sebagai warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota.
Hal yang sama juga diungkapkan Saparinah Sadli bahwa berbagai faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah anak terlantar
ataupun anak jalanan antara lain: faktor kemiskinan, keterbatasan bekerja, faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan faktor dari dalam diri individu seperti
tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri, dan berbagai faktor lainya. Akan tetapi faktor yang paling dominan sebagai penyebab
munculnya anak jalanan dan anak terlantar adalah faktor kondisi sosial ekonomi dan broken home atau disfungsi keluarga http: blogdrive.com20 Maret 2009.
Penyebab lain anak dari anak “rumahan” menjadi anak jalanan adalah khusus untuk anak perempuan minggat dari rumah, karena dipaksa menikah
dengan orang yang tidak disukai, tidak tahan dengan orang tua yang gemar memukul, ada juga yang tidak betah di rumah karena orang tua sibuk dengan
urusan masing-masing. Yang lebih parahnya lagi adalah diusir orang tua karena dianggap nakal Tim Yayasan Kakak, 2002: 51.
2.5 Anak Terlantar
Anak terlantar menurut Undang-Undang RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam pasal 1 ayat 6 menyebutkan bahwa anak terlantar
adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual. Demikian juga halnya dengan menurut Undang-Undang No. 4 tahun
1979 tentang Kesejahteraan Anak pasal 1 ayat 7 menyebutkan anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya
Universitas Sumatera Utara
sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupu n sosial.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, keterlantaran anak dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:
a. Terlantar secara fisik.
b. Terlantar secara mental.
c. Terlantar secara spiritual.
d. Terlantar secara sosial Untung, dalam Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial,
2004: 23-24.
2.6 Kerangka Pemikiran
Seorang anak mengawali hidupnya dalam suatu sistem sosial. Dimulai dari keluarga, tetangga, sekolah, dan masyarakat sekitar. Lingkungan keluarga yang
sehat baik fisik, psikologis, maupun sosial memungkinkan anak tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab secara kognitif,
emosi maupun sosialnya. Sebaliknya lingkungan keluarga yang tidak sehat, menyebabkan anggota keluarga khususnya anak menjadi rentan terhadap stimulasi
yang merugikan Tim Yayasan Kakak, 2002: 4. Pada dasarnya anak berasal dari suatu keluarga, semua manusia
mengharapkan keluarga yang bahagia, bisa membesarkan anak-anaknya dengan maksimal dengan berkecukupan tanpa kekurangan. Akan tetapi dalam
kenyataanya, terdapat keluarga yang kondisinya tidak baik atau mengalami disfungsi. Berbagai faktor penyebab disfungsi keluarga ini adalah krisis ekonomi
yang berkepanjangan dan kemiskinan, sehingga anak tidak mendapatkan haknya dengan maksimal berupa pengasuhan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan,
Universitas Sumatera Utara
pemenuhan kebutuhan fisik dan rohani. Akibat yang lain adalah anak menjadi terlantar, minggat dari rumah mencari tempat yang bisa untuk bisa bertahan hidup
salah satunya dengan turun ke jalanan. Hal ini hanya salah satu faktor anak turun ke jalanan.
Melihat kenyataan ini, berbagai lembaga turut prihatin dengan kondisi ini. Salah satu lembaga non pemerintah peduli terhadap nasib anak jalanan dan anak
terlantar di Medan adalah Yayasan Simpang Tiga. Yang berfungsi sebagai pengganti fungsi keluarga bagi anak jalanan dan anak terlantar yang ada
didalamnya. Tujuannya adalah supaya anak yang ada di dalamnya, seperti anak pada umumnya tumbuh dan berkembang dengan maksimal, mendapatkan haknya
sebagai individu, dan kelak memiliki masa depan yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan alir pemikiran berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 Bagan Alir Pemikiran
Efektif Tidak efektif
Hasil yang ingin dicapai: -
Pengasuhan anak yang fokus dan terarah.
- Pendidikan anak yang
fokus dan terarah. -
Anak memiliki keterampilan sesuai
dengan bakat anak. -
Anak memiliki kemandirian.
Yayasan Simpang Tiga: -
Pengasuhan -
Pendidikan -
Keterampilan -
Kemandirian
Universitas Sumatera Utara
2.7 Defensi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep