BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Karakteristik umur responden berusia 31- 40 tahun sebanyak 67,2
responden, suami dalam menggunakan alat kontrasepsi pria memiliki jumlah anak tiga atau lebih sebanyak 93,1 responden, sebahagian besar suami
dalam penggunaan alat kontrasepsi pria memiliki pekerjaan wirausaha sebanyak 55,2, sebahagian besar suami dalam penggunaan alat kontrasepsi
adalah pria yang memiliki pendidikan tamat SMP sebanyak 27, 6. 2.
Gambaran pengetahuan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pria termasuk dalam kategori tingkat pengetahuan kurang sebanyak 100.
3. Sikap suami dalam penggunaan alat kontrasepsi termasuk dalam kategori
tingkat sikap sedang sebanyak 82,2 dan sebahagian kecil responden termasuk dalam kategori tingkat sikap baik sebanyak 17,2
6.2. Saran
1. Untuk petugas BKKBN Kabupaten Karo agar terus melaksanakan promosi
program KB dan meningkatkan kemudahan akses untuk mendapatkan informasi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam penggunaan kontrasepsi
bagi suami. 2.
Untuk tenaga kesehatan Puskesmas Juhar agar terus meningkatkan pengetahuan suami mengenai keluarga berencana dan kontrasepsi pada pria
Universitas Sumatera Utara
dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat baik dari rumah ke rumah, pendekatan secara keagamaan baik itu setelah kebaktian di gereja
maupun ceramah di masjid yang dilakukan bersama tokoh agama, berbagai kegiatan adat bersama tokoh adat dan juga dalan musyawarah desa bersama
tokoh masyarakat. 3.
Untuk tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat yang ada di Desa Juhar juga memberikan himbauan kepada masyarakat untuk ikut mendukung
program KB dengan menggunakan alat kontrasepsi pria dan juga mendukung program hanya memiliki 2 orang anak baik laki-laki dan perempuan sama
saja, mengingat masih banyaknya masyarakat Desa Juhar yang masih merasa kurang lengkap jika sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki dan
perempuan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku Kesehatan
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini
bersifat pasif tanpa tindakan: berpikir,berpendapat,bersikapmaupun aktif melakukan tindakan. Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat
dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang
kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor
perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor-faktor predisposisi Predisposing factors, adalah faktor yang terwujud
dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih
bersifat dari dalam diri individu tersebut. 2.
Faktor-faktor pemungkin enabling factors, adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah berbagai
macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors, adalah faktor-faktor yang meliputi
faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang,
peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya Notoadmojo, 1999. Untuk memberikan respon terhadap situasi diluar
objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif tanpa tindakan. Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
rangsangan. 2.
Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak
perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam
Universitas Sumatera Utara
tersebut lingkungan fisik dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku
manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.
3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terahadap
situasi dan rangsangan dari luar.
2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ever behavior. Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang
dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang
bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Notoatmodjo 1993, pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu: 1.
Tahu know Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan.
2. Pemahaman Comprehension
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam
konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
4. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan
dan sebagainya. 5.
Sintesis Synthesis Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi Evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas Notoadmojo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial Notoadmojo, 1993.
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap
mengandung suatu penelitian emosionalafektif senang, benci, sedih dan sebagainya. Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman
yang berbeda-beda sangat benci, agak benci, dan sebagainya. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang.
Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat
dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Universitas Sumatera Utara
Allport 1954 dalam Soekijo 1993, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan kenyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
c. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave
Sikap ini terdiri dari 4 empat tingkatan yaitu : 1.
Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperlihatkan stimulus
yang diberikan objek. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon responding
Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai Valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu
yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan
Universitas Sumatera Utara
tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Ciri-ciri sikap adalah : 1.
Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat.
2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap
dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.
4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut. 5.
Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki orang Purwanto, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni : 1.
Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula
menjadi milik bersama. 2.
Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya.
Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi
secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu
yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan
reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu
sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan
kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu
dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua
pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia
Universitas Sumatera Utara
tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian
seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek
tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita
harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap
tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut Purwanto, 1999.
2.2. Suami
Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita istri yg telah menikah.
Sedangkan peran adalah perangkat tingkah yg diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat KBBI, 2008. Suami berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya Effendi, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Alat Kontrasepsi 2.3.1 Definisi Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari terjadinya
kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma BKKBN, 2005.
Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya
kehamilan BKKBN, 2007. Menurut Prawirohardjo 2002, kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen. Penggunaan
alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
Program Keluarga Berencana merupakan usaha langsung yang untuk mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak sehingga tercapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
BKKBN, 2004. 2.3.2. Manfaat Alat Kontrasepsi
Di bidang keluarga berencana, Garis-garis Besar Haluan Negara 1978 mengamanatkan bahwa tujuan program keluarga berencana adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan Ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan mengendalikan kelahiran sekaligus dalam rangka menjamin
terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia. Pelaksanaan keluarga
Universitas Sumatera Utara
berencana diusahakan diperluas keseluruh wilayah dan lapisan masyarakat termasuk daerah pemukiman baru. Penggunaan alat kontrasepsi dapat memberikan
beberapa manfaat yaitu dapat mengatur jarak kelahiran, menunda kelahiran serta mencegah kehamilan Hestiantoro, 2008.
