjam akan menghasilkan Limbah Caiir Pabrik Kelapa Sawit LCPKS 360 m
3
hari dan TKKS 138 m
3
hari sehingga hasil perpaduan kedua limbah tersebut akan diolah menghasilkan kompos TKKS sebesar 70 tonhari. Limbah ini
menimbulkan masalah pencemaran, sekaligus mengurangi biaya pengolahan limbah yang cukup besar PPKS,2008. Limbah kelapa sawit kaya selulosa dan
hemiselulosa. TTKS mengandung 45 selulosa dan 26 hemiselulosa. Tingginya kadar selulosa pada polisakarida itu dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana.
TKKS memilki potensi yang besar menjadi sumber biomassa selulosa dengan kelimpahan cukup tinggi dan sifatnya terbarukan [5]. Oleh sebab itu
selulosa dari TKKS menjadi salah satu bahan baku pembuatan bioetanol yang
berpotensi di negara berkembang seperti Indonesia. Bahan baku untuk proses produksi menghasilkan bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu
gula, pati, dan selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula bit, molase dan buah-buahan dapat langsung dikonversi menjadi etanol. Sumber dari bahan
berpati seprti jagung, singkong, kentang, dan akar tanaman harus dihidrolis terlebih dahulu menjadi gula, dengan bantuan asam mineral. Beberapa hal penting
yang perlu diketahui pada proses produksi bioetanol antara lain komponen lignoselulosa dan enzim pendegradasinya [14].
2.2 TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT TKKS