Psikososial anak terlantar di yayasan sayap ibu Jakarta

(1)

PSIKOSOSIAL ANAK TERLANTAR DI YAYASAN SAYAP IBU JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: ALWI DHUHA

106054102066

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H / 2011 M


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Februari 2011

Alwi Dhuha 106054102066


(3)

PSIKOSOSIAL ANAK TERLANTAR DI YAYASAN SAYAP IBU JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: ALWI DHUHA NIM. 106054102066

Di Bawah Bimbingan

Ismet Firdaus, M.Si

NIP:

150411196

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H / 2011 M


(4)

i Alwi Dhuha

Psikososial Anak yang Terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta

Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab tidak ada orang tua atau wali yang merawatnya, tidak diketahui orang tuanya atau kerabatnya, orang tua tidak mampu merawatnya, terlantar di sembarang tempat, dan karena sebab-sebab lain yang patut diberikan pertolongan, sehinggga kebutuhan anak tidak dapat dipenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Salah satu lembaga yang peduli terhadap anak terlantar adalah Yayasan Sayap Ibu (YSI). Awalnya yayasan tersebut bertujuan untuk menolong anak-anak Batita (Bawah Tiga Tahun) yang terlantar saja, tetapi sampai saat ini anak yang berada di yayasan tersebut ada yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar. Anak-anak tersebut dirawat sambil dicarikan keluarga angkat. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui psikososial anak yang berada di Yayasan Sayap Ibu khususnya anak yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Kata psikososial itu sendiri menggarisbawahi satu hubungan yang dinamis antara efek psikologis dan sosial, yang mana masing-masingnya saling mempengaruhi. Kebutuhan psikososial mencakup cara seseorang berfikir dan merasa mengenai dirinya dan orang lain, keamanan dirinya dan orang-orang yang bermakna baginya, hubungannya dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya serta pemahaman-pemahaman dan reaksinya terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya.

Penulis melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen, dan dimana yang menjadi informan peneliti adalah para pengurus, serta anak yang berada di yayasan tersebut. Para informan kunci dipilih dengan menggunakan sampel purposif (purposive sampling).

Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa; Pertama,anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta yang memiliki kecacacatan fisik di dalam dirinya cenderung memiliki sikap pemalu dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki kecacatan. Tetapi hal ini menjadikan anak yang mengalami kecatatan fisik cenderung lebih berprestasi di bandingakan anak yang normal di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Kedua, faktor pendukung

psikososial anak terlantar Yayasan Sayap Ibu Jakarta ialah bentuk kerjasama dan ketersediaan akomodasi dalam psikososial anak di Yayasan Sayap Ibu Jakarta sangat baik untuk perkembangan. Dan faktor penghambatnya ialah kurang fasilitas yang tidak mencukupi untuk aktivitas anak-anak dalam melakukan kegiatan bermain ataupun belajar. Hal ini terbukti dari kurangnya jumlah pengasuh di yayasan tersebut, sehingga pemberian kasih sayang terhadap mereka terbagi dan tidak terfokus baik dalam bermain ataupun sedang belajar.


(5)

ii

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi ini penuh dengan tanda-tanda kebesaranNnya, penguasa kehidupan dan penentu kematian atas segala anugerah, nikmat, dan petunjuk yang dikaruniakanNya sehingga penulis bisa memikirkan, merefleksikan dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan ini. Shalawat dan salam semoga selalu disampaikan untuk junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Suatu kenikmatan yang luar biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan ungkapan kata adalah rampungnya skripsi ini. Harus diakui, dengan serba keterbatasan yang ada sangatlah berat menyelesaikan skripsi ini, akan tetapi motivasi dalam diri penulis mendongkrak semangat dan memecah hambatan-hambatan yang ada. Skripsi ini berjudul Analisis Psikososoial Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu” Judul skripsi ini tercipta karena penulis pernah melakukan praktikum dua di yayasan tersebut.

Harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap wawasan mahasiswa secara umum, khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, maka kritik yang membangun tentu menjadi masukan yang sangat penting.

Perlu penulis sampaikan, banyak sekali orang yang berjasa dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis, berkat doa dan wejangan-wejangan mereka sehingga penulis mampu menangkap sari-sari pengalaman dan memecah kebuntuan dalam


(6)

iii

materil ini memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan dengan balasan yang berlipat. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas wejangannya.

3. Bapak Ismet Firdaus, M.Si. selaku pembimbing yang dengan tulus memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Siti Napsiyah, MSW ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas arahannya.

5. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas dukungan dan bantuannya.

6. Dosen-dosen Jurusan Konsentrasi Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik dan memberikan dispensasi waktunya terhadap skripsi ini. 7. Pihak Yayasan Sayap Ibu Jakarta yang sudah mengizinkan menjalankan

praktikum dua dan melakukan penelitian skripsi ini (Ibu Osa, Ibu Ipung, Ibu Rini, Pak Hadi) dan adik-adik yang berada di Yayasan Sayap Ibu (Vikri, Jhoni, Akbar, Jaya, Mulya dan Oki).

8. Kepada teman-teman kesos 2006 yang berbagi pengalaman yaitu : teman prkatikum dua Dul dan Lina serta teman berbagi pengalaman Bukhori,


(7)

iv

support.

9. Kepada teman-teman tongkrongan scoter Dhe Djavu UIN, Toket Manais (tongkrongan malam kamis), serta teman-teman penikmat alam, yang mau berbagi waktu untuk pengalamannya dalam membuat skripsi.

Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga Allah SWT membalas jasa kebaikan mereka dengan balasan yang setimpal. Dan mudah-mudahan skripsi ini membawa berkah bagi yang membaca. Amin...

Jakarta, 21 Februari 2011

Alwi Dhua (10605610206)


(8)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGATAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 5

1. Pembatasan Masalah ... 5

2. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 6

a. Manfaat Akademis ... 6

b. Manfaat Praktis ... 6

D. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Psikososial ... 9

B. Faktor Psikososial ... 9

1. Stimulus ... 10

2. Motivasi ... 10

3. Pola Asuh ... 11

C. Tahapan-tahapan Perkembangan Psikososial pada Anak ... 12

1. Percaya Vs Tidak Percaya (0-1 tahun) ... 12

2. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun) ... 13

3. Inisiatif Vs Rasa Bersalah (3-6 tahun) ... 14

4. Industri Vs Inferioritas (6-12 tahun) ... 14

5. Identitas Vs Difusi Peran (12-18 tahun)... 15

D. Definisi Anak ... 18

E. Pengertian Anak Terlantar ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 25

B. Jenis Penelitian ... 26

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 27

1. Subyek Penelitian ... 27


(9)

vi

D. Tempat dan Waktu Penelitan ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Wawancara ... 28

2. Observasi ... 28

3. Catatan Lapangan ... 29

4. Dokumentasi ... 29

F. Teknik Analisa Data ... 29

G. Keabsahan Data ... 30

H. Pedoman Penulisan Skripsi ... 30

I. Tinjauan Pustaka ... 31

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA A. Gambaran Umum Yayasan Sayap Ibu ... 34

1. Sejarah singkat berdirinya Yayasan Sayap Ibu ... 34

2. Visi dan Misi ... 36

a. Visi ... 36

b. Misi ... 36

3. Tugas Pokok ... 37

4. Kedudukan ... 37

c. Tugas... 38

d. Fungsi ... 38

5. Kepengurusan ... 39

6. Dasar Hukum ... 40

7. Kegiatan Yayasan Sayap Ibu ... 40

8. Pendanaan Yayasan Sayap Ibu ... 43

9. Sarana dan Pra Sarana ... 44

10.Data Anak Asuh dan Karyawan ... 45

11.Data Karyawan ... 47

12.Mekanisme Penerimaan dan Pelepasan Anak ... 48

B. Temuan ... 51

1. Vikri ... 51

2. Joni ... 52

C. Analisis ... 53

1. Analisis Psikososial Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta ... 54

a. Berfikir dan merasa mengenai dirinya dan orang lain ... 55

b. Berfikir dan merasa mengenai keamanan dirinya dan orang-orang yang bermakna baginya ... 56

c. Hubungan anak dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya ... 56 d. Pemahaman-pemahaman dan reaksinya terhadap


(10)

vii

kejadian-kejadian di sekitarnya ... 57

e. Pemahaman terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya ... 58

2. Tahap Perkembangan Psikososial Klien A dan B ... 58

3. Faktor pendukung dan penghambat perkembangan psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta ... 60

a. Stimulasi ... 60

b. Motivasi dalam mempelajari sesuatu... 61

c. Pola asuh dan kasih sayang dari orang tua (pengasuh) .... 61

d. Ilustrasi Klien A ... 63

e. Ilustrasi Klien B ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran-saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(11)

viii

DAFTAR TABEL

1. Daftar Nama Anak di Ruang Anyelir... 42

2. Daftar Nama Anak di Ruang Cempaka ... 43

3. Daftar Nama Anak di Ruang Begonia ... 43


(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Proses Pengangkatan Anak ... 47 2. Ilustrasi Klien A ... 57 3. Ilustrasi Klien B ... 59


(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti yang telah dijelaskan di dalam al-Qur`an Surah al-Mukminun ayat 12-14 berikut :

” Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasuci Allah Pencipta yang paling baik.”.

Setiap anak yang dilahirkan, telah membawa karakter dan sifatnya sendiri. Termasuk juga telah membawa Kecerdasan Intelektual (IQ) dan Kecerdasan Emosional (EQ) dalam dirinya. Semua itu akan sangat mempengaruhi kepribadian, bahkan mungkin kegagalan atau kesuksesannya. Namun, bukan berarti proses semuanya itu telah selesai, tidak dapat diubah, dan tidak dapat dipengaruhi.

Orangtua, para pendidik, dan lingkungan, memiliki peran yang sangat penting dalam mengarahkan dan meningkatkan potensi yang telah Allah


(14)

karuniakan pada diri anak tersebut. Anak tidak boleh dibebaskan mengikuti kemauannya begitu saja, tetapi tidak patut juga dikekang dan dibelunggu untuk menuruti kehendak orang lain, termasuk orang tuanya. Alangkah baiknya anak diberikan kesempatan mengembangkan potensi dasar yang telah dimiliki sembari orangtua mengarahkan dan meningkatkannya.

Pada sebagian masyarakat; tekanan, paksaan, ancaman, bahkan pukulan dijadikan sebagai bagian dari metode mengajar. Siakap menghargai potensi anak dan perasaannya kurang begitu dipahami. Hal seperti ini, menyebabkan semakin bertambah kompleksnya problem anak.1

Dari tahun ke tahun pelanggaran terhadap hak anak di Indonesia semakin meningkat, hal ini bisa diibaratkan sebuah gunung es yang semakin menjulang tinggi dimana penyelesaiannya hanya pada tingkat permukaan saja. Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya mempunyai harkat dan martambat manusia seutuhnya,2 sehingga anak memiliki hak-hak yang asasi manusia yang sama dan tak terpisahkan. Beberapa pelanggaran hak anak itu dimulai dari kekerasan terhadap anak, eksploitasi, diskriminasi, perdagangan anak sampai pada perlakuan salah lainnya. Maka permasalahan ini begitu kompleks dan memprihatinkan. Hingga kini belum ada penanganan yang komprehensif dan holistik dalam pencegahan pelanggaran hak anak yang menjadikan generasi bangsa ke arah persimpangan jalan. Hal ini diperparah lagi dengan adanya kebijakan negara yang tumpang tindih mengenai

1

DR. Makmun Mubayidh, Kecerdasan & Kesehatan Emosional Anak (Jakarta 2006) h.xi 2


(15)

kebijakan perlindungan anak di Indonesia sehingga semakin terabaikannya pemenuhan dan perlindungan hak anak di negeri ini.

Guna mengatasi semakin peliknya persoalan anak, Komnas Perlindungan Anak melakukan survei apakah diperlukan sebuah kementerian yang khusus menangani masalah anak. Dalam survei terjaring sebanyak 7.724 responden, sebanyak 6.674 responden atau sekitar 86,41 persen yang memilih bahwa Kementerian Khusus Anak perlu dibentuk, sedang yang memilih Kementerian Khusus Anak tidak perlu dibentuk sebanyak 1.050 responden atau sekitar 13,59 persen.3

Upaya penanganan anak terlantar sampai saat ini tidak hanya dilakukan oleh lembaga pemerintah saja, lembaga-lembaga swasta pun memiliki peran yang cukup sentral dalam menumbukan kesadaran masyarakat mengenai permasalahan anak. Adanya sinergi antara lembaga swasta dengan pemerintah menjadi sangat penting jika keinginan untuk mengentaskan anak yang diterlantarkan berjalan dengan cepat. Selain itu, melakukan berbagai inovasi pendekatan dalam penanganan anak tidak bisa dikesampingkan, bahkan menjadi prioritas yang terus dipikirkan. Anak terlantar adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu (karena beberapa kemungkinan: miskin/tidak mampu, salah seorang dari orang tuanya/wali pengampu sakit, salah seorang/kedua orang tuanya/wali pengampu atau wali meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengampu/pengasuh), sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Istilah terlantar dalam hal ini antara lain: tidak ada orang tua atau wali yang merawatnya, tidak diketahui orang

3

http://www.diknaspadang.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=13&artid= 460 (diakses pada tanggal 13 Oktober 2010)


(16)

tuanya atau kerabatnya, orang tua yang tidak mampu merawatnya, terlantar di sembarang tempat, dan karena sebab-sebab lain yang patut diberi pertolongan.4

Salah satu lembaga yang peduli terhadap anak terlantar adalah Yayasan Sayap Ibu Jakarta yang telah melakukan inovasi pendekatan dalam penanganan anak, yaitu melalui pendekatan psikososial. Kata psikososial itu sendiri menggarisbawahi satu hubungan yang dinamis antara efek psikologis dan sosial, yang mana masing-masingnya saling mempengaruhi. Kebutuhan psikososial mencakup cara seseorang berfikir dan merasa mengenai dirinya dan orang lain, keamanan dirinya dan orang-orang yang bermakna baginya, hubungannya dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya serta pemahaman-pemahaman dan reaksinya terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya.5

Walaupun sebetulnya pendekatan ini sudah dilakukan oleh lembaga-lembaga swasta atau pemerintah lainnya namun sedikit berbeda dalam pendekatan teknisnya. Teknis pendekatan tersebut yaitu menolong anak-anak batita (Bawah Tiga Tahun) yang terlantar, anak-anak tersebut dirawat sambil dicarikan keluarga angkat dan disekolahkan. Dari uraian tersebut penulis memutuskan mengambil tema psikososial sebagai analisis dalam melakukan penelitian anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta . Penelitian ini penulis tuangkan dalam judul skripsi yaitu : “Psikososial Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta”.

4

Edi Suharto, Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial, artikel di akses pada tanggal 13 Oktober 2010 darihttp://www.policy.hu/suharto/modul a/makindo 40.htm

5

Departemen Sosial RI, Standar Rahabilitasi Psikososial Pekerja Migram ( Jakarata: 2004), h.2


(17)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat terbatasnya waktu, dana dan demi terfokusnya pikiran untuk melakukan penelitian skripsi ini maka penulis hanya membatasi permasalahan yang akan dipaparkan yaitu pada psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas selanjutnya. Pokok masalah yang akan dibahas adalah pada dua anak yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) saja yang berada di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Anak tersebut memiliki perbedaan dalam segi fisik, ada yang mengalami kecacatan di dalamnya dirinya dan ada pula yang tidak mengalami kecacatan.

2. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan pembatasan masalah di atas, penulis membuat dua rumusan masalah yaitu:

a. Bagaimana psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta? b. Apa faktor pendukung dan penghambat perkembangan psikososial

anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun secara umum tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.


(18)

b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat perkembangan psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

Adapun dari hasil penelitian yang dilakukan ini, peneliti berharap agar hasilnya dapat diaplikasikan secara praktis dan akademis.

a. Manfaat Akademis

Secara teoritis, hasil penelitian ini untuk menambah wawasan bagi para pembaca umumnya dan bagi peneliti khususnya dan para calon pekerja sosial agar dapat gambaran umum tentang psikososial anak-anak yang terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.

b. Manfaat Praktis

(1) Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai psikososial bagi anak-anak terlantar yang berada di Yayasan Sayap Ibu Jakrata.

(2) Memberikan sumabangan pengetahuan bagi kompetensi pekerja sosial di bidang pelayanan sosial khususnya yang berkaitan dengan psikososial bagi yang terlantar.

D. Sistematika Penulisan

Dalam hal sistematika penulisan ini penulis menggunakan pedoman karya ilmiah yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini. Dan untuk mempermudah pembahasan skripsi ini,


(19)

secara sistematis penulisannya dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut :

BAB I

Bab ini adalah bab awal yang akan membahas tentang pendahuluan, di dalamnya penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian baik praktis maupun akademis, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II

Bab ini adalah bab kerangka pemikiran. Merupakan bab yang melandasi pemikiran dalam menganalisa dari data-data yang telah dikumpulkan. Kerangka pemikiran yang digunakan adalah teori-teori yang berkaitan dengan psikososial, anak, anak terlantar.

BAB III

Bab ini membahas tentang metode penelitian. Pada bab ini penulis membahas mengenai metode penelitian diantaranya: pendekatan penelitian, jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pemilihan subjek dan informan, teknik pengumpulan data, alat bantu pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penulisan, dan tinjauan pustaka.


(20)

BAB IV

Bab ini merupakan temuan dan analisis data. Pada bab ini penulis mencoba memaparkan tentang temuan mengenai lembaga, dikarenakan penulis ingin menggambarkan profil Yayasan Sayap Ibu tersebut, baik sejarah berdirinya yayasan, visi dan misi, tugas pokok, kedudukan, kepengurusan, kegiatan, baik rutin maupun non rutin, pendanaan Yayasan Sayap Ibu, sarana dan pra sarana, data anak asuh dan karyawan, mekanisme penerimaan dan pelepasan anak, proses pengangkatan dan pelepasan anak dan jaringan kerjasama. Selain itu penulis akan menganalisis data mengenai psikososial anak yang terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.

BAB V

Bab ini merupakan bab penutup. Yang di dalamnya terdiri dari kesimpulan dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan semua permasalahan yang ada dalam skripsi.


(21)

9

TINJAUAN TEORI

A. Psikososial

Psikososial merupakan cabang ilmu dari psikologi yang baru muncul dan intensif dipelajari pada tahun 1930. Secara sederhana objek material dari psikologi sosial adalah fakta-fakta, gejala-gejala serta kejadian-kejadian dalam kehidupan sosial manusia. Sekilas ternyata objek psikologi sosial mirip dengan ilmu sosiologi dan bila digambarkan sebenarnya psikologi sosial adalah merupakan pertemuan irisan antara ilmu psikologi dan ilmu sosiologi.

Kata psikososial itu sendiri menggarisbawahi satu hubungan yang dinamis antara efek psikologis dan sosial, yang mana masing-masingnya saling mempengaruhi. Kebutuhan psikososial mencakup cara seseorang berfikir dan merasa mengenai dirinya dan orang lain, keamanan dirinya dan orang-orang yang bermakna baginya, hubungannya dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya serta pemahaman-pemahaman dan reaksinya terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya.6

B. Faktor Psikososial

Ada beberapa hal yang termasuk faktor psikososial yaitu stimulasi, motivasi dalam mempelajari sesuatu, pola asuh, serta kasih sayang dari orang tua :

6

Departemen Sosial RI, Standar Rahabilitasi Psikososial Pekerja Migram ( Jakarata: 2004), h.2


(22)

a). Stimulus: hal ini merupakan faktor yang penting dalam menunjang perkembangan anak. Anak yang mendapat stimulasi atau rangsangan yang terarah dan teratur akan lebih cepat mempelajari sesuatu karena lebih cepat barkembang dibandingkan anak yang tidak mendapatkan banyak stimulasi. Anak akan mengembangkan pola-pola berpikir, merasakan sesuatu, dan bertingkah laku, bila banyak diberi ransangan yang berupa dorongan dan kesempatan dari lingkungan sekitarnya. Walaupun mungkin anak ada yang berbakat, namun bila lingkungannya tidak mendukung, potensinya untuk berkembang pun dapat terhambat. Sebaliknya, bila anak yang belum terlihat potensi pada dirinya, namun rangsangan dan kesempatan bereksplorasi diberikan secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan usianya, maka anak tersebut dapat berkembang jauh lebih baik.

b). Motivasi dalam mempelajari sesuatu, motivasi yang ditimbulkan dari sejak usia awal akan memberikan hasil yang berbeda pada anak dalam mengusai sesuatu. Dorongan yang bersifat membangun daya pikir dan daya cipta anak, akan membuat anak termotivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi. Pemberian kesempatan pada anak pun dalam mengeksplorasiakan sesuatu merupakan salah satu cara dalam memotivasi anak belajar. Hal ini dapat dilakukan terhadap pihak institut pendidikan pra sekolah maupun dari pihak keluarga. Anak dimotivasi untuk menjelajah, meneliti, berkarya atau memegang sesuatu untuk memuaskan rasa ingin tahunya merupakan hal yang dibutuhkan anak usia ini. Bila terlihat hal yang dilakukan mengandung unsur bahaya, hal yang dapat


(23)

dilakukan adalah memberi pengertian namun bukan untuk melarang atau menghapuskan rasa ingin tahunya dengan kemarahan.

c). Pola asuh dan kasih sayang dari orang tua. Orang tua itu merupakan area terdekat pada anak. Anak sangat memerlukan kasih sayang, rasa aman, sikap dan perlakuan yang adil dari orang tua. Bagaimana gaya pengasuhan orang tua yang diberikan pada anak; apakah permisif atau serba boleh, otoriter yang tidak membolehkan anak berbuat apapun, atau bersifat otoritatif yang merupakan perpaduan dari keduanya, semuanya akan memberikan dampak yang berbeda pada anak. Pola asuh ini sangat dipengaruhi oleh kualitas interaksi anak terhadap orang tua. Bagaimana anak terbentuk tentunya didapat dari pembiasaan–pembiasaan yang terjadi pada situasi rumah. Hal inilah yang terkadang mendasari anak untuk mengembangkan dirinya.7

Begitu pula yang dikatakan oleh Daniel Goleman's di dalam bukunya yang berjudul emotional intelligence (kecerdasan emosional). Kecerdasan emosional semakin relevan dengan pengembangan organisasi dan pengembangkan orang-orang, karena prinsip-prinsip EQ menyediakan cara baru untuk memahami dan menilai perilaku orang-orang, gaya manajemen, sikap, keterampilan interpersonal, dan potensi.8

Selain itu, psikososial juga berkaitan dengan kemampuan seorang anak melepaskan diri dari ibu atau orang penting didekatnya dan melakukan tugas-tugas yang diberikan secara mandiri. Pada saat yang bersamaan,

7

ibid

8

Daniel Goleman's “emotional intelligence” artikel di atas diakses Sabtu 26 Februari 2011 dar http://www.businessballs.com/eq.htm


(24)

perkembangan psikososial ini juga meliputi pemahaman seorang anak atas peraturan-peraturan yang ada disekitarnya.

C. Tahapan-tahapan Perkembangan Psikososial Anak

Menurut Erik Erikson perkembangan psiososial terbagi menjadi beberapa tahap. Masing-masing tahap psikososial memiliki do’a komponen, yaitu komponen yang baik (yang diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Pada fase selanjutnya tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan perkembangan pada psikososial anak adalah sebagai berikut:

1. Percaya Vs Tidak Percaya (0-1 tahun)

Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontak dengan luar maka ia mutlak tergantung dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indra, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan adalah ibu. Hubungan ibu dan anak yang harmonis yaitu melalui pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial, merupakan pengalaman dasar rasa percaya bagi anak. Apabila pada umur ini tidak tercapai rasa percaya dengan lingkungan maka akan timbul berbagai masalah. Rasa tidak percaya ini timbul bila pengalaman untuk meningkatkan rasa percaya kurang atau


(25)

kebutuhan dasar tidak terpenuhi secara dekat, yaitu kurangnya pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis dan sosial yang kurang misalnya: anak tidak mendapatkan minuman atau air susu yang dekat ketika ia lapar, tidak mendapatkan respon ketika ia menggigit dot botol dan sebagainya.

2. Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)

Pada masa ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungan. Perkembangan Otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengotrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak menyadari ia dapat menggunakan kekuatan untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya misalnya: kepuasan untuk berjalan atau memanjat. Selain itu anak menggunakan kemampuan mentalnya untuk menolak dan mengambil keputusan. Rasa Otonomi diri ini perlu dikembangkan karena penting untuk terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungannya dengan orang lain bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri. Peran lingkungan pada usia ini adalah memberikan dukungan dan memberi keyakinan yang jelas. Perasaan negatif yaitu rasa malu dan ragu timbul apabila anak merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang dipilihnya serta kekurangan dukungan dari orangtua dan lingkungannya, misalnya orangtua terlalu mengontrol anak.9

9Jossi.”Perkembangan Psikososial Anak” dari http://jossie08.blog.friendster.com/ pada tanggal 21Maret 2011


(26)

3. Inisiatif Vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)

Pada tahapan ini anak belajar mengendalikan diri dan mamanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas tertentu. Anak mulai diikut sertakan sebagai individu misalnya, turut serta dalam merapihkan tempat tidur atau membantu orangtua di dapur. Anak mulai memperluas ruang lingkup pergaulannya misalnya, menjadi aktif di luar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara kandung adalah untuk menang sendiri.

Peran ayah sudah mulai berjalan pada fase ini dan hubungan segitiga antara ayah-ibu-anak sangat penting untuk membina kemantapan identitas diri. Orangtua dapat melatih anak untuk mengintergrasikan peran-peran sosial dan tanggungjawab sosial. Pada tahapan ini kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuannya atau kegiatannya karena keterbatasannya, tetapi bila tuntutan lingkungan misalnya, dari orangtua atau orang lain terlalu tinggi atau berlebihan maka dapat mangakibatkan anak merasa aktivitasnya atau imajinasinya buruk, akhirnya timbul rasa kecewa dan rasa bersalah.

4. Industri Vs Inferioritas (6-12 tahun)

Pada tahap ini anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas. Melalui proses pendidikan ini anak belajar untuk bersaing (sifat kompetitif), juga sifat kooperatif dengan orang lain, saling


(27)

memberi dan menerima, serta belajar peraturan-peraturan yang berlaku. Kunci proses sosialisasi pada tahapan ini adalah guru dan teman sebaya. Dalam hal ini peranan guru sangat netral. Identifikasi bukan terjadi pada orangtua atau pada orang lain, misalnya sangat menyukai gurunya dan patuh sekali pada gurunya dibandingkan pada orangtuanya. Apabila anak tidak dapat memenuhi keinginan sesuai standar dan terlalu banyak yang diharapkan dari mereka dapat timbul masalah atau gangguan.

5. Identitas Vs Difusi Peran (12-18 tahun)

Pada tahapan ini terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa. Sehingga nampak adanya kontradiksi bahwa di lain pihak ia dianggap dewasa tetapi disisi lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini merupakan masa standarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orangtua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama mulai menurun. Sedangkan peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Teman sebaya dipandang sebagai teman senasib, teman kerjasama dan saingan. Melalui kehidupan berkelompok ini remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri. Remaja memilih orang-orang dewasa yang penting baginya yang dapat mereka percayai dan tempat mereka berpaling saat kritis.10

10


(28)

Menurut Sigmund Freud dalam dalam Yupi Supartini, dalam perkembangan psikososial anak dibagi mejadi:

a. Disebut Fase Oral

Pada tahapan ini anak mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dari berbagai pengalaman di sekitarnya. Fase ini berlangsung dari masa bayi sampai umur 1 tahun. Bila ibu berhasil memuaskan kebutuhan dasar bayi dalam fase ini maka anak tersebut akan merasa aman dan melangkah dengan mantap ke fase berikutnya. Bila fase oral tidak terselesaikan dengan baik maka akan terbawa ke fase berikutnya. Ketidaksiapan tersebut tampak pada prilaku anak yang tetap ingin bergantung, dan menolak untuk mandiri.

b. Fase Anal

Fase ini berlangsun pada masa 1-3 tahun. Pada masa ini anak mulai memperhatikan rasa ke AKU-annya. Sikapnya sangat egoistik, ia pun mulai mengenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman autoerotiknya (dalam dirinya). Sesuai dengan namanya fase anal, salah satu tugas anak adalah latihan

kebersihan atau disebut “toilet training“. Anak mengalami rasa puas saat bisa menahan maupun saat megeluarkan tinjanya. Bila orang tua tidak dapat membantu anak untuk menyelesaikan tugas latihan kebersihan dengan baik maka akan terjadi berbagai kesulitan tingkah laku.


(29)

c. Fase Oedipal/falik

Biasanya terjadi pada anak usia 3-6 tahun. Anak mulai bisa merasakan dorongan seksualitas yang kemudian ditujukan kepada orangtua dengan jenis kelamin yang berbeda. Perasaan ini menimbulkan dorongan untuk bersaing dengan orangtua yang lain. Dengan demikian anak dapat merasakan rasa seksual yang berkembang ini dengan bebas. Namun demikian lama kelamaan anak akan sadar diri bahwa ia tidak mungkin mengekspresikan perasaannya dengan seenaknya dan juga tidak mungkin memenangkan persaingan melawan orang tuanya, maka ia belajar untuk menahan diri. Disini tampak bahwa anak mulai belajar menyesuaikan diri. Perasaan seksual yang negatif ini kemudian menjadi anak menjauhi orangtua yang berjenis kelamin berbeda, dan ia mulai mendekat pada orangtua dengan jenis kelamin sama. Pada saat inilah dimulai proses identifikasi seksual. Ditandai dengan pergaulan yang lebih suka bermain dengan teman yang jenis kelamin sama.

d. Fase Laten

Biasanya terjadi pada anak usia 7-12 tahun. Periode ini merupakan periode integrasi yang bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai macam tuntutan sosial seperti hubungan kelompok, pelajaran sekolah, konsep moral dan etik, dan hubungan dengan dunia dewasa.


(30)

Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir dalam perkembangan, yaitu fase genital. Dalam fase ini anak dihadapkan dengan masalah yang kompleks, dan ia diharapkan mampu bereaksi sebagai orang dewasa. Kesulitan yang sering timbul pada fase ini seringkali disebabkan oleh karena si anak belum dapat menyelesaikan tahap perkembangannya dengan tuntas.

D. Definisi Anak

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, anak adalah manusia yang masih kecil, orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah dsb), manusia yang lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa, dapat juga dikatakan sebagai keturunan Adam (manusia).11

Anak juga merupakan buah hati kedua orang tuanya yang dapat menyenangkan hati, dan memberikan kebahagiaan serta sebagai perhiasan pada kehidupan rumah tangga kerena sudahlah lengkap kebahagiaan dengan hadirnya buah hati (anak). 12

Selanjutnya pengertian anak di dalam Undang-Undang adalah seseorang yang berusia di bawah 18 tahun.13 Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

11

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. I, h. 30-31. 12

Elfi Yuliani Rochmah, M.Pd.I, “Psikologi Perkemmbangan”, (Yogyakarta:Teras,2005), cet.1,h.50

13


(31)

menyebutkan bahwa : “Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu ) tahun dan belum pernah kawin”.14

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberikan batasan mengenai pengertian anak atau orang yang belum dewasa adalah mereka yang belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun. Seperti yang telah

dikatakan pada Pasal 330 yang berbunyi : ”belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih

dahulu kawin”. Selain itu, dapat pengertian lain bahwa anak pada

hakekatnya adalah seorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.15

Anak juga dapat dikatakan sebagai manusia muda yang batasan usianya tidak selalu sama di berbagai negara. Di Indonesia, sering dipakai batasan usia anak dari 0 sampai 12 tahun. Maka dengan demikian, dalam kelompok anak di Indonesia akan termasuk bayi, anak balita, anak usia sekolah.16

Begitu pula yang dikutip oleh Nur Abdul Hafizh dalam bukunya

Mendidik Anak Bersama Rosulullah SAW, dikatakan juga bahwa menurut al-Ghazali anak adalah amanat yang harus dijaga bagi orang tuanya, hatinya, bersih, suci, polos, dan kosong dari segala ukiran dan gambar.

Disini dapat dipahami bahwa anak adalah seseorang yang masih berada dalam tahap perkembangan menuju dewasa. Adanya pentahapan menunjukan anak sebagai sosok manusia dengan

14

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak 15

Wasty Soemanto, Psikologi PendidikanAnak (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet ke-3, h.. 166

16


(32)

kelengkapan dasar dalam dirinya baru mencapai kematangan hidup melalui beberapa proses seiring dengan pertambahan usianya. Oleh karena itu, anak memerlukan bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa (orang tua dan pendidik pada umumnya).17

Ada dua fenomena yang mempengaruhi pandangan terhadap anak-anak sebagai fenomena biologis (dan psikologis) dan anak-anak sebagai fenomena sosial (dan legal).

a. Anak sebagai fenomena biologis

Secara biologis anak adalah orang yang mengalami fase perkembangan masa kanak-kanak yaitu fase antara anak balita dengan dewasa. Anak sebagai fenomena biologis (dan psikologis), anak juga di persepsikan sebagai manusia yang masih berada dalam tahap perkembangan yang belum mencapai tingkat yang utuh. Kenyataan itu ditandai dari kondisi fisik, organ reproduktif, kemampuan motorik, kemampuan mental dan psikososialnya yang dianggap masih belum selesai.

Dari perspektif biologis (dan psikologis), kategori anak biasa diklasifikasikan ke dalam beberapa tingkat perkembangan seperti masa bayi, balita, kanak-kanak, remaja akhir dan seterusnya.

b. Anak sebagai fenomena sosial

Sebagai fenomena sosial (dan legal), anak karena tingkat perkembangan mental dan psikososialnya dianggap tidak

17Khasanah Sya’idah,

Pemikiran Pendidikan Anak”dalam“ Abdullah Nashih


(33)

mempunyai kapasitas untuk melakukan tindak sosial (dan legal) tertentu.

Namun sebagai fenomena sosial (dan legal), sub klasifikasi itu tidak dikenal. Dalam perspektif legal, anak merupakan satu fenomena tunggal. Dalam hal ini anak hanya dipertahankan dengan orang dewasa yang dianggap sudah sepenuhnya mampu melakukan tindakan (legal) tertentu. Perbedaan anak dengan orang dewasa biasanya dipatok dengan batas umur tertentu. Batas umur tersebut bisa berbeda-beda bergantung pada jenis tindakan yang dilakukan. Misalnya, untuk dianggap mempunyai kapasitas melakukan suatu tindak kejahatan ditetapkan suatu batasan umur yang ditetapkan untuk melakukan perkawinan.

E. Pengertian Anak Terlantar

Anak terlantar pada dasarnya telah menjadi kepedulian bangsa Indonesia yang secara eksplisit telah tertuang dalam UUD 1945. Dalam pasal 34 ditegaskan, bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.18 Negara dalam pengertian ini dapat dipahami pemerintah bersama masyarakat. Secara fungsional, program ini telah menjadi salah satu tugas dan tanggung jawab Kementrian Sosial Republik Indonesia. Beberapa indikator yang menjadi tolok ukur untuk melihat kondisi anak.

18

UUD 1945 Setelah Amademen Keempat tahun 2002 (Jakarta : Pustaka Setia : 2004), h. 28


(34)

Berikut ini dapat dikemukakan beberapa pandangan tokoh masyarakat dari beberapa lokasi penelitian sebagai.19

Anak terlantar adalah anak yang tidak terurus oleh orang tuanya, pakaian compang-camping, tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari. 1. Ciri anak terlantar dapat dilihat dari kondisi ekonomi orang tua yang

lemah (miskin), anak tidak terurus dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari (makan, pakaian, pendidikan).

2. Ciri anak terlantar dapat dilihat dari kondisi ekonomi orang tua yang lemah (miskin), anak tidak terurus dari pemenuhan sehari-hari (makan, pakaian, pendidikan).

3. Anak terlantar adalah anak yang berasal dari keluarga miskin, baik sisi ekonomi, miskin hati maupun miskin moral.

4. Anak terlantar bukan hanya dari ekonomi lemah tetapi anak berasal dari keluarga ekonomi mapan tetapi terlantar secara sosial dan psikologis.

5. Anak yang tidak mendapatkan perhatian, tinggalnya berpindah-pindah (disembarang tempat), pakaian tidak karuan.

6. Anak yang kurang terjamin khususnya dalam pendidikan atau tidak dapat sekolah kerena alasan orang tua kurang mampu dalam ekonominya.

Tolok ukur anak terlantar yang dikemukakan oleh para tokoh di atas terkesan bersifat parsial, namun masalah tersebut mempunyai keterkaitan dengan permasalahan lain yang harus dihadapi oleh anak. Sebagai ilustrasi

19

Pusat Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial, Model Penanganan Anak Terlantar Berbasis Kekerabatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial : Departemen Sosial. h. 115


(35)

dapat dikemukakan beberapa kondisi yang dapat berdampak negatif pada anak sebagai berikut.20

a) Anak tidak terurus, berpakaian compang-camping, dan tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari, sehingga ia harus bekerja dahulu sebelum makan. Tolok ukur ini mengendikasikan, anak yang tidak mendapatkan perhatian keluarga dan lingkungannya. Seringkali anak tersebut didentifikasi sebagai anak gelandangan/pengemis dan atau anak jalanan.

b) Mereka yang menghabiskan sebagian waktunya di jalanan, waktu yang mestinya dapat digunakan untuk belajar, bermain dipergunakan untuk bekerja. Terlebih lagi jika anak harus membantu ekonomi keluarga untuk bekerja. Kondisi semacam ini tentunya berpengaruh pada perkembangan psikologi anak (rendah diri), terutama dalam pergaulan (sosialisasi) anak dengan teman yang lebih luas. Dampak yang paling panjang adalah masa depan anak yang tidak menentu.

c) Anak yang tidak mendapat perhatian dapat diinterpretasikan sebagai anak yang kurang terawat kesehatan, pendidikan serta kasih sayang. Kondisi ini tentunya dapat menghambat perkembangan anak, baik secara psikologis maupun sosial.

d) Anak yang berada di lokasi pengungsian akibat bencana maupun konflik/kerusuhan seringkali permasalahannya lebih kompleks. Di satu sisi, mereka berada dalam kondisi tekanan psikologis yang paling tidak menguntungkan seperti; kurang percaya diri, dan kesulitan untuk

20


(36)

belajar. Di sisi lain, masih banyak faktor yang mempengaruhi terhadap kesempatan untuk mengakses pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Kondisi di atas mengindikasikan adanya hak kebutuhan dasar anak sebagaimana termaktub di dalam Konvensi Hak Anak yang tidak dapat terpenuhi. Secara empiris, pandangan masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhan fisik, psikis dan sosial secara baik. Jika ditelusuri akar permasalahan yang menyebabkan meningkatnya anak terlantar adalah (1) faktor ekonomi yang lebih menekankan pada masalah kemiskinan, dan (2) kondisi situasional (seperti bencana alam, konflik/kerusuhan).21

21


(37)

25

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Kegunaan dari suatu penelitian menurut Nazir (1983) adalah untuk menyelidiki keadaan suatu keadaan, alasan atas suatu keadaan dan konsekuensi dari keadaan tersebut.22

Dalam penelitian sosial, dikenal adanya dua metode (proses, prinsip, dan prosedur yang ditempuh seseorang peneliti dalam mendekati permasalahan dan mencari jawabannya) yang dikenal dengan istilah kualitatif dan kuantitatif.23. Dalam metode penelitian sosial, penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk memahami gejala yang terbatas dengan fokus yang dalam dan rinci serta mempersoalkan sesuatu yang diteliti menurut pandangan dan definisi partisipan.24

Dan menurut Nawawi pandekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.25

Sedangkan menurut Bodgan dan Tailor dalam bukunya sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moleong metodologi kualitatif adalah prosedur

22

Muhammad Nazir, Metode Penalitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h.27 23

Monasse Mallo, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Penerbit Karunika, 1986), h.31 24

Sonapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial; Dasar-dasar dan Aplikasinya, (Jakrta: Rajawali Press, 1992), h.22

25

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992) h. 209


(38)

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Menurut mereka pendekatan ini diartikan pada latar dan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu pemandangan sebagai bagian dari suatu keutuhan.26

Pendekatan kualitatif inidipilih berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran tentang psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Dalam melakukan penelitian ini peneliti melakukan penelitian terhadap anak serta pengurus yang berada di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.

B. Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif. Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Seperti yang dijelaskan oleh Alston dan Bowles

descriptive research aims to find out in precise detail than explatory

research the „what’ of social phenomena....”

“penelitia deskriptif bertujuan untuk mecari jawaban „apa’ dari

sebuah gejala sosial , secara lebih tepat dan mendalam daripada penelitian eksploratori”

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut

26

Lexy J. Moeleong, MA, “Metodelogi Penelitian Kualitatif” (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.3


(39)

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau memo, dan dokumentasi resmi lainnya.27

Dalam penelitian deskriptif ini, penulisan menjelaskan dan menerangkan tentang analisis psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan anak Sekolah Dasar (SD) yang tinggal di Yayasan Sayap Ibu.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Adapun subyek dalam penelitian ini adalah dua anak yang berada di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Anak tersebut sudah duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Mengapa peneliti mengambil dua sempel anak untuk dijadikan penelitian, sedangkan di Yayasan Sayap Ibu memiliki 34 orang anak yang berada di sana. Karena mayoritas anak yang berada di yayasan tersebut Batitita (bawah tiga tahun) dan Balita (bawah lima tahun), dan anak yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) berjumlah 6 orang, dua orang sekolah di Sekolah Luar Biasa dan empat orang sekolah di Sekolah Dasar. Untuk mempermudah peneliti mendapatkan informasi dalam wawancara di dalam penelitian ini, maka peneliti mengambil dua sempel anak yang sudah duduk di Bangku Sekolah Dasar tersebut. Dan ketertarikan peneliti mengambil dua sempel anak ini yaitu anak tersebut memiliki perbedaan fisik antara anak yang normal dan anak yang tidak normal.

27

Burhan Bugin, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perseda, 2003), cet. Ke-2, h. 39


(40)

2. Objek Penelitaian

Dalam penelitian ini obyek yang digunakan penelitian adalah psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.

D. Tempat dan Waktu Penelitan

Tempat penelitan ini bertempat di Yayasan Sayap Ibu yang beralamat, di Jalan Barito II. Sedangkan Waktu penelitan dimulai pada bulan September-Desember 2010.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berkut :

1. Wawancara

Wawancara atau interview ini untuk melengkapi pengumpulan data yang diperlukan, selain melakukan observasi langsung dan dokumentasi penulis juga melakukan wawancara langsung kepada pihak Yayasan Sayap Ibu yang dianggap dapat memberikan informasi kepada penulis ataupun kepada pihak lain yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti. Untuk kebutuhan ini, penulis melakukan wawancara mendalam dengan dua orang pengasuh satu orang pengurus dan dua orang klien.

2. Observasi

Yaitu penulis mendatangi Yayasan Sayap Ibu untuk meminta izin melakukan pengamatan/penelitian secara langsung terutama anak SD (sekolah dasar) yang berada di Yayasan Sayap Ibu. Di sini penulis


(41)

melakukan pengamatan langsung dalam mengikuti kegiatan yang di lakukan anak sekolah tersebut seperti: (1) belajar di yayasan (2) mengerjakan tugas/PR di yayasan (3) istirahat/bermain dan menjadi pendamping belajar untuk para klien dengan tujuan agar penulis mendapatkan data yang akurat dan kongkriet tentang masalah yang diteliti penulis.

3. Catatan lapangan

Catatan lapangan ialah catatan tertulis tentang apa yang penulis dengar, lihat, alami, dan pikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data penelitian.28 Penulis akan mencatat hasil observasi.

4. Dokumentasi

Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperbolehkan dengan observasi dan interview, tetapi hanya diperbolehkan dengan cara melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, jurnal, surat kabar, majalah, internet, modul-modul pelatihan dan sumber lainnya yang berkaitan dengan apa yang sedang diteliti oleh penulis.

F. Teknik Analisa Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya penulis melakukan analisa data. Dalam hal ini penulis menganalisa dengan menggunakan analisa deskriptif, yaitu suatu metode dalam penulisan sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa

28


(42)

sekarang29. Tujuan dari teknik ini adalah untuk berusaha menggambarkan objek penelitian apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada.

G. Keabsahan Data

Pada teknik keabsahan data, penulis melakukan diskusi analisis dimana hasil penelitian sementara akan dijabarkan. Setelah itu akan dilakukan pengoreksian bersama teman-teman untuk kemudian melakukan perbaikan secara terus-menerus dan memfokuskan terhadap bahan yang diteliti. Teknik pemeriksaan keabsahan data mempunyai beberapa kriteria, yaitu :

1. Teknik triangulasi sumber, dalam hal ini penulis mencari, membandingkan pendapat seseorang dengan berbagai pendapat orang lain.

2. Keajegan pengamatan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam sitiuasi yang sangat relavan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan dari pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan hal ini penulis hanya melakukan pengamatan kepada masalah yang sedang diteliti yaitu analisis psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.

H. Pedoman Penulisan Skripsi

Untuk memepermudah menyelesaikan skripsi ini, penulis melihat

teknik penulisan dari buku “Pedoman Penulisan karya Ilmiah” yang

diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta 2008.

29


(43)

I. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan ini, penulis melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang penulis teliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelum-sebelumnya. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan beberapa skripsi yang hampir sama dari segi judul yang penulis buat, tetapi penulis akan memaparkan dari sudut yang berbeda, yaitu :

Skripsi Pertama

Nama : Aris Miarti

Universitas : Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Kesejahteraan Sosial.

Judul : Pelayanan Psikososial dalam Mengenai Anak yang Mengalami Trauma Akibat Kekerasan (Child abuse) (studi kasus terhadap 3 klien korban kekerasan di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA Bambu Apus), Depok Juli 2009).

Meskipun sama mengambil objek kajiannya yaitu psikososial tetapi berbeda dengan skripsi yang penulis kaji yaitu dari segi kajiannya. Aris Miarti mengambil subjek terfokus pada pelayanan psikososial dalam menangani anak korban kekerasan dan melakukan penelitian di RSPA Bambu Apus, sedangkan penulis terfokus pada program analisis psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.


(44)

Skripsi Kedua

Nama : Supriyanti

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, Tahun 2009

Judul : Peran Yayasan Sayap Ibu dalam Membantu

Perkembangan Psikososial Anak Terlantar di Taman Balita Sejahtera

Di dalam skripsi ini persamaannya terletak pada judul dan tempat anak terlantar yang berada di Yayasan Sayap Ibu. Walaupun mengambil objek dan tempat yang sama penulis buat, perbedaan itu terletak pada judul skripsi yang penulis buat yaitu analisis psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Selain itu perbedaannya terletak pada sumber data yang Supriyanti adalah anak-anak yang terlantar di Taman Balita Sejahtera, sedangkan penulis peroleh adalah anak yang sudah duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Skripsi Ketiga

Nama : Megasari

Universitas : UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, Tahun 2010

Judul : Pengaruh Progam Sekolahku Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Penderita Kanker Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia


(45)

Di dalam skripsi ini sama seperti skripsi-skripsi sebelumnya, persamaan pada objek penelitian dan tempat penelitian. Di sini perbedaannya terletak pada subjek penelitian dan tempat penelitian yang penulis buat. Megasari terfokus pada pengaruh program sekolahku terhadap perkembangan psikososial anak penderita kanker sedangkan penulis memfokuskan pada kajian analisis psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.


(46)

34

A. Gambaran Umum Yayasan Sayap Ibu

Yayasan Sayap Ibu adalah suatu lembaga yang berada di bawah naungan Dinas Sosial, yang bergerak dibidang perawatan dan pengasuhan anak yang diterlantarkan oleh orangtuanya. Pada bab ini penulis akan menjabarkan mengenai latar belakang berdirinya Yayasan Sayap Ibu Jakarta.

1. Sejarah singkat berdirinya Yayasan Sayap Ibu

Tahun 1955 penelantaran anak dan pembuangan bayi-bayi di Jakarta, baik yang ditinggal di Rumah Sakit maupun yang kemudian di temukan di jalan atau di tempat-tempat umum lainnya semakin banyak. Keadaan inilah yang kemudian mendorong beberapa Ibu antara lain Ny. Hj. Sutomo, Ny. Soekardi dan Ny. Garland Soenaryo mendirikan Yayasan dengan nama : Yayasan Sayap Ibu (YSI) pada tanggal 30 September 1955.

Awalnya YSI tersebut bertujuan untuk menolong anak-anak Batita (Bawah Tiga Tahun), anak-anak tersebut dirawat sambil dicarikan keluarga angkat. Untuk kegiatan saat itu dana dibantu oleh Women’s International Club dan Pemerintah Daerah. Dalam perkembangannya tahun 1968 YSI melakukan restrukturallisasi dan menempatkan diri dibawah Badan PembinSa Kegiatan Kesejahteraan Sosial DKI Jakarta yang ketuanya Ny. J.S. Nasution. Dalam mengasuh dan merawatkan anak, kriteria anak di tingkatkan dari 0 – 5 tahun. Untuk memberikan tempat yang lebih baik dan terhindar dari banjir, oleh Bapak Ali Sadikin, Gubernur DKI Jaya, gedung


(47)

YSI di Jalan Barito direnovasi, sehingga dapat menampung anak terlantar yang jumlahnya pada saat itu bertambah banyak.

Pada tahun 1976, akibat banyaknya adopsi anak oleh Warga Negara Asing (WNA) yang dilakukan hanya dengan akte notaris saja sehingga jual beli anak semakin marak, maka Guberbur DKI Jaya Bapak Ali Sadikin mengeluarkan izin mengakui Badan Konsultasi Pengangkatan Anak YSI sebagai lembaga resmi. Kemudian disusul dengan dikeluarkannya Surat Edaran dari Departemen Kehakiman No. JHAI/1/2 tahun 1978 tentang Prosedur Pengang-katan Anak WNI oleh WNA yang menentukan bahwa Notaris tidak boleh membuat Akte Adopsi Anak WNI oleh WNA harus dilaksanakan dengan Penetapan Pengadilan dan Mahkamah Agung dengan Surat Edaran No. 2 Tahun 1979 yang kemudian disempurnakan dengan SEMA No. 6 tahun 1983 tentang Prosedur pengangkatan Anak WNI oleh WNA dan anak WNA oleh WNI.

Pada tahun 1978 Ny. J.S. Nasution, sebagai ketua YSI Pusat membentuk 2 (dua) cabang yaitu: YSI cabang Jakarta dengan ketua Ny. Moch. Said dan YSI cabang Yogyakarta dengan ketua Ny. C. Utaryo.

Dengan semakin meningkatnya jumlah anak terlantar yang harus dirawat di Yayasan Sayap Ibu maka pada tahun 1979, Gedung YSI di Jalan Barito dibangun kembali oleh Gubernur DKI Jakarta dengan mewujud seperti sekarang menjadi 2 (dua) lantai. Sekarang merupakan tempat perawatan balita terlantar baik normal maupun cacat. Pada tahun 1981 Departemen Sosial, melakukan Peraturan Pemerintah No. 13 tentang Organisasi Sosial yang dapat menyelanggarakan usaha penyantunan Anak


(48)

terlantar (termasuk melaksanakan pengangkatan anak), ada 6 organisasi salah satunya adalah YSI cabang Jakarta. Dengan berlakunya Undang-undang Yayasan yang baru, tahun 2005 YSI Pusat dipindahkan ke Yogyakarta, ketuanya adalah Ibu C. Utaryo, sementara Ny. J.S. nasution bertindak sebagai Pembina YSI. Ketua cabang Jakarta sejak tahun 2002 adalah Ny. Rien Tjipto Winoto. Mulai tahun 2007, ketua YSI cabang Jakarta ialah Ny. Maryono, yang dilantik pada bualan February 2007.30

2. Visi dan Misi

a. Didalam Yayasan Sayap Ibu Jakarta memiliki visi terhadap anak-anak yang berada disana, visi tersebut guna menjelaskan tentang kesadaran dan kepedulian kita semua terhadap anak yang di berikan Tuhan kepada kita. Visi dari Yayasan Sayap Ibu itu adalah:

“Anak adalah amanah yang berhak akan perawatan dan perlindungan

sejak semasa dalam kandungan sesudah dilahirkan”.

b. Begitu pula dengan Misi yang di terapkan di Yayasan Sayap Ibu Jakarta yaitu:

“Berusaha semaksimal mungkin melaksanakan usaha kesejahteraan

anak bagi anak yang terlantarkan secara holistic, terpadu dan berkesinanbungan sampai anak dalam asuhannya dapat terentaskan dengan sebaik-baiknya”.3132

Cacatan : Istilah terlantarkan dalam hal ini 1) Tidak ada orang tua/wali yang merawatnya 2) Tidah diketahui orang tuanya atau kerabatnya

30

Brosur Terbaru Yayasan Sayap Ibu 2009 31

Ibid

32


(49)

3) Orang tua/walinya tidak mau merawatnya atau terlantar 4) Karena sebab-sebab lain yang patut diberi pertolongan

3. Tugas Pokok

Yayasan Sayap Ibu adalah Yayasan yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi bayi dan anak balita (bawah lima tahun) terlantar, yang meliputi perawatan atau penampungan asuhan, pengasramaan. Kemudian Yayasan Sayap Ibu juga melakukan pembinaan juga perlindungan fisik, mental, sosial, dan spiritual. Walaupun anak-anak hidup di panti namun pembinaan serta perlindungan bagi mereka akan tetap terjamin.

Lalu tugas pokok lainnya adalah pelayanan atau sosialisasi, pengembangan dan kesehatan dan yang terakhir adalah sebagai penyaluran dan bina lanjut. Panti sosial sebagai lembaga yang menyelenggarakan pelayanan agar anak-anak tumbuh kembang secara wajar maupun mandiri. Meskipun mereka tidak dirawat oleh keluarga mereka sendiri, tetapi mereka akan merasakan kasih sayang serta pembinaan dari panti sosial agar mereka tumbuh dan berkembang seperti anak-anak yang berada dalam suatu keluarga yang utuh.

4. Kedudukan

Yayasan Sayap Ibu Pusat telah menjadi anggota Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS). Dan dua cabangnya di Jakarta dan Yogyakarta merupakan anggota Badan Kordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) bergerak dalam pelayanan pembinaan anak balita terlantar. Dalam perkembangannya, Yayasan Sayap Ibu bekerja sama


(50)

dengan untuk memberikan pelayanan seperti pengangkatan anak asuh, hak perwalian atau orang tua asuh melalui Badan Pengangkatan Anak (BPA).

a. Tugas

Menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar usia tujuh tahun ke bawah yang meliputi asuhan dan perlindungan, perawatan, sosialisasi dan pengembangan, penitipan anak, penyaluran dan bina lanjut.

b. Fungsi

1) Pelaksanaan pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, indentifikasi, motivasi, dan seleksi.

2) Pelaksanaan penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi, penempatan dalam panti dan penitipan.

3) Pelaksanaan perawatan, pemeliharaan serta asuhan dan perlindungan sosial.

4) Pelaksanaan assesment meliputi penelaahan, pengungkapan dan pemahaman masalah dan potensi.

5) Pelaksanaan pembinaan fisik dan kesehatan, bimbingan mental, sosial, pendidikan formal dan non formal dan pengembangan kepribadian.

6) Pelaksanaan sosialisasi meliputi, kemampuan bermasyarakat, kehidupan dalam keluarga dan kesiapan pendidikan.

7) Pelaksanaan, penyaluran dan pembinaan lanjut meliputi penempatan anak, monitoring, konsultasi, pemantapan, dan terminasi.


(51)

5. Kepengurusan

Pembina : Ny. J.S. Nasution

Pengawas : Ny. Dr. Mimi Patmonodewo

Ny. Viviani Kartadjoemena

Ny. Prof. Dr. Dra. Endang Sumami, SH. M. Hum

Ketua Umum : Ny. Soemarmi Maryono I.S.

Ketua I : Ny. Rien Tjipto Winoto

Ketua II : Ny. Tjondrowati Subiyanto

Bendahara I : Ny. Dr. Ken Martati

Bpk. Sumiadji, AK.

Sekretaris I & 2 : Ny. Dra. Heliyanti Jaswin, Apt.

Ny. Battalita Hendro

Personalia : Ny. Tjondrowati Subiyanto

Bid. Humas & Dana : Ny. Srie Wahyuni Bambang Subianto Bid. Pengentasan Anak :Ny. Ajeng Dian Andari, SH

Bid. Pelayanan Masy : Ny. Ajeng Dian Andari, SH Kordinotor Bid. Panti : Ny. C.E. Dodds

Logistik : Ny. Wiwiek P. Soeryo

Kesehatan : Ny. Dr. Endang Siti Mulyani Pendidikan : Ny. Sri Nooryarini Soeroso


(52)

6. Dasar Hukum

1) UUD Tahun 1945

2) UU No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

3) UU No. 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

4) Per. Men. Sos. No. 13 Tentang ORSOS yang diijinkan Menyelanggarakan Penyantunan Anak Terlantar termasuk menyelanggarakan pengangkatan Anak

5) Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1983 sebagai pengangkatan Anak WNI oleh WNA

6) KEP. Men. Sos. No. 41/HUK/KEP/VII/1984 Tentang Petunjuk pelaksanaan perizinan pengangkatan Anak

7) UU No. 23 Th. 2002 Tentang Perlindungan Anak33

7. Kegiatan Yayasan Sayap Ibu

a. Kegiatan Rutin Kegiatan Pelayanan

1. Perawatan dan pengasuhan balita terlantar termasuk korban kasus perdagangan anak.

2. Perawatan rehabilitasi, fisioterapi, bina wicara bagi anak berkebutuhan khusus dan kesehatan.

3. Pendidikan tumbuh kembang anak asuh b. Pengentasan anak kembali ke keluarga.

Pengangkatan anak, konsultasi dan bantuan hukum Yayasan Sayap Ibu memberikan pelayanan pengangkatan anak dengan dasar keputusan

33


(53)

Menteri Sosial RI No. 23/HUK/KM/1982 dan keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. DII./7817/a/8/1976 baik domestic maupun intercountry. Program rujukan ke panti asuhan dengan adanya undang-undang perlindungan anak upaya rujukan tidak semudah masa lampau dilaksanakan.

c. Pelayanan Masyarakat

1) Penyuluhan dan bimbingan baik bagi perorangan maupun kelompok mengenai undang-undang kesejahteraan anak dan pengangkatan anak.

2) Sosialisasi berbagai perundang-undangan/peraturan berkaitan dengan usaha kesejahteraan anak dan konvensi PBB tentang hak-hak anak.

3) Bimbingan dengan konsultasi untuk mahasiswa persiapan skripsi mengenai asuhan balita terlantar, upaya pengangkatan anak domestik dan intercontry antara Negara.

4) Tayangan di media massa maupun elektronik mengenai pelayanan anak balita terlantar.

5) Pertemuan dengan para stakeholders sebagai rekan kerja. 6) Bhakti kerja membantu masyarakat kurang mampu. d. Peningkatan sumberdaya manusia

Mengikutsertakan dalam kursus-kursus dan belajar melalui kuliah bagi karyawan yang berpretasi menurut bidang baktinya. e. Kegiatan Pendidikan


(54)

a) TBS (Taman Balita Sejahtera) berfungsi untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak yang terlantar yang ada di Yayasan Sayap Ibu. TBS ini merupakan kegiatan belajar mengajar setingkat dengan Play Group dan TK (Taman Kanak-Kanak), bagi batita dan balita terlantar yang muridnya dari panti asuhan Yayasan Sayap Ibu dan anak sekitar panti asuhan.

b) Pendidikan bagi pengasuh/pramubalita.

Dalam usahanya membantu para ibu dalam merawat anak dan memenuhi pengasuh bayi di panti, Yayasan Sayap Ibu menyelenggarakan kursus untuk pramusiwi atau perawat bayi yang sekaligus menunjang program pemerintah dalam meningkatkan usaha peyelenggaraan pendidikan luar sekolah. c) Bimbingan bagi mahasiswa/mahasiswi SI, S2, dan AKPER. d) Pelatihan untuk anak-anak sekolah dalam program kegiatan bakti sosial.

2) Kegiatan Non-rutin

a) Menyelenggarakan seminar bagi masyarakat.

b) Mengadakan bakti sosial untuk berbagi dengan para korban banjir, kebakaran dan keluarga miskin.

c) Mengadakan kerjasama dengan media melalui tayangan, artikel, serta himbauan kerjasama dalam pelayanan balita terlantar.


(55)

d) Memberikan penyuluhan mengenai balita terlantar, peraturan/perundang-undangan usaha kesejahteraan anak dan konvensi PBB tentang hak anak.

Pengurus Yayasan Sayap Ibu Cabang Jakarta dilengkapi dengan konsultan/petugas profesi bidang:

1. Kesehatan:

a) Dokter Umum b) Dokter Anak c) Neurolog d) Perawat

e) Fisioterapis dan Bina Wicara 2. Pendidikan:

a) Psikolog

b) Guru berpendidikan khusus 3. Panti:

a) Pekerja Sosial b) Administrasi

8. Pendanaan Yayasan Sayap Ibu

Untuk menyelenggarakan usaha, Yayasan Sayap Ibu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana terbesar diperoleh dari sumbangan-sumbangan masyarakat. Selain itu juga diperoleh bantuan dana dari :

a. Pemerintah Pusat (Kementrian Sosial) b. Pemerintah Daerah (Dinas Sosial) c. Yayasan Dharmais


(56)

d. Pihak-pihak swasta lainnya.

Selain dana, juga diperoleh sumbangan spontan dari masyarakat berupa materi, makanan dan barang. Seluruh bantuan yang diperoleh digunakan untuk membiayai Yayasan. Pembiayaan terbesar yayasan adalah untuk biaya hidup anak, perawatan kesehatan (termasuk tindakan operasi) dan biaya hidup anak, operasional pengasuh atau pembantu perawat dan staf.

Yayasan Sayap Ibu memberikan pertanggungjawaban mengenai tugas dan keuangan kepada Dewan Pengawas Yayasan Sayap Ibu, instansi pemerintah yang bersangkutan dan kepada masyarakat.

9. Sarana dan Pra Sarana

Yayasan Sayap Ibu mempunyai dua lantai yaitu sebagai berikut : Lantai I

Untuk kegiatan Panti dan Perkantoran

TBS- 1 Ruang Isolasi, Ruang Begonia (untuk bayi usia 0-1 tahun), Ruang Karantina (bayi baru terdiri dari, ruang speech terapi dan ruang fisioterapi ruang perkantoran, di dalamnya terdapat kepala panti, kordinator panti, sekretaris dan seorang peksos, dan dapur susu, gudang dapur (gudang makanan), ruang pengurus bendahara, toilet umum, ruang anyelir (usia 3-8 tahun) di pertengahan lantai bawah terdapat taman bermain anak-anak.

Lantai II

Untuk kegiatan Perkantoran Yayasan dan Asrama


(57)

Ruang Konseling, Ruang Sekretariat, Ruang Pengurus, Ruang BPA, Aula, Kamar Arsip, Gudang Mainan, Kamar Karyawan, Toilet Karyawan, Ruang Logistic 1 (makanan bayi), Ruang Logistic II (perlengkapan bayi), Toilet Karyawan, Kamar Karyawati A, Kamar Karyawati B, Ruangan Belajar untuk Anak SD, Toilet, Mushola, Kamar Pengurus, Kamar Karyawati.34

10. Data Anak Asuh dan Karyawan

Secara Keseluruhan jumlah anak di Yayasan Sayap Ibu sebagai berikut:

a. Ruang Anyelir

1) Anak Laki-laki : 8 Anak 2) Anak Perempuan : 5 Anak

Tabel 1

Daftar Nama Anak Di Ruang Anyelir

Nama Tgl Lahir Tgl Masuk L/P Umur Ket

Jaya 24 Juni 2000 28 Juni 2000 L 8 Thn 10 Bulan

Vikri 29 Sept 2000 28 Jan 2001 L 8 Thn 7 Bulan Sumbing Mulia 16 Sept 2000 13 Juni 2001 L 8 Thn 7 Bulan Tuna Rungu

Joni 16 Juni 2001 3 Sept 2001 L 7 Thn 9 Bulan

Oki 10 Okt 2001 5 Feb 2002 L 7 Thn 3 Bulan

Ferdi 21 Feb 2002 25 Feb 2002 L 7 Thn 2 Bulan

Intan 27 Aprl 2002 6 Agust 2002 P 7 Thn Palato Schiz

Mira 18 Juli 2002 6 Agust 2002 P 6 Thn 9 Bulan

Rachel 29 Sept 2002 26 Nov 2004 P 5 Thn 7 Bulan Tuna Netra Hosea 24 Juli 2004 26 Nov 2004 L 4 Thn 9 Bulan

Mona 5 Apr 2005 2 Des 2005 P 4 Thn Palato Schiz

Ody 23 Okt 2005 2 Mai 2005 L 3 Thn 6 Bulan

34 Ibid


(58)

Sumber : Yayasan Sayap Ibu b. Ruang Cempaka

1) Anak Laki-laki : 9 Anak 2) Anak Perempuan : 1 Anak35

Tabel 2.

Daftar Nama Anak di Ruang Cempaka

Nama Tgl Lahir Tgl Masuk L/P Umur Ket

Ryan 4 Okt 2005 5 Mai 2006 L 3 Thn 6 Bulan

Aby 23 Des 2005 2 Mai 2006 L 3 Thn 4 Bulan Colostomi

Wahyu 23 Jan 2006 1 Seot 2006 L 3 Thn 3 Bullan Mardi 16 Mart 2006 21 Sept 2006 L 2 Thn 10 Bulan Haris 22 Juni 2006 4 Sept 2006 L 2 Thn 10 Bulan

Irma 30 Juni 2006 P 2 Thn 10 Bulan

Okan 9 April 2007 13 Juli 2007 L 2 Thn

Axsel 19 Ags 2007 L 1 Thn 8 Bulan

Sumber : Yayasan Sayap Ibu c. Ruang Cempaka

1) Anak Laki-laki : 8 Anak 2) Anak Perempuan : 3 Anak

Tabel 3. Daftar Nama Anak di Ruang Begonia

Nama Tgl Lahir Tgl Masuk L/P Umur Ket

Yuda 24 Ags 2007 26 Mart L 1 Thn 8 Bulan

Dila 22 Sept 2007 24 Jan 2008 L 1 Thn 7 Bulan

Dani 3 Nov 2007 24 Jan 2008 L 11 Bulan

Cipto 13 Juli 2008 31 Des 2008 L 9 Bulan Atrofi Otak

Bagas 22 Ags 2008 L 8 Bulan

Vadindza 22 Des 2008 L 4 Bulan

35


(59)

Kesya 2 Mar 2009 16 Mar 2009 P 2 Bulan

David 27 Mar 2009 7 Apr 2009 L 1 Bulan

Anton L

Vicky 29 Mai 2008 31 Des 2008 L 11 Bulan

Sumber : Yayasan Sayap Ibu

Jumlah : 34 Orang Anak

Catatan :

 Tanggal masuk yaitu tanggal dimana Anak pertama klien di YSI

 Umur yang di maksud yaitu umur anak saat ini36

Jumlah karyawan Yayasan Sayap Ibu pertahun 2010 sebanyak 70 Orang terdiri dari karyawan ekstern tidak menginap di dalam dan karyawan intern yang menginap di dalam. Dan jumlah perawat berjumlah 24 Orang.

d. Data Karyawan

1) Karyawan Rumah Tangga

a)Dapur : 3

b)Cleaning Service : 3

c)Laundry : 4

d)Taman : 1

e)Rumah Tangga : 3

2) Bagian Perawat

a) Ketua Perawat : -

b) Asisten Ketua Perawat : 1

c) Pengasuh : 24

d) Karyawan Intern : 37

36 Ibid


(60)

e) Karyawan Ekstern : 18

Jumlah : 94 Orang

11. Mekanisme Penerimaan dan Pelepasan Anak a. Penerimaan Anak/Anak Serahan ( 0-5 Th )

Asal Usul:

1) Dari rumah sakit dan rumah

2) Rumah sakit di Jakarta dengan YSI cabang Jakarta antara lain: a) RS. Cipto mangunkusumo (RSCM)

b) RS. Persahabatan Rawamangun c) RS. Jakarta

d) RSUD. Tarakan e) RS. Fatmawati f) Dan lain-lain

3) Serahan langsung orang tua yang sebagian besar oleh karena hasil perkawinan di luar nikah, selain itu karena mengalami kesulitan ekonomi.

4) Ditemukan di sembarang tempat dengan disertai berita acara dari polisi.

Anak yang diterima di YSI Cabang Jakarta ada yang nomal dan ada yang mengalami kelainan fisik dan mental. Yang normal akan ditingkatkan pertumbuhannya dengan pemberian vitamin, diberikan pelatihan dan pendidikan sesuai usianya. Anak dengan kelainan fisik dan mental (dengan pertumbuhan khusus) akan diberikan stimulan agar tumbuh kembangnya maksimal sesuai dengan kemampuannya.


(61)

b. Melengkapi Data Anak

Pada saat anak diterima belum mempunyai data lengkap, maka akan dilakukan adalah:

1) Mengirimkan pekerjaan sosial untuk mengunjungi atau mencari orang tua anak, di manapun mereka berada.

2) Mengiklankan 3 hari berturut-turut selang 10 hari.

a) Apabila orang tua/ibu kandung sudah ditemukan, YSI akan mengupayakan agar dapat kembali ke keluarga. b) Apabila orang tua/ibu kandung tidak ditemukan, dan

iklanpun tidak terjawab, maka anak menjadi anak Yayasan dan dapat dicarikan orang tua angkat.

c. Pengangkatan Anak

1) Pemohon diwajibkan untuk datang berkonsultasi dengan pengurus bagian pengangkatan anak sesuai ketentuan persyaratan dasar.

2) Setelah terpenuhi dokumen-dokumen yang harus delengkapi, pemohon dianggap resmi sebagai pemohon pengangkatan anak.

3) Apabila sudah ada bayi yang sesuai dengan permohonan yang bersangkutan, maka akan diadakan

4) kunjungan rumah (home visit I) untuk intercontry dilaksanakan oleh Peksos Kemensos dan Peksos YSI. Untuk domestic oleh Peksos Dinsos dengan Peksos YSI Cabang Jakarta.


(62)

YSI (Yayasan) Sayap Ibu) Departeman Sosial/Dinas Sosial Sidang pengangkatan anak Wawancara Pengumpulan surat/dokumen Izin pengangkatan anak Sidang tim PIPA Surat keputusan pengangkatan anak Kunjungan Rumah Kurang lebih 6 bln

Kunjungan rumah 2 Penempatan anak (asuhan keluarga) Calon Orang Tua Angkat

d. Jaringan Kerjasama yang Dilakukan Sampai Kini:

1) Dalam Negeri

a) Kementran Sosial b) Dinas Bintal dan Kesos c) Dinas Pendidikan

d) Departemen Kehakiman Hukum dan Ham 2) Departemen Luar Negeri

a) Pengadilan negeri

b) Komnas Perlindungan Anak (KPAI) c) Dinas Kesehatan

d) Departemen Agama e) Mahkamah Agung

e. Proses Pengangkatan Anak

Gambar 1


(63)

B. TEMUAN

Sebelumnya penulis akan terlebih dahulu membahas dua informan yang akan menjadi sumber dari skripsi ini. Yaitu dua anak yang terlantar yang berada di Yayasan Sayap Ibu Jakarta yang keduanya sudah memasuki bangku sekolah dasar (SD).

1. Vikri (Klien A)

Nama : Vikri

Tanggal Lahir : 29 September 2000

Tanggal Masuk Yayasan : 28 Januari 2001

Umur : 9 tahun

Fisik Badan : Tinggi, rambut hitam lurus, kulit sawo matang, memiliki kecacatan (sumbing)

Psikis : Sopan, memiliki sikap lebih dewasa dibandingkan

dengan anak yang lain, pendiam dan penurut.37

Klien A adalah salah satu anak terlantar yang berada di Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Ia diterlantarkan oleh orang tuanya saat ia masih bayi, selama di Yayasan ia dirawat sebagaimana seperti dengan anak-anak yang lain yang telah terlebih dahulu berada di sana. Saat klien A diberikan ke Yayasan ia sudah memiliki kecacatan yaitu sumbing di bibir. Ia pernah di operasi sumbingnya karena kesulitan saat makan. Di Yayasan klien A dibesarkan dan diperlakukan seperti anak-anak yang lain, bahkan ia juga disekolahkan sampai saat ini yaitu kelas empat SD (sekolah dasar) di Sekolah Dasar Negeri 01 Cipete. Setelah klien A

37


(64)

duduk di bangku sekolah dasar ia dipindahkan di Yayaysan Sayap Ibu Cabang Cirende, karena ia sudah besar dan yang berada di Barito hanya anak-anak balita.

Kegiatan hari-hari klien A selama di Yayasan ialah bangun pagi jam 04:30 lalu sholat berjamaah dengan pengurus dan teman di Yayasan, mandi, sarapan dan berangkat sekolah jam 05:30 . Klien A berangkat ke sekolah bersama teman-teman yang berada di Yayasan yang dijemput oleh supir Yayasan. Setelah selesai sekolah klien A terlebih dahulu ke Yayasan Barito untuk sholat, makan dan belajar sampai jam 16:00 sore, lalu ia kembali ke Yayasan Cirendeu untuk istirahat, makan malam, sholat, tidur dan meneruskan aktivitasnya sampai hari Sabtu. Berbeda dengan hari libur yaitu hari Minggu, di hari Minggu seperti biasa ia bangun pagi, sholat, mandi dan sarapan, setelah itu ia diberikan kebebasan untuk bermain, berolahraga, dan istirahat.38

2. Joni (Klien B)

Nama : Joni

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 16 Juni 2001

Tanggal Masuk Yayasan : 3 September 2001

Umur : 9 tahun

Fisik Badan : Tinggi, rambut hitam lurus, kulit putih

Psikis : Manja, suka bercanda, banyak bicara39

Sebagaiman dengan klien sebelumnya, Joni adalah salah satu anak terlantar yang berada di Yayaysan Sayap Ibu Barito. Ia diterlantarkan oleh orang tuanya saat ia masih bayi, selama di Yayasan ia dirawat seperti anak-anak yang

38

Wawancara pribadi dengan Pak Samsul Hadi pada tanggal 14 November 2010 39


(1)

70 PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa analisis psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Cabang Jakarta.

1. Dari hasil analisis pada psikososial anak terlantar di Yayasan Sayap Ibu Jakarta terkait dengan kebutuhan psikologi, penulis akan menggambarkannya sebagai berikut yaitu, pertama mengenai cara anak berpikir dan merasa mengenai dirinya dan orang lain, anak mampu menjawab pertanyaan perihal identitas diri seperti nama, umur, kelas berapa, hobi, hal yang tidak suka dan disukai. Anak pertama yang tidak memilik kecacatan merasa dirinya agresif (nakal, mendominasi terutama dengan lawan main yang secara fisik lebih lemah dengan temannya). Kemudian berbeda dengan anak kedua yang memiliki kecacatan, ia lebih dewasa walupun dirinya memilik katareristik yang sama (umur) hal itu bisa dilihat dari sikap dirinya terhadap persoaalan yang dihadapinya, yaitu memberikan nasehat atau teguran kepada teman-temannya yang berbuat salah. Adapun mengenai hubungan anak dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, kedua anak memberikan informasi yang berbeda. Salah satu anak mengatakan lupa dengan nama ketua Yayasan. Dari penelusuran ini diketahui bahwa salah satu


(2)

anak ini dekat dengan ketua Yayasan, sehingga memberikan kesimpulan sementara bahwa tidak semua anak mengetahui nama ketua Yayasan. Salah satu anak memiliki tingkat keaktifan yang berbeda dengan anak yang lain.

2. Hasil analisis dari faktor pendukung dan penghambat analisis psikososial anak terlantar Yayasan Sayap Ibu Jakarta adalah bahwa kerjasama dengan berbagai pihak dan ketersediaan akomodasi menjadi faktor pendukung bagi perkembangan anak di Yayasan Sayap Ibu Jakarta.

Dari faktor stimulasi, fasilitas yang dimiliki oleh Yayasan kurang mencukupi untuk aktivitas anak-anak melakukan kegiatan bermain ataupun belajar. Begitu pula dengan motivasi dalam mempelajari sesuatu hal ini dapat dilihat dari kurangnya rasa percaya diri anak karena tidak memiliki orang tua kandung. Dan dengan pola asuh dan kasih sayang dari orang tua (pengasuh), kurangnya jumlah pengasuh di Yayasan tersebut, sehingga pemberian kasih sayang terhadap mereka terpecah dan tidak terfokus baik dalam bermain atau sedang belajar.


(3)

B. Saran-saran

Berdasarkan dari hasil penelitian beserta kesimpulan yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, penulis memeliki beberapa saran-saran yang akan di sampaikan oleh Yayasan Sayap Ibu Jakarta. Saran-saran tersebut diantaranya ialah :

1. Dalam pendidikan belajar sebaiknya anak memiliki pendamping yang tetap agar pengajar dapat mengetahui perkembangan anak tersebut, mempengaruhi konsentrasi belajar anak dengan baik, dan kenyamanan dalam dirinya agar anak-anak dapat menjalani proses belajar atau mengerjakan tugas sekolah dengan baik, khususnya di Yayasan Sayap Ibu Cabang Cirendeu.

2. Tempat atau sarana dan prasarana bermain di tingkatkan, karena permainan itu sendiri mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan psikososial anak dalam kehidupannya yaitu memiliki fungsi kognitif, sosial, dan emosional. Dalam permainan anak dapat berhubungan dengan teman-temannya sehingga proses interaksi sosial mereka dapat terjalin dengan baik.

3. Perlu adanya pengasuhan pelayanan personal bagi anak untuk mempengaruhi psikis, sosial bagi anak-anak yang berada di Yayasan. 4. Harus adanya Case Record (catatan perkembagan kasus) klien untuk

pendamping anak-anak dan

5. Pelatihan bagi pendamping di Yayasan Sayap Ibu guna menambah pengetahuan tentang psikososial anak.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Burhan Bugin, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perseda, 2003), cet. Ke-2

Departemen Sosial RI, Standar Rahabilitasi Psikososial Pekerja Migram ( Jakarata: 2004)

Elfi Yuliani Rochmah, M.Pd.I, “Psikologi Perkemmbangan”, (Yogyakarta:Teras,2005), cet.1

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Bekasi: PT Delta Pamungkas, 2004), cet. IV Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. I

Khasanah Sya’idah, “Pemikiran Pendidikan Anak” dalam“ Abdullah Nashih „Ulwan”, Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1425 H/2005 M

Lexy J. Moeleong, MA, “Metodelogi Penelitian Kualitatif” (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000)

Monasse Mallo, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Penerbit Karunika, 1986) M.Natsir, Metode Penelitian (Jakarta:Ghalia Indonesia,1998), Cet. Ke-3

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992)

Pusat Penelitian dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial, Model Penanganan Anak Terlantar Berbasis Kekerabatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial : Departemen Sosial.

Sonapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial; Dasar-dasar dan Aplikasinya, (Jakrta: Rajawali Press, 1992)

UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Anak (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet ke-3 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung : PT. Remaja Rodaskarya, 1995

Artikel Majalah :

Brosur Terbaru Yayasan Sayap Ibu 2009 Profil Yayasan Sayap Ibu (data praktikum)


(5)

Internet :

Daniel Goleman's “emotional intelligence” http://www.businessballs.com/eq.htm Edi Suharto, Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial,

http://www.policy.hu/suharto/modul a/makindo 40.htm Hartman.” Ecomap" dari http://en.wikipedia.org/wiki/Eco-map

Jossi.”Perkembangan Psikososial Anak” dari http://jossie08.blog.friendster.com/ pada tanggal 21Maret 2011

http://staff.ui.ac.id/internal/131861375/material/YAYASAN.ppt

http://www.diknaspadang.org/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=13&artid =460


(6)