kondom dan manfaatnya kepada mereka dan ditambah dengan masih ada kejanggalan yang terdapat di masyarakat di Indonesia dalam mensosialisasikan
kondom sebagai alat kontrasepsi yang baik.
5.2.6. Kategori Tingkatan Pengetahuan
Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa seluruh responden memiliki kategori pengetahuan kurang yaitu sebanyak 58 orang 100 dan tidak ada
responden yang memiliki kategori pengetahuan sedang dan kategori pengetahuan baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari 2003 dalam Arma 2010 tentang pengetahuan dan motivasi suami terhadap kontrasepsi pria di
Sumatera Barat , dimana pengetahuan suami tentang kontrasepsi pria cenderung pada kategori kurang 48,5, hal ini dapat dikarenakan masih rendahnya informasi
yang didapatkan mengenai kontrasepsi pria yang dikarenakan kurang adanya komunikasi, informasi dan edukasi KIE yang dilakukan kepada para pria. KIE lebih
banyak dilakukan dengan sasaran wanita selain itu masih minimnya penggunaan media massa seperti spanduk, baliho atau koran merupakan media yang paling
mudah diakses masyarakat. Selain itu kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi pria juga disebabkan
karena pekerjaan mereka yang menyita waktu. Sebagian besar responden bekerja sebagai wirausaha yang membuat mereka bekerja dari pagi sampai sore hari
Universitas Sumatera Utara
sehingga membuat mereka tidak mempunyai waktu untuk mendapatkan informasi tentang kontrasepsi pria.
Padahal menurut Brunner dalam Apriadi 2012 bahwa pengetahuan yang baik diperoleh dari proses pembelajaran yang baik, dengan demikian penyebab
tingginya angka responden yang memiliki pengetahuan kurang baik salah satunya yaitu kurangnya informasi yang bisa diterima responden saat mendapatkan informasi
kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2000 bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu seperti mengikuti pendidikan kesehatan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Padahal pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan
untuk menentukan suatu pilihan, sehingga dengan pengetahuan yang masuk dalam kategori kurang ini dapat membuat responden cenderung tidak akan menggunakan
alat kontrasepsi pria. Peneliti memiliki asumsi rendahnya pengetahuan responden dikarenakan juga
akses informasi mengenai penggunaan alat kontrasepsi pria yang masih sangat kurang, petugas kesehatan yang tidak memberikan informasi dan peyuluhan tentang
penggunaan alat kontrasepsi pria dan ditambah dengan latar belakang pendidikan responden yang mayoritas berada di tingkat pendidikan tamat SMP mempengaruhi
tingkatan pengetahuan responden dalam memahami penggunaan alat kontrasepsi pria,
Universitas Sumatera Utara
5.3. Sikap Responden Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria 5.3.1.Sikap Responden Dalam Berpartisipasi Aktif KB Dengan Menggunakan
Alat Kontrasepsi
Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 didapatkan sebanyak 25 43,1 orang responden menyatakan tidak setuju bahwa saya bisa berpartisipasi aktif dalam
KB dengan menggunakan alat kontrasepsi sedangkan ada sebanyak 8 orang 13,8 yang menyatakan tidak setuju dan 6 orang 10,3 lagi menyatakan sangat tidak
setuju dengan pernyataan saya bisa berpartisipasi aktif dalam KB dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Hal ini juga terdapat dalam hasil penelitian Arma 2010 yang menunjukkan bahwa 86,4 responden memiliki sikap yang negative dalam penggunaan alat
kontrasepsi pria sedangkan hal berbeda didapatkan dari hasil penelitian Kasmarita 2009 yang menunjukkan sebanyak 50,8 responden menyatakan tidak setuju
dengan pernyataan suami tidak perlu berpartisipasi dalam menggunakan alat kontrasepsi.
Hal dapat terjadi karena menurut Notoadmodjo 2003 dalam Apriadi 2012 bahwa sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi
tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu, informasi yang didapatkan seseorang tentang sesuatu hal akan dapat
mempengaruhi sikapnya. Menurut asumsi peneliti, hal ini dapat terjado karena responden yang masih
memiliki pendidikan rendah, informasi yang kurang ditambah lagi dengan sosial budaya yang masih berlawanan dengan penggunaan alat kontrasepsi yang membuat
Universitas Sumatera Utara
responden dalam penelitian ini cenderung memiliki respon yang kurang baik terhadap penggunaan alat kontrasepsi.
5.3.2.Sikap Responden Tentang Tawaran Penggunaan Alat Kontrasepsi.
Menurut hasil penelitian pada tabel 4.8 terdapat sebanyak 32 orang responden 55,2 menyatakan tidak setuju dan 18 orang responden 31
menyatakan sangat tidak setuju sedangkan 7 orang responden 12,1 menyatakan setuju dan 1 orang 1,7 menyatakan sangat setuju untuk pernyataan jika saya di
tawarkan untuk menggunakan alat kontrasepsi maka saya akan mengikutinya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden cenderung memberikan
respon negative terhadap tawaran yang datang untuk menggunakan alat kontrasepsi yang memperlihatkan bahwa responden memiliki sikap yang tidak baik terhadap alat
kontrasepsi. Hal ini juga terdapat pada penelitian Barus 2009 dimana 4 orang informannya menyatakan tidak mau menggunakan walaupun lingkungan disekitar
telah menganjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal berbeda didapatkan dari hasil penelitian Ginting 2010 yang menunjukkan bahwa 76,2 responden
tidak mendapatkan dukungan dalam menggunakan alat kontrasepsi yang membuat responden cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa responden memiliki sikap yang negative yang dapat dilihat dari responden yang memiliki kecenderungan untuk
bertindak untuk menolak tawaran untuk menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini sesuai menurut Allport dalam Notoadmodjo2007 yang menjelaskan tiga komponen sikap
Universitas Sumatera Utara
yang salah satunya adalah kecenderungan untuk bertindak tend to behave. Hal yang berbeda menurut Notoadmodjo 2003 yang menyatakan sikap responden ini
termasuk kedalam tingkatan tidak menerima receiving yang dapat diartikan bahwa responden tidak mau dan memperlihatkan stimulus negatif yang diberikan objek
Hasil penelitian yang didapatkan membuat peneliti memiliki asumsi bahwa responden sudah memiliki kepercayaan tertentu terhadap penggunaan alat kontrasepsi
sehingga membuat responden memiliki kecenderungan untuk bertindak dan tidak menerima respon yang diberikan sebagai bentuk sikapnya terhadap stimulus yang
diberikan.
5.3.3. Sikap Responden Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Setelah memiliki 2 anak