2.3.3 Faktor-faktor dalam memilih alat kontrasepsi
Ada beberapa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi yaitu faktor pasangan, faktor kesehatan, dan faktor metode kontrasepsi.
Dalam faktor pasangan, harus mempertimbangkan dari segi umur, gaya hidup, frekuensi senggama, dan jumlah anak yang diinginkan. Dalam faktor kesehatan,
mempertimbangkan status kesehatan, riwayat keluarga, dan pemeriksaan fisik. Sedangkan dalam faktor alat kontrasepsi, harus mempertimbangkan efektivitas, efek
samping, komplikasi-komplikasi yang potensial, dan biaya Hartanto, 2003.
2.3.4 Jenis alat kontrasepsi pada laki-laki
Menurut Manuaba 1998, jenis-jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh laki-laki ada 4 yaitu kondom, vasektomi, pantang berkala, dan
senggama terputus. Kondom merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan pada suatu kegiatan senggama dengan menggunakan alat berbentuk kantong tipis
yang terbuat dari bahan lateks karet, pelastik vinil atau bahan alami, yang dikenakan pada alat vital seorang pria. Cara kerja kondom adalah dengan
menghalangi pertemuan antara sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak dapat
masuk ke dalam saluran reproduksi wanita. Keuntungan penggunaan kondom yaitu
Universitas Sumatera Utara
dapat bertindak efektif sebagai alat kontrasepsi, murah dan mudah didapatkan, tidak memerlukan pengawasan medis, dapat mencegah PMS dan hepatitis B, serta sebagai
penghambat orgasme bagi pria yang mengalami kelemahan ejakulasi dini. Sedangkan kelemahan penggunaan kondom yaitu sedikit sulit dalam pemakaiannya, dapat
menyebabkan alergi terhadap jeli spermisida pada beberapa wanita sehingga menimbulkan keputihan dan iritasi, serta dapat mengganggu kenikmatan pada saat
berhubungan seksual. Vasektomi merupakan suatu tindakan penutupan, pemotongan, pengikatan
atau penyumbatan pada kedua saluran mani testis sebelah kiri dan kanan sehingga menghambat produksi sperma. Menurut WHO 1994 vasektomi merupakan cara
sterilisasi pria dengan melakukan pemotongan vas deferens yang berguna untuk menghalangi transport spermatozoa. Keuntungan vasektomi yaitu: tidak mengubah
kemampuan pria untuk orgasme dan angka kegagalan sangat sedikit yaitu 0,15. Sedangkan kelemahan vasektomi adalah kemungkinan komplikasi yang terjadi saat
pembedahan yang menyebabkan perdarahan, rasa nyeri dan infeksi ringan. Senggama terputus coitus ineruptus merupakan metode KB tradisional
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya penis dari dalam vagina sebelum pria mencapai orgasme. Keuntungan senggama terputus yaitu: tidak memerlukan
biaya, tidak memiliki efek samping dan tidak menggunakan zat-zat kimiawi, dapat digunakan setiap waktu, dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.
Sedangkan kelemahan metode senggama terputus yaitu tingkat kehamilan tinggi 17-
Universitas Sumatera Utara
25 , dan kepuasan dalam hubungan seksual berkurang serta dapat menimbulkan tekanan kejiwaan.
Pantang berkala yaitu metode KB yang mempertimbangkan masa subur wanita yang berkaitan erat dengan siklus menstruasi. Prinsip pasangan
adalah tidak melakukan hubungan seksual pada saat masa subur istri. Keuntungan pantang berkala adalah : hubungan seksual yang alami dan kepuasan seksual
tidak terganggu. Sedangkan kelemahan pantang berkala adalah kegagalan tinggi bila siklus menstruasi istri tidak teratur.
2.5. Kerangka Konsep
Alat kontrasepsi pria Karakteristik
-Umur -Pendidikan
-Jumlah anak
Pengetahuan Sikap
Universitas Sumatera Utara
Keterangan
Untuk mengungkap gambaran pengetahuan dan sikap suami tentang alat kontrasepsi pria di Desa Juhar Perangin-angin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo
Tahun 2012, maka kerangka konsep yang digunakan menurut teori Green yang menyatakan bahwa karakteristik umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak,
pengetahuan dan sikap merupakan termasuk dalam faktor predisposing yang dapat mempengaruhi tindakan suami dalam menggunakan alat kontrasepsi pria di Desa
Juhar Perangin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang